Rabu, 27 Februari 2013

[daarut-tauhiid] KITAB JUAL BELI (2)

KITAB JUAL BELI (2)

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi


Macam-Macam Jual Beli Yang Dilarang Syari'at
1. Bai'ul Gharar
Yaitu semua jual beli yang mengandung unsur jahalah (ketidak-jelasan) atau mengandung unsur mengadu peruntungan atau judi.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ia berkata:

äóåóì ÑóÓõæáõ ÇááåöÕóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó Úóäú ÈóíúÚö ÇáúÍóÕóÇÉö æóÚóäú ÈóíúÚö ÇáúÛóÑóÑö.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang bai'ul hashaat dan bai'ul gharar (menjual barang yang ada unsur penipuan)" [14]

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah Muslim (X/ 156), "Larangan bai'ul gharar merupakan asas yang besar dari asas-asas kitab jual beli, oleh karena itulah Imam Muslim mendahulukannya karena masuk di dalamnya masalah-masalah yang begitu banyak tidak terbatas, seperti bai'ul aabiq (menjual budak yang kabur dari tuannya), bai'ul ma'dum (menjual sesuatu yang tidak ada), bai'ul majhul (menjual sesuatu yang tidak jelas), menjual barang yang tidak bisa diberikan kepada pembeli, menjual sesuatu yang hak kepemilikan penjual tidak sempurna, menjual ikan dalam air yang banyak, menjual susu yang masih dalam kantungnya, menjual janin yang masih dalam perut induknya, menjual seonggok makanan tanpa takaran yang jelas, menjual sepotong pakaian dari kumpulan banyak pakaian (tanpa menentukannya), menjual seekor kambing dari kumpulan banyak kambing (tanpa menentukannya), dan yang sejenisnya, semua ini hukum menjualnya adalah bathil, karena ia termasuk gharar tanpa ada hajat."

Beliau berkata, "Apabila ada hajat yang menyeru kepada dilakukannya gharar dan tidak mungkin berlindung darinya kecuali dengan masyaqqah (cara yang berat/sulit) dan bentuk ghararnya sepele, maka boleh menjualnya. Oleh karena itulah kaum muslimin (ulama) bersepakat akan bolehnya menjual jubah yang diisi dengan kapas walaupun tidak melihat waktu mengisinya dan kalau bahan pengisinya dijual secara terpisah maka tidak boleh."

Selanjutnya beliau berkata, "Ketahuilah bahwa bai'ul mulamasah, bai'ul munabadzah, bai'ul hablil habalah, bai'ul hashaat, 'asbul fahl dan macam-macam jual beli yang sejenisnya yang terdapat nash-nash khusus padanya, ini semua masuk dalam larangan bai'ul gharar, akan tetapi disebutkan secara tersendiri dan dilarang karena ia adalah jenis jual beli Jahiliyyah yang masyhur. Wallaahu a'lam." (secara ringkas).

Bai'ul Mulamasah dan Munabadzah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

äõåöíó Úóäú ÈóíúÚóÊóíúäö ÇáúãõáÇóãóÓóÉö æóÇáúãõäóÇÈóÐóÉö¡ ÃóãóøÇ ÇáúãõáÇóãóÓóÉõ¡ ÝóÃóäú íóáúãöÓó ßõáõø æóÇÍöÏò ãöäúåõãóÇ ËóæúÈó ÕóÇÍöÈöåö ÈöÛóíúÑö ÊóÃóãõøáò¡ æóÇáúãõäóÇÈóÐóÉõ Ãóäú íóäúÈöÐó ßõáõø æóÇÍöÏò ãöäúåõãóÇ ËóæúÈóåõ Åöáóì ÇúáÂÎóÑö æóáóãú íóäúÙõÑú æóÇÍöÏñ ãöäúåõãóÇ Åöáóì ËóæúÈö ÕóÇÍöÈöåö.

"Dua bentuk jual beli yang dilarang; mulamasah dan munabadzah. Adapun mulamasah yaitu (dengan cara) setiap dari penjual dan pembeli menyentuh pakaian kawannya tanpa memperhatikan/memeriksa (ada cacat padanya atau tidak). Sedangkan munabadzah yaitu (dengan cara) setiap dari penjual dan pembeli melempar pakaiannya kepada yang lainnya dan salah seorang dari keduanya tidak melihat kepada pakaian saudaranya" [15]

Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'anhu ia berkata:

äóåóì ÑóÓõæáõ Çááåö Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó Úóäú áöÈúÓóÊóíúäö æóÚóäú ÈóíúÚóÊóíúäö¡ äóåóì Úóäö ÇáúãõáÇóãóÓóÉö æóÇáúãõäóÇÈóÐóÉö Ýöí ÇáúÈóíúÚö¡ æóÇáúãõáÇóãóÓóÉõ áóãúÓõ ÇáÑóøÌõáö ËóæúÈó ÇúáÂÎóÑö ÈöíóÏöåö ÈöÇááóøíúáö Ãóæú ÈöÇáäóøåóÇÑö æóáÇó íõÞóáöøÈõåõ ÅöáÇóø ÈöÐóáößó¡ æóÇáúãõäóÇÈóÐóÉõ Ãóäú íóäúÈöÐó ÇáÑóøÌõáõ Åöáóì ÇáÑóøÌõáö ÈöËóæúÈöåö æóíóäúÈöÐó ÇúáÂÎóÑõ ËóæúÈóåõ æóíóßõæäó Ðáößó ÈóíúÚóåõãóÇ Úóäú ÛóíúÑö äóÙóÑò æóáÇó ÊóÑóÇÖò.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang kami dari dua bentuk jual beli dan dua macam pakaian, beliau melarang dari mulamasah dan munabadzah dalam jual beli. Dan mulamasah adalah seseorang menyentuh pakaian orang lain dengan tangannya di waktu malam atau siang dan ia tidak membolak-baliknya kecuali dengan menyentuhnya saja. Sedangkan munabadzah adalah seseorang melempar pakaiannya kepada orang lain, dan orang lain tersebut melempar pakaiannya kepadanya, dan dengan itulah cara jual beli mereka berdua tanpa melihat dan tanpa saling suka sama suka" [16]

Bai'ul Habalil Habalah
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:

ßóÇäó Ãóåúáõ ÇáúÌóÇåöáöíóøÉö íóÊóÈóÇíóÚõæäó áõÍõæãó ÇáúÌóÒõæÑö Åöáóì ÍóÈóáö ÇáúÍóÈóáóÉö ÞóÇáó æóÍóÈóáõ ÇáúÍóÈóáóÉö Ãóäú ÊõäúÊóÌó ÇáäóøÇÞóÉõ ãóÇ Ýöí ÈóØúäöåóÇ Ëõãóø ÊóÍúãöáó ÇáóøÊöí äõÊöÌóÊú ÝóäóåóÇåõãõ ÇáäóøÈöíõø Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó Úóäú Ðáößó.

"Adalah ahlul Jahiliyyah saling menjual daging unta hingga habalul habalah. Dan habalul habalah adalah agar seekor unta beranak kemudian anaknya ini bunting, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang akan hal itu." [17]

Bai'ul Hashaat
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

äóåóì ÑóÓõæáõ Çááåö Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó Úóäú ÈóíúÚö ÇáúÍóÕóÇÉö æóÚóäú ÈóíúÚö ÇáúÛóÑóÑö

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang bai'ul hashaat dan bai'ul gharar." [18]

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah Shahiih Muslim (X/156), "Adapun bai'ul hashaat, maka ada tiga penafsiran padanya:

Pertama: (Yaitu) dengan mengatakan, "Aku jual kepadamu dari pakaian-pakaian ini apa yang terkena kerikil yang aku lempar," atau "Aku jual tanah ini kepadamu dari sini sampai sejauh kerikil yang aku lempar."

Kedua: (Yaitu) dengan mengatakan, "Aku jual kepadamu dengan syarat kamu memiliki khiyar sampai aku melempar dengan kerikil ini."

Ketiga: (Yaitu) keduanya (penjual dan pembeli) menjadikan jenis lemparan dengan kerikil itu sendiri sebagai jual beli, yaitu ia mengatakan, "Jika aku melempar pakaian ini dengan batu maka ia dibeli olehmu dengan harga sekian." (Selesai).

'Asbul Fahl [19]
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata:

äóåóì ÇáäóøÈöíõø Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó Úóäú ÚóÓúÈö ÇáúÝóÍúáö.

"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang 'asbul fahl." [20]

2. Bai'u Maa Laisa 'Indahu (Jual Beli Barang Yang Tidak Ada Pada Penjualnya)
Dari Hakim bin Hizam Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, seseorang meminta kepadaku untuk menjual, padahal aku tidak memiliki, apakah aku menjual kepadanya?' Beliau menjawab:

áÇó ÊóÈöÚú ãóÇ áóíúÓó ÚöäúÏóßó.

"Jangan engkau jual suatu barang yang tidak engkau miliki.'" [21]

3. Jual Beli Suatu Barang yang Belum Diterima
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ãóäö ÇÈúÊóÇÚó ØóÚóÇãðÇ ÝóáÇó íóÈöÚúåõ ÍóÊóøì íóÞúÈöÖóåõ.

"Barangsiapa membeli makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia menerimanya dahulu."

Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku menganggap segala sesuatu kedudukannya seperti makanan." [22]

Dari Thawus, dari Ibnu 'Umar, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ãóäö ÇÈúÊóÇÚó ØóÚóÇãðÇ ÝóáÇó íóÈöÚúåõ ÍóÊóøì íóßúÊóÇáóåõ.

"'Barangsiapa yang membeli makanan, maka janganlah ia menjualnya hingga ia menerimanya.'"

Aku berkata kepada Ibnu 'Abbas, "Mengapa demikian?" Ia menjawab, "Tidakkah engkau melihat mereka saling berjual beli dengan emas sedangkan makanannya tertahan (tertunda)."[23]

4. Melakukan Transaksi Jual Beli di atas Transaksi Jual Beli Saudaranya
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

áÇó íóÈöíÚõ ÈóÚúÖõßõãú Úóáóì ÈóíúÚö ÈóÚúÖò.

"Janganlah sebagian kalian melakukan transaksi jual beli di atas transaksi jual beli sebagian yang lain." [24]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

áÇó íóÓõãö ÇáúãõÓúáöãõ Úóáóì Óóæúãö ÃóÎöíåö.

"Janganlah seorang muslim menawar (barang) yang sedang ditawar oleh saudaranya." [25]

5. Bai'ul 'Inah
Yaitu menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga tempo dan ia menyerahkannya kepada si pembeli, kemudian sebelum ia menerima pembayarannya ia membelinya kembali (dari si pembeli) dengan harga tunai yang lebih sedikit (lebih murah) dari harga tempo.

Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ÅöÐóÇ ÊóÈóÇíóÚúÊõãú ÈöÇáúÚöíäóÉö æóÃóÎóÐúÊõãú ÃóÐúäóÇÈó ÇáúÈóÞóÑö æóÑóÖöíÊõãú ÈöÇáÒóøÑúÚö æóÊóÑóßúÊõãõ ÇáúÌöåóÇÏó ÓóáóøØó Çááåõ Úóáóíúßõãú ÐõáÇðø áÇó íóäúÒöÚõåõ ÍóÊóøì ÊóÑúÌöÚõæÇ Åöáóì Ïöíäößõãú.

"Apabila engkau berjual beli dengan cara 'inah, dan kalian lebih senang memegang ekor-ekor sapi•, dan ridha dengan bercocok tanam, serta kalian meninggalkan kewajiban jihad, (niscaya) Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian. Tidaklah Dia mencabut kehinaan itu, melainkan bila kalian kembali kepada agama kalian." [26]

6. Jual Beli dengan Cara Tempo Dengan Menambah Harga (Jual Beli Kredit)
Dewasa ini telah tersebar jual beli dengan cara tempo dengan menambah harga yang lebih dikenal dengan nama bai'ut taqshiith (jaul beli kredit). Adapun bentuk jual beli ini -sebagaimana yang sudah maklum- adalah menjual barang dengan dikredit dengan tambahan harga sebagai balasan tempo waktu. Sebagai contoh suatu barang dengan cara tunai seharga seribu, lalu dijual dengan cara kredit seharga seribu dua ratus, jual beli seperti ini termasuk jual beli yang dilarang.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu a'nhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ãóäú ÈóÇÚó ÈóíúÚóÊóíúäö Ýöí ÈóíúÚóÉò Ýóáóåõ ÃóæúßóÓõåõãóÇ Ãóæö ÇáÑöøÈóÇ.

"Barangsiapa menjual dua transaksi dalam satu transaksi, maka baginya kerugiannya atau riba." [27]

Barang-Barang yang Tidak Boleh Diperjualbelikan:
1. Khamr (Minuman Memabukkan)
Dari 'Aisyah Radhiyallahu ahuma, ia berkata:

áóãóøÇ äóÒóáóÊú ÂíóÇÊõ ÓõæÑóÉö ÇáúÈóÞóÑóÉö Úóäú ÂÎöÑöåóÇ ÎóÑóÌó ÇáäóøÈöíõø Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó ÝóÞóÇáó ÍõÑöøãóÊö ÇáÊöøÌóÇÑóÉõ Ýöí ÇáúÎóãúÑö.

"Tatkala turun ayat-ayat surat Al-Baqarah…., Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar seraya bersabda, 'Telah diharamkan perdagangan khamr.'" [28]

2. Bangkai, Babi Dan Patung
Dari Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu anhuma, ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika berada di Makkah pada 'amul fath (tahun pembukaan kota Makkah):

Åöäóø Çááåó æóÑóÓõæáóåõ ÍóÑóøãó ÈóíúÚó ÇáúÎóãúÑö æóÇáúãóíúÊóÉö æóÇáúÎöäúÒöíÑö æóÇúáÃóÕúäóÇãö¡ ÝóÞöíáó íóÇ ÑóÓõæáó Çááåö ÃóÑóÃóíúÊó ÔõÍõæãó ÇáúãóíúÊóÉö ÝóÅöäóøåóÇ íõØúáóì ÈöåóÇ ÇáÓõøÝõäõ æóíõÏúåóäõ ÈöåóÇ ÇáúÌõáõæÏõ æóíóÓúÊóÕúÈöÍõ ÈöåóÇ ÇáäóøÇÓõ ÝóÞóÇáó áÇó åõæó ÍóÑóÇãñ Ëõãóø ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó ÚöäúÏó Ðáößó ÞóÇÊóáó Çááåõ ÇáúíóåõæÏó Åöäóø Çááåó áóãóøÇ ÍóÑóøãó ÔõÍõæãóåóÇ Ìóãóáõæåõ Ëõãóø ÈóÇÚõæåõ ÝóÃóßóáõæÇ Ëóãóäóåõ.

"Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual beli khamr, bangkai, babi dan patung." Kemudian ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah pendapatmu tentang (menjual) lemak bangkai, sesungguhnya ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang menggunakannya untuk penerangan?" Beliau menjawab, "Tidak boleh, ia haram." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda, "Semoga Allah memerangi orang-orang Yahudi, sesungguhnya Allah ketika mengharamkan lemak-lemak (hewan), mereka pun mencairkannya lalu menjualnya dan memakan uangnya." [29]

3. Anjing
Dari Abu Mas'ud al-Anshari Radhiyallahu 'anhu:

Ãóäóø ÑóÓõæáó Çááåö Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó äóåóì Úóäú Ëóãóäö ÇáúßóáúÈö æóãóåúÑö ÇáúÈóÛöíöø æóÍõáúæóÇäö ÇáúßóÇåöäö.

"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari hasil penjualan anjing, mahrul baghyi (uang hasil berzina/melacur) dan hulwanul kaahin (upah praktek perdukunan)." [30]

4. Lukisan (Gambar-Gambar) Yang Memiliki Ruh
Dari Said bin Abul Hasan, ia berkata, "Aku sedang berada di tempat Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, tiba-tiba datang seseorang kepadanya seraya bertanya, 'Wahai Ibnu 'Abbas, aku adalah seseorang yang penghasilanku dari kerajinan tanganku, dan sesungguhnya aku membuat gambar-gambar ini.' Maka Ibnu 'Abbas berkata, 'Aku tidak akan menceritakan kepadamu kecuali apa yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku telah mendengar beliau bersabda:

ãóäú ÕóæóøÑó ÕõæúÑóÉð ÝóÅöäóø Çááåó ãõÚóÐöøÈõåõ ÍóÊóøì íóäúÝõÎó ÝöíåóÇ ÇáÑõøæÍó æóáóíúÓó ÈöäóÇÝöÎò ÝöíåóÇ ÃóÈóÏðÇ.

"Barangsiapa yang menggambar suatu gambar (bernyawa), maka sesungguhnya Allah akan mengadzabnya sehingga ia meniupkan ruh padanya (gambar-gambar tadi), dan ia tidak akan mampu untuk meniupkan ruh selamanya".

Maka orang tersebut pun mengalami sesak nafas yang hebat dan wajahnya memucat. (Ibnu 'Abbas) berkata, 'Celaka engkau, kalau engkau enggan kecuali harus membuatnya, maka gambarlah pohon ini, (gambarlah) segala sesuatu yang tidak memiliki ruh". [31]

5. Buah Sebelum Matang
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Ãóäóøåõ äóåóì Úóäú ÈóíúÚö ÇáËóøãóÑóÉö ÍóÊóøì íóÈúÏõæó ÕóáÇóÍõåóÇ æóÚóäö ÇáäóøÎúáö ÍóÊóøì íóÒúåõæó¡ Þöíáó æóãóÇ íóÒúåõæ¿ ÞóÇáó: íóÍúãóÇÑõø Ãóæú íóÕúÝóÇÑõø.

"Bahwa beliau melarang menjual buah sebelum matang, dan kurma sehingga ia berwarna." Lalu ada yang bertanya, "Apa maksudnya berwarna?" Beliau menjawab, "(Hingga) memerah atau menguning." [32]

Juga diriwayatkan darinya, "Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menjual buah sehingga matang. Lalu ditanyakan kepada beliau, 'Apa maksudnya matang?' Beliau menjawab, 'Hingga memerah.' Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ÃóÑóÃóíúÊó ÅöÐóÇ ãóäóÚó Çááåõ ÇáËóøãóÑóÉó Èöãó íóÃúÎõÐõ ÃóÍóÏõßõãú ãóÇáó ÃóÎöíúåö.

"Apa pendapatmu apabila Allah menahan buah tersebut (tidak bisa dipanen), maka dengan cara apa salah seorang dari kamu mengambil harta saudaranya.'"[33]

6. Pertanian Sebelum Bijinya Mengeras (Tua)
Dari Ibnu 'Umar,

Ãóäóø ÑóÓõæáó Çááåö Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó äóåóì Úóäú ÈóíúÚö ÇáäóøÎúáö ÍóÊóøì íóÒúåõæó æóÚóäö ÇáÓõøäúÈõáö ÍóÊóøì íóÈúíóÖóø æóíóÃúãóäó ÇáúÚóÇåóÉó äóåóì ÇáúÈóÇÆöÚó æóÇáúãõÔúÊóÑöíó.

"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menjual kurma hingga ma-tang, dan (melarang menjual) biji-bijian hingga mengeras (matang) [34] , serta aman dari hama. Beliau melarang penjual dan pembelinya." [35]

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[14]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 939), Irwaa-ul Ghaliil (no. 1294)], Shahiih Muslim (III/1153, no. 1513), Sunan at-Tirmidzi (II/349, no. 1248), Sunan Abi Dawud (IX/230, no. 3360), Sunan Ibni Majah (II/139, no. 2194), Sunan an-Nasa-i (VII/262).
[15]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 938)], Shahiih Muslim (III/1152, no. 1511 (2)).
[16]. Muttafaq 'alaih: Shahiih Muslim (III/1152, no. 1512) dan ini lafazhnya, Shahiih al-Bukhari (IV/358, no. 2147, 44), Sunan Abi Dawud (IX/231, no. 3362), Sunan an-Nasa-i (VII/260)
[17]. Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/356, no. 2143), Shahiih Muslim (III/ 1153, no. 1514), Sunan Abi Dawud (IX/233, no. 3364, 65), Sunan at-Tirmidzi (II/349, no. 1247) secara ringkas, Sunan an-Nasa-i (VII/293), Sunan Ibni Majah (II/740, no. 2197) secara ringkas.
[18]. Telah disebutkan takhrijnya.
[19]. Al-Fahl adalah pejantan dari setiap hewan, baik itu kuda, unta atau pun domba dan yang dimaksud dengan 'asbul fahl adalah harga sperma pejantan, dan juga dikatakan upah mengawini.
[20]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 939)], Shahiih al-Bukhari (IV/461, no. 2284), Sunan Abi Dawud (IX/296, no. 3412), Sunan at-Tirmidzi (II/372, no. 1291)
[21]. Shahih: [Irwaa-ul Ghaliil (no. 1292)], Sunan Ibni Majah (II/737, no. 2187), Sunan at-Tirmidzi (III/350, no. 1250), Sunan Abi Dawud (IX/401, no. 3486).
[22]. Muttafaq 'alaih: Shahiih Muslim (III/1160, no. 1525 (30)), dan lafazh ini mi-liknya, Shahiih al-Bukhari (IV/349, no. 2135), Sunan Abi Dawud (IX/393, no. 3480), Sunan an-Nasa-i (VII/286), Sunan at-Tirmidzi (II/379, no. 1309)
[23]. Mutttafaq 'alaih: Shahiih Muslim (III/1160, 1525 (31)) dan lafazh ini milik-nya, Shahiih al-Bukhari (IV/347, no. 2132), Sunan Abi Dawud (IX/392, no. 3479).
[24]. Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/373, no. 2165), Shahiih Muslim (III/ 1154, no. 1412), Sunan Ibni Majah (II/333, no. 1271).
[25]. Shahih: [Irwaaul Ghaliil (no. 1298)], Shahiih Muslim (III/1154, no. 1515).
• Kiasan dari sibuknya mereka dalam pertanian pada saat diwajibkannya ji-had. Lihat 'Aunul Ma'bud.-pent.
[26]. Shahih: [Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 423)], Sunan Abi Dawud (IX/335, no. 3445)
[27]. Hasan: [Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 6116)], Sunan Abi Dawud (no. 3444), untuk lebih rinci lagi periksalah as-Silsilah ash-Shahiihah oleh Syaikh al-Albani (no. 2326). Demikian pula risalah asy-Syaikh 'Abdurrahman 'Abdul Khaliq: "Al-Qaulul Fashl fii Ba'il Ajal."
[28]. Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/417, no. 2226), Shahiih Muslim (III/ 1206, no. 1580), Sunan Abi Dawud (IX/380, no. 3473), Sunan an-Nasa-i (VII/ 308)
[29]. Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/424, no. 2236), Shahiih Muslim (III/ 1207, no. 1581), Sunan at-Tirmidzi (II/281, no. 1315), Sunan Abi Dawud (IX/ 377, no. 3469), Sunan Ibni Majah (II/737, no. 2167), Sunan an-Nasa-i (VII/309).
[30] Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/426, no. 2237), Shahiih Muslim (III/ 1198, no. 1567), Sunan Abi Dawud (IX/374, no. 3464), Sunan at-Tirmidzi (II/ 372, no. 1293), Sunan Ibni Majah (II/370, no. 2159), Sunan an-Nasa-i (VII/309).
[31]. Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/416, no. 2225) dan ini lafazh beliau, Shahiih Muslim (III/1670, no. 2110), Sunan an-Nasa-i (VIII/215) secara ringkas.
[32]. Shahih: [Shahih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 6928)], Shahiih al-Bukhari (IV/397, no. 2197)
[33]. Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/398, no. 2198) dan lafazh ini milik beliau, Shahiih Muslim (III/1190, no. 1555), Sunan an-Nasa-i (VII/264)
[34]. Maksudnya sehingga bijinya mengeras, inilah yang dimaksud dengan budu-wus shalah dan aman dari 'ahah yaitu (aman) dari hama yang menyerang pertanian, buah, dan yang sejenisnya hingga dapat merusaknya.
[35]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 917)], Shahiih Muslim (III/1165, no. 1535), Sunan Abi Dawud (IX/222, no. 3352), Sunan at-Tirmidzi (II/348, no. 1245), Sunan an-Nasa-i (VII/270)
***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: