Sabtu, 24 April 2010

[daarut-tauhiid] Michael Wolf, Hidayah Turun Usai Melihat Muslim Shalat di Pesawat

 

Michael Wolf, Hidayah Turun Usai Melihat Muslim Shalat di Pesawat

Stasiun televisi terkemuka CNN mewawancarai seseorang bernama Michael
Wolfe tak lama setelah terjadi insiden saat pelaksanaan lontar jumrah,
beberapa tahun lalu. Meski memiliki nama Barat, namun nyatanya Wolfe
mampu memberikan penjelasan secara gamblang dan panjang lebar terkait
ibadah haji, maupun peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.

Wolfe juga memaparkan dengan rinci segala hal menyangkut
penyelenggaraan ibadah haji, mulai dari rukun haji, tata cara, hingga
makna pada setiap ibadah yang dilakukan. Tapi, siapakah Michael Wolfe?
Sejatinya, Wolfe adalah penulis buku berjudul One Thousand Roads to
Mecca : Ten Centuries of Travelers Writing About the Muslim Pilgrimage
. Selain itu, dia pernah membuat film dokumenter tentang ibadah haji
untuk stasiun televisi yang sama.

Jadi, bila ditilik dari curriculum vitae-nya ini, tak salah jika
stasiun televisi tersebut memilih Wolfe sebagai nara sumbernya. Dia
juga dikenal sebagai produser, penulis, serta cendekiawan. Selain
menghasilkan karya buku dan film, dia kerap memberikan kuliah umum
mengenai agama Islam di sejumlah universitas kondang di AS.

Kiprah pria kelahiran 3 April 1945 itu dalam agama Islam merupakan
wujud komitmennya sebagai seorang Muslim, setelah ia mengikrarkan
dirinya sebagai pemeluk Islam (mualaf). Michael Wolfe menjadi Muslim
pada tahun 80-an, dan sejak itu dia berkhidmat bagi kemajuan agama
Islam dan umat Muslim di seluruh dunia.

Bermula pada akhir tahun 70, Wolfe yang kala itu sudah menjadi seorang
penulis, ingin mencari pencerahan dalam hidupnya. Dia berupaya
melembutkan perasaan sinisnya dalam melihat kondisi lingkungan di
sekelilingnya.

Terlahir dalam keluarga yang mempunyai dua pegangan agama, ayahnya
adalah keturunan Yahudi, sementara sang ibunda penganut Kristen.
Situasi tersebut menyebabkan Wolfe agak tertekan apabila harus
membicarakan isu agama dan kebebasan.

Hingga kemudian dia menemukan satu momen berkesan. Suatu ketika dia
menempuh perjalanan menuju Brussels, Belgia. Begitu selesai makan
malam, Wolfe pergi ke toilet. Pada waktu bersamaan, sejumlah penumpang
pesawat yang beragama Islam melaksanakan shalat di bangku
masing-masing karena sudah masuk waktu shalat Isya.

Wolfe yang keluar dari toilet, terkesima melihat peristiwa itu.
Dirinya terus mencermati ibadah yang dilakukan umat Muslim. Dia lantas
menyadari, di manapun dan kapan pun, orang-orang Islam yang beriman
tidak akan pernah melalaikan kewajiban ibadahnya kepada Tuhan.

"Saya hanya berdiri dan mencermati, Saya melihat sebagian mereka
memegang sebuah buku sebesar telapak tangan yang kemudian
meletakkannya di dada sambil memuji Tuhannya," ungkap Wolfe. Kejadian
ini membawa Wolfe ingin lebih mengenal Islam. Dia ingin menemukan
agama yang tidak hanya sebatas ritual atau pemujaan, serta tidak ada
keraguan di dalamnya. Wolfe lantas memutuskan mengembara ke Afrika
Utara, dan menetap di kawasan tersebut selama lebih kurang tiga tahun.

Di sana, dia berinteraksi dengan lingkungan yang sama sekali berbeda.
Wolfe bertemu dengan banyak etnis, suku dan agama, termasuk dengan
kalangan keturunan Arab dan Afrika yang beragama Islam. Itulah untuk
kali pertama perkenalannya yang benar-benar intens dengan Islam. Dan
segera saja, dia merasakan suasana yang lebih akrab, santun dan
tenggang rasa. Umat Muslim menerimanya dengan tangan terbuka.

Dari pengamatannya, seperti dikutip dari laman Islamfortoday , umat
Islam tidak pernah membedakan seseorang berdasarkan etnis ataupun
warna kulit. Siapa pun dipandang sama serta setara, baik miskin, kaya,
tua, muda, dan sebagainya. Islam hanya membedakan orang per orang
berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Hal ini jelas sangat kontras dengan kehidupannya dulu. Misalnya, dalam
pergaulan antarsesama, justru kerap timbul diskriminasi karena
perbedaan warna kulit, etnis atau keyakinan. "Ini terjadi setiap hari
di masyarakat padahal mereka mengaku punya keyakinan agama. Sungguh
memprihatinkan," paparnya.

Dia pun menemukan kedamaian dalam Islam. Dalam hati, dia membenarkan
pernyataan tokoh Muslim AS, Malcolm X, yang berkata bahwa orang
Amerika perlu memahami Islam karena Islam adalah satu-satunya agama
yang mengajarkan saling menghormati dan menghargai antarmanusia secara
tulus. Penulis artikel berjudul Islam: The Next American Religion?
ini pun berpendapat, Islam merupakan agama yang sesuai bagi kondisi
Amerika. Ada beberapa alasan, antara lain, Islam memiliki semangat
demokrasi, egaliter, serta toleran terhadap keyakinan lain.

Wolfe tercatat dua kali mengadakan perjalanan ke Maroko, yakni pada
tahun 1981 dan 1985. Pada akhirnya dia berkesimpulan bahwa Afrika
Utara merupakan wilayah yang bisa menghadirkan keseimbangan baru dalam
hidupnya. Hatinya tertambat di Afrika Utara. Dan tak hanya tertambat
pada Afrika Utara, hatinya mulai terkesima dan takjub dengan Islam.
Semakin banyak mendalami Islam, semakin kuat keyakinan dalam dirinya.
Michael Wolfe akhirnya memutuskan menjadi Muslim.

Keputusannya ini disayangkan oleh rekan-rekannya yang terdiri dari
kalangan akademisi Barat. Sebagian mereka masih mengaitkan Islam
dengan masyarakat yang terbelakang dan agama kekerasan. Mereka pun
meminta Wolfe untuk mengurungkan keputusan tersebut.

Akan tetapi, Wolfe yang kemudian berganti nama menjadi Michael Abdul
Majeed Wolfe, tidak goyah. Wolfe menilai rekan-rekannya keliru menilai
Islam. Islam, dari pengamatannya, selama ini banyak disalahartikan dan
diputarbalikkan dari kenyataan yang sebenarnya. "Pendeknya, Islam
adalah agama damai," tegas Wolfe.

Dirinya kian mantap memeluk Islam, dengan segala konsekuensinya,
karena dia melihat kebaikan dan keutamaan dalam agama ini. Menurutnya,
agama Islam justru menekankan pada persaudaraan dan cinta kasih, baik
kepada sesama manusia juga alam semesta.

Lebih jauh, tokoh ini melihat, dalam beberapa tahun ke depan, Islam
akan menjadi agama dengan perkembangan paling pesat di Eropa dan
Amerika. Dari tahun ke tahun, jumlah pemeluk Islam mengalami
pertumbuhan, termasuk mereka yang menjadi mualaf, dan antara lain
dipicu oleh semakin banyaknya orang yang memahami esensi sejati ajaran
Islam tadi.

Wolfe semakin antusias mengikuti ibadah dan kegiatan keislaman. Dia
membaca banyak buku tentang Islam dan melibatkan diri dengan aktivitas
Masjid di dekat kediamannya di California. "Setiap tahun umat Islam
berpuasa sebulan penuh dan diikuti dengan pelaksanaan haji kira-kira
selama 40 hari. Itulah kemuliaan agama Islam," katanya.

Dijelaskan, Islam berasaskan pada lima rukun utama. Salah satunya
adalah haji. Wolfe percaya, bila telah mampu secara materi dan fisik,
seseorang wajib hukumnya melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci,
sekurang-kurang sekali seumur hidup.

Usai menunaikan ibadah haji sekitar awal tahun 1990, Wolfe memberikan
sumbangan terbaiknya berupa buku berjudul Mecca: The Hadj yang
diterbitkan pada 1993, dan One Thousand Roads to Mecca (1997).
"Sekarang saya berharap dapat mendalami keyakinan agama yang sudah
tersemai sejak sekian lama," ujar Wolfe.

Melanjutkan kegiatan menulisnya, lulusan sarjana muda Seni Klasik di
Universitas Wesleyan ini mendirikan penerbitan Tombouctou Books di
Bolinas, California. Salah satu prestasinya yakni saat mengedit
koleksi esai para penulis Muslim Amerika dalam buku bertajuk Taking
Back Islam: American Muslims Reclaim Their Faith . Buku ini memenangi
Anugerah Wilbur pada 2003 dalam kategori buku agama terbaik.

Wolfe juga pernah menjadi pembawa acara sebuah program film pendek
tentang perjalanan haji ke Makkah untuk acara Ted Koppel's Nightline
di stasiun televise ABC. Program tersebut juga berhasil meraih
penghargaan media dari Muslim Public Affair Council.

Berdakwah Lewat Media Film

Kecintaan Michael Wolfe tak perlu diragukan lagi. Hari-harinya
senantiasa diisi dengan berbagai kegiatan keislaman. Di sela-sela
kesibukannya menulis, yang ia jadikan sebagai media dakwah, Wolfe
melebarkan syair Islam pada masyarakat luas, terutama non-Muslim
melalui media lain. Pada Februari 2003, dia bekerjasama dengan
wartawan televisi CNN, Zain Verjee, untuk membuat program film
dokumenter tentang ibadah haji.

Pada tahun 1999, bersama dengan rekan sesama sineas, Alex Kronemer,
Wolfe mendirikan sebuah yayasan pendidikan media yang diberi nama
Unity Productions Foundation (UPF). Kolaborasi Wolfe dan Alex dalam
UPF kemudian menghasilkan karya film dokumenter televisi mengenai
kisah hidup Nabi Muhammad SAW berjudul Muhammad: Legacy of a Prophet
.

Terkait film tersebut, Wolfe mengungkapkan mereka ingin menyasar dua
audiens sekaligus. Pertama, kalangan terpelajar serta masyarakat awam
Barat. Sebagian besar mereka belum banyak mengetahui tentang kehidupan
Nabi Muhammad SAW yang sesungguhnya, sehingga kerap memberikan
persepsi negatif. Sedangkan kedua, masyarakat Muslim sendiri agar
mereka lebih mengenal sosok Nabi SAW yang mulia.

Film ini mengambil lokasi di tiga negara, Arab Saudi, Yordania dan
Amerika Serikat. Sejumlah tokoh agama, sejarawan dan cendekiawan
semisal Syekh Hamza Yusuf, Karen Armstrong, Cherif Basiouni, Sayyid
Hossen Nasr, serta banyak lagi, yang tercatat menjadi narasumbernya.
Untuk menambah keakuratan, bersama dengan Kronemer, Wolfe mempelajari
sirah (sejarah) serta buku-buku tentang hadis Rasulullah SAW.

Red: irf
Rep: yusuf assidiq

sumber:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/04/15/111286-michael-wolf-hidayah-turun-usai-melihat-muslim-shalat-di-pesawat

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Welcome to Mom Connection! Share stories, news and more with moms like you.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: