Selasa, 20 Januari 2009

[daarut-tauhiid] Perang di Gaza:Menghancurkan Legitimasi Israel




Eramuslim - Richard Falks, seorang kritikus Israel dan Reporter Khusus PBB,
mengatakan bahwa Israel sudah kalah dalam perang, dan hancurnya 
legitimasi. Apa maksudnya?
Jawabannya ada dalam demonstrasi yang terserak di seluruh dunia.
Bagi semua orang, agresi berdarah Israel atas Jalur Gaza telah
menghancurkan semua kehormatan bangsa Yahudi dan nama baiknya (jika
masih ada). Sebagian besar aksi demonstrasi selalu membawa banner
besar yang berisi kata-kata yang membandingkan Israel dengan Nazi
Jerman. Pembantaian warga Gaza hanya menambahkan  wajah kejahatan bagi
Israel yang telah menorehkan sejarah kematian di Deir Yassin, Lebanon,
dan wilayah Arab lainnya.
Ari Avnery, seorang Israel yang terus-menerus mengkritik
pemerintahannya, pekan ini ia menulis, "Apa yang akan diingat oleh
dunia akan peristiwa ini adalah wajah monster Israel yang haus darah.
Ini niscaya akan memberikan konsekuensi jangka panjang bagi orang-orang
Yahudi. Pada akhirnya, agresi ini adalah kejahatan kepada kita sendiri,
kejahatan terhadap negara Israel!"
Seorang Israeli  lainnya, Avi Shalim, Profesor Hubungan
Internasional di Universitas Oxford mengatakan bahwa ia percaya Israel
telah menjelma menjadi negara biadab. "Sebuah negara biadab selalu
melawan hukum internasional, menguasai senjata penghancur massal, dan
melakukan terorisme, untuk semua tujuan politis. Israel memenuhi semua
kriteria ini."
Seorang rabbi Yahudi yang tinggal di Amerika, Michael Lerner, editor
di majalah Tikkun, menulis, "Semua ini membuat saya patah arang. Israel
benar-benar bodoh. Sebagai seorang Yahudi yang relijius, saya melihat
apa yang dilakukan oleh pemerintah Israel betapa begitu mudahnya
mengubah nilai-nilai Judaisme menjadi pesan kebencian."
Barangkali, kecaman orang Israel terhadap Israel yang paling kejam datang dari Profesor Ilan Pappe, pengarang buku The Ethnic Cleansing of Palestine.
"Zionisme adalah sebuah idelogi yang memakai pembunuhan etnik,
pendudukan, dan sekarang pembantaian massal. Apa yang dihasilkan oleh
Israel di Jalur Gaza bukan saja mengutuk atas apa yang dilakukan Israel
tapi juga menghilangkan semua nilai ideologi Yahudi."
Zionisme, Pappe berdalih, telah diangkat menjadi sebuah 'ideologi
rasis dan hegemonik. Ini, tentu saja, bukan berita baru buat orang
Palestina, ataupun pada bangsa Arab dan Muslim lainnya.
"Mudah-mudahan," ujar Pappe, "suara kecaman dari seluruh dunia akan
mengubah Israel bahwa ideologi ini dan semua yang telah dilakukannya
merupakan suatu hal yang tidak bisa lagi ditoleransi dan tak bisa
diterima. Israel akan diboikot dan terjerat sanksi."
Apa yang dikatakan oleh orang-orang Israel ini menyiratkan bahwa
Israel telah menderita kekalahan dalam perang legitimasi. Dengan
mengubah Gaza menjadi reruntuhan, meneror dan membantai warganya, bukan
saja hanya merusak citra Israel tapi juga memperlihatkan moral dan
politik Israel yang rendahan.
Pertanyaannya; mengapa Israel melakukan hal ini? Israel boleh saja
mengklaim mengalami trauma masa lalu yang akut, namun perbuatan mereka
kali ini sangat menganggu dan amoral. Israel benar-benar gila dan
terlalu berlebihan dalam menderita paranoid akan keamanan mereka.
Sejak tahun 1948, lebih tepat sejak Deklarasi Balfour Inggris tahun
1917, para pemimpin Israel selalu mempersempit Palestina, dan mereka
ketakutan akan proyek mereka ini. Yang menggelikan, Israel selalu
bersikap bahwa tak ada ide dua negara dalam sejarah Palestina; Israel
menghendaki semua wilayah Palestina. Sebagian pemimpin Israel, seperti
Itzhak Rabin, membicarakan perdamaian, namun tak ada satupun
realisasinya. Siapapun partai yang berkuasa di Israel, baik Partai
Buruh, Likud atau yang sekarang, Kadima, sama sekali tak ada perbedaan.
Sekarang, perang Gaza telah menenggelamkan semua harapan orang
Yahudi akan adanya dua negara. Apa gerangan sekarang yang bisa menjadi
alternatif? Jelas sekali, mereka ingin menimpakan semua kesalahan
kepada Mesir yang tak mau membuka perbatasan Rafah. Ariel Sharon,
mantan Perdana Menteri, menarik semua kaum Yahudi dari Gaza pada tahun
2008 untuk konsentrasi di Tepi Barat. Ide ini masih terus ada sekarang.
Sekarang, para Yahudi Tepi Barat telah menjadi banyak dan mereka
menginginkan lebih banyak lagi tanah Palestina.
Bisakan Barack Obama menghentikan kecenderungan ini? Hillary
Clinton, calon Menteri Luar Negeri AS telah mengatakan bahwa visi dua
negara antara Israel dan Palestina tidak begitu saja diabaikan. Kita
sudah mendengar ini sebelumnya.
Tapi Hillary menegaskan bahwa AS tetap akan memberantas Hamas, dan
ini menjadi kesalahan pertama pemerintahan AS yang baru yang belum lagi
memulai kinerjanya. Bagaimana AS mengharapkan kombinasi dua negara
dalam satu wilayah sementara AS tak mau mendengarkan satu pihak lainnya?

Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Need traffic?

Drive customers

With search ads

on Yahoo!

Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: