Rabu, 21 Januari 2009

[daarut-tauhiid] FW: "Israel, Berhentilah Berlagak Menjadi Korban"

info....

-----Original Message-----

"Israel, Berhentilah Berlagak Menjadi Korban"
http://republika.co.id/berita/27238.html
JAKARTA--Dalam bukunya "They Dare to Speak Out" yang diterbitkan pada
1985, mantan anggota Kongres, Paul Findley, mengungkapkan betapa kuatnya
cengkeraman lobi Yahudi dan Israel di Amerika Serikat, terutama dalam
masalah Timur Tengah, sehingga orang Amerika atau Barat yang berani
mengkritik Israel dicap sebagai anti Yahudi dan pendukung Nazi.

Findley mengungkapkan, orang-orang kritis yang posisinya lemah telah
diintimidasi dan disingkirkan, sementara yang lebih kuat diasingkan
untuk kemudian dimiskinkan secara politik dan ekonomi, dideskreditkan
oleh media massa, bahkan dilenyapkan sama sekali.

Senator Joseph Raymond McCarthy dari Partai Republik adalah salah
seorang korbannya. Dia diasingkan dari ranah politik AS dan
dideskreditkan oleh media massa sebagai komunis, bahkan penyebab
kematiannya pun tidak jelas.

Kini, setelah agresi Israel ke Gaza, sebagian orang Amerika dan Barat
mulai mengeluarkan kritik tajam pada Israel, bahkan beberapa di
antaranya cenderung anti Yahudi.

Di Yunani, pada 29 Desember, Harian Avriani mengaitkan Perang Gaza
dengan lobi Yahudi, "Setelah Yahudi Amerika menguasai kembali (sistem)
kemakmuran dunia dan menenggelamkan dunia dalam satu krisis keuangan
yang tak pernah terjadi sebelumnya, mereka mulai berlatih untuk
(persiapan) Perang Dunia Ketiga."

Sementara itu, di Italia, asosiasi dagang bernama Flacia-Uniti menyeru
warga kota Roma untuk memboikot segala produk usaha buatan komunitas
Yahudi.

"Kami tidak bisa terus diam terhadap apa yang sedang terjadi di Gaza.
Kami telah membuat daftar pengusaha
(Roma) yang berhubungan dengan Tel Aviv karena rakyat
(Italia) tidak tahu siapa mereka," kata Giancarlo Desiderati, otak di
balik prakarsa boikot itu.

Di AS, suara kritis terhadap Israel menyalak, bukan hanya dari keturunan
Arab, tapi juga non Arab yang muak pada eksploitasi nasib buruk Israel
di masa pasca Perang Dunia Kedua, demi membenarkan serangan kejinya ke
Palestina.

Salah seorang warga AS yang mengkritik Israel adalah aktor, sastrawan,
sosiolog, dan pengarang buku terkenal "The Pursuit of Loneliness,"
Philip Slater.

Dalam Huffington Post edisi 6 Januari 2009 yang dipublikasikan lagi
Middle East Times pada 19 Januari, Philip menyampaikan opini berjudul,
"A Message to
Israel: Time to Stop Playing the Victim Role."

Berikut adalah terjemahan artikel Philip.

Di awal tulisannya, Philip menyatakan dia tak bisa memahami Israel yang
selama ini dibela bangsanya, berubah menjadi agresor dengan masih saja
mendramatisasi nasibnya di masa lalu sebagai korban permusuhan Arab.

"Kalian tak perlu lagi pura-pura menjadi korban.
'Israel yang malang' terdengar aneh manakala kalian justru menjadi
kekuatan dominan di Timur Tengah," kata Philip.

Saat kalian menduduki beberapa tetanggamu, membom dan menaklukannya di
medan perang, menguasai tanah mereka, dan mengusirnya dari rumah-rumah
mereka, maka saatnya untuk berhenti berpura-pura tertindas.

Ya benar, negara-negara Arab menolak keberadaanmu, mengancam akan
membuang kalian ke laut, dan semua itu retorika palsu. Faktanya adalah
kalian kuat, mereka
(Arab) tidak. Kalian punya senjata canggih, mereka tidak. Kalian
bersenjata nuklir, mereka tidak. Jadi berhentilah bersikap cengeng. Itu
tak laku lagi.

Ya, saya tahu, kami rakyat Amerika mesti berbicara dan selalu bergetar
saat mendengar nama teroris, "negara brandal" dan "kekaisaran iblis"
saat kami memiliki cukup nuklir untuk meledakkan dunia dan berbelanja
senjata lebih besar dari negara manapun. Tetapi, hanya karena kami
hipokrit dan gelisah, tidak berarti kalian harus seperti kami.

Philip berkata, menyebut Hamas agresor sungguh tidak pantas karena Jalur
Gaza lebih dari sebuah kamp konsentrasi besar Israel di mana warga
Palestina diserang semau Israel dan harus menderita kesulitan makan,
bahan bakar, energi, bahkan suplai obat-obatan.

"Mereka tidak bisa berkeliaran dan mesti membuat terowongan untuk
menyelundupkan kebutuhan hidup sehari-harinya. Mereka tak akan kalian
perhatikan jika tidak menembakkan roket-roketnya pada kalian."

Philip menulis, lobi Israel bereaksi sejadi-jadinya manakala mereka
dituduh mengadopsi metodologi Nazi yang telah menyiksa mereka, untuk
menghukum sebuah bangsa dengan menyerang bagian kecil bangsa itu dan
secara konsisten dilakukannya di Gaza.

Israel, demikian Philip, telah melanggar hukum internasional, sebuah
hukum yang ironisnya pernah diterapkan untuk mengadili praktik keji yang
dilakukan Nazi kepada bangsa Yahudi semasa Perang Dunia Kedua.

"Ayolah, pisahkan kami dari kemunafikan dengan mengatakan setiap upaya
Israel adalah demi mencegah korban sipil. Saat kalian menjatuhkan
bom-bom di satu kota padat penduduk, kalian membom peradaban. Bom tak
pernah bertanya apa KTPmu."

Bom adalah pembunuh rakyat sipil. Bom-bom dirancang untuk menjatuhkan
semangat sebuah bangsa dengan membantai keluarga-keluarga. Bom digunakan
selama Perang Dunia Kedua oleh semua pihak dengan tujuan meruntuhkan
semangat bangsa. Dan ini pula yang dilakukan di Gaza.

Ayolah Israel, cobalah tahan diri kalian untuk tak berkilah dengan
argumen menyesatkan yang dipinjam dari Bush, bahwa para pemimpin Hamas
bersembunyi di tengah rakyatnya, meninggalkan rumah-rumah mereka.

Yang sesungguhnya terjadi adalah Israel ingin menggiring mereka ke
tempat-tempat yang tidak ada penduduknya, padahal tak ada satu pun lahan
kosong penduduk dan pemukiman di Gaza. Jadinya, para pejuang Hamas bolak
balik di daerah padat penduduk itu."

Philip melanjutkan, Israel telah membom tiga sekolah PBB dan membunuh
lusinan anak-anak serta orang dewasa, meskipun faktanya PBB memberi
kalian koordinat semua sekolahnya di Gaza agar sekolah-sekolah itu tidak
menjadi sasaran pemboman karena PBB ingin mencegah jatuhnya korban sipil
dengan tanda itu sehingga kalian tak mungkin membomnya. Alih-alih Israel
membom sekolah-sekolah itu.

"Tampaknya kalian merasa bisa membunuh siapapun, kapanpun dan dimanapun
kalian suka, hanya karena kalian mendapat restu dari Amerika Serikat,"
kata Phiilip.

Setiap hari serangan yang dilancarkan ke Pelestina, kalian semakin
terlihat melecehkan PBB, masyarakat internasional dan hidup manusia.
Persis perilaku negara berandal.

Kalian mungkin juga memberi perhatian pada fakta bahwa kebijakan kuno
kalian yang sok jagoan --kebijakan yang kalian lakukan
berdekade-dekade-- tidak berhasil!

Bangsa Palestina itu manusia. Mereka bukan anjing yang bisa kalian
perintah. Makin buruk kalian perlakukan mereka, makin ingin mereka
melawanmu. Itulah arti menjadi manusia. Semakin keras kalian tindas,
semakin kuat mereka melawan.

Kami (AS) pernah membom Vietnam dengan jumlah lebih banyak dari seluruh
bom yang dijatuhkan selama Perang Dunia Kedua. Itu belum termasuk bom
napalm (bom curah), herbisida (bom biologi) dan semua jenis ranjau darat
canggih. Tapi, apakah mereka (bangsa Vietnam) lantas bersujud dan
mencium lutut penjajahnya? Tidak, mereka pantang tunduk.

Kalian mesti membunuh mereka semua. Dan saat kalian melakukan itu,
kalian akhirnya tidak akan lagi didukung siapapun, bahkan Amerika
Serikat.

Ingatlah, bahwa dukungan Amerika kepada kalian seluruhnya didasarkan
pada gagasan bahwa tidak ada satu pun politisi (AS) memenangkan pemilu
tanpa dukungan suara Yahudi.

Tapi tak semua Yahudi Amerika berpikir Israel mengemban misi agung dari
Tuhan. Banyak warga Yahudi Amerika lebih mempercayai hukum dan keadilan
internasional.

Saya bisa mengerti Israel jengkel mendapat pelajaran seperti ini dari
seorang Amerika. Tapi bukankah ini yang telah kami orang Amerika
lakukan? Mendatangi negara orang lain, membantai 95% penduduknya untuk
kemudian mengambilalihnya?

Ketika yang dirampas tanahnya serentak melawan, agresor (Israel di tanah
Arab) panik dan segera menyebut agresinya ke tanah orang lain itu sah
meskipun dengan melakukan pembantaian genosidal.

"Mohon maaf saya mesti katakan padamu wahai Israel, kalian ketinggalan
zaman. Alasan genosida tidak lagi laku. Saya tahu ini tak adil, kalian
memiliki hak untuk tersinggung dengan semua ini, namun dunia itu semakin
kecil, gaya koboy itu sudah kuno, dan para algojo tidak lagi menjadi
pahlawan," kata Philip menutup tulisannya.Ant/Ya/Huffington Post dan
Middle East Times

===

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Group Charity

Stop Cyberbullying

Keep your kids

safe from bullying

All-Bran

Day 10 Club

on Yahoo! Groups

Feel better with fiber.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: