Rabu, 25 Juni 2008

[daarut-tauhiid] Menjadi Muslimah Produktif dari Rumah

*Menjadi Muslimah Produktif dari Rumah*
*Penulis : Ahmad Kusyairi Suhail, MA

*
*KotaSantri.com : **"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan RasulNya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul
Bait (keluarga rumah tangga Nabi SAW) dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya."*(QS. Al-Ahzab (33) : 33).

Menjadi wanita shalihah adalah idaman setiap muslimah, karena wanita
shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, mengalahkan tumpukan emas,
intan dan permata, serta perhiasan dunia apa pun. Juga, hanya wanita
shalihahlah yang mampu melahirkan generasi rabbani yang selalu siap memikul
risalah Islamiyah menuju puncak kejayaan. Namun, menjadi wanita shalihah
bukanlah perkara mudah. Alhamdulillah, Allah SWT yang Mahakasih telah
menyiapkan perangkat-perangkat arahan bagi semua muslimah untuk dapat
menjadi wanita shalihah, di antaranya melalui ayat di atas.

Taujih Rabbani, memuliakan wanita bukan membelenggu. Perintah untuk
Mulaazamatul Buyut (menetap di rumah) dalam ayat di atas meskipun secara
konteks ditujukan bagi para isteri Rasulullah SAW, tetapi juga berlaku untuk
semua muslimah sampai akhir zaman. Meski demikian, perintah ini tidak boleh
dimaknai bahwa wanita sama sekali dilarang ke luar rumah. Sebab, Nabi SAW
pernah bersabda, *"Janganlah kalian larang kaum wanita pergi ke
masjid-masjid Allah."* (Muttafaq 'Alaih).

Imam Malik dalam kitabnya Al-Muwaththa meriwayatkan bahwa Aisyah RA pernah
ke luar rumah membesuk ayahnya, Abu Bakar RA yang sedang sakit. Sebagian
isteri Nabi SAW juga pernah keluar rumah demi menunaikan ibadah haji maupun
ikut dalam perjalanan perang fi sabilillah bersama Rasulullah SAW.
Karenanya, perintah dalam ayat di atas harus dimaknai sebagai isyarat bahwa
rumah adalah tempat asal kehidupan kaum hawa sehingga keberadaannya di luar
rumah hendaknya tidak boleh menjadi prioritas utama hingga kemudian
mendominasi kehidupannya.

Perlu diartikan bahwa perintah menetap di rumah adalah dalam rangka
memuliakan diri wanita serta memperkokoh posisi dan kehormatannya. Sama
sekali bukan untuk membelenggu dan merendahkan wanita sebagaimana sering
disuarakan oleh para propagandis gerakan feminisme. Dengan fokus tinggal di
rumah, muslimah tentu lebih dapat berkonsentrasi dalam mentarbiyah dan
mendidik anak, menciptakan suasana rapi, indah, dan nyaman, serta mampu
mencurahkan perhatian kepada anggota keluarganya sehingga mereka semua dapat
merasakan suasana rumah bak syurga. Berkesesuaian dengan itu, maka dalam
Islam tanggung jawab mencari nafkah pun tidaklah dibebankan kepada isteri,
melainkan menjadi kewajiban suami.

***

*Kontraproduktif Feminisme*

Jika di negara-negara Islam para penyeru gerakan feminisme amat antusias
mempropagandakan feminisme dan gender, di negara Barat sinyal gerakan ini
justru semakin meredup karena sudah terasa dampak negatif yang ditimbulkan
dari gerakan ini di lapangan kehidupan. Di balik kemajuan partisipasi
angkatan kerja wanita di dunia maskulin, tidak sedikit dari kalangan
cendekiawan Barat yang mengkritik bahwa kondisi wanita bukan menjadi lebih
baik, melainkan menjadi memburuk.

Dalam buku A Lesser Life : The Myth of Womens Liberation America (1986),
Sylvia Hewlett mengulas dengan rinci kondisi wanita yang menyedihkan karena
adanya gerakan feminisme. Istilah feminization of poverty (pemiskinan
wanita) semakin terdengar pada pertengahan tahun 1980-an (Membincang
Feminisme, Halaman 211, Risalah Gusti, 1996). Bahkan, Miles Markjanli,
penulis Amerika kenamaan, menyuarakan dengan lantang agar kaum hawa kembali
ke rumah. Dalam makalah berjudul Rumah : Kerajaan Perempuan Tanpa Sengketa,
ia menulis, "Aku selalu berupaya meyakinkan para perempuan bahwa mereka
lebih berhak untuk berlaku sebagai pendidik di rumah."

Apa yang sudah terungkap di atas, semakin meyakinkan kita terhadap kebenaran
taujih Ilahi dalam ayat tersebut. Dan pelanggaran terhadap perintah Allah
SWT jelas akan menimbulkan bencana di semua aspek kehidupan.

Tafsir Tabarruj Al-Jahiliyyah Al-Ula Ibnu Katsir saat menafsiri ayat ini
memaparkan bentuk-bentuk tabarruj di zaman jahiliyah. Di antaranya seperti
dikatakan Imam Mujahid, "Dahulu wanita ke luar rumah berjalan (bercampur) di
antara kaum lelaki. Inilah tabarruj jahiliyah!" Sementara Imam Qatadah
melihat tabarruj jahiliyah pada gaya wanita yang berjalan dengan
lenggak-lenggok memancing birahi. Sedangkan Imam Muqaatil bin Hayyaan
berpendapat, bahwa tabarruj itu adalah ketika wanita melempar kerudungnya ke
kepalanya tanpa mengikatnya sehingga terlihatlah rambut, perhiasan, dan
lehernya! (Tafsir Ibnu Katsir IV/218).

Beragam pandangan yang dikemukakan ini telah memberi gambaran pada kita
bahwa tabarruj di masa jahiliyah yang diterapi oleh Al-Qur'an adalah untuk
mensucikan masyarakat Islam dari dampak-dampak negatif yang bisa
ditimbulkannya serta menjauhkan manusia semua dari benih-benih fitnah
(syahwat). Maka, memahami ayat dan penafsiran soal ini dapat menjadi pijakan
setiap muslimah dalam beraktifitas, sehingga membawanya kepada kecantikan
ruhiyah, kecantikan kehormatan, dan kecantikan perasaan.

***

*Produktif dari Rumah*

Yang amat menarik untuk diperhatikan dalam ayat di atas adalah bersamaan
dengan perintah menetap di rumah, Allah SWT juga memerintahkan kaum wanita
agar rajin mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mentaati Allah dan
RasulNya. Ini memberikan pemahaman kepada kita, bahwa menetap di rumah
tidaklah identik dengan pasif, statis, mandeg, dan stagnan. Sama sekali
tidak! Justru rumah hendaknya menjadi "perusahaan" bagi berbagai
proyek-proyek besar yang mampu memproduksi berbagai macam amal kebajikan
untuk kemaslahatan diri muslimah sendiri (seperti shalat) juga kemaslahatan
bagi orang lain dan lingkungannya (seperti zakat).

Dengan demikian, sesungguhnya ayat di atas secara tegas menganjurkan
muslimah agar menjadi sosok yang selalu produktif dan kreatif di rumah.
Produktifitas dan kreatifitas ini pun hendaknya tidak selalu dikaitkan
dengan dengan hal-hal yang bersifat materi orientied, melainkan juga
mencakup hal-hal yang bersifat spiritual. Aneka busana dan perlengkapannya,
misalnya, sering menjadi produk "home industry" yang mudah digarap kaum
muslimah dari rumah. Begitu pula aktifitas lain yang dengan kemudahan
teknologi masa kini memungkinkan untuk dilakukan dari rumah. Yang demikian
ini sah-sah saja dan tidak menyalahi aturan Islam.

Namun, tentunya akan sangat berarti dan memiliki nilai jual yang tinggi di
sisi Allah SWT manakala sentuhan halus tangan-tangan muslimah itu juga dapat
"memproduksi" generasi rabbani, pembawa panji suci, yang rajin mengaji, dan
merespon panggilan Ilahi seperti shalat. Jika ini yang terjadi, maka
terwujudnya negeri seperti digambarkan dalam Al-Quran; Baldatun Thayyibatun
wa Rabbun Ghafuur, bukanlah mimpi. Insya Allah. *[Ummi-11/XIX]*

*
*

*Dunia Muslimah @ KotaSantri.com*

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
MARKETPLACE

Blockbuster is giving away a FREE trial of - Blockbuster Total Access.
Recent Activity
Visit Your Group
Need traffic?

Drive customers

With search ads

on Yahoo!

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals

w/ Real Food lovers.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: