Senin, 23 Juni 2008

Re: [daarut-tauhiid] Fwd: Ahmadiyah, habib, Betawi, KH Abdullah Syafii. ect, ect.

Videonya ada di http://layartancap.com/video/Panggilan-Jihad/11377/

----- Original Message -----
From: al-palagani
To: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, June 18, 2008 12:22 PM
Subject: [daarut-tauhiid] Fwd: Ahmadiyah, habib, Betawi, KH Abdullah Syafii. ect, ect.

---------- Forwarded message ----------
From: Geis Chalifah <geischalifah@yahoo.com>
Date: Jun 18, 2008 12:46 AM

Ahmadiyah, Habib, Betawi, KH Abdullah Syafii ect ect

Allah hu Akbar Allah hu Akbar Allah Allah hu Akbar...

Kalam suci menentukan ku tuk berjuang..

hidup serentak untuk membela kebenaran..

untuk negara bangsa dan kemakmuran.. hukum Allah tegakkan..

Allah Hu Akbar Allah Hu Akbar Allah Allah Hu Akbar..

putera puteri islam harapan agama...

majulah serentak gemgamkan persatuan... kalam Tuhan..

mari kita memuji mari kita memuja..

peganglah persatuan..kalam Tuhan..

Pemuda pemudi islam bangunlah panggilan jihad rampungkan..

wasiat Muhammad peganglah... harta dan jiwa serahkan...

binalah persatuan.. sirnakan perpecahan.. .persatuan ..kalam tuhan

pertikaian menguntungkan musuh tuhan ..

hanya iman tauhid dapat menyatukan.. .

panggilan jihad tirukan ...

ulama pemimpin islam dengarlah... demi agama sadarlah..

hentikan pertikaian.. ciptakan perdamaian.. .

tuntutan agama menjadi tujuan....

panggilan jihad tirukan... panggilan jihad tirukan...

Panggilan Jihad. Radio Assyafiiyah

Asww. Pertama tama saya mohon maaf bila terlambat menanggapi
dikarenakan waktu yang tak memungkinkan untuk berkomunikasi melalui
milis. Namun Doa saya untuk teman teman semua selama di tanah suci
tak pernah putus, baik yang saya kenal wajah dan namanya, maupun yang
hanya namanya saja.

Dua minggu kemarin hp saya kebanjiran sms mengenai situasi Jakarta
dan ada banyak email melalui Japri tentang Habib Rizieq Shihab dan
FPI, Achmadiyah dan banyak hal lainnya. Jangankan untuk menjawab satu
persatu bahkan untuk membacanya saja saya lumayan gagap.

Namun demikian saya ingin menanggapi posting Elza, Tulus, dll dimilis
kahmi dan teman teman lainnya yang dikirim melalui japri. Salah
satunya yang berjudul Apel Akbar Bubar Setelah Diserbu. yang seolah
olah dikesankan saya menyetujui tindakan kekerasan oleh FPI.

Jawaban saya mengenai insiden Monas itu singkat saja. Satu satunya
kekerasan yang saya sukai adalah; Bila rudal rudal buatan Rakyat
Palestina mengenai tentara Israel yang menindas bangsa Palestina.
"Kekerasan" semacam itulah yang saya sukai selebihnya saya tidak suka.

Elza, Mas Tulus dan teman lainnya, dari pertama saudara Saidiman
memposting ajakan apel akbar memperingati Hari Lahir Pancasila bersama
AKKBB. Saya sudah merasakan ada yang tak beres dengan kegiatan itu,
bahkan pada hari H nya saya mendapat sms untuk mengikuti kegiatan
tersebut dari nomor yang tidak saya kenali, namun dibawahnya tertulis
nama Nong. Ketika saya konfirmasi tak ada jawaban dari sipengirim.. .

Saya cuma berfikir bahwa mereka para penyelenggara Apel Akbar 1 Juni
tidak memiliki sensitifitas terhadap masyarakat Jakarta ("Betawi"),
atau jangan jangan tidak mengerti apa dan bagaimana masyarakat Jakarta
("Betawi") tempat mereka tinggal.

Saya ingin mengurai sedikit saja mengenai masyarakat Jakarta ini.
Dulu di Jakarta ada stasiun radio bernama Radio Asyafiiyah di Bali
Matraman tepatnya. Setiap pagi menyiarkan da'wah yang di suarakan oleh
Almarhum KH Abdullah Syafii, Setiap memulai siaran, radio itu selalu
mengumandangkan lagu berjudul Panggilan Jihad yang teksnya saya
tuliskan diatas.

Ummi (ibu) saya dan ratusan ribu masyarakat lainnya hafal gelombang
radio ini, setiap hari bila ada yang meninggal dunia maka radio ini
mengumumkan berita orang yang wafat. Walaupun belum ada hp dimasa itu
namun kita dapat dengan cepat mengetahui bila ada kerabat yang
meninggal melalui radio Assyafiiyah. Dapat dikatakan sang Kiayi
bernama Abdullah Syafii adalah tokoh yang mempersatukan masyarakat
Islam di Jakarta melalui radio dan ceramah ceramahnya. (walaupun
terkadang saya agak pengeng kuping karena ummi saya selalu
menyetelnya keras keras agar anak anaknya bangun untuk sholat subuh
:-) ;-) )

KH Abdullah Syafii adalah murid dari Habib Ali Alhabsyi seorang habib
yang terkenal dijamannya bertempat di kwitang, sampai saat ini Majelis
Ta'limnya masih berjalan diteruskan oleh cucunya bernama Habib
Abdurahman Alhabsyi.

Ketika kasus Achmadiyah marak dalam pemberitaan dan pembelaan terhadap
mereka pun mengalir dengan deras, sesungguhnya masyarakat berpeci dan
berkoko itu sudah sangat muak. Mereka tidak menyukai kekerasan namun
juga tak suka Achmadiyah didiamkan. Sesungguhnya warna masyarakat
Jakarta aselinya adalah yang turun di hari senin kemarin. Mereka
adalah masyarakat diam, masyarakat yang tergabung di ribuan Majelis
Ta'lim yang dikelola oleh Habaib maupun Ustadz ustadz "betawi" yang
umumnya memiliki kedekatan emosional dengan para Habaib, karena
sebagian besar mereka adalah murid muridnya. baik langsung ataupun
tidak langsung.

Habib Abdurahman Assegaf adalah salah satu contoh seorang guru yang
memiliki ribuan murid dan murid muridnya itu menghasilkan murid lagi,
bisa diperkirakan berapakah muridnya dia, bila dari umur sebelas tahun
beliau mengajar sampai akhir hayatnya diumur 90 tahun lebih. Para
Habib di masa itu kebanyakan adalah habib yang tawadhu, semua
langkahnya hanya berurusan dengan Syiar Islam dan tak terkait dengan
politik dalam arti kepentingan pribadi, oleh karenanya mereka sangat
di hormati oleh masyarakat "betawi" ini.

Masyarakat diam itu secara ekonomi tersingkirkan, yang mereka miliki
tingal satu yaitu keyakinan keagamaan pada Islam, dimana Rasulullah
Muhammad SAW adalah pujaan mereka setiap hari yang disenandungkan
melalui shalawatan baik beramai ramai maupun ratiban secara personal.
Apa yang dilakukan oleh teman teman di Monas itu secara tidak
langsuing sebenarnya adalah "menghina" mereka, "menghina" keyakinan
mereka pada Rasulnya.

Mereka Islam "kampung" sama seperti saya, kita kita ini cuma lahirnya
saja di metropolitan namun pendidikan Islam masyarakat disini adalah
Islam tradisional, saya lahir dan besar dalam suasana itu, mohon maaf
Lutfi Assauqani yang " Liberal" itu pada dasarnya sama seperti saya
sama seperti kaum berpeci dan berkoko yang turun kejalan dihari senin
itu, yaitu islam "kampung" Islam tradisional yang pada intinya tak
pelik pelik dalam menghayati Tuhan dan keberadaannya. Cuma Lutfi lagi
ganti kulit dan saya tak mau ganti kulit saya tetap lebih suka menjadi
Islam "kampung" ketimbang beraneh aneh dalam beragama. Walaupun HMI
sedikit banyak telah merubah pemikiran maupun pola ibadah ritual
islam saya setelah mahasiswa, namun saya tetap menghormati para Habaib
masa lalu yang sudah Almarhum, KH Abdullah Syafii dan Habib Habib
lainnya yang masih tawadhu yang tak terjebak dalam interes pribadi,
dan ribuan muridnya yang telah mensyiarkan Islam dengan tulus dan
ikhlas. Bahkan setelah menjadi pengurus Alirsyad pun saya tetap hadir
dalam undangan Maulid ataupun Khaul yang di gelar oleh para habaib
itu. (maaf bagi yang anti bid'ah buat saya hubungan kemanusiaan jauh
lebih penting ketimbang berpegang secara kaku pada mazhab)). Beberapa
efek sosial kegiatan maulid ini sudah saya jelaskan dalam posting
terdahulu.

Mayoritas masyarakat "Betawi" di Jakarta berfaham Ahlus Sunnah
Waljamaah sama persis dengan fahamnya NU, namun bukan Gusdur yang
menjadi panutan disini, panutan masyarakat berpeci dan berkoko di
Jakarta adalah KH Abdullah Syafii, Habib Abdurahman Assegaf, Habib
Umar bin Hud Al Atas (cipayung) yang semuanya sudah Almarhum.

Itu sebabnya Muhamadiyah, Alirsyad, Persis, tidak laku di masyarakat
Jakarta ("Betawi") ini.

Ketika permintaan membubarkan Achmadiyah telah mulai surut dari
pemberitaan, kemudian dari beberapa tokohnya saya mendapat berita
bahwa mereka "menyerah" karena tahu persis bahwa pemerintah tak akan
membubarkan. Terlebih setelah ada berita tentang empat negara
mendatangi DEPAG melalui perwakilannya.

Saya agak aneh melihat undangan apel akbar, untuk apa lagi apel akbar
diadakan? untuk apa lagi memberi dukungan pada Achmadiyah dengan
membawa massa? yang telah jelas sudah "menang" dari sisi opini,
terlebih dengan kegigihan Adnan Buyung Nasution dalam membela
Achmadiyah.

Maka ketika FPI melakukan penyerbuan saya tidak merasakan kejanggalan
karena provokasi itu sudah dibangun dari sebelum sebelumnya. Bahkan
jauh hari sebelumnya saya sudah menulis dimilis kahmi dan lainnya
dengan judul "Kampanye Memelorotkan Syariah Islam" yang berisi
provokasi pada FPI dan lainnya. Bentrokan itu hanya menunggu waktu
saja bahklan kalau bukan dengan FPI akan ada kemungkinan dengan
Masyarakat "Betawi" Tanah Abang, atau Condet atau Jatinegara
tergantung siapa yang mampu menggerakkannya.

Lebih jauh lagi saya ingin bertanya benarkah kaum liberal pembela
pluralisme itu marah dengan sikap FPI ? Saya katakan sama sekali
tidak. Karena itulah yang mereka inginkan, bentrokan itu memang sudah
ditunggu tunggu agar kampanye anti Islam syariah semakin mudah,
terlebih dengan dukungan media masa yang demikian kuat bahkan
pemilahan beritapun dibuat sedemikian rupa. Semua hanya skenario dan
korban yang jatuh dianggap adalah resiko yang harus di tanggung, kira
kira seperti demo Mahasiswa 66 dan 98 berharap ada mahasiswa yang mati
agar gerakan lebih dramatis dan mendapat dukungan luas.

Saya tidak membenarkan tindakan FPI namun tolong dilihat juga
bagaimana tingkah para pendukung Achmadiyah itu, setidaknya punyakah
mereka sedikit EMPATI terhadap para "Islam Kampung" yang tak sehebat
mereka dalam berfikir pluralisme dan tetek bengek lainnya. Punyakah
mereka rasa toleran terhadap kejumudan berfikir kita kita ini yang
masih kampungan, tradisional, perlu pencerahan,dsb dsb. Adakah orang
orang hebat yang elitis yang Doktoral summa cumlaude mengerti
masyarakatnya sendiri.???

Semakin "tinggi" seseorang terkadang semakin tak menginjak bumi....

.

Salam

Geis Chalifah.

--- On Mon, 6/2/08, tulus widjanarko <tuluswijanarko
From: tulus widjanarko <tuluswijanarko
Date: Monday, June 2, 2008, 1:23 PM

dengan kata lain Bang Geis,
anda menyetujui PERNYERBUAN itu?

Kalau saya, apa pun alasannya, tindakan
kekerasan dan premanisme semacam itu
hanya menunjukkan bahwa mereka enggan
menggunakan cara-cara beradab untuk
menyelesaikan perbedaan.

Geis Chalifah <geischalifah@ yahoo.com> wrote:

Sebenarnya kelompok pembela Achmadiyah sudah menang mereka tahu itu,
bahwa SKB sudah tidak mungkin keluar, terlebih setelah empat negara
lain memberi "masukan" pada pemerintah Indonesia, jelas SBY akan
surut langkahnya. Namun setelah tuntutan SKB mulai redup seolah olah
kemenangan itu belum cukup bila tidak dirayakan melalui Iklan di
koran, lalu dibuat pula apel Akbar. Inilah jadinya kalau sudah
menang masih juga mau ngesorake. Mana ada dalam setiap pertandingan
di republik ini, penonton ikhlas menerima kekalahan. Pastilah ada
rasa ketidak puasan. Apa lagi ini pertandingan antar "pemilik"
keyakinan dan sama sama

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
MARKETPLACE
Blockbuster is giving away a free trial of Blockbuster Total Access to smart movie lovers like you.
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

Yahoo! Groups

Familyographer Zone

Learn how to take

great pictures.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: