Selasa, 05 Februari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3686

1 New Message

Digest #3686

Message

Mon Feb 4, 2013 8:54 pm (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Skandal Pajak Keluarga Istana dan Kebusukan Detikcom

Saat mau tidur saya iseng baca berita di Detik.com (Senin, 04/02/2013 21:33
WIB ) berjudul "Laporan dari Jeddah SBY: Saya & Keluarga Laporkan Pajak
Sesuai Ketentuan, Tak Ada Penyimpangan"*. *Penulisnya Arifin Ashydad. Saya
agak heran dengan berita ini, beritanya panjang betul. Tumben sekali
wartawan Detikcom menulis panjang, biasanya beritanya pendek-pendek,
banyak yang salah tulis pula. Kalaupun menjadi berita "Terpopuler" biasanya
berita khas Detik Surabaya yang paling pinter bikin berita berbau mesum.
Maaf agak nyinyir. Tapi ya begitulah nyatanya

Setelah saya selesai membaca berita tersebut, saya iseng ingin membaca
komentar-komentar pembaca yang saya yakin akan nyinyir dan
mengumpat-ngumpat SBY. Tapi, alangkah kagetnya saya ketika saya klik
beritanya, berkali-kali, saya tunggu-tunggu, tidak ada komentar dari
pembaca. Saya curiga form komentar berita itu di non aktifkan.

Saya bangun, tak jadi tidur, bergegas membuka laptop, cek berita tersebut.
Di BB saya form komentar memang tidak nampak, biasanya beberapa detik
setelah ada berita yang bikin heboh langsung banyak komentar. Nah, saat cek
berita di Detikcom via laptop, oh Tuhan, memang sepertinya di non aktifkan.
Via laptop memang komentar muncul " 1 Comment" tapi itupun kalau diklik
tidak nampak. Saya yakin ada yang tidak beres dengan Detikcom.

Saya cek berita kembali, apa ada tulisan misalnya "Advertorial" atau
tulisan apapun yang menandakan bahwa tulisan atau berita ini sengaja
dipesan oleh orang, instansi atau perusahaan tertentu. Saya amati
baik-baik, takut kurang teliti. Tapi nyatanya tak ada tanda-tanda berita
itu sebagai sebuah "Iklan" dan dalam link beritanya masuk Detiknews. Bagi
saya ini tidak main-main. Ini skandal besar Detikcom yang main-main dengan
penguasa, sengaja menjadi corong penguasa. Bagi saya inilah contoh nyata
kebusukan media. Sejarah mesti mencatat kebusukan media dalam kasus skandal
pajak keluarga istana. Sejarah harus mencatatnya (Yons Achmad, pengamat
media).

NB: Link Berita
http://news.detik.com/read/2013/02/04/212557/2161022/10/sby-saya-keluarga-laporkan-pajak-sesuai-ketentuan-tak-ada-penyimpangan?9922022

Tidak ada komentar: