Senin, 25 Februari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3691

8 New Messages

Digest #3691
1
L#32: Memperbaiki Cara Memimpin Kita by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
4
P#50: Cara Terhormat Untuk Dihormati by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
5
P#49: Males Ngantor by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
6
KKN#5: Memahami Atau Memaklumi by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
7
L#33: Disepelekan Oleh Anak Buah by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
8
GUNDUL-GUNDUL PACUL.... by "pramono dewo" pdewo

Messages

Sun Feb 24, 2013 5:13 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

L#32: Memperbaiki Cara Memimpin Kita
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Saya yakin Anda sepakat dengan pernyataan bahwa 'percaya
diri' merupakan salah satu kualitas penting bagi seorang pemimpin. Tanpa rasa
percaya diri itu, mana mungkin kita bisa memimpin orang lain, bukan? Namun,
rasa percaya diri juga bisa menyebabkan hal-hal penting lainnya luput dari
perhatian kita. Misalnya, kita percaya diri sekali bahwa team kerja yang kita
pimpin itu baik-baik saja. Sehingga kita tidak menyadari jika sebenarnya mereka
mengeluhkan cara kita memimpin mereka. Saya tidak tahu; apakah Anda mengetahui
bagaimana pendapat anak buah Anda tentang cara Anda memimpin mereka? Jika belum
tahu, ada baiknya Anda mencari tahu deh. Supaya Anda paham, apakah sudah
memimpin dengan cara yang tepat atau belum. Bagaimana jika Anda yakin kalau
cara memimpin Anda itu sudah baik? Hmmmh, saya kira; ada baiknya jika Anda
menguji keyakinan Anda itu. Berani menerima tantangan itu?
 
Kalau saya sih, sudah lumayan banyak menyaksikan para
pemimpin yang merasa sudah memimpin dengan baik itu ternyata tidak demikian
dimata anak buahnya sendiri. Banyak pemimpin yang ke-GR-an. Mengira sudah
menjadi pemimpin yang oks banget. Tapi nyatanya tidak. Kalau sekarang Anda
sudah menjadi atasan di kantor – maaf – mungkin Anda juga begitu. Tapi Anda
sebaiknya tidak sakit hati dengan pernyataan saya itu. Karena sebenarnya saya
tidak sedang menceritakan tentang kepemimpinan Anda kok. Saya sedang
menceritakan kekurangan diri saya sendiri ketika memimpin orang lain. Sejauh
yang saya ingat, kinerja team yang saya pimpin baik-baik saja. Bahkan boleh
dibilang extra ordinary dalam beberapa aspek. Hal itu membuat saya percaya
diri. Dan mengira, semua team member saya merasa happy.
 
Saya baru menyadarinya ketika mengetahui bahwa beberapa
team member saya itu justru mengeluhkan tentang kempimpinan saya. Dan mereka,
mengadukannya kepada atasan saya. Bagaimana pun juga, saya merasa beruntung
mereka menyampaikan pendapatnya tentang kepemimpinan saya itu kepada orang yang
tepat. Karena orang itu bisa menyampaikan keluhan tersebut kepada saya. Bayangkan
jika mereka mengeluhkan saya  kepada
teman makan siang di kantin. Atau kepada sesama penikmat momen-monen khusus didepan
cermin toilet.
 
Faktanya, kantin dan toilet kantor merupakan tempat
favorit bagi para karyawan untuk mengeluhkan soal perilaku atau perlakuan
atasannya. Itulah sebabnya, banyak atasan yang mengira jika team kerjanya
baik-baik saja. Sementara orang lain yang tidak berkepentingan paham benar
bahwa kenyataannya berbeda seratus delapan puluh derajat. Dan itu artinya, jika
sebagai atasan Anda tidak pernah mendengar anak buah mengeluhkan tentang
kekurangan cara Anda memimpin; maka itu tidak berarti bahwa selama ini Anda
telah memimpin mereka dengan selayaknya.
 
Ketika atasan saya memberitahukan bahwa ada anak buah saya
yang menghadap beliau, lalu mengeluhkan cara saya memimpin; saya langsung
merasa menjadi orang yang sangat beruntung. Karena, saya jadi tahu apa yang
terjadi didalam team yang saya pimpin itu. Sejak saat itu saya menyadari bahwa
kinerja team yang bagus belum menggambarkan cara memimpin yang bagus. Maka
hanya fokus kepada hasil, bisa melenakan. Kita mengira jika hasilnya bagus mengindikasi
jika anak buah kita baik-baik saja. Padahal ternyata tidak.
 
Manager sales, misalnya. Fokusnya memang mencari sales.
Sampai setiap hari dia menelepon anak buahnya, hanya untuk menanyakan ; "salesnya
sudah berapa?". Manager non sales juga sama terjebaknya dengan berfokus hanya
kepada hasil. Sehingga proses dan isi komunikasinya dengan anak buahnya tidak
lebih dari sekedar tuntutan pada hasil. Padahal, ternyata manusia-manusia yang
kita pimpin itu sangat sensitif dengan cara kita memimpin mereka untuk meraih
hasil itu. Artinya, proses juga sangat penting bagi mereka. Bukan hanya
hasilnya saja. Padahal, sebagai atasan kita punya tanggungjawab yang sangat
besar untuk memastikan kinerja kita memenuhi target-target perusahaan.
 
Salahkah kita jika fokus pada hasil? Tidak. Karena
mencapai hasil yang telah ditargetkan itu merupakan amanah paket jabatan yang kita
sandang. Namun, selain bertanggungjawab kepada perusahaan itu kita juga
bertanggungjawab kepada anak buah kita untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan
pemenuhan terhadap hak-haknya. Keliru, jika kita mengira hak-hak anak buah itu
hanya sebatas pemenuhan materi belaka. Yang penting gaji dibayar, bonus digelontorkan.
Selain aspek-aspek material itu, ternyata anak buah kita mempunyai hak atas
pemenuhan kebutuhan emosinya. Misalnya, perasaan dihargai dan diperhatikan. Dan
ternyata, perasaan-perasaan seperti itu bisa menciptakan bonding atau ikatan
yang lebih kuat antara atasan dengan bawahan, sesama kolega, dan oraganisasi
secara keseluruhan.
 
"Gue punya gaya  kepemimpinan yang unik," mungkin Anda merasa demikian. "Ya beginilah gue
apa adanya. Anak buah gue mesti bisa menyesuaikan diri dengan cara memimpin
gue!" Boleh juga begitu. Saya tidak akan memvonis cara pandang Anda itu. Saya,
hanya ingin mengajak Anda untuk kembali mengingat bahwa setiap individu
memiliki keunikan seperti hanya Anda sendiri yang unik itu. Maka itu berarti
bahwa suatu cara atau prinsip yang Anda rasa cocok dan tepat untuk diri Anda
belum tentu sesuai dengan kepribadian atau keunikan orang-orang yang Anda
pimpin.
 
Seorang pemimpin yang terampil, ternyata adalah pemimpin
yang mampu  mengelola anak buahnya secara
berbeda. Makanya, kita mengenal istilah 'different folks, different strokes'.
Orang-orang yang kita pimpin itu punya karakter yang berbeda. Maka, cara
memimpin mereka juga mesti berbeda. Dampak dari cara memimpin seperti itu
adalah; kita bisa diterima oleh anak buah dari jenis dan karakteristik manapun.
Dan kita bisa mendorong mereka yang berbeda-beda itu, untuk mengerahkan seluruh
kemampuannya agar bisa berdedikasi kepada pekerjaannya semaksimal mungkin.
Bukankah situasi seperti itu yang bisa membawa team yang kita pimpin kepada
hasil dan pencapaian tertingginya?
 
Jadi, sahabatku; mari senantiasa mengevaluasi cara
memimpin kita. Supaya kita selalu bisa menemukan ruang. Untuk melakukan
perbaikan. Dan Insya Allah. Cara seperti itu bisa membawa kita menjadi pemimpin
yang semakin baik dari hari ke hari. Karena seperti disabdakan Rasulullah SAW: "Engkau
adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu…." Pertanggungjawaban kepada perusahaan dilakukan dalam business review meeting,
untuk mengevaluasi hasil dan kinerja team. Sedangkan pertanggungjawaban
terhadap cara kita memperlakukan anak buah akan dilakukan di dalam sebuah forum
yang bernama; 'hari perhitungan segala amal perbuatan'. Sudah siapkah Anda
menghadapi forum itu?
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 31 January
2013
Leadership and Personnel Development
Trainer
Phone: 0812 19899 737 (PIN
BB: 2A495F1D)   
 
Catatan
Kaki:
Seorang pemimpin, bertanggungjawab kepada perusahaan untuk
memberikan kinerja terbaik dari teamnya. Juga bertanggungjawab kepada anak
buahnya untuk memberikan perlakukan dan pengelolaan yang manusiawi dan penuh
rasa hormat.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "L (= Leaderism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Sun Feb 24, 2013 5:13 pm (PST) . Posted by:

"M T A"

80% HOKI, 20% Kerja
By MTA

Hampir disetiap pertemuan dengan seseorang yang saya anggap telah sukses, selalu saja ada godaaan untuk melontarkan pertanyaan berikut. Tips nya apa nih Pak supaya sukses/kaya seperti Bapak ? hampir dapat dipastikan jawaban yang selalu saya terima adalah : bekerja keras atau bekerja cerdas.

Sebagian orang menganggap, jawaban itu klise dan standard banget.

Celakanya, walaupun berulang kali menerima jawaban yang itu-itu saja, rupanya saya tidak pernah kapok. Hingga suatu saat, dalam sebuah kesempatan aneh, saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan seorang sahabat yang notabene adalah pengusaha yang sangat sukses. Tetapi lucunya ketika pertanyaan yang sama saya lontarkan, agak mengejutkan juga ia menjawab dengan sangat berbeda.

Menurutnya seorang yang berada pada golongan kaya, menengah atau miskin dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut.

80% hoki, 20% kerja keras adalah ciri orang kaya
50% hoki, 50% kerja keras adalah ciri orang menengah
20% hoki, 80% kerja keras adalah ciri orang miskin

Jadi rumusan itu dapat diartikan begini, jika kerja keras Anda itu 80% tetapi hanya menghasilkan sedikit, itu berarti hoki(baca : keberuntungan) Anda hanyalah 20% dan Anda sudah pasti berada pada lapisan �orang miskin�.

Nah jika, kerja dan hasil Anda sebading, dalam artian 50% kerja, 50% hoki, dapat dipastikan Anda berada pada lapisan kedua, alias kelas menengah.

Hal yang sama berlaku pada lapisan teratas atau golongan orang kaya.

Pertama kali ketika mendengar formula itu saya pribadi spontan membantah nya. KOQ BISA? kira-kira begitu kata-kata pembuka yang saya gunakan.

Apalagi jika mendengar kata �hoki� serta merta pikiran saya terarah pada sesuatu yang bersifat �bawaan� atau �anugerah� atau �dari sononya� alias nggak bisa dipaksain. Wong udah nggak hoki gitu loh�kira-kira demikian.

Sedari dulu memang saya agak alergi dengan satu kata itu. Tetapi jujur saya tidak punya nyali untuk berdebat dengan �orang kaya raya� yang sekarang duduk di depan hidung saya ini. Ngedumel dalam hati adalah pelampisan terbaik disaat-saat seperti ini. Namun syukurlah, menurut sahabat saya tersebut, HOKI itu bisa diciptakan. Bisa direkayasa. Oh ya? Sure!

Langkah pertama, ketahui dulu apa sih yang mengundang keberuntungan itu.
Langkah kedua, berubah.
Langkah ketiga, membiasakannya.

Mendidik diri untuk terbiasa menerapkan hal itu hingga environment hoki itu terekam di alam bawah sadar kita dan pada saat diperlukan �jreeeeeeng!!!
Otomatis nongol kepermukaan.

Sahabat saya itu kemudian memberikan contoh yang sangat sederhana : naik sepeda. Waktu baru belajar, minta ampun susahnya, babak belur, benjut dan sebagainya itu sudah biasa. Pernah bertemu orang yang baru belajar naik sepeda yang tidak pernah jatuh ? Rasanya tidak pernah.

Tetapi segalanya menjadi berbeda, ketika kita sudah menguasai sepeda itu. Kini pertanyaanya adalah pernah bertemu orang yang telah mahir bersepeda dan berpikir keras setiap ingin mengayuh pedal nya ? Jawabannya persis sama. Rasanya tidak pernah.

Demikianlah juga dengan kebiasaan-kebiasaan yang �berkuasa� untuk mengundang hoki. Lagi-lagi menurut sahabat saya itu, ia menganjurkan untuk senantiasa berlatih hingga ketrampilan mengundang hoki itu sungguh-sungguh terekam dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging di alam bawah sadar kita. Ditanggung kerja keras Anda tersisa hanya 20%, karena yang 80% sudah di handle oleh binatang bernama �hoki�.

Bicara soal hoki, tiba-tiba saja saya teringat sebuah quote milik Thomas Lanier Williams III atau yang lebih dikenal dengan nama Tennessee Williams. Penulis sandiwara kelas dunia yang sangat tersohor disekitar tahun 1930-1983 dan telah banyak menerima penghargaan.

Beliau sempat sedikit berceloteh tentang hoki. �LUCK is believing you're lucky.� Demikian menurut Williams.

Ini good news bagi kita. Karena menurut saya, kalimat ini dapat dijadikan starting point yang cukup bagus untuk mulai menarik hoki kepangkuan kita. Untuk mengundang hoki datang, sangat simple, yakni mempercayai bahwa kita beruntung.

Satu hal lagi, ijinkan saya sedikit mengutip sebuah kalimat dari seorang yang paling bijaksana yang pernah hidup di dunia ini, Raja Sulaiman, namanya Dalam sebuah syair beliau pernah menulis : �Percuma saja bekerja keras mencari nafkah, bangun pagi-pagi dan tidur larut malam; sebab TUHAN menyediakannya bagi mereka yang dikasihi-Nya, sementara mereka sedang tidur. �

Menggelitik memang.

Apakah segalanya ini terlalu diSEDERHANAkan ? Ataukah memang demikian sederhana, hanya saja karena campur tangan kita ini, manusia-manusia yang sering menganggap dirinya begitu pandai, akhirnya malah MERUMITKAN segala yang sesuatu?

Lepas dari itu semua, siapapun di dunia ini, termasuk sahabat saya itu, tentu bebas memformulasikan apapun yang dianggapnya resep �cespleng� untuk sukses. Dan mereka sesuai dengan frekuensi (IMAN) nya akan menarik realitanya masing-masing.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ? (***)
-------
Rise & Shine,

Made Teddy Artiana, S. Kom
(ghost-writer, photographer & event organizer)

Sun Feb 24, 2013 5:18 pm (PST) . Posted by:

"M T A"

Jangan Main-Main Dengan G-SPOT Anda!!
Oleh : MTA

�Dear Pak MTA, kata mereka saya terbilang sukses dalam berkarir. Namun
sesuatu yang tidak mereka tahu terjadi.
Sesuatu yang juga terlambat saya sadari. Ternyata kesuksesan ini menyeret
saya menjauh dari passion saya.
Dulu saya mengabaikan passion itu. Sampai akhirnya, terjadilah paradoks.
Bahwa kesuksesan, bisa membuat Anda bangga sekaligus hampa secara bathin.
Sekarang saya berdiri di persimpangan antara bakat dan pekerjaan.
Saya tahu, saya terlambat menyatukan keduanya. Kian hari, pilihan itu kian
terasa berat dan menekan saya secara psikologis.
Kalau saja saya menuruti passion saya, kira-kira menjadi apa gerangan saya
saat ini?
Saya tahu tidak ada apapun yang dapat Anda lakukan untuk membantu saya.
Saya sadar betul itu. Karena ini adalah hidup saya dan keputusan itu ada di
tangan saya.
Mungkin, saya akan tua, lalu meninggal dunia tanpa jawaban.
Hantu penasaran, dalam arti sebenar-benarnya. �

Satu kata untuk curhat di atas : TRAGIS.

Tebakan Anda benar. Itu curhat seseorang yang terjebak dalam pekerjaan yang
ternyata tidak ia cintai.

Tuntutan biaya hidup dan arus trend atau �kecelakaan� mengantarkan mereka
kepada Jebakan Batman.

Dunia sekuler sering meneriakkan hal berikut ke telinga kita : �ANDA BISA
JADI APAPUN YANG ANDA KEHENDAKI!�

Tapi persoalannya, validkah kalimat tersebut? Benarkah Anda bisa menjadi
segala sesuatu yang Anda mau?

Benarkah setiap manusia diberikan bekal yang sama oleh Sang Pencipta,
sehingga mereka bisa menjadi APAPUN yang mereka kehendaki.

Mari kita telaah perlahan-lahan.

TIDAK ADA SEORANGPUN IDENTIK DI DUNIA INI.

Untuk hal tersebut, saya percaya semua orang mengangguk setuju.

Itu berarti setiap manusia adalah UNIK dan SPESIAL.

Ibarat kata, TUHAN menghancurkan tiap cetakan manusia, segera setelah satu
manusia selesai di cetak.

Itu menjamin tidak ada satu orang manusiapun yang sama. Anda dan saya BUKAN produk massal.

Karena setiap orang unik, sehingga bakat atau talenta atau �persenjataan�
merekapun berbeda-beda.

Masing-masing punya kekuatan, sekaligus kelemahannya sendiri-sendiri.

Sehingga jelaslah kalimat �ANDA BISA JADI APAPUN YANG ANDA KEHENDAKI� itu
sedikit benarnya,

namun banyak salahnya.

Mungkin yang lebih tepat adalah...

�JIKA ANDA MENGORBANKAN KEUNIKAN ANDA (YANG BEGITU MAHAL ITU), maka Anda
bisa menjadi apapun yang Anda kehendaki.

Hanya saja itu berarti : Kehidupan Anda tidak efektif, meninggalkan
ketidakpuasan bathin dan membuat penderitaan psikologis yang tidak ringan�

Kehidupan seperti apa yang dihasilkan oleh PENGORBANAN tersebut?

Statistik berikut sedikit-banyak akan memberikan Anda gambaran tentangnya.

- Lebih dari 1/3 orang ternyata �makan ati� bertahan dalam
karir yang mereka tidak sukai.
- Lebih dari � orang mengakui pekerjaan adalah hal utama yang
membuat mereka depresi
- Sebagian besar kasus bunuh diri terjadi di hari Minggu malam.
- Sebagian besar serangan jantung terjadi di hari Senin pagi.

*Bersambung ...*

-------
Rise & Shine,

Made Teddy Artiana
ghost-writer, photographer, marketer & yoga-errr ;)
pinBB : 2673F6E8

Penulis buku komedi inspiratif "BALADA 13 Pembantu Rumah Tangga"

Sun Feb 24, 2013 5:18 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



P#50: Cara Terhormat
Untuk Dihormati  
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Apakah Anda ingin dihormati oleh
orang lain? Tentu saja ya. Bukan karena kita gila hormat, melainkan karena secara
fitrah kita ingin diakui, diterima, dan dihargai sebagai seorang manusia.
Lantas bagaimana cara Anda mendapatkan rasa hormat dari orang lain? "Gampang,"
demikian kata sebagian kalangan. "Kenakanlah pakaian yang perlente. Pakailah
jam tangan yang mahal. Dan kendarailah mobil mewah," lanjutnya. "Maka Anda akan
dihormati oleh orang lain." Betulkah nasihat itu bisa membuat kita dihormati
orang lain? Betul sekali. Buktinya, kita sendiri pun sering sangat hormat kepada
orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang beliau sebutkan diatas. Namun
apakah itu satu-satunya cara untuk meraih rasa hormat dari orang lain? Dan apakah
cara itu aplikable a.k.a bisa dilaksanakan oleh semua orang? Oh kalau soal itu,
perlu kita kaji lebih dalam.
 
Rasul yang saya imani, adalah
seorang pemimpin besar. Sekaligus pebisnis ulung sejak usia beliau masih
belasan. Pernikahannya dengan istrinya mengukuhkan beliau sebagai saudagar kaya
raya. Namun sejak kecil kehidupan beliau sungguh sangat bersahaja. Jauuuuh dari
gaya hidup bermegah-megahan. Dan ketika beliau menjadi pemimpin Negara yang
makmur, beliau tinggal bukan diistana gemerlap. Melainkan di sebuah rumah
sederhana yang sama sekali tidak menunjukkan kemewahan. Anehnya. Dalam
kehidupan yang serba sederhana itu, beliau sungguh sangat dihormati. Sungguh. Pada
diri beliau ada suri tauldan yang baik, yang menunjukkan bahwa; ada cara
terhormat untuk mendapatkan rasa hormat. Jadi meskipun kita kaya. Atau sekalipun
kita miskin. Kita bisa sama-sama meraih rasa hormat itu dengan cara terhormat. Anda
ingin dihormati kan? Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar
bagaimana mendapatkan rasa hormat dari orang lain dengan cara terhormat, saya
ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini:  
 
1.      Memiliki ilmu yang tinggi. Apa sih
yang membuat Anda sedemikain menghormati orang-orang yang berilmu tinggi?
Karena didalam diri kita sudah ada kecintaan dan penghargaan kepada ilmu. Maka
kepada orang berilmu, kita sungguh sangat memuliakannya. Kepada orang yang mengenakan
jam tangan seharga ribuan dollar, mungkin kita akan hormat. Tapi rasa hormat kita
itu nilainya hanya seharga jam tangan itu saja. Sedangkan kepada orang yang
berilmu tinggi? Maka rasa hormat kita nilainya setinggi ilmunya. Jangankan
manusia. Bahkan Tuhan pun meninggikan derajat orang-orang berilmu beberapa
tingkat diatas orang lainnya. Pernyataan Tuhan itu jelas tertulis dalam kitab suci.
Maka sahabatku, jika ingin dihormati orang lain. Jika ingin derajat kita naik
dimata sesama manusia dan Tuhan kita; cara terhormatnya adalah memiliki ilmu yang
tinggi. Milikilah ilmu yang tinggi sahabatku. Maka engkau, bisa menjadi orang
terhormat.
 
2.      Memiliki akhlak yang mulia. Hancurnya harga diri seseorang
antara lain disebabkan karena akhlak atau tingkah polahnya yang tidak terhormat. Tidak peduli seberapa banyak hartanya, jika akhlaknya
rusak. Maka rusak pulalah kehormatannya. Tidak jadi soal ilmunya setinggi apa.
Jika akhlaknya ternoda, maka ternoda jugalah nama baiknya. Lihatlah dizaman
sekarang. Betapa banyak orang kaya raya yang kita sebal sekali karena akhlaknya
buruk. Dan lihatlah sekarang, betapa orang-orang yang sebelumnya suaranya kita
dengar dan ikuti karena kedalaman ilmunya akhirnya kita tidak respek lagi
karena perilaku dan gaya hidupnya jauh dari keagungan ilmunya. Akhlak yang
mulia saudaraku, yang akan melahirkan rasa hormat itu. Karena kita semua sangat
menyukai keagungan perilaku. Sudah tertanam sifat itu didalam jiwa kita.
Sehingga siapapun orangnya yang berperilaku agung itu – entah dia kaya atau
miskin – sungguh sangat kita sukai dan hormati. Bukan mobil seharga milyaran yang
membuat kita menghormati seseorang. Melainkan perilaku agung yang mencerminkan
ketinggian budi pekertinya. Bahkan rasul sendiri pun mengatakan;"Sesungguhnya,
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak…."
 
3.      Memiliki reputasi yang baik. Anda pernah mendengar nama seseorang yang tidak
pernah bertemu langsung dengan orang itu kan? Dan Anda sangat menghormati orang
itu. Kenapa Anda menghormatinya padahal Anda tidak pernah berhadapan langsung
dengannya? Anda juga pernah mendengar nama seseorang yang Anda sebal sekali
padanya, padahal Anda tidak pernah berurusan dengan itu. Kenapa? Anda kan belum
pernah bertemu dengannya? Sahabatku, itulah hasil dari reputasi. Jika kita bisa
membangun reputasi sebagai pribadi yang baik, maka kita akan bisa meraih rasa
hormat dari orang lain. Namun jika kita membiarkan reputasi diri kita memburuk,
maka kita akan diremehkan. Bagaimana dong cara membangun reputasi itu?
Gampangnya begini; lakukanlah tindakan-tindakan yang baik. Karena tidak ada
reputasi baik yang dibangun dengan perilaku buruk. Zaman sekarang, sudah lebih
mudah bagi siapa saja untuk membangun reputasinya. Sudah tersedia media yang
sanggup untuk membuat banyak orang tahu perilaku kita. Terserah kita, mau
membangun reputasi seperti apa. Tapi, hanya reputasi yang baik yang bisa
menghasilkan rasa hormat kepada kita.  
 
4.      Memiliki nilai-nilai pribadi
yang baik. Apa sih artinya nilai-nilai
pribadi yang baik itu? Ketika kita berada di lingkungan tertentu yang cara,
gaya, dan model serta nilai-nilainya buruk; kita tidak terpengaruh – tetap saja
kita jaga nilai-nilai terhormat kita. Begitulah artinya. Menyesuaikan diri
dengan lingkungan itu memang baik. Tapi hanya berlaku jika lingkungan kita
baik. Jika lingkungan kita buruk, maka menyesuaikan diri dengan lingkungan
seperti itu bukanlah suatu kebaikan. Lihatah sekarang. Betapa banyak orang yang
sebelumnya punya reputasi baik. Kemudian masuk kedalam lingkungan tertentu.
Misalnya menjadi politisi sohor. Atau menjadi pejabat public dengan menduduki
kursi empuk. Banyak kan yang 'menyesuaikan diri' dengan perilaku buruk
lingkungannya? Lalu mereka yang kita harapkan bisa melakukan perubahan itu,
ternyata malah setali tiga uang. Musnah rasa hormat kita kepada mereka. Maka
sahabatku, jagalah nilai-nilai pribadi yang baik itu. Jangan sampai ikut hanyut
dalam arus lingkungan yang buruk. Kita menyebutnya istikomah. Maknanya; kukuh
berpegang kepada keluhuran nilai-nilai yang agung. Jika bisa begitu, Insya
Allah kita layak menjadi pribadi terhormat.
 
5.      Memiliki integritas diri. Banyak orang berbicara tentang integritas. Tetapi, maknanya masih sering
bias. Menurut Anda, apa artinya integritas? Kalau saya pribadi meyakininya
sebagai bisikan jiwa yang tercermin dalam perilaku nyata ketika kita sedang
berada seorang diri. Ketika hanya ada saya dengan Tuhan saja; apa yang saya
lakukan. Ketika hanya ada Anda dan Tuhan Anda; apa yang Anda lakukan.
Perhatikan zaman sekarang. Orang-orang yang rajin bicara soal moral dihadapan public.
Tetapi kepada temannya dia berbisik; "jangan sampai ketahuan orang lain ya…"
Lalu mereka melakukan tindakan yang jauh dari nilai-nilai kejujuran. Dimana
kita menempatkan Tuhan jika demikian? Saudaraku, kita menyebutnya sebagai 'ihsan'.
Yaitu sadar jika diri ini diawasi. Karena meskipun kita sendirian. Sekalipun
konco-konco kita sudah menjamin 'tidak akan ketahuan'. Tapi kita yakin, bahwa
Tuhan selalu menyaksikan tindakan dan perilaku kita. Sehingga kita, tetap
terjaga dari godaan yang memabukkan. Seperti itulah integritas itu. Bukankah di
zaman ini kita tengah merindukan orang-orang yang memiliki integritas tinggi
seperti itu? Maka kepada pribadi-pribadi yang punya integritas itulah, rasa
hormat langit dan bumi diperuntukkan.
 
Sahabatku. Mari kita ukur. Apakah penghormatan orang lain
kepada kita itu benar-benar didasarkan kepada kualitas pribadi kita. Ataukah mereka
menghormati hanya karena harta kita? Cara mengukurnya bagaimana? Cobalah
berpakaian seperti orang biasa. Berpenampilan seperti orang lain pada umumnya.
Berkendaraan seperti kebanyakan orang lain berkendaraan. Lalu membaurlah dengan
orang lain. Jika mereka masih menghormati Anda, maka kemungkinan Anda dihormati
karena pribadi Anda. Bukan karena harta Anda. Bukankah itu merupakan
penghormatan yang sesungguhnya? Maka mulai sekarang, meskipun kita kaya
sahabatku. Mari hidup dengan sederhana saja. Karena kesederhanaan lebih
mendekatkan kita pada sikap rendah hati.
 
Sedangkan bermewah-mewahan itu bukan sekedar mendekatkan kita
pada sikap pamer. Juga sering mendorong kita untuk melakukan apa saja demi
mendapatkan harta yang kita inginkan. Karena jika gaya hidup mewah sudah
menguasai diri kita, maka kita tidak peduli lagi baik atau buruknya cara kita
mendapatkan harta itu. Yang penting kemauan kita terpenuhi. Pantaslah jika
Tuhan mewanti-wanti kita melalui firmanNya dalam surah 108 ayat 1-3. Sungguh,
Tuhan telah mewanti-wanti kita:  "Bermegah-megahan,
telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur. Sekali-kali tidak!
Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu." Maka sahabatku,
mari kita terus gigih untuk mendapatkan sebanyak mungkin penghasilan – dengan
cara yang baik. Namun, sekalipun kita kaya; gunakanlah secukupnya saja. Insya
Allah, dengan hidup sederhana pun kita tetap akan mendapatkan rasa hormat dari
orang lain. Terlebih lagi, penghormatan dari Tuhan kita. Bukankah seperti itu
kekayaan dan kehormatan yang sesungguhnya?
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 6 February
2013
Leadership and Personnel Development
Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan
Kaki:
Mencari harta sebanyak-banyaknya itu baik. Namun mesti
dengan cara mencari yang baik. Dan dengan cara menggunakannya yang baik. Agar
sebab dan akibat harta itu tetap baik. Sehingga kehormatan kita, tetap terjaga
dengan baik.
 
Ingin
mendapatkan kiriman artikel "P
(=Personalism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai
bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi
tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak
berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Sun Feb 24, 2013 5:18 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



P#49: Males
Ngantor  
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Hari ini bangun pagi Anda gampang
apa susah? Maksudnya gampang adalah; ketika alarm berbunyi Anda langsung
bangun, ataukah hanya menggeliat lalu mematikan alarm itu. Dan kemudian menarik
selimut lagi. Atau barangkali Anda sudah menggunakan alarm biologis yang
tertanam dialam bawah sadar Anda, sehingga apapun situasinya; Anda bangun pada
jam yang sama setiap harinya. Setelah bangun, bagaimana dengan mandi Anda? Lalu
mengenakan pakaian kerja kan tentu saja. Nah, setelah berpakaian lengkap itu.
Apakah Anda langsung berangkat ke kantor dengan penuh gairah? Ataukah, menghela
nafas panjang dengan berat. Karena terbayang dalam benak Anda; jalanan yang
macet, dan betapa beratnya memulai kerja kembali di hari senin ini? Heh, kenapa
sih kok nanya sampai sedetil-detil itu? Usil banget ya saya ini. Kalau begitu,
saya tarik kembali pertanyaan-pertanyaan itu. Tolong direnungkan saja ya. Tapi
tak usah deh. Lupakan saja….  
 
Hari ini. Di sebuah rumah petak
yang disewa bulanan. Seorang lelaki tengah termangu. Duduk saja didepan teras
rumahnya yang meski sederhana sekali, namun ditata asri. Tidak seperti
kebanyakan rumah petak pada umumnya yang belibet dengan jemuran dan tumpukan kardus
disana sini. Dirumah petak ini, semua serba rapi. Termasuk kepala keluarga
penghuninya yang sudah rapi. Dengan seragam kantornya. Yang biasa dia kenakan
setiap hari.
 
Tapi ada yang tidak biasa disini. Jika
biasanya lelaki paruh baya itu langsung berangkat kerja setelah berdandan rapi
itu. Tapi hari ini. Proses keberangkatan itu tidak terjadi. Dia hanya duduk
saja didinding setinggi setengah meter yang memisahkan rumah petak yang
disewanya dengan rumah petak lain disebelahnya. Senyum dan keramahannya memang
masih terlihat diwajahnya. Tapi. Wajah yang sudah dihiasi kerutan disana sini
itu tidak bisa menyembunyikan kegundahan dihatinya.
 
Lagi pula, mengapa mesti
disembunyikan. Para tetangga juga sudah mengetahuinya. Jangankan
tetangganya.  Seluruh pemirsa televisi di
seantero negeri juga sudah tahu apa yang terjadi. Perusahaan tempatnya bekerja baru
saja dinyatakan pailit oleh pengadilan. Sehingga secinta apapun dia kepada
profesinya sebagai sopir perusahaan, tetap saja tidak bisa menjadikan dirinya
tetap bisa bekerja hari ini. Keputusan itu datang sedemikian mendadaknya.
Laksana insan yang wafat karena serangan jantung saja, perusahaan itu tiba-tiba
tidak lagi bisa beroperasi. Padahal, kemarin sore; mereka masih bekerja seperti
biasanya.
 
Saya tidak akan menceritakan
perusahaannya apa. Karena selain tidak perlu, kemungkinan besar juga Anda sudah
tahu. Kalau pun Anda belum tahu, maka ketahuilah mulai saat ini juga bahwa
perusahaan bisa dinyatakan pailit kapan saja tanpa diketahui sebelumnya oleh
sebagian besar karyawannya. Kebanyakan karyawan adalah mereka yang tidak
mengetahui masalah apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh perusahaan
tempatnya bekerja. Anda misalnya. Apakah tahu persis masalah yang sedang
dihadapi oleh perusahaan tempat Anda bekerja? Jika Anda bukan pejabat elit
perusahaan, maka kemungkinan besar; Anda tidak mengetahuinya.
 
Seperti lelaki paruh baya sederhana
yang saya ilustrasikan itu. Seorang karyawan biasa, yang sehari-harinya
mengabdikan diri kepada profesinya. Dan hari ini, dia tidak bisa lagi
mencurahkan dedikasinya. Karena, kantornya tutup. Semua hal yang masih
dimilikinya saat ini hanyalah sebuah pertanyaan; "Bagaimana nasib kami
selanjutnya?"
 
Sekalipun begitu, Anda tidak perlu
merasa iba membaca kisah ini. Karena rasa iba kita sama sekali tidak bisa
mengubah keadaan. Lantas, apa tujuan saya menceritakan ini? Memang sih,
inginnya melakukan sesuatu untuk menolong mereka. Tetapi apa daya kita? Semua
kejadian itu berada di luar jangkauan kita. Kalau pun kita bisa melakukan
sesuatu adalah; berupaya sekuat tenaga, agar perusahaan tempat kita bekerja
mempunyai kinerja keuangan yang sehat. Supaya tetap bisa beroperasi, dan kita
tetap bisa bekerja disana.
 
Jelas sekarang ya. Kenapa saya
menceritakan hal ini? Bukan untuk mengundang iba Anda kepada sahabat dan teman
kita yang terkena dampak tidak enak atas vonis pailit perusahaan itu. Melainkan
untuk mengajak Anda kembali memperbaharui gairah Anda dalam bekerja, sampai
seperti dulu ketika Anda pertama kali diterima bekerja dikantor itu. Dulu, Anda
antusias sekali bukan? Dan Anda, sangat menghargai pekerjaan Anda. Itu dulu. Ketika
Anda baru diterima bekerja disitu. Bagaimana dengan beberapa tahun kemudian,
alias sekarang? Masihkah Anda memiliki gairah dan antusiasme itu?
 
Sahabatku, mungkin memang bukan
tanggungjawab kita untuk memastikan keberlangsungan operasional perusahaan. Itu
tanggungjawab Board of Directors. Tapi, ketahuilah bahwa sekecil apapun peran
kita di perusahaan itu, kita punya peranan yang sangat penting untuk membuat
perusahaan itu bertahan. Sederhananya begini. Jika setiap orang di perusahaan
bekerja bersungguh-sungguh. Terus berdedikasi tinggi kepada pekerjaannya. Maka
perusahaan itu punya peluang yang lebih besar untuk meraih laba. Dan dengan raihan
laba itu, maka perusahaan lebih mungkin untuk bisa terus bertahan. Bahkan
berkembang lebih besar lagi.
 
Mungkin memang salah Board of
Director yang keliru menerapkan strategi bisnis. Tapi sudahlah. Itu bukan
bagian dari kewenangan kita. Nanti, jika Anda sudah masuk kedalam jajaran BOD
itu, barulah Anda mengurusi soal itu. Kalau sekarang Anda belum mencapai level
itu; maka sebaiknya fokuskan saja seluruh usaha dan kegigihan kerja Anda pada
peran Anda. Mumpung saat ini perusahaan tempat Anda bekerja masih baik-baik
saja. Maka mari kita jaga. Dan rawat keberlangsungan bisnisnya dengan bekerja
sebaik-baiknya. Berdedikasi sebagus-bagusnya. Dan berkontribusi
setinggi-tingginya.
 
Mumpung kita masih bisa bekerja
disini sahabatku. Karena jika perusahaan ini tidak kunjung untung karena kurangnya
gairah kerja kita, maka kemungkinan tidak akan bisa bertahan lama. Atau, tetap
beroperasi sih. Tapi kondisinya ya begitu-begitu saja. Mari sekali lagi saya
mengajak Anda; bekerjalah sebaik-baiknya didalam porsi, posisi dan fungsi
masing-masing. Agar sumber mata pencaharian kita ini lestari.
 
"Ah, gue kan kerja di perusahaan
besar yang bonafid!" mungkin begitu Anda berkilah. "Aman. Nggak mungkin pailit."
 
Masih ingatkah Anda dengan Lehmann
Brothers?
Perusahaan itu dikenal sebagai organisasi
bisnis keuangan yang kaya raya lho. Besar. Dan terkenal di seluruh penjuru
dunia. Umurnya 180 tahun, ketika dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga
Amerika pada tahun 2008 lalu. Mengejutkan? Tidak. Jika sebagai karyawan, kita
semua selalu sadar akan kemungkinan itu. Dan selalu berusaha agar bisa
terhindar dari kejadian seperti itu. Jadi, mari sama-sama berkontribusi untuk
membuat perusahaan kita tetap kuat dan sehat. Agar perusahaan kita tidak
bernasib sama seperti perusahaan-perusahaan yang dinyatakan pailit itu. Caranya
bagaimana?
 
Sederhana saja.
Mulai dengan mengusir rasa malas
ngantor yang sering menghinggapi benak kita. Berangkatlah ke tempat kerja
dengan tekad yang bulat untuk berkarya sebaik-baiknya. Dan memberikan sumbangsih
sebesar-besarnya demi kebaikan perusahaan. Dan jika perusahaan itu semakin
membaik, bukankah kita akan kebagian nikmatnya juga? Minimal, kita bisa terus
mengenakan pakaian kerja itu. Lalu berangkat ke kantor, tanpa kekhawatiran;
apakah hari ini kantor kita masih buka atau tidak? So my friend, tidak ada lagi
perasaan 'males ngantor' didalam hati kita ya?  Insya Allah.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 4 February
2013
Leadership and Personnel Development
Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan
Kaki:
Keberlangsungan operasional perusahaan itu berkaitan
langsung dengan keberlangsungan proses mengepulnya dapur keluarga kita.
Sehingga sudah menjadi kewajiban kita untuk menolong perusahaan agar bisa terus
berkembang.  
 
Ingin
mendapatkan kiriman artikel "P
(=Personalism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Sun Feb 24, 2013 5:18 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



KKN#5: Memahami Atau Memaklumi
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Hujan kembali mengguyur seharian. Setelah sembahyang magrib
itu, Ayah masih harus pergi untuk suatu urusan. Ketika mobilnya melintasi
sebuah pertigaan, Ayah mesti bersabar mengantri giliran dengan mobil-mobil lain
dari arah yang bersilangan. Nggak ada polisi cepek, kalau hujan turun sederas
itu. Mungkin karena tidak sesuai antara upahnya dengan usahanya. Atau mungkin mereka
sudah kedinginan banget. Sehingga tidak sanggup lagi melanjutkan perannya
mengatur lalu lintas. Menunggu polisi beneran? Wah, kayaknya terlampau
berlebihan. Terus sampai kapan Ayah mesti menunggu giliran antrian itu?
 
"Sabar Ayah… " begitu kata Adik Z.
Natin hanya diam saja. Memperhatikan bagaimana wajah Ayah
berubah antara senang mendengar kata-kata malaikat mungil itu. Sekaligus kesal
dengan keadaan yang sedang dihadapinya. Tapi Ayah kan nggak bisa apa-apa lagi
selain menunggu saja. Sabar…. Katanya dalam hati. Menirukan bisikan yang sekali
lagi dikatakan oleh Adik Z.
 
Sudah belasan tahun Ayah mengalami kemacetan lalu lintas
Jakarta. Kenapa tidak bisa sabar kali ini? Bukankah setiap hari juga begitu?
Tapi Ayah merasa bahwa mestinya saat itu lalu lintas tidak seperti itu dong. Natin
juga menyadari kalau kadang-kadang kita memang suka dihinggapi oleh
ketidaksabaran secara akut. Bukan yang kronis. Asalnya sih sabar-sabar saja. Tapi,
ketidaksabaran langsung tersulut oleh suatu keadaan tertentu yang tidak sesuai
dengan harapan. Seperti serangan jantung yang bisa menimpa siapa saja kapan
saja.
 
Hujan tidak juga mau kompromi. Tidak bisa juga berharap
pada polisi. Maka Ayah pasrah saja ketika arus kendaraan dikuasai oleh jalur paling
dominan dimana antrian kendaraan disitu sepertinya tidak mau memberi kesempatan
kendaraan dari jalur lain mendapatkan giliran. Tapi, Ayah bisa apa? Kalau tidak
mau sabar juga malah jadi kesel dihati. Sudah mah jalanan dimonopoli kendaraan
dari jalur lain. Rasa kesal hanya membuat ruginya berlipat-lipat beberapa kali.
Syukur akhirnya Ayah menyadari hal itu. Lalu Natin melihat air muka Ayah
berubah menjadi cerah lagi. Ayah. Sudah bisa menerima keadaan itu dengan lapang
dada. Hingga suasana didalam mobil pun kembali ceria.
 
Setelah menunggu sekian lama. Akhirnya arus mobil yang
memonopoli itu longgar juga. Habis semua antriannya. Sehingga kini giliran Ayah
melintas dipertigaan itu. Ketika moncong mobil Ayah sudah setengahnya memasuki
jalur utama, tiba-tiba saja dari arah kanan jalur bersilangan itu muncul mobil
lain yang ngebut dan memotong jalur berkendara Ayah. Tabrakan pun tidak bisa
dihindari jika Ayah tidak cepat-cepat menginjak pedal remnya. Ayah berhasil melakukan
antisipasi. Mobil yang memaksa itu pun lolos dari tumburan, lalu melaju dengan
kecepatan tinggi.
 
Bukan juga Ayah kalau membiarkan kesemena-menaan tanpa
makian. Meskipun tidak ada isi kebun binatang yang keluar dari mulut Ayah, tapi
kalau sampai orang itu mendengar makian Ayah pasti dia akan balik marah.
Apalagi dengan bunyi klakson mobil Ayah yang melengking panjaaaaaaang dan kerahaaaas
sekali. Bunyi klakson itu cukup bisa mewakili dampratan Ayah kepada pengendara
yang ugal-ugalan itu.
 
"Sabar Ayah…." Begitu kata Adik Z sekali lagi.
"Ayah sudah kurang sabar apa coba?" protes Ayah. Seperti
anak-anak yang merasa sudah selesai mengerjakan PR tapi masih disuruh belajar
terus sama Mama. Kesalnya sampai ke ubun-ubun. "Kalau sampai tabrakan, gimana?
Kurang ajar sekali orang itu….."
 
"Emangnya Ayah tahu kenapa orang itu melakukannya?" tanya
Adik Z.
"Egois." Jawab Ayah. "Begitulah jadinya kalau orang hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri." Ayah masih terlihat emosi. Meskipun
diluar diguyur hujan, tapi Natin bisa merasakan suasana didalam mobil Ayah yang
gerah. Bukan dalam mobil, tapi didalam hati Ayah.
 
"Ayah nggak tahu kan kalau orang itu sedang dalam keadaan
darurat?' Adik Z seperti sedang menggedor-gedor benteng pertahanan Ayah.
 
"Itu keadaan darurat dari Hong Kong namanya…" Ayah tetap
saja ketus menjawabnya.
"Ayah ingat nggak, waktu Mama mengalami perdarahan dari
kandungannya?" Tanya Adik Z lagi.
 
Wajah Ayah kelihatan sekali berubahnya. "I-iya sih. Tapi…."
"Masih ingat seperti apa Ayah mengendarai mobil waktu
membawa Mama ke rumah sakit?" timpal Adik Z.
 
Skak Mat deh buat Ayah. Kata-kata Adik Z membuat dirinya
tidak berdaya. Kali ini benak Ayah menerawang kepada kejadian diakhir bulan
desember tahun 2008. Ketika itu Mama yang sedang hamil mengalami perdarahan
hebat dan pecah air ketuban. Padahal kami sedang berada di luar kota. Ingatan
Ayah kembali memutar semua rekaman yang ada dibenaknya. Dan sekarang Ayah bisa
melihat kembali cara dirinya sendiri berkendara ketika itu. Lampu merah
diterobos. Mobil orang lain disalip. Klakson melengking-lengking supaya angkot
minggir untuk memberi jalan. Untung kejadiannya subuh-subuh. Sehingga belum
banyak pengendara lain yang tersakiti, atau secara terpaksa Ayah ambil alih haknya.
Ketika itu, Ayah tidak merasa tindakannya salah. Ayah merasa harus melakukan
itu. Demi menyelamatkan nyawa Mama dan janin mungil dalam kandungannya.
 
"B-baiklah…" kata Ayah. "Sekarang Ayah bisa memahaminya." Tambahnya.
"Mungkin orang itu sedang menghadapi situasi darurat. Maafkan Ayah ya…." Katanya
lagi.
 
"Minta maafnya jangan kepada kita-kita dong Yah…" balas
Adik Z. Natin hanya senyum-senyum saja.
 
"Hlo." Wajah Ayah mengkerut. "Jadi Ayah mesti minta maaf
sama siapa?" protesnya.
"Ya sama orang yang Ayah marahin itu dong Yah…" jawab Adik
Z dengan polosnya.
"Haaaah????" Mulut Ayah nyaris seperti ikan hiu yang hendak
menangkap mangsanya. "Gimana caranya? Masak sih Ayah harus mencari orang itu?
Lagian kan dia juga belum tentu benar-benar dalam keadaan darurat…." Protes
Ayah semakin berkepanjangan. "Bisa aja dia orangnya emang egois kan?"
 
"Mungkin juga sih," jawab Adik Z. "Tapi kan belum tentu
juga dia benar-benar egois…" tambahnya. Natin geli melihat raut wajah Ayah yang
seperti adonan martabak habis dibanting di atas papan.
 
"Ya fifty-fitty lah…" kata Ayah.
"Apa-an sih fiftififti itu Yah…?" wajah polos Adik Z
membuat Natin tidak kuasa menahan tawa.
 
Ayah menatap wajahnya yang putih bersih. Matanya berbinar
memancarkan kesucian pribadi yang masih suci lagi murni. Lalu dengan gemas Ayah
mengaduk-aduk rambutnya. "Fifty-fifty sayangku," katanya. "Artinya, kamu benar.
Bisa jadi orang itu sedang menghadapi keadaan darurat. Dan bisa jadi juga
memang dia terlalu mementingkan dirinya sendiri."
 
"Kalau begitu…" kata Adik Z. "Ayah fiftififti juga dong…."
"Hloh… kok Ayah fifty-fifty juga sih?" Ayah kembali protes.
"Artinya, Ayah bisa saja salah dong mengira orang itu egois…."
Jawabnya.
"Iyyyaaa, iyyya. Terus sekarang Ayah mesti cari orang itu
buat minta maaf, gitu?" ketus Ayah.
"Kan waktu itu Ayah sendiri bilang: Kalau kita salah, kita
kan harus minta maaf Yah…" Skak-mat lagi buat Ayah.
 
"I-Iyyaaa… t-tapi…" Ayah kehabisan akal. "Tapi… gimana
caranya Ayah minta maaf. Kan nggak tahu juga orangnya yang mana?"
 
"Ya sudahlah Yah… nggak usah minta maaf…" timpal Adik Z. "Dia
sudah memaklumi Ayah kok kalau Ayah nggak bisa minta maaf kepadanya."
 
"Ya mesti dong Z, masak sih dia kok nggak paham kalau Ayah
nggak mungkin cari-cari dia hanya untuk bilang; 'Maaf yaa tadi saya memaki-maki
kamu gara-gara kamu menyerobot jalanku…'" Mulut Ayah menyon-menyon so iye.
Kayaknya Ayah nggak rela banget deh. "Ya mestilah dia memaklumi Ayah." Omelnya lagi.
 
"Nah, sekarang giliran Ayah yang memaklumi dia…" Adik Z
nggak ada matinya.
"M-maksudnya…..?" Ayah memperlihatkan wajah pilon.
"Iya." Balas Adik Z. "Ayah juga kan mesti memaklumi dia
dong. Seandainya ternyata dia tidak benar-benar sedang darurat….."
 
Deg.
Jantung Ayah seperti sedang kena tumbuk. Tiba-tiba saja
Ayah seperti disadarkan. Bahwa memang ada 2 kemungkinan jika seseorang
melakukan tindakan seperti tadi. Mungkin dia sedang dalam situasi darurat
seperti yang pernah Ayah alami ketika Mama mengalami pecah ketuban. Kita mesti
memahami kedaruratan seperti itu sehingga sama sekali tidak keberatan jika
orang itu melakukannya. Bakal jauh kita dari rasa sakit hati. Apalagi sampai
memaki-maki.
 
Kemungkinan kedua. Orang itu memang egois. Sekalipun
begitu, tidak perlu juga membuang waktu atau energy untuk melayani keegoisan
seperti itu. Sudahlah ikhlaskan saja. Perasaan didalam hati Ayah pasti akan tetap
tenteram.  Don't sweat the small stuffs.
Nggak usahlah diri kita diribetin oleh urusan-urusan sepele seperti itu.
Lupakan saja.
 
"Sabar Ayah…. Bukan melupakannya…." Pernyataan Adik Z
kembali menyentak sumbu kesadaran Ayah. "Ayah boleh ingat terus kok." Tambahnya.
"Tapi hadapi aja dengan sabar…" katanya.
 
Natin mengamini nasihat Adik Z untuk Ayah. Sambil
membacakan firman Tuhan dalam surah 2 (Al-Baqarah) ayat 153: . "Wahai
orang-orang yang beriman. Mohonlah pertolongan kepada Tuhanmu dengan sabar dan
sholat.  Sesungguhnya Allah selalu
menyertai orang-orang yang sabar….."
 
Mata Ayah berkedip-kedip beberapa kali. Mulutnya agak
memonyong sedikit. Dan setelah itu. Ayah manggut-manggut. "Iya…" katanya.
Mantap sekali. "Ayah mesti belajar untuk lebih banyak bersabar…" tambahnya. Hening
sejenak. Lalu…."Let's go. Yeeee-haaaaaaaa!" teriak Ayah. Udara didalam mobil
kami pun terasa sejuk lagi. Seperti sejuknya udara di luar yang terus menerus
disirami langit. Seperti sejuknya hati Ayah yang diliputi oleh kesabaran.
Karena sekarang Ayah sudah punya dua pilihan. Antara memahami. Dan memaklumi
perilaku orang lain yang kurang menyenangkan. Benar. Ternyata Tuhan bersama orang
yang sabar. Sehingga setiap kali bersabar. Setiap kali pula Tuhan menghadiahkan
ketenteraman. Dan ketenangan. Kedalam sanubari kita. Yang paling dalam.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 7 February
2013
Leadership and Personnel Development
Trainer
Call him: 0812 19899 737 (PIN
BB: 2A495F1D)  
 
 
Catatan
Kaki:
Kita tidak bisa memaklumi tindakan orang lain, sebelum
kita mengalaminya sendiri. Atau memahami situasi yang tengah dihadapi oleh
orang itu. Maka kesabaran sangat diperlukan untuk membuat jiwa kita tetap
tenang.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "KKN (= Kesaksian
Kecil Natin)" – kisah pendek tentang kejadian nyata yang Natin saksikan
yang layak dijadikan teladan – secara rutin langsung dari Dadang
Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak
berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Sun Feb 24, 2013 5:18 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



L#33: Disepelekan Oleh Anak Buah
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Anda sudah punya anak buah? Bagus jika sudah. Lantas,
bagaimana sikap para anak buah itu kepada Anda? Apakah mereka menaruh rasa
hormat, ataukah mereka menyepelekan Anda? Mungkin ada yang menghormati Anda,
khususnya anak buah yang masih yunior sekali ya. Memang biasanya mereka begitu.
Tapi mungkin juga ada yang menyepelekan Anda. Misalnya, anak buah yang usianya
lebih tua  atau masa kerjanya lebih lama
dari Anda. Baiklah. Apakah Anda sudah dapat mengatasinya? Eit, bagi Anda yang
belum punya anak buah jangang pergi kemana-mana dulu dong. Karena boleh jadi
pembahasan kita kali ini pun akan berguna bagi Anda. Kelak ketika Anda sudah
menjadi atasan juga. So, stay tune here….
 
Banyak lho, atasan yang diremehkan oleh anak buahnya. Bahkan
ada anak buah yang secara terbuka menolak untuk dipimpin oleh orang yang
dianggapnya anak kemarin sore. Tidak terkecuali anak buah yang merasa dirinya
lebih mampu daripada atasannya. Dan ada juga anak buah yang merasa dirinya
lebih berhak atas jabatan itu. Jika sudah begitu, duduk di kursi suatu jabatan tidak
terasa empuknya. Yang ada adalah perasaan panas saja kan? Bukan hanya soal
perasaan sebenarnya. Karena itu merupakan salah satu resiko menjadi atasan.
Yang paling serius adalah dampaknya kepada kinerja team. Sehingga jika hal itu terus
dibiarkan, maka kinerja perusahaan menjadi taruhannya. Anda mengalami hal itu? Bagus
jika tidak. Tapi seandainya iya, bagaimana? Bagi Anda yang tertarik menemani
saya belajar bagaimana mengatasi anak buah yang menyepelekan, saya ajak
memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini:  
 
1.      Membangun reputasi pribadi. Kebanyakan
atasan yang disepelekan oleh anak buahnya adalah mereka yang belum punya reputasi
tinggi. Gampangnya begini. Jika Anda dikenal oleh orang lain sebagai professional
yang jago dalam suatu bidang. Maka anak buah Anda pun akan secara otomatis
respek jika Anda diangkat sebagai pemimpin di bidang itu. Sekarang Anda bekerja
di bidang apa? Sales, misalnya. Jika Anda selalu bisa menaklukkan pelanggan
yang paling sulit sehingga selalu bisa menutup target penjualan dengan baik.
Anda juga terkenal tidak pernah menyerah meskipun dihadang oleh cuaca buruk. Selain
itu, Anda juga pandai sekali mengatur teman-teman sales yang lain. Membatu mereka
menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya. Dengan cara itu, Anda membangun
reputasi pribadi yang tinggi. Maka ketika Anda diangkat menjadi sales
supervisor atau sales managar; reputasi Anda akan membuat orang-orang yang Anda
pimpin lebih respek kepada Anda. So, bangunlah reputasi Anda setinggi-tingginya.
Agar Anda, mendapatkan rasa hormat dari orang-orang yang Anda pimpin.
 
2.      Membangun bidang keahlian yang relevan. Seorang atasan sering
disepelekan juga karena tidak memiliki keahlian yang relevan. Misalnya, seseorang yang diangkat menjadi sales manager. Padahal
dia belum pernah menjadi salesman. Maka wajar jika anak buahnya bertanya;"Emangnya
elo bisa jualan?" Lho iya dong. Nantinya kan kita akan menuntut anak buah untuk
bisa menyelesaikan pekerjaannya. Kalau sebagai atasan kita sendiri tidak punya
kehalian dalam bidang itu, maka bagaimana kita bisa memastikan mereka bekerja
dengan baik?. Dan tidak mungkin juga kita menunjukkan cara bekerja yang baik
itu seperti apa kepada mereka, kan. Setidaknya, kita paham bagaimana mekanisme
atau proses kerja di bidang itu. Maka tentukan sekarang, Anda ingin menjadi
pemimpin dalam bidang apa? Lalu bangunlah keahlian di bidang itu. Maka orang
lain akan respek kepada Anda. Sehingga tidak ada kesempatan bagi anak buah
untuk meremehkan Anda.
 
3.      Membangun keselarasan antara
kata dan perbuatan. Anda tentu sebal
kepada orang yang ngomong A, tapi perilakunya sendiri B. Menyuruh orang lain
berdisiplin, tapi dirinya sendiri semau gue. Memerintah orang lain supaya
begini, eh dia sendiri malah begitu. Ada atasan yang seperti itu? Banyak. Tak
masalah sih. Asal jangan kita yang begitu. Karena jika sebagai atasan Anda
berperilaku seperti itu, maka Anda akan sepelekan oleh anak buah Anda. Well,
harus diakui bahwa saya sendiri tidak respek kepada atasan yang seperti itu.
Dan saya yakin Anda pun tidak akan respek kepada saya, jika sebagai atasan
Anda  saya tidak sanggup menyelaraskan
antara kata dan perbuatan saya kan? Sebagai atasan, Anda pasti dituntut untuk
mencapai sesuatu oleh perusahaan. Dan sebagai atasan, pasti Anda berkewajiban
memastikan anak buah Anda bekerja dengan sebaik-baiknya, serta berdisiplin
tinggi. Pertanyaannya adalah; apakah Anda sudah seperti itu? Ataukah baru
sebatas memerintah saja? Sederhana kok untuk meraih rasa hormat dari anak buah.
Yaitu menjadikan diri kita sebagai orang yang berada di garis terdepan dalam
pelaksanaan atas segala hal yang kita inginkan dari anak buah kita. Itu disebut
sebagai keteladanan. Dan jika kita sudah bisa menjadi teladan, maka dengan
sendirinya anak buah kita akan sangat menghormati kita. Dan itu, bisa kita
mulai dengan menyelaraskan antara kata dan perbuatan.
 
4.      Membangun kedekatan hubungan
personal. Saya juga melihat atasan yang
disepelekan itu disebabkan karena mereka tidak punya kedekatan hubungan dengan
anak buahnya. Memang sih setiap hari kita berinteraksi. Tapi isi komunikasi itu
hanya sebatas pekerjaan. Mungkin memang kinerja team kita sesuai target. Tapi,
boleh jadi dibelakang kita diomongin oleh anak buah "Lah, dia kan bisanya cuman
nyuruh-nyuruh doang.." Atau, "Kita yang kerja kerasnya, eh dia yang dapat
pujiannya…" Kenapa demikian? Karena manusia itu pada dasarnya adalah mahluk social.
Produktivitas mereka justru akan meningkat jika mereka berada dalam lingkungan
yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan emosinya. Dan dengan kedekatan
hubungan personal itu, maka yang didapatkan oleh seorang atasan dari anak
buahnya bukanlah semata-mata produktivitas. Melainkan juga rasa hormat, karena
dengan kedekatan itu mereka merasa dihargai sebagai manusia. Diuwongke. Kalau teman
saya yang orang jawa bilang. Diangken. Kalau orang sunda menyebutnya. Being
treated as a human being. Jika Anda lebih suka menyebutnya seperti bule-bule.
Dan, perasaan diperlakukan sebagai manusia itulah yang melahirkan rasa hormat
kepada atasan. Sudahkah Anda mempunyai kedekatan hubungan personal itu?
 
5.      Membangun kepedulian kepada bawahan. Apa yang Anda pikirkan tentang anak buah? Kinerja mereka ya, tentu saja.
Bagaimana dengan kualitas kehidupan mereka sendiri, apakah Anda memikirkannya
juga?Percayalah, anak buah kita mungkin
sedang pusing memikirkan hal lain terkait pemenuhan kebutuhan hidupnya. Seperti
kita sendiri yang memikirkan keluarga, maka mereka pun sama. Seperti kita yang
ingin ini dan itu dari perusahaan, mereka pun begitu. Maka sebagai pemimpin,
kita tidak cocok lagi hanya memikirkan diri sendiri. Kita, perlu peduli dengan
kebutuhan mereka juga. Pendapatan kita saja sering pas-pasan. Apalagi
pendapatan mereka kan? Maka kita punya tanggungjawab untuk memastikan mereka dibayar
wajar. Lalu mengajak mereka meningkatkan kualitas kerjanya, agar kontribusi
mereka semakin tinggi. Supaya lebih memungkinkan perusahaan memayarnya lebih
tinggi lagi. Bahkan mungkin, mendapatkan kepercayaan yang lebih tinggi atau promosi.
Nah, soal kepedulian ini saya sudah cukup banyak menemukan bahwa atasan-atasan
yang peduli kepada anak buahnya biasanya jauh lebih dihargai daripada atasan
yang cuek bebek dan mementingkan dirinya sendiri. So, jika Anda ingin lebih
dihormati oleh anak buah. Maka Anda perlu lebih banyak lagi menunjukkan
kepedulian Anda kepada mereka. Kepada pemenuhan kebutuhan dasarnya. Dan kepada
pemenuhan kebutuhan akan perbaikan karir masa depannya.
 
Bagaimanapun juga, memang enak kok menjadi atasan itu.
Tapi kenikmatan menjadi atasan itu bisa berkurang drastis, jika kita diremehkan
oleh orang-orang yang kita pimpin. Kursi empuk kita bisa berasa panas. Dan
pujian dari big boss menjadi terdengar hambar. Tapi, semua kelezatan menjadi
atasan itu bisa benar-benar kita nikmati hingga ke 'tetes terakhirnya',
manakala kita juga dihormati oleh anak buah kita kan? Tentu, bukan hormat
karena merasa takut. Melainkan rasa hormat karena anak buah kita menilai bahwa
kita memang layak untuk menjadi pemimpin mereka. Raihlah rasa hormat itu dari
anak buah Anda. Maka Anda, akan menjadi atasan yang bukan hanya bangga. Namun juga
merasa tenteram dan tenang didalam hati. Karena tenteram hati, merupakan salah
satu penanda jika kita sudah menjalankan amanah ini. Dengan sebaik-baiknya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 5 Februari
2013
Leadership and Personnel Development
Trainer
Phone: 0812 19899 737 (PIN
BB: 2A495F1D)   
 
Catatan
Kaki:
Jika merasa disepelekan oleh anak buah, jangan langsung
menilai mereka sebagai orang-orang yang sulit diatur. Tapi bercerminlah kedalam
diri sendiri. Dan temukanlah, apakah kita sudah memimpin mereka dengan baik
atau belum.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "L (= Leaderism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Sun Feb 24, 2013 5:32 pm (PST) . Posted by:

"pramono dewo" pdewo

"GUNDUL2 PACUL"

Ingat lagu "Gundul2 Pacul.. ?

Tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman2nya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan mulia.

GUNDUL, adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala, jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota.

PACUL, adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat, jd pacul adl lambang kawula rendah, kebanyakan petani. 

Maka "Gundul Pacul", artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/org banyak. 

Orang Jawa mengatakan PACUL itu adalah "papat kang ucul" (4 yang lepas).

Maksudnya ?..Kemuliaan seseorang itu tergantung dari 4 hal, yaitu: 
Bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga & mulut..!

1.MATA, digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat/orang banyak.
2.TELINGA, digunakan untuk mendengar nasehat.
3. HIDUNG, digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. MULUT, digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah: harga diri & kehormatannya.

Lirik selanjutnya, GEMBELENGAN...Artinya? besar kepala, sombong dan bermain2 dalam menggunakan kehormatannya.

Maka, makna sejati dari: GUNDUL2 PACUL CUL adalah jika orang terhormat yang seharusnya mempunyai 4 indera itu tapi bertingkah laku sombong/gembelengan.

& ia juga, NYUNGGI2 WAKUL KUL (diberikan amanah rakyat/org banyak) dengan GEMBELENGAN (= sombong hati). 

Akan berakibat:
WAKUL NGGLIMPANG (amanahnya jadi jatuh tak bisa dipertahankan)

Lalu, SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia2, gak bermanfaat bagi kesejahteraan org banyak)

"Jleeebbb"; alias dalem ternyata makna lagu sederhana ini.

#GundulPacul

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Practice Water Conservation With Irrigation And Mulch Turn Your Garden Into A Paradise Retreat With Topsoil!


my website; Cedarbury tree Nursery