Messages In This Digest (2 Messages)
- 1a.
- Re: [artikel] Doâa Khusus Untuk Madrim From: asma_h_1999
- 2a.
- Re: Berbagi Dalam Keterbatasan[Belajar Dari Ayi rohaman] From: asma_h_1999
Messages
- 1a.
-
Re: [artikel] Doâa Khusus Untuk Madrim
Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com asma_h_1999
Thu May 8, 2008 3:54 am (PDT)
amiin Mba dan Mas. AKu juga deg-degan.
Wassalam
asma
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , dyah zakiati <adzdzaki@..com .>
wrote:
>
> Aamiin. Mudah-mudahan adik-adik kita (atau anak-anak kita ya:)
berhasil menempuh ujian (termasuk ujian kejujuran) dengan baik.
>
> Semua bantu doa yaaa.
> Salam
> Dyah
> Yang lagi dag-dig-dug memikirkan anak-anak.
> Semoga mereka bisa teguh memegang prinsip.
>
>
> ----- Original Message ----
> From: asma_h_1999 <asma_h_1999@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Sent: Monday, May 5, 2008 10:37:39 AM
> Subject: [sekolah-kehidupan] [artikel] Doâa Khusus Untuk Madrim
>
>
> Do'a Khusus Untuk Madrim
>
> Asma Sembiring
>
> Dua hari ini aku berdo'a lebih khusyuk untuk Madrim dibanding
> hari-hari sebelumnya. Sebetulnya do'a ini tidak saja aku tujukan
> untuk Madrim seorang, tapi juga juga Wil, Ki, Al, Didit, Wan, Defi,
> Desi, Mutia, Tiwi, Andi, Ade, Majid dll, murid-muridku kelas 3 SMP
> yang sedang berjibaku menjawab soal-soal UAN yang akan menentukan
> nasib kelanjutan pendidikan mereka. Untuk semua anak aku berdo'a agar
> mereka bisa lulus dengan angka yang baik. Khusus untuk Madrim, aku
> pintakan tambahan do'a khusus, semoga Madrim Pe-De mengerjakan
> ujiannya dengan kemampuannya sendiri.
>
> Madrim siswa privatku. Aku tak meragukan kemampuan muridku bermata
> belok ini. Ia cepat memahami materi ajar dan mengerjakan soal-soal
> yang diberikan dengan cekatan. Satu dua kali ketika membaca soal, dia
> nyeletuk "Aduh Mba, kayaknya jawaban yang nomor sekian aku gak yakin
> deh ini, tapi aku jawab aja ah", ujarnya nyengir. Ketika kami bahas
> bersama, ia mampu menjawab benar soal-soal tersebut.
>
> Selama pertemuan kami, tak sekalipun aku lihat Madrim belajar
> malas-malasan, menguap atau ngantuk karena alasan kelelahan. Meski ia
> sendiri baru pulang ke rumah jam 3.30 sore dan jam 4 mempersiapkan
> diri untuk belajar privat.
>
> Pada pertemuan kami minggu lalu, Madrim sempat curhat denganku.
> "Mba, teman-teman sekelas udah sepakat nih mau kirim-kirim kunci
> jawaban. Aku gimana dong, bingung nih Mba ?"
>
> "Percaya aja sama diri sendiri. Mba yakin kamu pasti bisa kok (hasil
> evaluasi belajar Madrim di sekolah menunjukkan prestasi yang
> bagus-red). Kan udah banyak latihan soal selama ini", aku
menyemangati.
>
> "Tapi teman-teman yang lain gimana dong ?, jadi deg-degan nih Mba"
> "Orang lain biarin aja. Yang penting Madrim enggak. Sia-sia dong
> udah belajar, pas hari H malah enggak yakin. Lagi pula belum tentukan
> kunci jawaban yang dikasih itu betul", jawabku.
> "Iya ya Mba. Aku jawab sendiri aja ya", ia menunjukkan kata sepakat.
> "Chaiyooo, kamu pasti bisa. Mba yakin", aku acungkan jempol kanan.
>
> Minggu menjelang zuhur, saat aku sedang mendengarkan lagu-lagu
> bersemangat berkumandang di Gelora Bung Karno, sebuah SMS masuk dari
> Madrim.
>
> "Mbaa, masa aku dikirimin kunci jawaban IPA dari anak SMP lain, ih
> gimana dong Mba...aku kan ga minta, hehehe", begitu bunyinya.
> "Syukur dong kalo gitu", hehehe jawabku becanda. "Tapi kamu tetep
> belajar ya Neng dan jawab soalnya dengan kemampuan sendiri", balasku.
> IPA sendiri baru di-UAN-kan hari kamis. Minggu, empat hari
> sebelumnya, kunci jawabannya sudah tersebar. Walau kebenarannya masih
> diragukan. Ck..ckkk...ckk. ..aku geleng-geleng kepala.
>
> Semalam dan subuh tadi, tak lupa aku pintakan kembali sebuah do'a
> khusus untuk Madrim. Do'a yang sama, semoga ia mengerjakan ujiannya
> dengan jujur serta yakin akan kemampuan sendiri.
>
> Pagi tadi, jam 6.30 sms Madrim masuk lagi. Kali ini ia menyampaikan
> bahwa kunci jawaban UAN Bahasa Indonesia sudah ia terima. "Moga-moga
> aku ga terima kunci jawaban Mate sama Ingris ya Mba", tulisnya.
> "Tetep semangat Neng. Yakin dengan diri kamu sendiri. Kamu pasti
> bisaaaa", replyku.
>
> Deg-degan plus cemas hatiku menanti-nanti anak didikku lulus dengan
> nilai yang baik, dengan tetap menjunjung tinggi kejujuran dan
> mengerjakan soal dengan usaha mereka sendiri. Dan aku berharap Madrim
> menjadi salah satunya.
>
> Bogor, 5 Mei 2008-05
> Selamat UAN buat anak-anak SMP.
>
>
>
>
>
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
> Be a better friend, newshound, and
> know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
http://mobile.yahoo.com/ ;_ylt=Ahu06i62sR 8HDtDypao8Wcj9tA cJ
>
- 2a.
-
Re: Berbagi Dalam Keterbatasan[Belajar Dari Ayi rohaman]
Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com asma_h_1999
Thu May 8, 2008 3:58 am (PDT)
Mba sya-sya...aku udah pernah dengar kisah ini. Kalo enggak salah dia
pernah diwawancarai di kickandi ya
asma
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Syafaatus Syarifah"com
<syarifah@...> wrote:
>
>
>
> Aku seringkali iri kalau melihat orang-orang seperti Ayi Rohaman
ini. Mereka bukan berasal dari kalangan berada yang mampu
bermewah-mewah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan bisa dibilang
mereka adalah orang yang tak mampu. Serba kekurangan. Namun meski
keadaannya seperti itu, mereka tetap memiliki semangat untuk berbagi
kepada sesama.
>
>
> Ayi rohaman bukan berasal dari keluarga kaya, bahkan sangat
sederhana. Sejak masih remaja dia sudah terbiasa bekerja apa saja.
Sewaktu dia masih sekolah, dia sering tidak bisa membeli buku karena
tidak punya uang.
>
> Meski dia sangat membutuhkan buku tersebut, dia tak pernah berani
untuk memintanya kepada orangtuanya, karena dia tahu bahwa orangtuanya
tidak memiliki uang.
>
> Namun keterbatasannya itu tidak membuat dia lantas menyerah. Diapun
berusaha mencari uang dengan melakukan berbagai pekerjaan. Pernah dia
menjadi kenek angkot, pernah juga berkeliling dari kampung ke kampung
untuk menawarkan piring dan sendok yang bisa digarvir sesuai pesanan.
Sedangkan sekarang ini dia menjadi penjual gorden keliling.
>
> Sejak dulu dia memang senang membaca terutama membaca buku yang
berhubungan dengan lingkungan. "Setelah buku itu dibaca, selain
ilmunya untuk diri sendiri, juga bisa diterapkan untuk orang lain.
Misalnya buku tentang beternak ayam buras, setelah membacanya kita
jadi terpikir untuk mengembangkannya di lingkungan sendiri " katanya.
>
> Karena kegemarannya membaca itu seringkali Ayi mendapat cemoohan
dari tetangganya. Dia dianggap berlagak seperti orang kaya. Misalnya
sewaktu pagi hari dia menyempatkan diri untuk membaca koran sebelum
berangkat kerja, maka tetangganya akan mencemoohnya "Wah tukang gorden
ini kayak orang kaya aja, pagi-pagi sudah baca Koran". Tapi Ayi tak
sakit hati dengan cemoohannya tersebut. Justru dia semakin bertekad
untuk mengajarkan kepada masyarakat bahwa membaca itu penting bagi
siapa saja bukan hanya bagi orang kaya.
>
> Ketika sedang berkeliling berjualan gorden, Ayi makin terdorong
untuk membuat taman bacaan. Ketika itu ia melihat seorang anak
menangis merengek ke orangtuanya meminta buku. Namun orangtuanya tidak
punya uang, jangankan untuk membeli buku, untuk makan hari itu saja
mereka kesulitan. Melihat pemandangan itu, Ayi merasa iba dan kasihan.
Sejak saat itu keinginannya untuk membuka taman bacaan menjadi makin kut.
>
> Lalu Ayi mengumpulkan buku-buku yang dia punya. Awalnya hanya
terkumpul kurang lebih 75 buku. Saat itu tanggal 20 April 2004 dia
membuka taman bacaan di teras rumahnya.
>
> Menjadikan lingkungan menjadi gemar membaca memant tak semudah yang
dikira. Meski di teras rumahnya telah tersedia buku-buku yang bisa
dibaca secara gratis, namun anak-anak tidak ada yang mau masuk.
Akhirnya Ayi melakukan pendekatan personal kepada anak-anak yang ada
di lingkungannya. Setiap kali ada anak lewat, dia akan menyapa dan
menanyainya. Lalu, mulailah anak-anak diajak membaca ke taman bacaannya.
>
> Selain itu, Ayi juga menyediakan makanan-makanan kecil untuk
memancing agar anak-anak mau datang dan membaca.
>
> Ayi juga selalu menganggarkan uang bulanannya untuk menambah koleksi
buku di taman bacaannya. Awalnya ia merahasiakan apa yang dilakukannya
itu dari istrinya. Karena ia khawatir istrinya akan marah. Untuk makan
sehari-hari dan biaya sekolah anak saja sulit kok malah mengurus orang
lain.
>
> Setelah buku yang terkumpul semakin banyak, Ayi kemudian meminjam
kios kakaknya untuk tempat buku-buku itu. Awalnya ia menamakan kios
buku itu dengan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Tapi kemudian ada orang
yang datang menegur dan mengingatkan bahwa ia sudah mendirikan TBM dan
melarang Ayi supaya Ayi jangan ikut-ikutan mendirikan TBM. Lalu ia
mengganti nama taman bacaan itu menjadi perpustakaan Sariwangi.
>
> Pada tahun 2005, perpustakaan Sariwangi dinobatkan sebagai pengelola
perpustakaan terbaik se-Bandung. Saat itu Ayi mendapatkan hadiah dari
bupati berupa buku-buku bekas untuk menambah koleksinya.
>
> Di tahun itu pula, Ayi menghadapi masalah. Kios milik kakaknya yang
tadinya dia gunakan untuk ruang perpustakaan diminta oleh kakaknya
karena akan digunakan. Ayi sempat bingung dan sedih, tak tahu harus
kemana memindahkan perpustakaan itu. Tapi kemudian datang orang dari
sebuah yayasan yang memberikan dana untuk mendirikan perpustakaan yang
layak. Akhirnya berdirilah gedung perpustakaan yang layak yang
digunakannya sampai sekarang sebagai perpustakaan Sariwangi.
>
> Sekarang ini pembaca yang datang ke perpustakaan Sariwangi tiap
harinya mencapai 230 orang, paling sedikit 150 orang per hari.
Pembacanyanya pun beragam mulai dari anak SD, SMP, SMA termasuk
masyarakat biasa. Sedangkan anggota yang terdaftar di perpustakaan itu
mencapai 850 orang.
>
> Ayi bertekad untuk terus mengembangkan perpustakaannya itu. Dia
berharap agar anak cucu dan warga mau tetap melanjutkan perjuangannya
agar perpustakaan tetap berdiri.
>
> Banyak hal yang telah didapatkan oleh Ayi. Namun semua itu tidak
didapatkanya secara instant. Melalui perjuangan panjangnya mengalahkan
segala keterbatasan yang dia miliki dan cemoohan orang-orang di
sekitarnya, dia mampu memberikan sesuatu yang sangat berharga untuk
orang lain.
>
> Salah satu hal yang bisa kita ambil hikmahnya adalah ketika dia
bersusah payah mendirikan perpustakaan untuk masyarakat, hidupnya
malah jadi lebih mudah dan lebih berkah. Padahal tadinya sewaktu hanya
memikirkan hidupnya sendiri, dia merasakan sangat pas-pasan, namun
ketika dia juga memikirkan hidup orang lain kini perekonomiannya malah
membaik. Itulah salah satu berkah berbagi.
>
> Nah, kalau Kang Ayi saja mampu berbagi dalam keterbatasan yang dia
miliki, lalu bagaimana dengan kita?
>
>
>
>
>
> Kisah Ayi disadur dari :
>
> Tarbawi edisi 177 th 9/Rabiuts tsani 1429H/9 april 2008 M
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar