Kamis, 07 Februari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3688

5 New Messages

Digest #3688
2
P#39: Yang Penting Kerjaan Selesai by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
3
TV#4: Memiliki Rasa Malu by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
4
KKN#1: Kedamaian Di Tengah Keramaian by "Dadang Kadarusman" dkadarusman

Messages

Wed Feb 6, 2013 8:13 pm (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

*Undangan Diskusi* *Institut Peradaban*

Institut Peradaban (IP) dengan hormat mengundang Anda untuk hadir dan
berpartisipasi dalam diskusi bulanan IP yang kali ini akan diadakan pada

*Hari Rabu, 13 Februari 2013 pukul 13.30*

*di Wima Intra Asia*

*Jalan Prof. Dr. Soepomo 58. Tebet, Jakarta Selatan*

Topik diskusi bulan ini:

*"Pemilihan Presiden 2014: Mencari Capres Ideal"*

*Pembicara :*

* *

*Fadli Zon (Gerindra)*

*Dodi Ambardi, Phd (LSI)*

*Ganjar Pranowo (PDIP)*

* *

* *

*Moderator:*

*Robi Nurhadi, Phd (IP)*

Mengingat relevan dan pentingnya topik ini, kami sangat mengharapkan
kedatangan dan partisipasi Anda.

Berhubung terbatasnya tempat, kami berharap kesediaan Anda konfirmasi
kedatangan ke email: admin@institutperadaban.org

Atau SMS ke 0821 2314 7969 (Yons Achmad/Publisis)

* *

*Atas nama IP,*

*Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,SH*

*Prof. Dr. Salim Said,MA,MAIA*

*======================*

Term of Reference

*"Pemilihan Presiden 2014: Mencari Capres Ideal"*

Pemilihan Presiden 2014 telah dekat. Kondisi politik pun telah mulai
memanas di antara partai-partai politik peserta pemilu. Berbagai kasus yang
menjerat para politisi, susah untuk tidak bercampur dengan aroma politik.
Kondisi tersebut, telah mempertontonkan wajah partai politik dalam bingkai
yang suram. Sementara, peraturan perundang-undangan menempatkan parpol
sebagai satu-satunya "suplier politik" yang sah untuk mengusung calon
presiden.

Kejumudan masyarakat pemilih terhadap capres-capres juga tidak hanya
dipengaruhi oleh persepsi terhadap partai-partai politik dengan segala
sepak terjang para politisinya yang terjerat berbagai kasus hukum, tetapi
juga oleh "minimnya stok" yang bisa dipilih oleh rakyat. Dalam bahasa ahli
komunikasi politik, Dr Efendi Ghazali, fenomenanya adalah 4L, yang artinya *Loe
Lagi Loe Lagi*. Minimnya stok capres tersebut bukan karena ketiadaan stok
calon-calon pemimpin yang handal di Indonesia, namun karena mekanisme
politik dan budaya politik parpol yang *complicated *dalam pengusungan
seorang calon presiden.

Persoalan capres yang tidak ideal juga dipengaruhi oleh apa yang disebut
oleh Syamsuddin Haris sebagai "personifikasi kekuasaan" yang berhasil
dilakukan oleh para pendiri atau ketua umum partai politik. Misalnya,
Personifikasi PDI-P adalah Megawati, PKB ya Gus Dur (alm), Demokrat ya SBY,
Gerindra ya Prabowo. Kuatnya persofikasi kekuasaan tersebut telah
menimbulkan dua fenomena yang relatif tidak kondusif bagi pembangunan
politik di Indonesia. Pertama, mandegnya fungsi parpol sebagai agen suplier
politik yang profesional dalam mempromosikan warganegara yang potensial
untuk menjadi pemimpin di Republik ini. Kedua, terjadinya monopoli
kebenaran politik dari person yang dipersonifikasikan, bukan kebenaran
aturan dalam parpol atau dalam aturan Republik ini. Misalnya, kalau ada
kesalahan politik dari person-person tersebut, pendukungnya cenderung sulit
mengiyakan kesalahan tersebut, atau malah ngotot mendukungnya karena person
tersebut dianggap sebagai sumber kekuasaan dari parpol tersebut.

Guna mencairkan "kebekuan politik" dalam masalah pencapresan 2014, Institut
Peradaban (IP) pada kesempatan tersebut, menggelar Diskusi Publik dengan
tema Pilpres 2014 untuk mencari format pencapresan ideal, dan bagaimana
capres ideal tersebut.

========

Salam

Yons Achmad

Publicist

0821 2314 7969

Pin: 2677F8AC

http://kanetmedia.com

Wed Feb 6, 2013 8:30 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

.

P#39: Yang
Penting Kerjaan Selesai
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
“Yang penting, kerjaan selesai…..”
Anda pernah mendengar kalimat seperti itu? Kalau saya cukup sering. Setidaknya
itu ‘terdengar’ melalui perilaku kerja kita. Saya sempat mencermati. Ternyata,
banyak sekali karyawan yang mempunyai pola pikir seperti itu. Hlo, bukankah
bagus jika kita sanggup menyelesaikan pekerjaan? Oh, tentu bagus. Namun kita,
sering tidak menyadari jika cara berpikir seperti itu juga bisa menjadi jebakan
yang sangat membahayakan. Tidak usah terlalu banyak berteorilah. Kita tengok
saja orang-orang yang berprinsip ‘yang penting kerjaan selesai’. Perhatikan. Pada
umumnya â€" jika tidak bisa disebut semuanya â€" mereka datang dan pergi ke kantor
sesukanya saja. Mengisi waktu kerja dengan kegiatan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan pekerjaan. Mengabaikan aturan perusahaan. Apa saja. Dan jika
mendapatkan teguran, mereka berkilah “Yang penting, kerjaan selesai…..” So
what?!
 
Ketika masih bekerja dulu, saya
paling suka mengamati perilaku orang. Khususnya perilaku kerja dua ekstrem. Pertama
adalah perilaku kerja mereka yang pencapaian karirnya biasa-biasa aja. Dan
kedua, perilaku kerja mereka yang karirnya cemerlang. Ternyata memang ada
perbedaan mencolok. Setelah berganti profesi menjadi trainer dalam bidang
kepemimpinan dan pengembangan SDM, saya meneruskan pengamatan itu. Ternyata,
faktor pembeda utamanya memang terkonfirmasi, yaitu; perilaku kerja mereka.
Sama sekali tidak ada kaitannya dengan potensi diri mereka lho. Tahu kenapa?
Karena boleh dibilang, semua karyawan yang lulus seleksi dan diterima bekerja
di perusahaan-perusahaan bonafid adalah orang-orang yang memiliki potensi
tinggi. Tapi mengapa hanya sedikit dari orang-orang berpotensi tinggi itu yang
karirnya bagus? Kebanyakan hanya menjadi karyawan biasa-biasa saja.
 
Bagaimana dengan Anda? Apakah karir
Anda sudah bagus? Ataukah Anda masih kalah jauh dari orang lain? Tentu, Anda
punya argument tersendiri untuk menjelaskannya. Tidak usah Anda jelaskan lagi
karena saya tahu Anda selalu mempunyai penjelasan yang sempurna. Bisa atasan
yang pilih kasih. Bisa system di perusahaan yang amburadul. Bisa ada penjilat
kelas kakap. Bisa lain-lain alasan lagi. Saya bisa memahami jika Anda mempunyai
alasan itu. Dan saya mengatakan jika apapun alasan yang Anda kemukakan itu
adalah benar adanya. Kenapa saya berani mengatakan Anda benar? Karena, saya menyaksikan
sendiri bahwa semua alasan itu ada dan nyata di dunia kerja kita.
 
Satu hal yang patut kita pahami
dengan baik dalam menyikapinya adalah; kenyataannya bukan hanya Anda yang
menghadapi jutaan kendala seperti itu. Orang lain juga banyak yang mengalami
hal yang sama. Tapi, kenapa mereka masih bisa sukses sekalipun berada dalam
lingkungan dan situasi yang sama menyebalkannya dengan keadaan yang Anda
rasakan ya? Aha…. Sekarang kita tahu. Bahwa bukan keadaan yang membuat kita
begini. Melainkan bagaimana kita menyikapinya.
 
Orang yang berprinsip ‘yang penting
pekerjaan selesai’, pada umumnya adalah orang-orang yang menyikapi situasi
buruk dengan cara yang buruk. Sedangan orang yang menyikapinya secara positif,
tidak pernah mau menggunakan prinsip ‘yang penting pekerjaan selesai’. Sebab
bagi mereka, bekerja itu bukanlah semata-mata untuk menyelesaikan pekerjaan.
Jika pekerjaan sudah selesai, apa gunanya elo buat perusahaan? Jika pekerjaan
sudah selesai, kenapa elo masih bercokol disitu?
 
My friend, satu-satunya alasan
mengapa kita masih dipekerjakan di perusahaan ini adalah karena pekerjaan kita
belum selesai. Masih banyak hal yang belum kita selesaikan. Masih banyak tugas
yang mesti kita tuntaskan. Masih banyak aspek dalam pekerjaan yang masih butuh
untuk terus kita tangani. Berat? Tidak. Justru itulah yang menyebabkan besok
kita masih bisa kembali ke kantor ini. Bulan depan kita masih bisa mengharapkan
gaji. Tahun depan status pekerjaan kita masih diperpanjang lagi. Jadi, benarkah
pekerjaan Anda sudah selesai? Benar. Khusus pekerjaan kecil itu. Tapi belum, dalam
hakekat keberadaan Anda untuk posisi yang Anda pegang itu.
 
“Wah, gaji cuman segini kok
dituntut kerja habis-habisan gitu lho…..” mungkin ada yang berkilah begitu.
Banyak malah yang berpikiran seperti itu.
 
Again, we are not talking merely
about the salary. Indeed we are talking about tanggungjawab kita kepada masa
depan karir kita sendiri. Aneh banget lho kita ini. Menuntut perusahaan untuk
memberi lebih banyak lagi. Mempercayakan amanah yang lebih besar lagi. Tapi untuk
pekerjaan kecil saja, kita masih melakukannya sebatas takaran gaji yang kita
dapatkan. Sahabatku, jika kita bekerja di perusahaan milik sendiri; tidak butuh
pembuktian dulu untuk menduduki posisi tertentu. Tapi, karena kita bekerja di
perusahaan milik orang lain; maka kita perlu terlebih dahulu menunjukkan kepada
mereka bahwa kita layak mendapatkan amanah yang lebih besar. Caranya?
Membuktikan bahwa setiap amanah yang kita emban saat ini diselesaikan dengan
baik plus-plus. Kenapa ada plus-plus? Karena orang lain pun mungkin saja sudah
mengerjakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Sehingga tanpa plus-plus itu, daya
saing kita menjadi rendah.
 
Bagaimana cara kita membuat yang
plus-plusnya itu? Mudah saja. Cobalah jujur kepada diri Anda sendiri. Bahwa Anda
mempunyai begitu banyak waktu luang di kantor. Saya tahu Anda sibuk sekali. Tapi,
coba sekali lagi Anda evaluasi. Masih banyak waktu yang tersia-siakan. Atau
Anda gunakan untuk hal-hal yang tidak memberi nilai apa-apa. So, meskipun
pekerjaan Anda sudah selesai; jangan lagi pernah berprinsip ‘yang penting
kerjaan selesai….” Karena misi hidup kita, bukan sekedar untuk mengelesaikan
pekerjaan. Kita, butuh membangun keunggulan pribadi. Agar layak untuk
mendapatkan amanah. Dan kepercayaan yang lebih tinggi.
 
Ada contoh aktualnya?
Ada. Tidak usah membicarakan
tentang diri saya lagi ya. Nanti malah dikira menyombongkan diri. Atau
egosentris. Saya ceritakan saja tentang anak buah saya. Dulu. Ada beberapa anak
buah yang punya kebiasaan mengetuk pintu ruang kerja saya. Lalu mengatakan;”Pak
Dadang, pekerjaan saya sudah selesai. Apakah ada hal lain yang bisa saya
kerjakan?”
 
Ini bukan dongeng lho. Beneran terjadi.
Jika Anda yang menjadi atasannya,
bagaimana Anda memandang anak buah yang seperti ini? Sekarang, bisa Anda
bayangkan; seandainya Anda membiasakan diri untuk bersikap seperti itu kepada
atasan Anda. Coba saja. Anda akan menemukan jawabannya sendiri. Oh ya. Para
anak buah saya yang saya ceritakan tadi, sekarang sudah pada punya posisi yang
menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan keluarga mereka yang menanti di
rumahnya masing-masing lho. Jika anak-anak mereka ditanya tentang pekerjaan
ayah atau ibunya, pasti mereka akan bangga menceritakannya. Bisakah kita
mengikuti jejak mereka? Bisa. Jika kita bersedia membuang jauh-jauh prinsip ‘yang
penting kerjaan selesai…’ itu. Lalu menjadi pribadi yang sejalan dengan firman
Tuhan dalam surah 94 (Al-Insyirah) ayat ke-7 ini;”Maka jika engkau telah
menyelesaikan suatu pekerjaan, lanjutkanlah dengan pekerjaan yang lainnya…..” Dengan tuntunan ini, kesuksesan Anda, akan menjadi sebuah keniscayaan. Insya
Allah.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA â€" Dadang
Kadarusman â€" 13 Desember
2012
Leadership and Personnel Development
Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan
Kaki:
Tidak ada pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan. Yang ada
adalah penggalan pekerjaan yang menjadi mata rantai pekerjaan besar lainnya.
 
Ingin
mendapatkan kiriman artikel “P
(=Personalism)” secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai
bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong,
jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang
karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Wed Feb 6, 2013 8:37 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



TV#4: Memiliki Rasa Malu
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
“Rasa malu itu menghambat
kesuksesan karirmu!” Pernahkah Anda mendengar jargon seperti itu? Bahkan ada
lho yang percaya bahwa hanya orang yang tidak tahu malu yang bisa meraih
kesuksesan. Buktinya, banyak orang yang gagal meraih sesuatu yang diinginkannya
karena mereka masih punya rasa malu. Sedangkan orang yang tidak punya malu, banyak
yang hidup dalam keberlimpahan. Apa benar demikian ya nilai yang mesti kita
terapkan? Menurut Anda bagaimana? Kalau menurut saya sih tidak demikian. Jadi,
bagaimana dong sekarang?
 
Sejak kecil kita sudah
menanamkan rasa malu. Sebuah benih yang sangat berharga bagi pembentukan
karakter kita kelak setelah dewasa. Namun, sejak kecil secara sadar atau tidak;
kedalam diri kita sudah ditanamkan keyakinan bahwa ‘rasa malu itu buruk’.
Walhasil, sampai setua ini pun kita masih memegang teguh pemahaman keliru itu.  Sedemikian pentingnya nilai rasa malu itu lho.
Sampai-sampai, Nabi suci utusan Tuhan saja mengajarkannya secara khusus. Beliau
yang mulia menginginkan kita menjadi pribadi agung yang memiliki rasa malu.
Ingin tahu seperti apa jelasnya? Ikuti dan simak di “Tantric Vioce #4: Memiliki Rasa Malu,” sebagai sarana untuk
merenungkannya. Anda dapat menyimak dan mendownloadnya secara leluasa disini: http://www.youtube.com/watch?v=-0trtwfxLro&feature=youtu.be
 
Selamat menyimak. Semoga
bermanfaat.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA â€" Dadang
Kadarusman â€" 14 Desember
2012
Leadership, Career and
People Develompent Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
PIN
BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan Kaki:
Peliharalah
rasa malu, karena dia akan memelihara hidup engkau selama di dunia. Dan menjaga
engkau saat menjalani kehidupan di akhirat.
 
Ingin
mendapatkan kiriman “TV (=Tantric Voice)”   secara rutin langsung dari Dadang
Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika informasi ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Wed Feb 6, 2013 8:37 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



KKN#1: Kedamaian Di Tengah Keramaian
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Natin sedang mengayuh sepedanya ketika bunyi “BRAK” yang
keras terdengar. Diujung jalan, sang pengedara sepeda motor berhenti. Sedangkan
mobil yang baru saja ‘bersentuhan’ dengan motornya berhenti juga dalam jarak
sekitar 5 meter didepannya.  Pengemudi
mobil itu turun. Lalu melirak lirik bodi mobilnya yang baret-baret. Kemudian,
dihampirinya pengendara motor yang masih bertengger diatas jok motornya
sambil membuka helm. Entah dia pasrah. Entah dia bersiap untuk bertempur.
 
Natin menarik nafas panjang. Sambil mendoakan mereka berdua
dapat menyelesaikan masalah itu dengan baik. Natin khawatir, karena dia sudah
sering melihat kejadian pengemudi mobil dan motor tonjok-tonjokan atau sekedar
adu mulut di jalan raya.
 
Natin berhenti. Memandang kearah mereka. Lalu, dia melihat
dengan mata kepalanya sendiri sang pengemudi mobil yang bertubuh lebih besar
itu meletakkan kedua telapak tangannya dalam posisi seperti sedang menyembah.
Lalu gerak bibirnya menyiratkan dia sedang mengatakan;”Maafkan saya…..” katanya.
Sang pengendara motor hanya melongo. Memandangnya dengan takjub. Baru beberapa
saat kemudian dia bisa membalasnya dengan senyum mengembang.
 
Natin bernafas lega. Sambil berguman, betapa indahnya
dunia. Ketika orang besar bersedia merendahkan dirinya sendiri dihadapan orang
kecil. Sedangkan orang kecil, menghargai kerendahan hati orang besar dengan
kesantunan dan kebersahajaannya yang mempesona. Natin pun kembali mengayuh
sepedanya. Pulang kerumah sambil tak henti-hentinya mengagumi keagungan jiwa
dan perangai mulia mereka.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA â€" Dadang
Kadarusman â€" 15 Desember
2012
Leadership and Personnel Development
Trainer
0812 19899 737 (PIN BB:
2A495F1D) or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
 
 
Catatan
Kaki:
Kesalahan kadang terjadi karena ketidak sengajaan.
Sedangkan pengampunan selalu didahului oleh kesadaran bahwa diri sendiri pun
bisa khilaf seperti ketika orang lain melakukannya. Jadi, maafkan saja.
 
Ingin
mendapatkan kiriman “KKN (= Kesaksian
Kecil Natin)” â€" kisah pendek tentang kejadian nyata yang Natin saksikan yang
layak dijadikan teladan â€" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
 
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Wed Feb 6, 2013 8:38 pm (PST) . Posted by:

"M T A"

Sorga, Neraka, Pekerja Sosial atau Pelacur?
Oleh : Made Teddy Artiana


Jika Stephen Covey punya quadrant "Waktu", Robert Kiyosaki quadrant "Cashflow";, Om Bob Sadino quadrant "RBS", maka kami (ketika aku masih bekerja di Bank Central Asia) juga punya quadrant sendiri.

Tidak bermaksud melecehkan siapapun, namun menurut banyak orang, konon ..quadrant kami ini..sanggup mengupas kesadaran seseorang akan apa yang selama ini ia sebut dengan "mata pencaharian".

Intinya, quadrant ini tentang PEKERJAAN vs UANG.

Golongan pertama. Orang-orang yang menyukai pekerjaan mereka, sekaligus juga menyukai uang atau penghasilan mereka. Golongan ini adalah orang-orang yang berada bagaikan di Surga.

Golongan kedua. Mereka yang karena sesuatu dan lain hal, tidak hanya membenci pekerjaan, tapi juga penghasilan mereka. Golongan ini menjalani hidup persis seperti di Neraka.

Golongan ketiga. Adalah mereka yang sangat menyukai pekerjaan mereka, namun tidak terlalu terobsesi dengan penghasilan (uang) nya. Nah, golongan ini adalah mereka-mereka yang memiliki jiwa sosial yang tinggi alias Pekerja Sosial. Mereka-mereka yang berjiwa pengabdian yang tulus-ikhlas.

Golongan terakhir, yang agak seram..
Quadrant ini dihuni oleh mereka-mereka yang membenci pekerjaan mereka, namun menyukai penghasilan (uang) yang dihasilkannya. Golongan ini berada dalam quadrant...maaf...Pelacur.

Hahahahaha!

Apakah tulisan akan dianggap serius atau bergurau, silakan Anda yang memutuskannya. Yang jelas..tanpa rasa syukur dan kecintaan terhadap pekerjaan kita, mustahil karya besar dan kesuksesan akan tercapai. Selamat malam.. CU on MONDAY....yiihaaaaa..!!(#)
-----------
You are the only you God made,
God made you and broke the mold.
it's mean..you are unique, special and precious!

Made Teddy Artiana, S. Kom.
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com
pinBB : 2673F6E8

Penulis buku komedi inspirasi base on true story... "BALADA 13 Pembantu Rumah Tangga (yang pernah bekerja di rumah kami)".

dipenuhi kisah unik, menggelikan, menyentuh dan tak terlupakan.

Tidak ada komentar: