Messages In This Digest (4 Messages)
- 1.
- [Info] Anda Dibayar Mahal untuk Menulis di Internet. MAU? From: Jonru
- 2.
- Artikel: Mengapa Banyak Hewan Kurban Yang Menangis? From: Dadang Kadarusman
- 3.
- (Ucapan) SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1431 H From: fiyan arjun
- 4.
- (cerpen inspiratif) Izinkan Aku Mengentuk Pintu Hatimu From: fiyan arjun
Messages
- 1.
-
[Info] Anda Dibayar Mahal untuk Menulis di Internet. MAU?
Posted by: "Jonru" jonrusaja@gmail.com j0nru
Mon Nov 15, 2010 7:14 pm (PST)
Assallamualaikum,
Teman-teman,
Baru-baru ini, saya mendapat order dari Telkomsel untuk me-review
Kartu AS di blog pribadi saya, http://www.jonru.net :)
Untuk review ini, saya dibayar lumayan mahal. Cukuplah untuk membayar
berbagai macam tagihan, mulai dari listrik, telepon, kartu kredit, dan
sebagainya.
"Kok bisa mendapat order besar seperti ini? Gimana caranya?"
Klik http://norabots.com/ar/x/ t.php/1866
Hehehe... Bentar. Sabar ya :)
Yang saya ceritakan ini merupakan BUKTI bahwa menulis dia blog pun
BISA mendatangkan sukses!
Jadi kalau selama ini banyak orang beranggapan bahwa menulis di
internet hanya buat hobi, tak ada duitnya, maka pengalaman saya justru
membuktikan sebaliknya!
Selain yang saya ceritakan di atas, masih banyak peluang menggiurkan
lainnya, bila Anda rajin menulis di blog.
Klik http://norabots.com/ar/x/ t.php/1866
Anda Mau Kaya?
Anda Mau Meningkatkan Personal Branding?
Anda Mau Meningkatkan Reputasi Diri di Depan Penerbit?
Anda Mau Seperti Raditya Dika yang Suksesnya Berawal dari Blog?
Klik http://norabots.com/ar/x/ t.php/1866
SEMUANYA BISA ANDA RAIH!
Hanya dengan Rajin Menulis di Blog!
"Masa Sih? Bagaimana Caranya?"
Untuk menjawab pertanyaan inilah, saya Insya Allah akan membeberkan
rahasia BERBAGAI PELUANG yang memungkinkan Anda meraih sukses hanya
dengan rajin menulis di BLOG.
=================
CATAT YA:
=================
Workshop 1/2 Hari
"Blogging & Online Writing for Success!"
Bersama Jonru
Minggu, 21 November 2010 di Jakarta.
Untuk pendaftaran dan info selengkapnya, silahkan klik
http://norabots.com/ar/x/ t.php/1866
--
Terima Kasih dan Salam Sukses!
Jonru
(*) Founder & Moderator Milis Penulis Lepas
(*) Founder & Mentor Sekolah-Menulis Online: http://www.SekolahMenulisOnline. com
(*) Penulis Buku "Menerbitkan Buku Itu Gampang!" dan "Cara Dahsyat
Menjadi Penulis Hebat"
(*) Telp: 0852-1701-4194 / 021-9705-6247
(*) Personal blog: http://www.jonru.net
- 2.
-
Artikel: Mengapa Banyak Hewan Kurban Yang Menangis?
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Mon Nov 15, 2010 7:14 pm (PST)
Artikel: Â Mengapa Banyak Hewan Kurban Yang Menangis? Â
                                                       Â
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Â
Di hari Raya Iedul Adha banyak sekali hewan ternak yang dikurbankan. Umat Islam meyakininya sebagai bagian dari warisan Nabi Ibrahim alaihissalaam. Kepada Ibrahim Tuhan mengajarkan kesediaan untuk berkorban. Kemudian ajaran itu diabadikan oleh Tuhan melalui Nabi-Nabi yang datang kemudian. Setiap mahluk yang tunduk kepada Tuhannya tentu akan dengan senang hati menjalani perintah-Nya. Termasuk hewan-hewan ternak itu. Tetapi, apakah setiap hewan kurban bersuka cita ketika mereka memberikan pengorbanan itu? Â
Â
Di masa kecil, hati saya sering dipenuhi oleh kisah-kisah indah yang menceritakan tentang hewan-hewan yang senang kalau dipilih untuk menjadi kurban. Meskipun mereka mati, namun kematiannya membuat Tuhan senang. Sehingga, hewan-hewan itu bisa menjadi mahluk yang disayang oleh Tuhannya.
Â
Setelah dewasa, sudut pandang saya mulai berubah. Bahkan, panca indera saya merasakan ada hewan yang meneteskan air mata ketika terpilih menjadi kurban. Semakin saya tua, semakin banyak cerita tentang hewan-hewan yang menangis itu. Lalu saya bertanya dalam hati; âApakah hewan-hewan di zaman ini sudah enggan untuk diajak lebih dekat dengan Tuhan?â
Â
Lama saya memikirkan sebuah jawaban. Hingga saya kembali teringat tentang apa yang pernah saya alami dulu. Sewaktu masih kecil, saya adalah penggembala domba. Dan saya biasa berbicara dengan domba-domba saya. Kali ini pun saya merasa seolah tengah berdiskusi dengan mereka.âWahai domba-dombaku,â Saya bertanya; âmengapa sekarang kalian enggan menjadi hewan kurban?â
Â
Domba-domba itu terperanjat, lalu menjawab;âEmbeee...kâ katanya.
âKenapa begitu?â balas saya. Lalu mereka berkata:âBekmbek, eeeeeembeeeeek....â
Anda yang tidak mengerti bahasa para domba tidak akan memahami isi dialog kami. Tapi, sekarang saya faham mengapa banyak hewan kurban yang menangis di hari raya Iedul Adha. Para domba bilang, mereka menangis karena banyak sekali orang yang berkurban bukan untuk mencari karunia Tuhan. Melainkan sekedar ingin mendapatkan pujian. Para domba dan teman-temannya sesama hewan kurban sedih sekali melihat perilaku para manusia. Mereka mengira bahwa kurbannya itu akan sampai kepada Tuhan sebagai suatu amalan. Padahal dengan niatnya yang tidak lurus lagi, tidak mungkin Tuhan menilainya sebagai suatu kebaikan.
Â
Diantara manusia ada yang berkurban karena merasa âtidak enakâ oleh tetangganya. âOrang mampu kok tidak berkurban, apa kata dunia?â Â Padahal hanya soal membayar pajak yang boleh sambil bilang begitu. Â
Â
Diantara mereka juga ada yang berkurban untuk sekedar pameran. âLihat nih, hewan kurban gue yang paling gede!â
Â
Ada pula yang berkurban untuk beragam alasan lainnya selain mendekatkan diri kepada Tuhan. Ibadah sudah berubah menjadi sekedar ritual yang hampa akan makna. Maka wajar jika para hewan yang dikurbankan itu merasa pengorbanannya tidak lagi memiliki nilai spiritual seperti halnya yang diajarkan Tuhan kepada Ibrahim.
Â
Domba-domba saya bercerita tentang betapa banyaknya manusia yang mengira bahwa kurbannya bakal diterima oleh Tuhan. Padahal, Tuhan sudah berfirman bahwa tidak sedikitpun bagian dari hewan kurban itu akan sampai kepada-Nya. Tidak dagingnya. Tidak darahnya. Bahkan tidak sekalipun hanya sehelai bulunya.
Â
Domba-domba saya bercerita tentang betapa sedihnya mereka melihat tingkah polah manusia yang telah kehilangan esensi dari kurbannya. Mereka hanya melihat jasad kasar hewan-hewan yang dikurbankan. Padahal hakekat dari kurban melampaui batasan-batasan kasat mata belaka. Karena hakekat kurban adalah komitmen untuk menyembelih nafsu kebinatangan yang masih berkeliaran didalam diri kita.
Â
Binatang tidak malu membuka-buka aurat didepan umum. Kita berkurban, tapi tetap berbangga hati dengan aurat-aurat yang kita perlihatkan. Binatang tidak segan untuk merebut makanan milik teman. Kita berkurban, tetapi masih berani merampas harta benda yang bukan hak kita. Binatang tidak sungkan untuk mengumbar syahwat dimana saja dan dengan siapa saja. Kita berkurban, tapi tidak lagi menghiraukan siapa yang muhrim dan siapa yang haram untuk berhubungan intim. Binatang juga berprinsip siapa yang paling kuat fisiknya, dialah yang menjadi rajanya. Kita berkurban, namun masih gemar menerapkan hukum rimba sehingga akal dan nurani kita tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.Â
Â
Domba-domba saya bercerita, betapa sedihnya mereka melihat tingkah polah manusia yang berkurban namun tetap membiarkan hidup sifat-sifat kebinatangan didalam dirinya. Sehingga di hari raya Iedul Adha, banyak orang yang kehilangan makna dari kurban yang dilakukannya. Diakhir pertemuan itu, domba-domba saya berpesan;âJika engkau berkurban, maka luruskanlah niatmu hanya untuk Tuhanmu. Dan sembelihlah nafsu-nafsu kebinatangan didalam dirimu. Maka aku akan bersuka cita untuk menjadi simbol kurbanmu....â
Â
Ketika domba saya hendak dikurbankan, dia terlihat meneteskan air mata. Lalu saya bertanya;âMengapa engkau menangis? Apakah aku belum meluruskan niatku?â
Â
Domba saya berkata;âSekarang aku menangis oleh rasa syukurku, karena Tuhan telah memilihku menjadi hewan kurbanmu....â
Â
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Leadership & People Development Training
www.bukudadang.com dan www.dadangkadarusma n.com
Â
Catatan Kaki:
Fitrah hewan ternak adalah untuk menjadi nutrisi bagi umat manusia. Sedangkan fitrah manusia adalah untuk memenuhi panggilan Tuhannya dengan niat yang selurus-lurusnya.
Â
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul âBelajar Sukses Kepada Alamâ versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan kunjungi petunjuknya di www.bukudadang.com Â
--------------------- --------- --
Buku-buku terbaru Dadang Kadarusman sudah tersedia di toko buku atau bisa dipesan di http://www.bukudadang.com/
- 3.
-
(Ucapan) SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1431 H
Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com
Mon Nov 15, 2010 7:14 pm (PST)
PAK SELAMAT PERGI KE KOTA DOHA
KE KOTA DOHA JALANNYA BERLEHA-LEHA
SELAMAT IDUL ADHA 1432 H
SEMOGA MEMBAWA BERKAH
AMIN
- 4.
-
(cerpen inspiratif) Izinkan Aku Mengentuk Pintu Hatimu
Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com
Mon Nov 15, 2010 7:15 pm (PST)
* Izinkan
Aku Mengentuk Pintu Hatimu*
*
Fiyan Arjun*
*Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu. Jika kau hilangkan agama
dalam dirimu Hilanglah cintaku padamu " (Imam Nawawi)*
* *
"Pintu ini terbuka untuk siapa saja. Siapa pun orangnya! Kami sebagai orang
terdekat dan mencintai nanda Kesuma semua kami serahkan kepadanya kembali.
Semua keputusan ada di tangannya. Kami semua sudah meyerahkan hal ini
padanya "
Aku terpaku
Sosok laki-laki muda berperawakan tinggi sedang dan tegas yang sedang
berhadapanku begitu lugas memberitahukan apa yang ia bicarakan. Dan aku tahu
itu! Ia pasti sudah tahu maksud dan tujuanku datang bersama kawanku itu.
Ya, saat itu aku ingin berkunjung ke rumah seorang perempuan bersama kawanku
yang diantar oleh roda duanya. Aku yang baru pertama kali bertandang ke
rumah perempuan itu tentu sempat tak percaya. Apakah ini mimpi atau tidak.
Itulah yang membuat aku galau. Hingga rasa kegalauanku langsung
menghantuiku seketika. Hingga akhirnya benakku bermain-main dengan
khayalanku. "*Oh beginikah rasanya mengejar sesuatu yang kita inginkan*?!"
Bathinku terus bergumam menghalau rasa kebekuanku.
Maklum aku baru pertama kali berhadapan langsung dengan orang yang sama
sekali tak aku kenal. Terlebih untuk maksud tertentu dandengan tujuan
tertentu pula. Dan itulah awal aku menginjaki rumah itu. Aku ingin
mengetahui sosok rupa perempuan yang akan aku temui saat itu. Seorang
perempuan dengan tahi lalat di atas bibiryang sebelumnya aku selidiki di
dunia maya. Dan ternyata benar. Ia bertahi lalat, ayu dan mengenakan kudung
merah jambu yang menutupi kepalanya. Sungguh perempuan seribu satu yang
begitu peduli dengan kehormatannya sebagai perempuandengan menutupi
auratrambut sebagai mahkota seorang perempuan. Dan ia tersenyum simpul malu
saat bersitatap denganku. *Amboiii apakah aku sedang bermimp*i? Entahlah.
Tapi begitulah saat aku pertama kali berjumpa dengannya. Walau aku tidak
sendiri!
Tapi kenyataannyakini aku sudah dihadapkan oleh tiga orang perempuan dan
satu laki-laki muda berperawakan tinggi sedang duduk sama rendah denganku.
Tapi bukan mereka saja yang ada tetapi juga ada kawanku Yaminyang saat itu
sama-sama duduk bersebelahan denganku. Dan ia hanya bisa menunggu aku
beraksi. Apa yang akan aku bicarakan kepada mereka.
Lagi-lagi saat itu aku bagaikan seorang pelamar kerja yang sedang mengadakan
*interview *oleh seorang personalia perusahaan agar bisa lolos terseleksi
yang terbaik. Begitulah aku mengumpamakan diriku saat itu. Aku bagai seorang
pelamar kerja di sebuah perusahaan!
Lucu? Jelas! Menggelitik? Tapi itu unik untukku! Apalagi aku yang terbiasa
dengan kerealitisan. *Hiduplah harus realitis agar tak naïf memandang dunia
semu ini*. Begitulah aku berprinsip selama ini. Walau aku tahu tak banyak
orang yang mengamini prinsipku itu. Tapi lagi-lagi *I don't care*. Bagiku
aku tak merugikan orang lain. Itu lebih baik ketimbang aku harus
berpura-pura.
Aku agak gugup saat itu. Dan .*Oh My God* tiba-tiba peluh sebiji jagung
sudah membanjiri seluruh tubuhku. Aku berkeringat dingin!
Ini adalah pengalaman hidupku yang pertama. Pengalaman dalam sebuah
pertemuan yang dibuat sedemikian rupa. Baik olehku maupun pemilik rumah yang
sedang aku tadangi saat itu. Dan tentu saja atas bantuan kawan baikku Yamin
pula yang selama ini banyak membantuku dari persiapan pertemuan hingga aku
bisa bertatap muka langsung dengan perempuan itu.
"Bagaimana Saudaraku apakah kau sudah siap lahir bathin untuk menemui orang
yang akan aku pertemukan dengan kau? Kuharap kau tidak panas dingin apalagi
sampai sakit perut!"
Begitulah saat aku sedang berada di atas motor bebeknya. Ia melontarkan
sebuah lelucon yang kuanggap cukup lucu untuk ukuran membuat orang terhibur.
Pagi itu matahari mulai tampak terlihat. Hangatnya matahari sudah aku
rasakan. Walau pun tidak begitu panas tapi membuat aku tak nyaman. Itu yang
aku rasakan saat pagi itu. Namun lagi-lagi Yamin kawanku itu membuyarkan
lamunanku di atas motornya. Sambil mengemudikan roda duanya, ia terus saja
membuat lelucon untukku di tengah jalan raya saat menuju rumah yang tak aku
ketahui dimana letaknya. Letak rumah "Perempuan Bertahi Lalat di Atas Bibir"
yang akan diperkenalkan oleh kawanku itu. Lagi-lagi begitulah aku sering
menyebut perempuan itu dan kawanku pula juga mengaminkannya pula. Lucu.
Memang tapi itulah keakraban kami sebagai kawan untuk membantu saudaranya
ini. Dan saudaranya itu tak lain adalah aku yang sedang mencari cinta
seorang perempuan. *(Gdubrakkkk*!!)
Aku hanya tersenyum tawar saat kawanku itu mulai membuat lelucon yang
menurut cukup menghibur. Tapi itu tak cukup! Karena sebelum aku berada di
atas roda duanya itu ak harus berlama-lama dahulu menunggu di sebuah taman.
Menunggu kedatangannya untuk menjemputku. Karena aku sama sekali buta dengan
tempat perempuan itu tinggal. Akhirnya sebelum aku menuju rumah perempuan
itu aku lebih dahulu membuat perjanjian dengan kawanku itu untuk bertemu di
sebuah taman. Karena memang selain aku tak tahu tempat yang akan tuju. Aku
juga tak membawa kendaraan apa-pun. Hanya bisa membawa diri agar sampai di
taman itu sambil menunggu kedatangan kawanku. Cukup lama memang saat itu.
Tapi bagiku lamanya waktu aku menunggu tak sebandiing jika aku bisa bertemu
perempuan itu. Perempuan yang juga sedang menanti kedatanganku pula.
Hingga akhirnya membuat khalayan tingkat tinggi menerobos imajinasi dalam
benakku. Tak menyadari jari jemariku menuliskan sebuah puisi di handphoneku.
Lancar. Lugas. Tak perlu banyak berpikir dan tiba-tiba *Oh My God * kini
sudah membentuk sebuah puisi yang membuat aku begitu terkejut saat aku
membacanya kembali.
*Aku tidak mau kau menunggu lama*
*Ketika aku belum datang*
*Maka aku dahulukan diriku yang datang*
*Sambil menunggu kau,*
*Aku di sini sedang terpaku di taman*
*Yang belum aku banyak tahu*
*Aku harap ada sesuatu yang membuat*
*Aku rindu...*
* *
Dan tanpa sengaja jari jemariku mulai berulah kembali. Tanpa di sengaja aku
menekan tutsdan terkirimlah nomor tujuan. Tak lain nomor tujuan itu adalah
nomor kontak perempuan yang akan aku temui.
Aneh? Tapi itulah kenyataannya.
"Bagaimana Saudaraku apakah kau sudah siap lahir bathin untuk menemui orang
yang akan aku pertemukan dengan kau? Kuharap kau tidak panas dingin apalagi
sampai sakit perut!"
Kawanku kembali mengeluarkan lelucon itu lagi. Tapi kali ini aku hanya
mendengarkannya saja. Aku tahu kawanku itu hanya bermaksud untuk membuat aku
tidak tegang untuk menemui perempuan itu. Santai. Dan menyarankan aku untuk
seperti biasanya saat aku juga mengenal kawanku itu. Walau terkesan biasa
saat aku pertama kali berjumpa dengan kawanku itu. Tapi untuk hal satu ini
jelaslah beda. Perlu persiapan mental yang kuat. Maklum sebenarnya saat aku
pertama kali berjumpa dengannya semua berawal saat ia menjadi narasumber
untuk bukuku. Ya, kawanku itu bukanlah kawan main dan juga bukan kawan kecil
apalagi kawan satu profesiku. Ia hanyalah kawan yang ditakdirkan oleh Tuhan
untuk menjadi bagian dalam hidupku (baca: saudara) sekaligus perantara untuk
menuju kesempurna *dien*Nya.
"Awas, kau Saudaraku menyetir motor hati-hati lihat ke depan," jawabku
mengalihkan lelucon yang ia keluarkan untuk menghiburku. Ini bukan malah
berhenti ia malah menambah koleksi leluconannya kembali hingga membuat aku
terpaksa tersenyum. Dan aku tidak bisa mengelak. Hingga aku menganggap
lelucon itu sebagai peneman hiburanku menuju rumah seorang perempuan yang
akan aku datangi.
"Pokoknya santai aja, Bro! Anggap aja kau sedang bertamu. Tapi kau harus
berjaga sikap dan berlaku sopan agar perempuan itu bisa menarik perhatian
kau!"
Ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha- ha
Kali ini aku yang tertawa terbahak-bahak sehingga jalan yang aku lalui
bersama kawanku itu sejak tadi mengular. Macet. Seakan-akan tak terasa! Dan
itu membuat aku terhibur.
"Kau ini bisa aja Saudaraku! Kau pantasnya ikut audisi pelawak saja agar
bisa hidup dari sana " jawabku sekenanya.
Dan ia pun membalas kembali." Nanti kalau aku terkenal Tukul kalah pamor
dong sama aku, Saudaraku!"
Aku dibuat tak berkutik. Dan aku hanya bisa menikmati perjalanan panjang.
Walau menurutku tak sepanjang penantian perempuan yang sedang menanti
kedatanganku. *Hmm sentimetil sekali aku ya saat-saat begini*!
**
"Adik ini sekarang kerja dimana?"
"Hai, Saudaraku kau diajak bicara itu! Kau dengar tidak?"
Tiba-tiba lenganku disikut oleh kawanku itu.
"Iya, iya aku tahu kok! Aku dengar! Ini aku lagi menyimak. Masa sih di depan
adik ipar tak aku dengarkan," jawabku memberitahukanya bahwa sejak tadi aku
terus menyimak apa yang dikatakan oleh laki-laki muda berperawakan tinggi
sedang dan tegas itu.
"Adik ipar...?!" celetuk kawanku itu. "Masih calon! Ingat. Ma-sih calon adik
ipar...Ingat itu!" lanjutnya kembali membuat mempertegas kepadaku hingga
kosentarsiku buyar seketika.
"Iya, iya aku tahu Saudaraku. Tenang...Tenang...Percayakan saja sama
Saudaramu ini. Pasti beres kok," ucapku dengan penuh semangat.
"Sebelumnya maaf Mas saya ini kerjanya tak menentu. Apalagi tempat juga tak
menentu pula. Saya ini seorang pekerja yang sering membutuhkan keheningan
dan juga mencintai anak-anak. Walau berpenghasilan tak besar. Tapi saya
cukup bersyukur dengan pekerjaan ini." Aku pun memberitahukan pekerjaanku
sebisa mungkin dan juga sebisa apa yang aku lakukan selama ini. Memang walau
aku sempat tak pede dengan kekuranganku ini. Tak lain penghasilanku yang tak
terlalu tinggi dan besar. Tapi aku sudah berjanji pada diriku biar
bagaimanapun aku harus menikmati jerih payahlu ini ketimbang tidak sama
sekali. Apalgi menggerutu yang tidak-tidak. Itu bukan sifatku!
"*Hmm* begitu ya."
"Kalau keluarga berapa sanak saudara?"
Kini aku mulai merunutkan satu persatu saudara-saudara kandungku yang aku
miliki. Walau aku sempat menyembutkan saudara kandungku yang telah lebih
dahulu meninggalkan bumi ini. Lucu, ya, masa aku sebutkan saudara-saudara
kandungku yang telah tiada. Tapi apa boleh buat aku pun terpaksa harus
mengatakannya juga.
"Saya memiliki 12 saudara kandung. Namun sekarang yang masih hidup hanyalah
enam 6 saudara kandung. Tiga perempuan dan 3 laki-laki. Jika yang perempuan
saat ini sudah memiliki keluarga kecilnya masing-masing. Begitu juga dengan
kakak laki-laki sayayang keempat. Ia juga sudah memilikinya. Hanya tinggal
saya dan adik saya saja yang belum." Bagai menulis sebuah cerita kehidupan
kucurahkan segala apa yang aku alami dan aku rasakan saat saat itu.
Keluarga besar? Tentu! Apalagi aku sangat mencintai mereka. Keluargaku!
"Baiklah kalau begitu saya masuk ke dalam dulu. Untuk sementara waktu kamu
bicara dulu seperlunya kepada adik saya ini. Saya mau komporoni dulu dengan
Ibunya nanda Kesuma terlebih dulu. Baru setelah itu kamu akan kami beri
jawabannya ."
Bagi seorang anak pelajar yang menuggu kelulusan aku hanya berharap-harap
cemas. Luluskah aku dari "interview" yang aku laku saat ini. Atau, gugur
sebelum aku berharap. Entah!
Aku hanya bisa duduk termangu. Hingga aku tak menyadari kedatangan seorang
perempuan yang sudah sejak tadi ingin aku temui. Dan tiba-tiba sudah ada di
hadapanku.
"Bagiamana Mas tadi ditanya-tanya sama kakak saya. Jangan khawatir dia baik
kok. Oya, sambil menunggu keputusan kakak saya dan Ibu saya silakan Mas
diminum airnya dulu..." Begitu ucapannya kepadaku hingga membuat aku sedikit
cemas.
Kuambil secangkir gelas yang beralaskan piring kecil di atas meja. Kuangkat
cangkir itu perlahan-lahan hingga menyatu di bibir hitamku.
Namun belum habis air yang ada di dalam cangkir minum itu aku pun terkejut
ketika orang yang sejak tadi berbicara kepadaku sudah keluar dari kamar.
Kamar tempat mereka (kakak laki-laki perempuan itu dan Ibunya) untuk
merundingkan keputusan untukku. Dengan membawa sebuah kabar yang aku sendiri
tak tahu aku.
Aku cemas.
Dan lagi-lagi *Oh My God* tiba-tiba peluh sebiji jagung kembali membanjiri
seluruh tubuhku. Aku berkeringat dingin lagi! Padahal peluh yang terlebih
dahulu membajiri tubuhku belum tuntas kering. Dan kin ditambah lagi. Entah,
apa yang sebenarnya terjadi kepadaku, aku hanya bisa duduk saja dengan hati
dipenuhi rasa harap-harap cemas. Aku hanya tinggal menunggu keputusan itu.
Apakah itu kabar yang baik aku dapatkan saat itu atau tidak. Hatiku terus
berdecak tak teratur. *Oh, Tuhan inikah rasanya menjadi orang yang sedang
menunggu sebuah keputusa*n? Bathin terus berkata.
Aku pun semakin dag-dig-dug
Dan tibalah keputusan yang aku tunggu sejak tadi.
"Kami dari pihak kakak dan Ibunya nanda Kesuma meresmikan hubungan adik
sama nanda Kesuma. Tapi apakah nanda Kesuma mengiyakan juga atau tidak. Ya,
kita dengarkan saja apa yang akan diucapkan kepada kamu. Ia menerima adik
sebagai peneman hidup selama-lamanya atau tidak.
Aku semakin dibuat tak berdaya.
"Ya, jika kakak dan orangtua saya setuju apalagi yang saya tunggu. Saya juga
harus menyetujuinya juga. Bukan begitu ."
Aduhai ia tersenyum untukku Inikah tanda lampu hijau untukku?
Aku terhanyut. Begitu juga kawanku yang sejak tadi ingin mendengarkan
jawaban pula dari perempuan itu.
Bagaikan musafir yang menemukan telaga hijau yang menyejukan hati aku
berjingkat. Kegirangan. Hingga membuatku tak sadarkan diri jika aku sudah
menjadi tontonan oleh para pengemudi kendaraan yang sedang berlalu-lalang di
tengah jalan. Tepatnya di bawah lampu merah.
"Eh, Saudarku bangun. Bangun! Kau ini siang belum terik masih saja sempat
bermimpi. Dan anehnya kau mimpi di atas motorku pula. Dasar kau ini "()
*Tanah BetawiUlujami, 14 November Ceria 2010*
*Thanks to my Bro: Arie Murthazah dan Salim Yahya yang sudah mengantarkan
aku menemui bidadari...*
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar