Selasa, 20 April 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3043

Messages In This Digest (5 Messages)

1.
Artikel: Jangan-jangan Plagiat Itu Produk Lembaga Pendidikan From: Dadang Kadarusman
2a.
Re: [Catcil] Wish Me Luck! From: Taufiq cbn
2b.
Re: [Catcil] Wish Me Luck! From: Nursalam AR
2c.
Re: [Catcil] Wish Me Luck! From: APRILLIA
3.
Pengaruh TV Terhadap Remaja From: Masyarakat Anti Program Televisi Buruk

Messages

1.

Artikel: Jangan-jangan Plagiat Itu Produk Lembaga Pendidikan

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Mon Apr 19, 2010 3:56 am (PDT)



Artikel: Jangan-jangan Plagiat Itu Produk Lembaga Pendidikan
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Plagiat lagi. Kaum intelek lagi. Institusi pendidikan lagi. Kita sependapat untuk tidak memberi tempat kepada praktek-praktek plagiat, dan tidak memberi tempat kepada pelakunya. Bukan karena tidak menyukai orangnya, tapi perilakunya. Yang jelas, mereka kalah pintar dari para pencuri. Para pencuri memiliki naluri untuk sembunyi. Mereka menyembunyikan barang curinnya. Seorang plagiator malah memajang hasil plagiasinya. Seolah-olah dia tengah megumumkan; "ini hasil jiplakan saya loh..." Kita tidak tahu, apakah ini tindakan gagah berani, atau bodoh. Disisi lain, kita juga sering disuguhi fakta bahwa institusi sering mengelak  dari tanggungjawab. Seolah hendak bercuci tangan. Padahal, sudah saatnya bagi mereka untuk mengevaluasi; jangan-jangan plagiat itu merupakan salah satu produk lembaga pendidikan.
 
Sikap defensif institusi pendidikan terhadap kasus plagiat tidak akan bisa menyelesaikan masalah. 'Merasa kecolongan', atau 'merasa ditipu'sama sekali bukanlah bentuk jawaban yang konstruktif. Sebaliknya, malah semakin menegaskan bahwa memang institusi pendidikan cenderung cuci tangan. Mereka tidak ingin nama baiknya tercemar, namun sesungguhnya mereka tidak memiliki sistim yang bisa diandalkan agar praktek plagiat semacam itu tidak terjadi di institusinya. Ini bukan soal institusinya apa. Sebab, disemua institusi pendidikan manapun mahasiswa S-1 yang sedang membuat tugas akhir mendapatkan akses tinggi terhadap makalah atau skiripsi yang dibuat oleh kakak kelasnya. Internet pun menyediakan banyak kemudahan. Namun, kita perlu mawas diri; apakah akses yang luas itu sudah diimbangi dengan pembekalan yang memadai tentang etika dalam penyusunan karya tulis? Padahal, jika untuk meraih gelar sarjana S-1 saja seseorang menjiplak, sangat mungkin untuk
tesis pada jejang pendidikan S-2 dan S-3 melakukan tindakan serupa.
 
Kalau ditelaah lebih jauh, sebenarnya penjiplakan itu sudah menjadi penyakit sistemik dalam sistem pendidikan di Indonesia. Buktinya, untuk lulus Ujian Nasional saja kita mencontek. Padahal, mencontek adalah salah satu bibit plagiat dikemudian hari. Jika seorang Menteri dan aparat kepolisian saja kelabakan mencegah pencotekan; bagaimana mungkin kita bisa yakin bahwa kasus-kasus plagiat itu terjadi hanya sedikit? Jangan-jangan kita hanya melihat permukaannya saja. Sedangkan akar masalah yang sesungguhnya tetap tersembunyi dibawah laut.
 
Institusi pendidikan boleh mengatakan 'mereka kecolongan' jika mereka hanya berfokus kepada 'pengajaran teknis intelektualitas' belaka di kampusnya. Padahal, pendidikan yang sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi otak anak didik dengan pengetahuan. Melainkan juga membangun jiwanya agar memiliki sikap mental yang baik. Kalau target proses pendidikan mereka sampai kepada titik ini, maka pasti mereka tidak akan cuci tangan. Sebaliknya mereka akan mengakui fakta itu sebagai salah satu titik lemah yang mesti dicarikan jalan keluarnya. Sayangnya, perguruan tinggi di negeri kita jarang bersikap demikian. Fokus utama mereka adalah; menyelamatkan muka dan citra belaka. Padahal, itu semakin menunjukkan bahwa perguruan tinggi tidak menjadikan "character building" sebagai landasan pendidikan mereka.
 
Kita juga sering lupa pahwa mental plagiat itu menimbulkan ekses yang kompleks. Hal itu membentuk sebuah pola berantai seperti ini; saat ujian mereka mencontek, saat membuat skripsi mereka menjiplak, dan ketika terjun kedunia nyata mereka mencurangi hasil karya orang lain. Makanya, kita kehilangan generasi kreatif yang mempercayai bahwa dirinya memiliki keunikan. Sehingga mereka lebih suka meniru atau menggunakan tools 'copy paste' dari karya-karya orang lain untuk kemudian memberikan label bahwa itu adalah hasil karyanya sendiri.
 
Dalam industri perbukuan juga demikian. Beberapa waktu lalu, seorang sahabat menceritakan tentang kecurangan yang lumrah terjadi di dunia penerbitan.  Kurang dari tiga bulan setelah buku yang ditulisnya terbit; muncul buku lain yang sejenis. Dalam buku saingannya itu ada bagian-bagian yang 'plek ketiplek' di copy paste dari bukunya. Bahkan, ada 20 halaman yang dijiplak hingga titik komanya pun sama. Modus lain yang sering digunakan para pengarang kacangan dan penerbit yang tidak beretika adalah; mengincar buku-buku bagus. Lalu, menerbitkan buku yang isinya hampir sama dengan buku itu. Anda juga bisa menemukan banyak buku yang tidak jelas siapa penulisnya. Padahal, salah satu cara untuk menguji kualitas sebuah karya tulis adalah; apakah penulisnya memiliki kesediaan dan kemampuan untuk mempertanggungjawabkan karya tulisnya dihadapan para pembaca? Dan di Indonesia, belum ada lembaga relugator yang menggawangi tantangan-tantangan seperti itu. Makanya,
plagiatisme tumbuh subur dan menjamur.  
 
Keterkaitan antara sistem pendidikan, sistem pengawasan, dan keutuhan moral sang penulis jelas sekali kelihatan. Kalau salah satu dari ketiga komponen itu masih asyik dengan jurus lamanya untuk berlepas tangan, maka kasus-kasus penjiplakan akan terus berkembang. Jadi, kita memang tidak boleh menganggap remeh plagiatisme. Namun, penyelesaiannya sama sekali bukanlah dengan cara menunjuk hidung si pelaku belaka. Institusi pendidikan harus berani mengambil tanggungjawab. Pemerintah mesti mampu mengawasi. Industri dan penulis juga mesti tahu diri.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
http://www.bukudadang.com/  
Penulis Buku " Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk"  
 
Catatan Kaki:
Mencotek hasil karya orang lain itu menggambarkan sikap mental pelakunya yang imitatif. Seperti kembang plastik, hasil karyanya terlihat indah. Tapi tidak memiliki nyawa.  
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan dapatkan di www.bukudadang.com

--------------------------------
Buku terbaru Dadang Kadarusman "Melampaui keserakahan Seekor Nyamuk" sudah bisa dipesan di http://www.bukudadang.com/

2a.

Re: [Catcil] Wish Me Luck!

Posted by: "Taufiq cbn" tendo_cbn@yahoo.co.id   tendo_cbn

Mon Apr 19, 2010 6:46 am (PDT)



Depok??? Wah deket dong nanti ama ane bang.. sip..sip.. moga jadi pindah ya bang...

salam,
Taufiq
yang berharap rencana kita (bareng bang nur) dilanjutkan..
2b.

Re: [Catcil] Wish Me Luck!

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Apr 19, 2010 7:29 am (PDT)



@Mbak Indar: Hehe...semoga:). "Beberapa bulan" itu relatif lho, Mbak.
Minimal sih, perkiraan 6 bulan. Yah, harus nunggu rencana pendahuluan
jalan dulu *bermisterius ria*

@Topik: Eh, ente bukan di Bogor ya? Masihlah,Pik, rencana kursus
online English kan?;D

Tabik,

Nursalam AR

On 4/19/10, Taufiq cbn <tendo_cbn@yahoo.co.id> wrote:
> Depok??? Wah deket dong nanti ama ane bang.. sip..sip.. moga jadi pindah ya
> bang...
>
> salam,
> Taufiq
> yang berharap rencana kita (bareng bang nur) dilanjutkan..
>

--
"The difference between the right word and the almost right word is
the difference between lightning and the lightning bug."
--Mark Twain

Blog: www.kintaka.wordpress.com
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar

2c.

Re: [Catcil] Wish Me Luck!

Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com   april_reto

Mon Apr 19, 2010 9:37 pm (PDT)



Semangat memulai keluarga kecil bahagia selamanya mas! amiiiiiiiiiiiin! :D

salam,
April

3.

Pengaruh TV Terhadap Remaja

Posted by: "Masyarakat Anti Program Televisi Buruk" dukung.maptb@yahoo.co.id   dukung.maptb

Mon Apr 19, 2010 5:53 pm (PDT)



diambil dari http://maptb.wordpress.com/2010/04/15/pengaruh-tv-terhadap-remaja/

Pengaruh TV Terhadap Remaja
Oleh: Ambar Arum

TELEVISI merupakan media yang paling efektif untuk
menyebarkan pengaruh kepada audiensnya. Sedangkan remaja, sebagai
individu yang sedang mencari jati dirinya, merupakan audiens yang mudah
terkena pengaruh buruk televisi. Tayangan-tayangan buruk di TV
setidaknya telah membawa pengaruh negatif sebagai berikut:

1. Apatis
Tayangan-tayangan TV dewasa ini cenderung membuat remaja lebih
mementingkan segala hal tentang dirinya sendiri ketimbang lingkungan
sosialnya. TV mengajak mereka untuk memikirkan bagaimana penampilan
mereka, bagaimana cara menarik perhatian lawan jenis, atau betapa
bahagianya jadi selebritis. Hal-hal diluar itu seperti persoalan
pendidikan ataupun lingkungan tidak menjadi prioritas, malah cenderung
diabaikan.

2. Korban Pencitraan
Wanita cantik harus putih dan langsing serta pria tampan harus
berotot atau six packs merupakan satu dari sekian banyak contoh tentang
dampak buruk TV dalam membentuk pencitraan dimata remaja. Alhasil para
remaja rela melakukan apapun untuk mendapatkan predikat cantik atau
tampan sesuai yang disuguhkan di TV, tanpa mempedulikan aspek lain yang
lebih penting seperti kesehatan.

3. Pasif dan Konsumtif
Baik terpaan iklan maupun tayangan TV telah begitu memanjakan
penonton khususnya para remaja dengan kemampuan visual dan audionya.
Semua ditampilkan dengan sangat menarik sehingga mereka tidak perlu
berbuat apa-apa lagi selain duduk manis di depan TV. Hal ini tentu
membuat para remaja menjadi pemalas dan tidak produktif.

4. Mementingkan 'kulit luar' Tanpa Esensi
Ketidakpedulian, kepercayaan pada citra semu, serta kemalasan yang
dibentuk oleh televisi melalui tayangan-tayangan buruknya membawa para
remaja menjadi pribadi yang lebih mementingkan tampilan luar. Dengan
demikian mereka jadi sangat mudah menilai sesuatu sesuai dengan standar
ciptaan program-program buruk di TV. Pengusaha sukses dianggap lebih
patut dihargai ketimbang sopir atau pembantu rumah tangga yang setiap
hari membantu mereka.

Materi tulisan ini didapat dari buku 'Matikan TV-mu' karya Sunardian Wirodono
----------------------------------------------------------

Mohon bantuannya utk meneruskan e-mail ini...
Trims...

----------------------------------------------------------

Masyarakat Anti Program Televisi Buruk (MAPTB)
http://maptb.wordpress.com

"Kami tidak anti televisi, tapi kami anti televisi
>dengan tayangannya yang buruk, tidak mendidik, tidak beretika, dan
>hanya memberhalakan rating. Itu saja."
>
>
MAPTB?
MAPTB tercetus secara spontan karena didesak oleh keprihatinan akan
buruknya tayangan televisi yang ada saat ini. Tayangan yang ada di
televisi sekarang, kami nilai sangat tidak mendidik, tidak beretika,
dan hanya meberhalakan keuntungan semata tanpa menimbang dampak negatif
yang terjadi di masyarakat.

Kami pun melihat, bahwa usaha melawan kondisi ini sudah dilakukan
banyak pihak, tapi sayangnya tidak ada perubahan ke arah yang lebih
baik. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang mengatur masalah ini,
tampaknya tidak berkutik menghadapi kekuatan industri televisi yang
sangat berkuasa.
Belum lagi ditambah terdapatnya jurang begitu besar antara pihak
yang mengkritisi televisi dengan masyarakat konsumen televisi. Diskusi
yang ada lebih banyak terjadi di tingkat atas, hanya antara pengamat
media dengan pihak televisi, sehingga masyarakat terabaikan dan
kehilangan hak untuk didampingi.

Dengan melihat kasus Prita dan Bibit-Chandra, bahwa kekuatan rakyat
bisa menang melawan dominasi kekuatan politik dan ekonomi, maka grup
ini dibuat untuk melawan program televisi buruk di Indonesia. Karena
kami yakin, bahwa bersama-sama melawan tayangan buruk lebih baik dari
pada sendiri-sendiri.

Untuk itu, MAPTB berkomitmen untuk mendampingi masyarakat dalam
mengonsumsi televisi. MAPTB bergerak dalam ranah melek media atau media literacy,
yakni sebuah ajakan untuk memiliki kemampuan memilah, mengonsumsi, dan
menganalisis tayangan televisi. Selain itu, MAPTB pun bermain dalam
usaha memobilisasi dukungan masyarakat dalam membuat tekanan publik
kepada stasiun televisi yang menyiarkan tayangan yang buruk.

Visi
Menjadikan Masyarakat Kritis Televisi

Misi
Mendampingi dan mengedukasi masyarakat agar bisa memilah tayangan, bisa menolak, sampai bisa protes akan tayangan yang buruk

Hubungi kami di: dukung.maptb@gmail.com / dukung.maptb@yahoo.com
Cara gabung di milis MAPTB: kirimkan email kosong Anda ke maptb-subscribe@yahoogroups.com

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com
Recent Activity
Visit Your Group
Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Find support for

Mental illnesses

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Welcome to Mom Connection! Share stories, news and more with moms like you.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

Tidak ada komentar: