Minggu, 04 Mei 2008

File - [Artikel] Namaku A, Adikku B, Abangku C, Serius …

Namaku A, Adikku B, Abangku C, Serius …

Apa nama terpendek orang yang kaukenal?

Tadi aku membongkar bundel majalah lama. Ketemulah sebuah artikel
unik di majalah D&R edisi 7 September 1996, dan telah kusarikan
berikut ini.

Sepasang suami-istri, Ali Mas'ud dan Kismawati, di Desa Sinanggul,
Jepara, Jawa Tengah, memiliki anak dengan nama yang sangat pendek: N.
Ya, N saja. Dan nama ini merepotkan mereka.

Ketika hendak mengurus akta kelahiran di Kantor Catatan Sipil [KCS],
petugas sempat tak percaya dan tidak mau begitu saja mengeluarkan
surat. Hingga 10 bulan berkas si anak diproses. Akhirnya, setelah
pihak KCS menyelidiki dan percaya, barulah mereka bikin akta
kelahiran. Dan yang meneken akta itu bukan Kepala KCS seperti
biasanya, tapi langsung oleh Bupati Jepara. Juga bila mereka berobat
ke puskesmas atau rumah sakit, sering kali dokter atau petugas
puskesmas berdebat panjang soal nama itu. Dikira mereka sedang
bercanda menyebut nama anak yang cuma satu huruf.

Menurut Ali dan Kismawati, nama N muncul karena terilhami sebuah
ceramah di pondok pesantren di desa mereka yang menganjurkan orangtua
memberi nama muslim pada anak-anak. Lalu dia memilih N, yang
merupakan huruf pertama dari kata "Nun" dalam Al-Quran. "Hanya Allah
yang tahu maknanya," ucap Ali.

Nama unik ini akhirnya sampai ke telinga Jaya Suprana, Ketua Museum
Rekor Indonesia alias Muri. Setelah melewati sejumlah klarifikasi,
Muri pun menyematkan penghargaan kepada N sebagai pemegang rekor nama
terpendek di dunia.

Setelah nama N masuk Muri, bermunculanlah sejumlah nama yang terdiri
dari hanya satu huruf yang juga ingin diakui sebagai terpendek di
dunia. Misalnya dari Solo ada orang bernama A. Tapi setelah dicek, A
sudah meninggal. Dari Magelang muncul bekas kepala desa, Soekarno,
yang memiliki 12 anak — enam orang bernama masing-masing satu huruf:
A, B, C, D, P, dan J. Sayang, mereka semua sudah meninggal, kecuali D
yang berusia 59 tahun.

Nama pendek D juga memiliki kisah seru. Bila berurusan dengan aparat
seperti polisi, dia selalu diminta menjelaskan kepanjangan namanya.
Karena merasa jadi sering repot, akhirnya dia merevisi namanya itu
setelah menikah menjadi D Sastro Atmodjo.

Kakaknya, P, lebih ironis. Pada masa penjajahan, P sampai dicari-cari
tentara Belanda. Ia disangka anggota kelompok Pandem yang kala itu
sangat disegani Belanda. Akhirnya ketemu. Sudah berulang-kali
dijelaskan bahwa namanya memang P dan tidak ada kaitannya dengan
kelompok Pandem. Namun tentara Belanda tetap tidak percaya, hingga
kemudian P ditembak.

Dor! Tewas gara-gara nama. [www.blogberita.com]

Sumber: http://bataknews.wordpress.com/2007/07/15/namaku-a-adikku-b-
abangku-c-serius/

Tidak ada komentar: