Rabu, 06 Februari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3687

1 New Message

Digest #3687
1
(Kolom) Kritik Suap Sapi Tempo by "Yons Achmad" freelance_corp

Message

Tue Feb 5, 2013 7:12 pm (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Kritik Suap Sapi Tempo

Apa yang terpikirkan dengan judul di atas? Barangkali, judul yang
tendensius. Bagaimana dengan judul "Suap Sapi Berjanggut?" Itulah judul
dari Majalah Tempo edisi 4-10 Februari 2013. Saya kira, punya rasa
tendensius yang sepadan, kurang lebih samalah. Ketika saya melintas di
perempatan jalan saat lampu merah menyala, seorang pedagang koran
menawarkan majalah itu. Entah kenapa saya membelinya padahal beberapa tahun
ini saya tak pernah membeli lagi majalah itu. Saya cermati cover depannya
dan saya baca isinya. Ternyata memang menyisakan persoalan.

Tentang Majalah Tempo sendiri, saya pernah membaca setidaknya tiga buku
yang membahas Tempo: Jurnalistik Sastrawi, Cerita Dibalik Dapur Tempo serta
Karni Ilyas Lahir untuk Berita. Dalam beberapa bab, buku itu menceritakan
bagaimana kisah wartawan tempo yang katanya hebat-hebat itu. Begitu juga,
setahun belakangan ini, di sebuah lembaga, setiap Rabu, di Tebet, saya juga
kerap mendengar dari anggota kongkow-kongkow yang empat diantaranya pernah
menjadi wartawan Tempo bertahun-tahun, ada yang bahkan bersama GM menjadi
pendiri Tempo, juga yang lainnya, salah satu posisinya dulu Redaktur
Pelaksana, satunya lagi Kepala Biro. Dari mereka saya juga mendengar kisah
seru dan hebatnya mereka ketika menjadi Wartawan Tempo. Tapi beberapa
diantara mereka memang ada yang menyayangkan tempo akhir-akhir ini berubah.
Bagaimana perubahannya? Tentu ini menjadi diskusi tersendiri.

Barangkali mereka dulu, para wartawan Tempo itu hebat-hebat. Ya, saya
percaya semua itu. Dan saya juga menyaksikan sendiri, alumni-alumni Tempo
memang top. Tapi, bagaimana dengan sekarang ini? Saya kira, semuanya
hanyalah tinggal kenangan. Kehebatan para awak Tempo yang sering
diagung-agungkan harus dikaji ulang. Atau, jangan-jangan, kini, semuanya
itu hanya mitos belaka? Bagaimana menilainya? Ya, tak ada cara lain dengan
melihat dan membaca karya jurnalistiknya. Nah, seperti yang saya bilang
diawal, Majalah Tempo edisi teranyar ini menyisakan banyak persoalan:

*Pertama, Cover dan Judul yang tendensius.* Dalam cover Majalah Tempo
tesebut digambarkan seekor sapi gemuk yang kelaminnya memanjang
(Menggambarkan sedang terangsang, nafsu), memakan duit dan ada logo PKS di
badannya. Judulnya tak kalah tendensius "Suap Sapi Berjanggut". Tentang
cover dan judul ini bagaimana tafsirnya? Saya kira, tak perlu dengan kajian
semiotika visual, tafsir dari cover ini sudah jelas terbaca. Kita tahu,
yang sedang terbelit kasus adalah Presiden PKS (Luthfi Hasan Ishaq), tapi
rupanya nafsu Majalah Tempo ingin "menghabisi" semuanya yaitu Partai itu
sendiri. Ini beda misalnya kasus korupsi Andi Malarangeng yang hanya
digambarkan sosoknya saja, tidak "menghabisi" keseluruhan Partai Demokrat
dengan menampilkan logo atau bendera partai Demokrat. Kemudian, soal
berjanggut sendiri, saya kira ini bukan sekedar olok-olokan untuk PKS,
tapi, umat Islam secara keseluruhan.

*Kedua, Investigasi yang minim. *Saya baca tuntas laporan di dalamnya. Tiga
judulnya "Dagang Kuota Partai Sejahtera", "Bisnis Haram Partai Dakwah",
"Tuduhan Korupsi Lalu Suksesi". Dari judulnya saja kita sudah tahu apa yang
sebenarnya ingin dihantam oleh Tempo. Ya, bukan Luthfi Hasan Ishaaq yang
sedang terbelit kasus, tapi saya kira yang ingin dihantam sesungguhnya
adalah PKS. Memang sih, yang demikian wajar dan Tempo berhak melakukan
demikian, tapi pembaca juga tidak bodoh. Dalam artikel yang katanya
investigasi itu, rasa-rasanya juga minim bukti. Ya, memang dalam laporan
tersebut Tempo berhasil menemukan salinan akta pendirian sebuah perusahaan
(PT) atas nama Luthfi Hassan Ishaaq dan Haji Olong Achmad Fadeli Luran.
Yang membuktikan bahwa keduanya memang kenal. Dalam soal ini, saya kira
Tempo memang pantas diacungi jempol walau kita tetap perlu menunggu apakah
benar Haji Olong Achmad Fadeli Luran itu benar-benar Ahmad Fathanah.

*Ketiga, Mengutip sumber anonim.* Saya tidak mengerti kenapa Majalah Tempo
sering mengutip sumber anonim. Seperti yang kita paham, pendapat orang yang
kita kenal, benar-benar ada saja kita kadang tidak percaya, bagaimana
dengan kutipan sumber yang anonim. Apakah kita mesti percaya? Dalam kasus
ini Tempo mengutip sumber anonim tentang fee yang diterima Luthfi Hassan
dan uang Rp 40 Milyar yang akan disetorkan kemudian. Apakah ini benar? Kita
belum tahu, tapi hingar bingar media ini sudah memberitakannya. Dan jelas
citra Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah tercoreng moreng mukanya.

Membaca dengan seksama pemberitaan Tempo ini, titik pointnya saya yakin
bahwa yang coba disasar adalah bukan Luthfi Hassan Ishaaq. Tetapi tubuh
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sendiri. Saya tentu angkat topi dengan
Majalah Tempo yang terus memberitakan kasus-kasus korupsi di negeri ini,
tapi tentu tak harus dengan tendensi-tendensi yang berlebihan, menghajar
secara keseluruhan. Tapi, ya pada akhirnya biarkan saja, bebas-bebas saja,
kini eranya demokrasi. Media bisa melakukan apa saja, tapi pembaca juga
tidak bodoh-bodoh amat dalam menikmati sajian informasinya. (Yons Achmad,
pemerhati media)

http://kanetmedia.com/artikel/read/kritik-suap-sapi-tempo/

Tidak ada komentar: