Sabtu, 03 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Wajib Selektif Dalam Menerima Berita

Wajib Selektif Dalam Menerima Berita

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah *Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, *keluarga dan para sahabatnya.

Suatu kabar berita mengandung dua kemungkinan, benar atau dusta. Benar jika
dipaparkan sesuai fakta yang sebenarnya. Dan dusta jika tidak didasarkan
pada fakta yang terjadi, baik adanya penambahan ataupun pengurangan.
Apalagi kalau berita itu disampaikan oleh orang yang tidak memiliki pondasi
iman yang mapan, tak dikenal akan keshalihan dan ketakwaannya. Sehingga ia
tak takut akan hari ahirat, di mana dibuka semua yang disembunyikan dan
ditampakkan semua yang ditutup-tutupi, dan setiap orang akan
mempertanggungjawabkannya. Maka melakukan seleksi, ferivikasi, cek dan
ricek menjadi sangat penting. Apalagi kalau berita yang ditayangkan secara
masal untuk membentuk satu opini atau menggiring isu yang diinginkan, jauh
lebih kita berhati-hati meyakini kebenarannya.

Allah Ta'ala memberikan tuntunan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar
tidak lantas percaya pada suatu berita,

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ Åöäú ÌóÇÁóßõãú ÝóÇÓöÞñ ÈöäóÈóÅò
ÝóÊóÈóíøóäõæÇ Ãóäú ÊõÕöíÈõæÇ ÞóæúãðÇ ÈöÌóåóÇáóÉò ÝóÊõÕúÈöÍõæÇ Úóáóì ãóÇ
ÝóÚóáúÊõãú äóÇÏöãöíäó* *

"Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan
membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak
menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga
kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan." (QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat ini mengajarkan kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam menerima
berita dan informasi. Karena benar dan tidaknya informasi akan menentukan
penilaiannya kepada sesuatu dan cara menyikapinya. Jika informasi akurat
sehingga membuahkan pengatahuan yang memadahi, maka akan memunculkan
penalian yang benar dan sikap yang tepat. Sebaliknya, jika informasi itu
tidak akurat akan mengakibatkan munculnya penilaian dan keputusan yang
salah. Dan giliran selanjutnya, muncul kezaliman di tengah masyarakat.

Perintah memeriksa suatu berita diungkapkan dengan kalimat ( ÝóÊóÈóíøóäõæÇ
) yang berasal dari kata al-tabayyun. Sementara Hamzah dan al-Kisa'i
membacanya dengan ( ÝóÊóËóÈøóÊõæúÇ ) yang berasal dari kata al-tatsabbut.
Keduanya memiliki makna yang mirip.

Asy-Syaukani di dalam Fath al-Qadir menjelaskan, tabayyun maknanya adalah
memahami dan memeriksa dengan teliti. Sedangkan tatsabbut artinya tidak
terburu-buru mengambil kesimpulan seraya melihat berita dan realitas yang
ada sehingga jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Atau dalam bahasa lain,
berita itu harus dikonfirmasi, sehingga merasa yakin akan kebenaran
informasi tersebut untuk dijadikan sebuah fakta.

*Realitas Tabayyun di Tengah-tengah Umat*

Tetapi sayang, tradisi ini kurang diperhatikan oleh kaum muslimin saat ini.
Pada umumnya orang begitu mudah percaya kepada berita di televisi, koran,
majalah, internet, atau media massa lainnya. Padahal media-media tersebut
tidak memperhatikan persoalan iman dan takwa. Bahkan seringnya ikut
menyebarkan kemaksiatan dan pemikiran yang jauh dari nialai islam. Lebih
para lagi, ada sebagian kaum muslimin yang apriori terhadap pemberitaan
yang dimunculkan oleh sesamea muslim yang komitmen terhadap dakwah dan
perjuangan Islam, namun mudah percaya kepada berita yang bersumber dari
orang kafir, padahal kekufuran itu adalah puncak kefasikan. Sehingga dalam
pandangan ahlul hadis, orang kafir sama sekali tidak bisa dipercaya
periwayatannya.

Sebagai misal, ketika mereka menuduh seseorang atau kelompok sebagai
teroris, maka serta merta semua orang seperti *koor* mengikuti berita itu
secara *taken of granted*. Akibat dari informasi tersebut, sebagian umat
Islam menjadi terpojok dan terkucil, dan bisa jadi terzalimi. Sementara
orang-orang kafir mendapatkan dukungan sehingga berada di atas angin. Dalam
persoalan seperti ini seharusnya orang Islam berhati-hati, jika tidak
mengetahui informasi secara persis maka harus bersikap tawaqquf (diam)
Jangan mudah memberikan respon, pendapat, analisa atau sikap terhadap orang
lain jika informasi yang diperolehnya belum valid. Sebab jika tidak, ia
akan terjerumus pada sikap mengikuti isu, dan akhirnya menetapkan sebuah
keputusan tanpa fakta. Padahal Allah telah berfirman;

æóáóÇ ÊóÞúÝõ ãóÇ áóíúÓó áóßó Èöåö Úöáúãñ Åöäøó ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó
æóÇáúÝõÄóÇÏó ßõáøõ ÃõæáóÆößó ßóÇäó Úóäúåõ ãóÓúÆõæáðÇ

"*Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungjawaban*." (QS. Al-Isra': 36)

*Melihat kasus Ambon dan Bom Solo*

Dalam menyikapi dua kasus kerusuhan Ambon dan bom Solo yang tak lama
berselang, kita lihat media sekular (bukan media Islam) sangat tidak imbang
dalam pemberitaannya. Seolah jika yang menjadi korban umat Islam maka
seolah kasus ditutup-tutupi dan dipendam dalam-dalam. Sehingga banyak fakta
lapangan yang tak dipublikasikan. Sementara jika yang menjadi korban kaum
kafir, maka kasusnya diangkat sedemikian rupa. Seolah mereka dizalimi dan
sekelompk umat Islam bersikap jahat.

Kalau kita mau bandingkan, kasus bom solo tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan penyerangan terhadap umat Islam Ambon pada 11 September lalu. Di
Ambon sana, ada masjid yang dibakar dan ratusan keluarga kehilangan rumah
mereka. Sementara kasus bom Solo kerusakan pada gereja belum seberapa.
Kerugian materi juga tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ratusan
rumah yang hangus terbakar. Korban jiwa juga begitu, pada kasus bom Solo
hanya satu atau dua orang yang menjadi korban, itupun dari pelaku bom bunuh
diri sendiri. Sementara di Ambon, korban jiwa akibat tembakan dan luka
senjata tajam berjumlah tujuh atau delapan. Belum lagi yang luka berat dan
ringan. Maka yang menjadi pertanyaan kita, ada apa dengan media yang ada?
Di mana mereka saat umat islam dianiaya? Seolah pembelaan mereka kepada
kaum minoritas lebih terlihat, sementara terhadap kaum muslimin sangat
lemah. Padahal kedua-duanya beraroma SARA. Kaum muslimin Ambon diserang
oleh kaum Nasrani, sementara kasus bom Solo diduga pengebomnya dari
kelompok Islam yang kemudian ditarik benang merahnya dengan gerakan Islam
yang dianggap radikal karena berbicara jihad dan tegaknya syariat.

Maka kami berpesan kepada umat Islam agar selektif dan hati-hati dalam
menerima berita. Karena berita diolah oleh manusia, sedangkan manusia
tempatnya salah dan khilaf, maka kemungkinan salah masih ada. Apalagi
mereka juga punya nafsu dan kepentingan, bisa saja berita diangkat untuk
menggiring opini masyarakat guna kepentingan tertentu.

Dan pastinya manusia akan bekerja sesuai pemikiran dan ideologinya begitu
juga para pewarta. Atau bisa juga berita dibuat karena adanya pesanan atau
desakan. Sedangkan kita yang mencerna suatu berita dan menyimpulkannya,
lalu diikuti dengan penilaian dan sikap akan tetap diminta
pertangungjawabannya di hadapan Allah Ta'ala. Jangan sampai kesimpulan kita
malah ikut arus orang-orang kafir dan munafik untuk memadamkan cahaya
Islam, dan mendukung mereka yang terus bekerja untuk menyudutkan dan
memerangi dakwah Islam dan perjuangan menegakkan syariatnya.

Ya Allah tolonglah Islam dan kaum muslimin, hancurkan musuh-musuh-Mu dan
musuh dien ini. Ya Allah jauhkan kami dari bala' dan fitnah. Tunjukkan yang
benar adalah benar sehingga kami bisa mengikutinya. Dan tunjukkan yang
salah itu adalah salah sehingga kami bisa menjauhinya. Amiin. [PurWD/
voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2011/09/26/16183/wajib-selektif-dalam-menerima-berita/


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: