Kamis, 07 Februari 2013

[daarut-tauhiid] Masyfa Maydani: Catatan Dari Rumah Sakit Darurat Di Suriah

Masyfa Maydani: Catatan Dari Rumah Sakit Darurat Di Suriah


Kamis, 07 Februari 2013

*TAK ADA* lalu lalang manusia layaknya sebuah kota metropolitan seperti
Jakarta. Pohon–pohon tin dan zaytun sudah tak terusus lagi. Inilah
pemandangan kota Salma, sebuah kota wisata Latakia yang dulu pernah dikenal
dengan keindahannya.

Pemandangan yang kami temui adalah gemuruh bom dan pembantaian di antara
dingin yang menusuk badan.

Sekarang sudah masuk bulan ketiga, sejak relawan kelima Hilal Amr Society
Indonesia (HASI) tiba tempat ini.

Kami harus menunggu malam untuk masuk ke Latakia. Mengendap-endap agar
tidak tercium tentara Bashar Al Assad.

Saya teringat cerita seorang Syeikh asal Suriah tentang kekejaman rezim
Basyar al Ashad. Awalnya, dalam hati kami bertanya-tanya, "Apakah
cerita-cerita itu? Jangan-jangan semua berita itu dilebih-lebihkan?

Pertanyaan seperti itu kerap muncul dalam benak pikiranku. Maklum, apakah
ada di abad ini jenis manusia yang memiliki perangai kejam, membunuhi
rakyatnya sendiri dengan senjata-senjata mutakhir? Bukankah itu jenis
perilaku kaum Barbar yang hanya ada dalam sejarah masa lalu? Apakah mungkin
klinik, rumah sakit dan universitas tempat orang menyemai ilmu menjadi
target pengeboman dan tuduhan teror?," demikian hatiku bergelut. Pertanyaan
seperti itulah yang sangat mengganggu emosiku.

Pagi itu 31 Januari 2013, untuk pertama kami beranikan diri keluar dari
persembunyian di sebuah basement gedung di Latakia. Tapi hati rasanya
tersayat. Kepingan reruntuhan gedung ada di manamana. Sesekali lewat motor
dan mobil dalam kecepatan sangat tinggi. Sangat mencekam, itulah gambaran
kota Salma hari ini.

*Masyfa Maydani, Rumah Sakit Darurat*

***Masyfa maydani*, inilah sebutan rakyat oposisi Suriah untuk rumah
darurat. Mereka membangunnya di basemen gedung-gedung bertingkat yang sudah
tidak terpakai. Jangankan aktivitas bisnis dan sekolah. Jika kita lengah di
luar gedung, bukan tak mungkin hantaman bom dan jet-jet tempur Bashar akan
menghabisi setiap nyawa yang terdeteksi di kota para oposisi.

Saya mmemperhatikan baik-baik gedung – gedung di samping masyfa. Ada
pemandangan menarik, sebuah lubang besar menganga di atas bagian gedung.

"Ya *syabab*, kenapa dengan atap gedung itu?" tanyaku mencari kepastian
kepada seorang tentara oposisi.

"Itu disebabkan hantaman meriam," ujar mereka pendek.

Tak beberapa lama, ia kembali menunjukkan pemandangan tak kalah menariknya.

"Lihatlah gedung itu, yang di sana," ujarnya.

Pemandangan berupa lubang-lubang bekas canon dan bazoka. Inilah pemandangan
dan wajah gedung-gedung di Suriah, pasca krisis politik tahun 2011 yang
kini akhirnya berujung pada konflik aqidah. Pemandangan seperti ini seolah
menjadi identitas dalam setiap gedung di negeri ini.

Sepuluh meter di sebelah kiri gedung terlihat sebuah kasur busa berukuran
tanggung dengan darah yang sudah mengering. Ada slongsong peluru meriam
tergeletak di sana.

"Inilah *masyfa *yang dulu," jelas Uday, kurir yang selalu setia menemani
kami dengan senjata Klasinkov yang selalu di tangannya.

Sebelum datang ke tempat ini, pemandangan seperti ini hanya pernah saya
lihat dalam film Rambo III buatan Hollywood yang berkisah sebuah misi
rahasia, operasi pengantaran misil Stinger pada para Mujahidin, pejuang
kemerdekaan yang melawan invasi Uni Soviet ke Afghanistan.

Tapi kisah cerita heroik Hollywood untuk membangun sebuah pencitraan atas
kepalsuan Amerika Serikat (AS) itu hanya fiktif. Sedangkan saat ini, di
Suriah, pemandangan utu nyata di depan kami.

"*Masyfa *ini dijatuhi *birmil*," jelas Uday.

*Birmil*, sebuah tong, drum atau sejenis tangki yang dibawa dengan pesawat
dan dijatuhkan dari ketinggian sekitar 400 meter. Konon, satu *birmil*,
bisa kadang diisi TNT seberat 60 kg.

Udah dan kawan-kawannya menceritakan bagaimana rezim Bashar bahkan tetap
menyerang rumah sakit darurat yang dibuat secara kolektif oleh rakyat
oposisi.

Menurut Uday, *birmil* terbuat dari drum berisi TNT, pecahan-pecahan paku
dan besi. Gedung yang dijatuhi sudah pasti akan hancur berkeping-keping.
Sementara pecahan-pecahan besinya akan melayang ke seluruh penjuru mengenai
orang yang kebetulan lewat.

"Lihatlah reruntuhan itu, di sanalah kawan-kawan Hilal Ahmar (HASI)
angkatan ke-2 berada saat itu," kata Uday mengenang bagaimana Tim Relawan
kedua HASI pernah diserang dengan bom tersebut .

*Maydani yang kini Medeni*

*Masyfa Maydani* kini sering diplesetkan menjadi *"medeni"* (bahasa Jawanya
menakutkan, red). Betapa tidak menakutkan, ruangan-ruangannya laksana rumah
hantu, gelap dan kumuh. Gedung yang besar itu hanya memiliki genset 16 kwh
dan hanya dihidupkan di malam hari.

Sulitnya solar atau bensin membuat semua harga malambung tinggi. Dalam
sebulan, biaya solar mencapai 2500 dolar Amerika hanya untuk genset.

Saat menulis kisah ini, saya hanya ditemani minimnya pencahayaan. Kadang
listrik menyala dan kadang padam. Beruntung air tak menggunakan listrik.
Air diperoleh dari pegununguan dengan ketinggian 800 M di atas permukaan
laut. Semua perairan di Kota Salma dialirkan dengan selang-selang.

*Masyfa *yang kami tempati saat ini hampir runtuh. Sisa-ssia kemegahan
bangunan lima lantai ini masih berbekas. Bekas-bekas perabotnya masih
terlihat bagus dan berkelas.

"Di sana kawan-kawan Hilal Ahmar sebelum kalian tinggal," kata Uday sambil
menunjuk ke arah lantai empat.

Kamar tempat tinggal para relawan HASI kini terkubur reruntuhan gedung.
Kami segera naik ke atas dalam kawalan Uday.

"*Ihdzar.. Laa-taqtarib*," (hati-hati jangan mendekat) teriak Uday saat
kami terlalu bersemangat ke ujung reruntuhan.

Dulu kami mendapat cerita bahwa Jumanto, salah satu anggota relawan HASI
tim kedua yang tengah tidur di kamar selamat dari reruntuhan gedung karena
terlindung oleh kulkas besar. Kulkas berwarna abu-abu itu kini masih dalam
posisi miring dan penyok.

Kami menaiki atap gedung yang tersisa. Besi-besi pecahan *birmil* terserak
di mana-mana. Dari atas kami memandang ke kejauhan di bumi Syam ini. Meski
hanya puing puing gedung yang nampak, kecantikan bumi Salma tidaklah bisa
disembunyikan.

Di depan sana terhampar bukit-bukit yang menghijau. Arak-arakan mendung di
pagi itu, membuat suasana menjadi syahdu. Hujan rintik-rintik manambah
cuaca dingin menjadi sangat dingin. Sepinya jalan seakan melupakan kita
dari beban-beban hidup duniawi. Sempat muncul rasa khawatir jika tiba-tiba
ada peluru roket yang menuju kemari.

"Kamu lihat pohon di sana?," ujar Uday sembari meletakkan moncong
Kalasinkov nya.

"Di sanalah para mujahidin berjaga dan dua kilometer di depannya tank-tank
Basyar Asaad berada," tambahnya.

Meski sering diplesetkan sebagai tempat menakutkan, *masyfa
maydani*bukanlah rumah sakit biasa. Dia adalah jenis rumah sakit untuk
kombatan.
Sebab dibalik sepinya jalan dari lalu lalang manusia, banyak
pengungsi-pengungsi yang bersembunyi di bawah sisa-sisa gedung.

Dr Romi, seorang penanggung jawab *masyfa maydani* pernah menyebut bahwa di
Kota Salma masih ada 20.000 penduduk yang tetap tinggal. Itulah sebabnya
kenapa di Masyfa, klinik sangat ramai melayani penyakit-penyakit harian
seperti batuk dan influenza.

Meski keamanan mereka dalam ancaman bahaya, umumnya semua penduduk itu
tidak mengungsi. Alasannya sederhana, untuk mengungsi menuju Turki tetaplah
membutuhkan biaya tidak sedikit. Akhirnya mereka tetap bertahan dan
bertawakkal kepada Allah atas nasib yang akan terjadi.

"Biaya hidup di Turki mahal dan mereka tidak memiliki pekerjaan. Akhirnya
mereka bertawakkal kepada Allah. Mereka makan dan minum seperti yang
dimakan dan di minum oleh Mujahidin," jawab beberapa warga dan pengurus
Masyfa.

Di bagian depan gedung ini, terlihat banyak alat-alat medis yang berserakan
di ruangan. Ruang ini dulu sangat berjasa memberikan pengobatan kepada
Muslim Suriah dari serangan tentara Bashar.

Di tempat ini, kami akhirnya percaya cerita serangan terhadap rumah sakit.
Meski banyak gedung di kota ini telah hancur. Namun, semangat perlawanan
rakyat Suriah tak ikut terkubur dari reruntuhan. Yang ada justru semakin
bangkit.*

*Seperti yang diceritakan Abu Zahra, Tim Relawan HASI kelima dari Jabal
Arkod Suriah kepada
hidayatullah.com
*

*
http://hidayatullah.com/read/27144/07/02/2013/masyfa-maydani:-catatan-dari-rumah-sakit-darurat-di-suriah.html
*
**


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: