Jumat, 02 Desember 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3526

Messages In This Digest (4 Messages)

Messages

1a.

Re: [sekolah-kehidupan] Artikel – Survey Kepemimpinan Dan Ese

Posted by: "Tieta Jung jung" tietajungjung@ymail.com   tietajungjung@ymail.com

Thu Dec 1, 2011 10:27 pm (PST)





keren nich artikel..patut aku baca..

________________________________
From: Dadang Kadarusman <dkadarusman@yahoo.com>
To: "dkadarusman@yahoo.com" <dkadarusman@yahoo.com>
Sent: Monday, November 28, 2011 10:32 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Artikel – Survey Kepemimpinan Dan Esensi Aktualnya

 
Artikel – Survey Kepemimpinan Dan Esensi Aktualnya
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Pemimpin yang baik itu bukan yang selalu tersenyum pada bawahan, tetapi mereka yang mampu bersikap tegas setiap kali diperlukan."

Survey tentang kepuasan terhadap kepemimpinan seakan sudah menjadi sebuah hal wajib diperusahaan-perusahaan tertentu. Ini kabar baik. Menunjukkan jika perusahaan sangat peduli atas kualitas kepemimpinan yang diterapkan. Apakah sifat ramah, murah senyum, ngemong, dan sering ngobrol dengan Anda termasuk kedalam daftar kriteria atasan yang Anda sukai? Jika ya, berhati-hatilah. Boleh jadi, Anda menginginkan figure seorang pemimpin yang tidak benar-benar efektif. Ada cukup banyak bukti bahwa kita sering lebih menyukai pemimpin yang 'baik' daripada yang 'produktif'. Seorang pemimpin yang 'baik' itu disukai sekali oleh para bawahannya. Mereka 'tentram' berada dalam 'gendongan' kepemimpinannya. Sebaliknya, pemimpin yang menuntut mereka untuk lebih produktif justru 'disebelin' bawahannya. Padahal, bersama pemimpin yang 'baik' itu kita sering hanya mendapatkan 'kenyamanan'. Sedangkan bersama pemimpin 'produktif' kita
menghasilkan 'pencapaian'. Persepsi bawahan itu diperkuat oleh survey kepemimpinan yang sering tidak mampu memotret aspek-aspek esensialnya.

Saya menyarankan Anda menonton film NCIS sebagai salah satu sarana meningkatkan pemahaman terhadap kualitas kepemimpinan. Mengapa? Didalamnya sarat dengan pelajaran tentang kepemimpinan. Jika Anda seorang pemimpin, maka Anda bisa menyimak bagaimana Leroy Jethro Gibbs memimpin unit kerjanya secara efektif. Meski sosoknya kemungkinan besar akan jauh dari kriteria pemimpin ideal gaya survey-surveyan, namun justru kita bisa menemukan banyak prinsip kepemimpinan esensial yang berhasil diimplementasikannya. Jika Anda belum menjadi pemimpin, maka Anda bisa belajar pada Dinozzo, Abby, Tony, Ducky, dan Ziva bagaimana menjadi anggota team yang benar-benar kontributif sekaligus mitra yang koperatif. Anda tidak perlu berubah menjadi orang lain untuk menjadi pemimpin yang efektif. Begitu pula untuk menjadi bawahan yang bisa diandalkan. Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi pemimpin yang efektif dan bawahan yang kontributif, saya ajak memulainya dengan
memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1.      Kualitas kepemimpinan terletak pada pencapaian team. Di lingkungan kita ada persepsi yang menyatakan bahwa atasan yang baik itu adalah atasan yang disenangi oleh bawahannya. Orang lebih suka pada atasan yang ramah, lemah lembut, tidak terlalu menuntut, dan sering mentraktir makan-makan. Bukan hanya anak buah lho, yang berprinsip ABS – Asal Bapak Senang. Atasan pun banyak yang ABS. Asal Bawahan Senang. Apalagi jika sang atasan tahu di akhir tahun akan ada 'survey kepemimpinan'. Dalam pengamatan saya, banyak pemimpin 'bagus' yang justru jeblok dalam hasil survey. Sebaliknya, banyak pemimpin yang sekedar 'populer' justru cemerlang hasil surveynya. Jika Anda mengenal perjalanan karir kepemimpinan Steve Jobbs, Anda tentu paham apa yang saya maksud. Gibbs? Bukanlah pemimpin yang mudah tersenyum. Jauh dari ramah tamah. Dan kalau sudah meminta sesuatu untuk dikerjakan dia menuntut hasilnya 'now!' Tetapi, mengapa semua anak buahnya
sedemikian respek dan loyal?  Karena Gibbs berfokus kepada pencapaian team, bukan kepada ramah tamah untuk sekedar menyenangkan perasaan seseorang. Gibbs, menempatkan pencapaian team sebagai patokan kinerja kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus berfokus kepada patokan yang sama. Maka tak seorang pun patut mendahulukan hasrat 'dimanja' dalam dirinya. Bekerja bukan untuk dimanja, melainkan membuat pencapaian yang cukup berharga. Jadi, lupakan untuk dimanjakan atasan. Dan lupakan untuk memanjakan bawahan. Tunaikan upaya-upaya untuk membuat pencapaian team.
 
2.      Selalu ada untuk mereka. Salah satu prinsip kepemimpinan klasik yang masih up to date sampai saat ini adalah; "Do your part, I do mine!" Pemimpin dan orang-orang yang dipimpin sama-sama menyelesaikan bagian dari pekerjaannya masing-masing. Sebagian besar 'bagian'  bawahan berupa tindakan kasat mata. Misalnya, mengetik, membuat, mengemas, atau menjual. Sedangkan 'bagian' atasan sering berupa tindakan abstrak. Misalnya, mendorong, memotivasi, memikirkan, dan memompa energy positif secara emosional. Namun ada sebuah pertanyaan yang sering tidak sempat diucapkan; "Where are you when I need you?" Menurut pendapat Anda, apakah kalimat itu diucapkan seorang atasan kepada bawahan? Tidak. Itu adalah kalimat yang lazim ditujukan oleh bawahan kepada atasannya. Bibalik tuntutan yang tinggi pada bawahannya, Gibbs selalu ada untuk mereka. Kapan saja mereka butuh dia. Ternyata 'selalu ada' itu besar sekali pengaruhnya bagi moral dan
mental anak buah kita lho. Ada, ketika mereka membutuhkannya. Untuk saran ditengah kebingungan. Untuk jalan keluar diujung kebuntuan. Untuk pembelaan dihadapan penghakiman pihak lain. Ada tidak selalu harus berupa fisiknya terlihat. Melainkan selalu ada, dapat dihubungi, membuka pintu ruangan lebar-lebar; ketika bawahan membutuhkan kita. Sebaliknya, bawahan harus selalu ada untuk mensupport atasannya. Jadi, ada bukan untuk diri sendiri. Tetapi untuk mereka.
 
3.      Mengelola perbedaan karakter bawahan. Setiap atasan menginginkan kerukunan didalam teamnya. Makin besar perbedaan karakter bawahan, makin besar peluang terjadinya pergesekan. Maka tak heran jika banyak pemimpin yang cenderung mencari orang-orang dengan karkater yang 'sesuai'. Dengan kesesuaian karakter itu suasana team menjadi adem ayem. Tapi kebanyakan atasan tidak bisa memilih bawahan, karena teamnya memang sudah ada. Walhasil, 'menerima perbedaan karakter' menjadi kata kunci dalam teori-teori kepemimpinan. Gibbs paham jika orang-orang dengan karakter yang sama itu justru merupakan titik lemah terbesar sebuah team. Dia justru sangat menyukai teamnya dibangun dari orang-orang yang 'berbeda' satu sama lain. Sekarang Gibbs sudah bukan sekedar menerima perbedaan karakter anggota kelompoknya; dia mengelolanya. Jika Anda 'menerima' perbedaan karakter bawahan, maka apapun adanya mereka Anda terima dengan lapang dada, dan Anda bisa
meminta setiap orang untuk saling memahami satu sama lain,  iya kan? Leroy Jethro Gibbs tahu jika bawahan tidak selalu bisa bersikap 'sedewasa' itu. Faktanya, mereka sering tidak akur, kan? Maka Gibbs menempatkan diri di titik pusat perbedaan karakter itu. Dan dia memainkan peran seperti seorang conductor yang menentukan siapa giliran 'berbunyi' dan siapa yang 'diam', serta kapan semuanya harus bergerak bersama-sama. Disaat banyak pemimpin mencari kesamaan atau menerima perbedaan karakter bawahan, maka Gibbs; mengelolanya.

4.      Buat aturan dalam kelompok. Kata 'rule' alias 'aturan', sering sekali disebut dalam film itu. Menarik. Karena di setiap perusahaan sudah ada peraturan baik yang tertulis, maupun tidak. Kebanyakan peraturan itu sama persis dengan yang berlaku diperusahaan manapun. Jam masuk dan keluar kerja, misalnya. Namun, ada kalanya aturan itu hanya tinggal pemanis dokumen saja, tanpa ada realisasinya. Lama kelamaan setiap orang tidak lagi menghiraukan aturan itu. Pada saat seperti inilah peran seorang pemimpin diperlukan untuk membangun aturan di kelompoknya sendiri. Seperti apakah aturan yang harus dibuatnya? Haruskah sama atau berbeda dengan aturan perusahaan? Berapa banyak aturannya? Semua pertanyaan itu bisa dijawab dengan sederhana: cukup satu aturan saja. Begini bunyinya; "Setiap orang di kelompok kita wajib menjalankan peraturan perusahaan."  Sebagai pemimpin kita memang bertanggungjawab agar setiap orang dalam team kita patuh kepada
aturan yang berlaku. Dan itu berarti 3 hal; Pertama, kita memahami aturan itu. Kedua, kita sendiri mematuhi aturan itu.  Ketiga, kita mengontrol bagaimana aturan itu bisa dijalankan oleh orang-orang yang menjadi tanggungjawab kita. Gibbs telah memainkan ketiga peran itu. Dan usahanya itu menghasilkan sebuah team yang sangat berdisiplin. Jika team Anda bisa begitu, maka itu akan mudah sekali terlihat ditengah ketidakperdulian orang terhadap peraturan perusahaan yang sudah sejak lama diabaikan.

5.      Memahami system dan proses kerja.  Tidak segala hal berjalan seperti yang seharusnya. Ada saja peristiwa tidak terduga yang bisa terjadi, bukan? Dalam konteks pekerjaan, pemimpinlah yang paling diharapkan mampu memberi solusi kepada semua anggota team. Namun, jalan keluar 'dengan cara lain' itu hanya akan bisa ditemukan oleh seseorang yang benar-benar memahami system dan proses kerja secara menyeluruh. Pemahaman terhadap system dan proses kerja memungkinkan dirinya untuk berinovasi atau berimprovisasi tanpa harus melenceng dari aturan main dan standarnya. Listrik padam ketika Gibbs menangani kasus pembobolan server penyimpan data-data rahasia. Jika terlambat memecahkan kasus itu, maka data akan disalahgunakan untuk melakukan teror, atau memindahkan uang dari rekening jutaan nasabah secara ilegal. Tanpa listrik, semua hal yang sudah terdigitalisasi menjadi sangat sulit untuk dianalisa. Tidak ada cara lain selain melakukannya secara
manual. Ketika anak buahnya menggerutu;"Bisa carikan dinosaurus untuk memberitahu kita cara kerja alat ini?" Gibbs tiba-tiba datang, lalu menggunakan alat kuno itu. Kemudian hasilnya dipamerkan dimuka para anak buahnya. Tak satu kata pun terlontar dari mulut sang pemimpin. Sejak saat itu, tidak ada yang menggerutu lagi. Banyak orang mengira kalau sudah menjadi 'boss' pekerjaannya lebih sedikit. Kerja fisik mungkin iya. Tetapi, itu tidak berlaku untuk urusan kerja otak dan mental. Sedangkan efektivitasnya sangat ditentukan oleh pemahaman yang menyeluruh terhadap system dan proses kerjanya.

Saya sudah cukup sering melihat hasil survey tentang kepuasan kualitas kepemimpinan. Baik yang dilakukan secara internal maupun melalui jasa konsultan. Bagaimanapun juga, survey adalah survey. Artinya, kita tidak bisa mengelak dari hasilnya. Namun, jika ditilik lebih dalam, survey sering tidak bisa mewakili kondisi real. Ada pula survey yang sekedar 'mengkompilasikan' pandangan-pandangan subyektif respondennya. Dan ketika pandangan subyektif itu dikompilasikan secara kolektif, tiba-tiba saja kita mengiranya sebagai sebuah hasil 'pengukuran obyektif'. Di era sains seperti saat ini, hasil study tentu sangat penting. Tapi tentu kita perlu ingat bahwa tidak semua penelitian dilakukan dengan cara, oleh talenta, dan diolah secara tepat. Khusus dalam konteks kepemimpinan, sebaiknya kita tidak terpaku pada survey popular. Melainkan melihat secara aktual apa yang bisa dihasilkan oleh pemimpin itu bersama teamnya. Istilah gaulnya; "yang jelas-jelas
ajalah, pren!" Kenapa mesti begitu? Karena sebagian besar survey kepemimpinan mengacu kepada 'teori kepemimpinan'. Sedangkan dalam prakteknya, kepemimpinan itu sama sekali berbeda dengan textbook. So, jika Anda pemimpin; fokuslah pada apa yang bisa Anda lakukan bagi organisasi dan orang-orang yang Anda pimpin. Dan jika Anda belum jadi pemimpin, fokuslah pada tujuan kelompok; bukan pada cara pemimpin Anda beramah tamah dengan Anda. Karena efektivitas kepemimpinan, terlihat jelas pada hasilnya. Sedangkan caranya? Ada banyak zalan menuzu ke roma.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 28 November2011
Trainer Bidang Leadership & Personnel Development
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(Tahap editing di penerbit)
 
Catatan Kaki:
Hal-hal yang bisa direalisasikan oleh seorang pemimpin jauh lebih valid dan faktual daripada angka-angka dalam survey kepemimpinan.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
2.

Jumpa Penulis di Indonesian Book Fair, Istora-GBK Senayan, Jakarta

Posted by: "Ardian Syam" ardian.syam@gmail.com

Thu Dec 1, 2011 10:28 pm (PST)



Jumpa Penulis & Book Signing
31st Indonesia Book Fair Tahun 2011

Lebih dekat dengan Penulis bersama Grafindo-Salamadani:

Talkshow "Memadamkan Api Neraka dengan CINTA"
bersama Ibnu Ibrahim
Jumat, 02 Desember 2011
Pkl. 15.30-17.00 WIB

Demo Teknik Berhitung Sempoa Jari Alba
bersama Amalia Husna & Imam Baihaqi
Sabtu, 03 Desember 2011
Pkl, 13.00-15.00 WIB

Talkshow "Little Notes for Big Success"
bersama Ardian Syam
* Sabtu, 03 Desember 2011
Pkl. 15.30-17.00 WIB*
3.

LOWONGAN KERJA

Posted by: "primetimewriters" primetimewriters@yahoo.co.id   primetimewriters

Thu Dec 1, 2011 10:28 pm (PST)





PENULIS SKENARIO TV

Tim Penulis SKENARIO SINETRON TELEVISI, FTV dan FILM LAYAR LEBAR, dengan karya Stripping. Tayang di RCTI/SCTV/INDOSIAR/TRANS TV/ANTV Dan MNC, mencari ASSISTEN PENULIS.

Dengan syarat Sebagai berikut :

• Pendidikan : S1 Sastra Indonesia / Komunikasi / Jurnalistik / Publikasi / Broadcasting dengan IP 3,0.

• Tertarik pada penulisan cerita/scenario TV dan Film.

• Mempunyai kemampuan menulis yang baik.

• Pernah menulis Karya Sastra / Cerpen/Cerber/ Cerbung/ Essay/ Novel yang diterbitkan Koran, majalah, atau Penerbit terkemuka.

• Diutamakan Lulusan Daerah (Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur).

Ketentuan khusus :
• Beragama Islam.
• Berakhlak baik.
• Niat kerja.
• Siap kerja dalam deadline waktu sesuai target kerja.
• Patuh pada SOP.
• Dan mampu bekerja dalam tim.

TUNJANGAN :
• Gaji Pokok.
• Uang makan.
• Insentif Khusus.
• Fasilitas Tempat Tinggal
• Assuransi Kesehatan.

Kirim lamaran ke Email : primetimewriters @ yahoo . co . id

masa waktu lowongan tanggal 01 - 07 Desember 2011

4.

Artikel – Saatnya Melihat Kedalam Diri Sendiri

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Dec 1, 2011 10:30 pm (PST)



Artikel – Saatnya Melihat Kedalam Diri Sendiri
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Mudah untuk melihat kearah orang lain. Tapi untuk melihat diri sendiri, kita membutuhkan alat bantu bernama cermin diri."
 
Salah satu benda berharga yang sulit kita cari adalah sesuatu yang kita sebut sebagai 'keteladanan'. Banyak guru yang bisa kita ikut ajarannya. Banyak orator yang bisa kita dengar mimbarnya. Banyak penulis yang bisa kita baca buah penanya. Tapi, sedikit orang yang bisa kita jadikan sebagai teladan. Mengapa? Karena keteladanan bukanlah kata-kata. Keteladanan bukanlah ajakan. Dan keteladanan bukan seruan. Keteladanan adalah apa dilakukan oleh seseorang yang antara kata dan perbuatannya sejalan. Ini yang masih sulit kita temukan. Sulit tidak berarti tidak ada. Diantara hanya sedikit orang yang layak dijadikan teladan itu, saya menemukan sebuah kesamaan, yaitu; mereka lebih banyak melihat kedalam dirinya sendiri. Karena mereka percaya bahwa untuk bisa menjadi pribadi yang layak dicontoh itu, kita membutuhkan alat bantu bernama cermin diri.  
 
Kami sempat panik ketika malam itu anak lelaki kecil kami belum juga pulang. Diluar hujan disertai petir tidak berhenti sejak sore. Setelah telepon kesana kemari tidak memberikan hasil, kami segera mengeluarkan mobil menerobos tumpahan air dari langit. Rumah demi rumah kami datangi, namun hasilnya nihil. Ditengah kegalauan itu istri saya teringat jika anak kami pernah mengenalkan teman barunya yang sama-sama suka bermain futsal. Setelah bersusah payah mencari rumah teman barunya itu, ternyata memang anak kami berada disana. Dia tidak bisa pulang karena terhalang hujan dan halilintar. "Kenapa Abang nggak telepon ke rumah?" ibunya bilang. "Aku nggak tahu nomor telepon rumah kita," katanya. "Aku tahunya cuma nomor telepon teman-temanku saja…." Saya sungguh tersentak mendengar ucapannya. Dia tahu nomor telepon semua temannya. Tapi tak tahu nomor telepon rumahnya sendiri. "Gue banget!" begitu saya berguman dalam hati. Saya serasa diingatkan
bahwa; ini adalah saatnya untuk lebih banyak mengenal diri sendiri. Hidup kita lebih banyak digunakan untuk memperhatikan orang lain. Sedangkan diri kita sendiri kurang mendapatkan perhatian. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi lebih banyak melihat kedalam diri, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Kita sama berpotensinya dengan orang lain.  Nomor telepon di kompleks kami itu mirip-mirip. Hanya beda beberapa angka belakangnya saja. Tapi, anak saya tidak mengingat nomor telepon rumahnya sendiri. Begitu juga kita. Potensi diri kita ini tidak jauh berbeda dengan orang lain. Tetapi, mudah bagi kita untuk mengatakan "Beruntung ya, dia berbakat dalam berbahasa Inggris." "Hebat ya dia, berpotensi sekali untuk menjadi orang sukses." Lha, kita sendiri punya bakat apa? Anda sendiri punya potensi apa? Bingung kan? Bisa jadi sebenarnya bakat kita untuk bisa bahasa Inggris itu sama dengan orang lain. Tapi, kita tidak mau berusaha untuk belajar dan mempraktekannya. Malu jika kulit coklat ini cas-cis-cus dengan bahasa Inggris logat daerah. Wagu. Takut ditertawakan orang lain. Maka, biarpun kita berbakat; ya tidak bakalan jadi terampil. Boleh jadi sebenarnya kita sama berpotensinya untuk menjadi karyawan sukses seperti teman kita itu. Hanya
saja, kita masih hitung-hitungan gaji dan waktu kerja. Kita masih menggerutu saat diberi tugas tambahan. Kita masih enggan untuk membangun hubungan baik dengan teman dan atasan. Kita masih berpikir untuk berkontribusi lebih banyak NANTI kalau sudah naik jabatan. Walhasil, biarpun kita sudah dikasih potensi untuk sukses; ya ndak bakalan sukses toh Mas. Potensi kita sama dengan orang lain. Hanya saja, kita perlu mengenalinya lebih dalam, dan mengambil sikap yang tepat untuk mewujudkannya.
 
2.      Kita perlu lebih sering bercermin. Saya punya cermin kecil di kamar. Tapi, saya jarang melihatnya. Diluar rumah, saya punya banyak pemandangan indah. Tetangga saya berganti-ganti mobil. Teman saya mendapat kenaikan jabatan. Kawan satu angkatan saya sudah menjadi direktur. Panas rasanya hati ketika melihat itu. Mungkin bukan hanya saya yang sering begitu. Makanya kita sering merasa diri kurang beruntung. Padahal, semua yang mereka dapatkan bukan sekedar keberuntungan. Mereka telah melakukan sesuatu yang cukup berharga sehingga sekarang bisa memetik hasilnya. Kita? Apakah sudah bekerja sekeras dan secerdas mereka? Jika belum, mengapa kita menuntut hasil yang sama baiknya? Ada orang yang termotivasi untuk bekerja lebih giat, berkontribusi lebih banyak, berbuat lebih berbobot; ketika melihat teman atau tetangganya lebih berhasil dari dirinya. Ada juga yang semakin panas hati. Anda termasuk jenis yang mana? Pasti akan panas hati jika pemadangan
sehari-hari itu tidak diimbangi dengan kesediaan untuk bercermin kepada apa yang sudah kita lakukan. Perhatikanlah, bukankah didalam diri kita masih sering timbul rasa iri? Bukankah kita masih lebih mudah ikut arus yang mau enaknya saja? Teman sekantor kita malas, kita ikut malas. Atasan kita sedang nyebelin, kita kehilangan mood. Padahal, tak seorang pun mengambil kendali atas hidup kita selain diri kita sendiri. Maka bercerminlah, dan lihatlah; betapa kita terlalu banyak melihat ke arah orang lain, namun sangat jarang menengok kedalam diri sendiri. Kenyataannya, kita perlu lebih banyak bercermin.
 
3.      Kita tidak kurang suatu apapun. Ketika melihat kedalam diri, kita sering melakukan kesalahan dengan memberi penilaian seolah orang lain lebih beruntung dari kita. Bukan hanya Anda, saya pun begitu. Tetapi, setelah saya renungkan, ternyata semua itu disebabkan karena kita terlalu banyak memandang dari aspek material saja. Faktanya, rasa bahagia tidak langsung berkorelasi dengan materi. Keutuhan rumah tangga tidak hanya dimiliki oleh mereka yang berkelimpahan harta. Kesehatan jasmani bukanlah monopoli orang-orang yang banyak uang. Kita hanya melihat yang lebihnya saja dari orang lain. Tapi kita tidak melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Kemarin saya mendengar seorang pejabat perusahaan besar yang terserang stroke lalu batok kepalanya dibuka diruang operasi. Membayangkan cerita suster itu saya sudah berkeringat panas dan dingin. Oh, saya merasa beruntung karena dikasih Tuhan jasmani yang sehat. Di lorong Rumah Sakit saya bertemu seorang
mantan perwira penerbang. Beliau bercerita jika anaknya mengalami kecelakaan sehingga kakinya patah. Oh, betapa beruntungnya saya hingga hari ini. Disamping saya terbaring seorang pemuda belia. Badannya tegap tinggi besar. Namun sekarang, setetes air putih pun hanya bisa masuk melalui selang yang disambungkan ke lubang hidung. Setiap kali tetes air itu masuk, setiap kali itu juga dia terbatuk. Belum lagi ketika selang itu lepas karena ditariknya. Bisakah Anda membayangkan bagaimana rasanya sebuah selang yang dimasukkan kembali ke lubang hidung hingga tembus ke kerongkongan? Kita? Sungguh, tidak kurang suatu apapun.
 
4.      Kita perlu lebih sering bersyukur. Anda orang yang serba kekurangan? Saya tidak. Hanya satu kekurangan yang saya miliki. Tahukah Anda apa yang kurang dalam diri saya? Rasa syukur. Hanya itu. Yang lainnya sudah cukup. Namun karena kurangnya rasa syukur itu, saya sering merasa semuanya menjadi serba kurang. Sudah punya rumah, tapi merasa rumah saya lebih kecil dibandingkan rumah orang lain. Sudah ada mobil, tapi mobil orang lain lebih baru dan lebih keren. Sudah punya penghasilan, tetapi pengeluaran kok selalu lebih besar dari pada yang dihasilkan. Apakah Anda merasakan hal yang sama? Jika ya, mungkin kita punya masalah yang sama, yaitu; kurang memiliki rasa syukur. Padahal, saat hati saya dengan tulus berbisik; Tuhan, terimakasih hari ini Engkau memberi kami nafkah yang baik… nikmaaaaat rasanya. Meski nafkah itu mungkin hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tuhan, terimakasih hari ini Engkau telah menjadikan aku sehat….,
lezaaat sekali rasanya. Tuhan terimakasih Engkau telah mengenalkan saya pada orang sukses yang bisa menginspirasi, semangaaat sekali hati ini. Apapun yang kita syukuri, memberikan nikmat yang nilainya berkali-kali lipat. Sebaliknya, apapun yang tidak kita syukuri; selalu menimbulkan perasaan kesal. Oleh sebab itu, kita perlu lebih sering bersyukur. Karena kita, tidak kekurangan apapun kecuali rasa syukur itu.
 
5.      Kita butuh bertindak secara tepat. Tindakan. Itulah satu-satunya cara yang bisa menyampaikan kita kepada suatu tujuan. Tapi tidak semua tindakan bisa begitu lho. Hanya tindakan yang tepat. Semua yang kita lakukan – diam atau bergerak misalnya – adalah tindakan. Apapun pilihan kita, adalah tindakan. Tetapi ada tindakan yang sesuai dengan keinginan atau tujuan yang hendak kita capai, dan ada pula tindakan yang bertolak belakang. Saat bertanding diatas ring tinju, Anda harus memukul dan menangkis. Tetapi ketika tukang cukur memotong janggut Anda, tindakan paling tepat untuk Anda ambil adalah diam – bukan menonjok. Jadi, kita boleh diam atau bergerak. Boleh menyerang atau bertahan. Boleh menyerah atau melawan, bergantung kepada tujuan atau hasil akhir yang ingin kita capai. Masalahnya, kita sering melakukan sesuatu yang tidak mendukung terwujudnya hasil akhir itu. Jika tujuan kita ingin dinilai buruk oleh atasan, maka silakan
bermalas-malasan. Jika tujuan kita ingin disebut karyawan sulit; silakan bikin masalah. Tetapi jika tujuan kita adalah 'ingin meraih kredibilitas dan reputasi sebagai karyawan teladan' misalnya, maka tindakan yang tepat adalah bekerja giat, penuh dedikasi, mengkotribusikan hasil kerja terbaik, selalu datang dengan solusi, bekerjasama dengan rekan, terus menempa diri, tidak pernah mengeluh, proaktif terhadap penugasan, menawarkan bantuan kepada teman, selalu ada kapan saja atasan membutuhkan, dan tindak-tindakan pendukung lainnya. Apapun tindakan Anda, memiliki konsekuensinya masing-masing. So, dukunglah tujuan yang ingin Anda wujudkan dengan bertindak secara tepat.
 
Sekarang, kami berusaha untuk mengajari anak lelaki mungil kami agar bisa mengingat nomor telepon rumahnya sendiri. Bersamaan dengan itu, saya mengajari diri saya sendiri agar bisa mengenali diri sendiri lebih baik lagi. Selama ini, kita lebih banyak berfokus kepada orang lain. Dan sering melupakan diri sendiri. Padahal, kita tidak akan pernah dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan oleh orang lain. Pertanggungjawaban kita hanyalah seputar apa yang telah dilakukan oleh diri kita sendiri. Selama ini, kita terlampau sibuk menyuruh orang lain berbuat lebih baik bagi dirinya sendiri. Kita mudah menunjukkan kekurangan orang lain. Namun sulit menemukan hal-hal yang harus diperbaiki oleh diri sendiri. Padahal, guru kehidupan saya pernah mengingatkan bahwa Tuhan sangat marah kepada orang yang menyuruh orang lain berbuat baik, padahal dirinya sendiri terus menerus berkubang dalam keburukan. So, teman-teman, mungkin inilah saatnya untuk lebih
banyak melihat kedalam diri sendiri. Dengan begitu, semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, dari hari ke hari.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 02 Desember2011
Trainer Bidang Leadership & Personnel Development
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(Tahap dummy di penerbit)
 
Catatan Kaki:
Pribadi yang layak ditiru itu bukanlah orang yang pandai memberi nasihat, melainkan seseorang yang bisa menjadikan dirinya sendiri pribadi yang baik.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.