Senin, 30 Juni 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2075

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
[SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit! From: Lia Octavia
1b.
Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit! From: Nia Robiatun Jumiah
1c.
Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit! From: dyah zakiati
2a.
APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ? From: kicksoft21
2b.
Re: APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ? From: Nia Robiatun Jumiah
2c.
Re: APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ? From: dyah zakiati
3a.
Re: Buku Puisi saya 'Ruang Lengang' From: Nia Robiatun Jumiah
3b.
Re: Buku Puisi saya 'Ruang Lengang' From: Lia Octavia
4a.
Re: (HUMOR SABTU) WAH GEDE BANGET-BLS.buat Nada Soleha From: nada solekha
4b.
Re: (HUMOR SABTU) WAH GEDE BANGET-BLS.buat Nada Soleha From: dyah zakiati
5a.
Re: [ayo gabung] Berburu Jodoh/sahabat/teman Melalui Dunia Maya From: Nia Robiatun Jumiah
6a.
Re: Kenapa aku di uji ? From: Nia Robiatun Jumiah
7.1.
File - Moderator Sekolah Kehidupan From: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
8.
(OOT) SPIRIT - Thanks God Its Monday From: setyawan_abe
9.
Sekolah Menulis SMART From: Sekolah Kehidupan Mesir
10a.
Re: oase : Kisah Sepatu Tua From: dyah zakiati
11.
(Dongeng) Mencari Cinta Sejati From: dyah zakiati
12.
Bedah Film Ayat-Ayat Cinta & Pelatihan Menulis Skenario Dasar From: Lia Octavia
13a.
Pembayaran Investasi Buku Antologi Sekolah Kehidupan Per 29 Juni 200 From: Lia Octavia
13b.
Gema Kehidupan From: Mied
13c.
Re: Gema Kehidupan From: dyah zakiati
14a.
Aku Bosen ma eSKa From: ukhti hazimah
14b.
Re: Aku Bosen ma eSKa From: novi_ningsih
14c.
Re: Aku Bosen ma eSKa From: Nia Robiatun Jumiah
15.
[woro-woro] peserta milad yang udah transfer -new- From: ukhti hazimah

Messages

1a.

[SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 29, 2008 5:02 am (PDT)

*Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!*

* *

*Oleh Lia Octavia*

"Kak, mau ikut arung jeram di Citarik, nggak?" tanya adikku sore
itu. Wajah Andi, adik laki-lakiku satu-satunya tampak bersinar ditimpa sinar
mentari yang kemerahan. Sambil bersiul-siul, ia sibuk mengepak barang-barang
ke dalam tas ranselnya. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil menonton Andi
berkemas-kemas.

"Arung jeram? Ah…Nggak ah… Aku takut!" jawabku sambil tersenyum.
Seperti halnya aku, Andi juga salah seorang aktivis di beberapa organisasi
kepemudaan. Ia bersama sekitar empat puluh muda-mudi lainnya dari sebuah
organisasi hendak berekreasi arung jeram di Citarik esok harinya. Suatu
rekreasi yang berbahaya, setidaknya begitu menurutku. Atau mungkin aku yang
memang tidak punya cukup nyali untuk melakukan kegiatan yang dapat memompa
adrenalin dan membuat jantung berdegup kencang.

"Boleh pinjam *sunblock*-nya, Kak? Juga pinjam Hazeline dan *body
lotion,* ya? Aku nggak mau kulitku jadi merah terbakar matahari nanti,"
tanya Andi.

"Boleh! Boleh! Ambil aja! Hati-hati ya selama di sana. Perginya
jam berapa?"

"Jam lima pagi besok. Cuma seharian kok. Sorenya langsung pulang
lagi ke Jakarta," jawab Andi sambil menjejalkan *sunblock*, Hazeline, *body
lotion *ke dalam ranselnya sambil bernyanyi-nyanyi riang. Ia sangat
menanti-nantikan acara itu. Sudah lama ia kepingin berarung jeram dan
sebentar lagi keinginannya menjadi kenyataan. Atau nyaris menjadi kenyataan.
Kita takkan pernah tahu.

Malam itu, kami berdua duduk di teras depan rumah sambil memandangi bintang
yang bertaburan di langit pekat.

"Kak, lihatlah bintang yang di sebelah sana. Yang paling terang. Aku ingin
melompat dan meraihnya," ujar Andi. Aku tersenyum pada adikku yang sedang
meniti pelangi masa depannya. Sejak ia menyelesaikan kuliahnya, sudah hampir
setahun ini ia bekerja di sebuah perusahaan asing yang berpusat di negeri
Paman Sam dan sebentar lagi akan dipromosikan untuk naik jabatan. Ah,
bintang itu begitu cemerlang di atas sana. Kerlipannya juga begitu
mengundang bagi siapa saja untuk meraihnya.

"Kalau kau melompat, bawakan aku satu bintang, ya!" ujarku sambil
mengacak-acak rambut adikku. Hari pun berlalu dengan asa yang membuncah.

Ketika aku bangun tidur keesokan paginya, Andi sudah berangkat
ke Citarik bersama teman-temannya dengan dua bus besar dan dua mobil
pribadi. Ah, Minggu pagi yang cerah. Aku melihat jam dinding. Hampir pukul
setengah sembilan. Menurut rencana, rombongan akan tiba di lokasi sekitar
jam setengah sepuluh. *Ia pasti sedang* *bersenang-senang sekarang*,
pikirku.

Saat aku sedang menikmati sarapan pagi, tiba-tiba telepon berdering. Tanpa
pikir panjang, aku segera meraih gagang telepon. Dan duniaku tak sama lagi
setelah mendengar apa yang terjadi.

Di ujung telepon, kudengar suara adikku yang panik, parau,
bercampur tangis dan teriakan kesakitan. Dengan terbata-bata ia menceritakan
apa yang baru saja terjadi. Bus yang ditunpanginya jatuh terguling ke dalam
jurang di dekat Citarik. Remnya blong dan sopir bus tidak dapat
mengendalikan kendaraan. Tiga orang teman Andi meninggal dunia di tempat
kejadian. Deg! Jantungku serasa meluncur ke bawah. Jatuh ke dalam lorong
gelap yang nyaris tak bertepi. Mulutku kering dan otakku rasanya sulit
diajak berpikir. Dengan segenap daya upaya, aku berusaha keras mengendalikan
diri dan menanyakan keadaan adikku. Andi dibawa ke rumah sakit Pelabuhan
Ratu oleh penduduk setempat dan ia tak dapat bicara banyak karena darah yang
terus mengucur dari mulutnya. Mimpi buruk yang menjadi nyata.

Kemudian, segalanya terjadi mirip gerakan lambat di film. Ibu langsung
berangkat ke Sukabumi siang itu juga sementara aku diminta menjaga rumah
dulu. Jerit tangis dan teriakan histeris mewarnai Minggu pagi berdarah itu.
Jam berdetik dalam kabut. Bau kematian merebak di mana-mana. Kabar yang
terakhir kudengar, sudah empat orang dipanggil pulang ke Sang Pencipta.

Karena kondisi Andi yang cukup parah, ia dipindahkan ke Rumah
Sakit Islam Assyifa Sukabumi dan tidak diperbolehkan dibawa pulang ke
Jakarta. Ia mengalami pendarahan hebat pada kedua kakinya. Dokter tidak mau
mengambil resiko. Andi harus dioperasi malam itu juga. Aku terjaga
semalaman. Malam itu, aku seakan dapat mendengar teriakan malaikat maut
berkelebat di luar kamar operasi. Malam itu, kesadaran penuh menghampiriku.
Bahwa betapa fananya hidup di dunia ini.

Keesokan harinya, aku menyusul ke Sukabumi. Dalam perjalanan,
aku melihat kecelakaan itu menjadi berita utama di sebuah harian ibukota
disertai sebuah foto korban. Foto adikku. Aku langsung dapat mengenalinya
walau ia tergeletak di tempat tidur dengan berlumuran darah dan kedua
kakinya di*gips*. Aku takut. Aku takut melihat darah. Dan aku lebih takut
lagi melihat kondisi Andi. *Bagaimana aku dapat* *menghadapinya?* Berbagai
pikiran berkelebat dibenakku. Tak banyak yang dapat kulakukan saat itu.
Hanya berpasrah dan menyebut nama-Nya.

Setibaku di rumah sakit Sukabumi, aku melihat kondisi Andi yang lebih baik
mati daripada hidup. Paha kanannya patah, kaki kirinya robek dari paha
hingga betis dan baru saja dioperasi untuk menghentikan pendarahan. Wajahnya
biru lebam dengan kedua bola mata bengkak, tulang pipi kanan hancur, rahang
yang patah, mulut bagian dalam yang robek serta sekujur tubuh penuh luka
gores dan bekas pecahan kaca.

Sesaat setelah kecelakaan, Andi keluar dari bus yang naas itu dengan
memecahkan kaca jendela. Bahkan dalam kondisi berlumuran darah, ia berusaha
menyelamatkan seorang temannya yang tertindih badan bus. Untung tak dapat
diraih, malang pun tak dapat ditolak. Andi tidak kuat menarik tubuh temannya
itu dan akhirnya temannya meninggal dunia di situ diiringi lolongan
menyayat adikku.

Menangis? Aku tidak sanggup menangis saat Andi memelukku dan aku mengatakan
padanya bahwa ia akan segera sembuh dan segalanya akan baik-baik saja. Melihat
wajah adikku yang nyaris tak dapat dikenali dan selang-selang di sekeliling
tubuhnya, seluruh hatiku luruh menghempas bumi. Beribu tanya menerpaku. *Apakah
Andi bisa berjalan lagi? Apakah ia bisa sembuh seperti sedia kala, bekerja
seperti semula dan apakah ia bisa melompat meraih bintang? Bintang yang kami
lihat bersama di malam terakhir sebelum peristiwa itu.*

Saat aku membereskan tas ransel adikku, barulah aku bisa menangis
sepuas-puasnya. Aku melihat *sunblock*-ku, Hazeline dan *body lotion* yang
masih tersimpan di dalamnya. Utuh. Hanya sedikit kotor. Aku ingat sore itu
dan malam hari yang kami habiskan bersama. Keadaan yang sekarang terbalik
seratus delapan puluh derajat.

Ibu dan aku menjaga Andi di rumah sakit siang dan malam. Bergantian.
Menemani, menghibur, memberi semangat atau sekedar bercerita tentang dunia.
Aku mendengar mimpi-mimpi buruk Andi hampir tiap malam. Terkadang aku tak
kuat menahan tangis kala menatap wajahnya yang nyaris tak berbentuk. *Siapa
yang akan menyukainya? Mencintainya? Dengan wajah seperti itu?* Tapi Andi
ternyata lebih kuat dari yang kubayangkan.

Ia kembali menjalani operasi di hari berikutnya. Ia sama sekali tidak
mengeluh. Kali ini operasi paha kanannya yang patah. Dokter memasang pen di
dalamnya Ibu dan aku meniti detik demi detik dalam penantian yang nyaris tak
tertahankan di luar kamar operasi. Saat itu, tak kurang dari delapan kantong
darah ditransfusikan pada tubuh adikku. Malam itu, aku bersujud dengan
segala kerendahan hati pada Sang Maha Cintaku yang atas kehendak-Nyalah
operasi Andi yang kedua berjalan lancar.

Keesokan harinya, tiba-tiba Andi berkata padaku bahwa ia ingin melihat
wajahnya di cermin. Aku menatap Andi sambil menahan tangis. Kedua matanya
yang bengkak lebam memandangku dengan berkaca-kaca.

"Kak, separah itukah wajahku sehingga tidak seorang pun bersedia meminjamkan
cermin padaku? Sehancur itukah wajahku?" tanya Andi terbata-bata. Jahitan di
dalam rongga mulutnya membuat Andi sulit berkata-kata.

"Tidak! Tentu saja tidak! Bagiku, kau tetap adikku yang tampan dan sangat
tabah. Kau hebat! Kau tahu itu. Aku yakin kau kuat melewati semuanya ini,"
hiburku sambil menggenggam tangannya erat-erat. Andi meringis. Atau
tersenyum? Sungguh sulit kubedakan saat itu.

Setelah berdiskusi panjang dengan dokter yang merawat Andi, akhirnya kami
memutuskan membawa Andi pulang ke Jakarta. Selain dekat dengan rumah, sebisa
mungkin kami ingin menjauhkannya dari tempat kejadian kecelakaan itu. Siang
itu, dengan sebuah mobil ambulance, Andi dibawa pulang ke Jakarta.

"Kak, apakah aku pulang ke rumah?" tanya Andi sepanjang perjalanan. Aku
mengangguk sambil tersenyum. "Sungguh tak kusangka, aku harus pulang dari
Sukabumi dengan ambulance," sambungnya. "Rasanya baru kemarin aku melewati
jalan yang sama dari arah yang berlawanan, di dalam bus, dengan
teman-temanku. Dan kini… Lihatlah aku, Kak. Entah bagaimana hidupku
selanjutnya. Bagaimana keadaan teman-temanku?"

Aku menatap Andi dengan perasaan bercampur baur. Dari kabar yang kuterima,
keadaan teman-teman Andi juga bisa dikatakan tidak baik. Ada yang masih
belum siuman, ada yang matanya menjadi buta, ada yang tulang punggungnya
retak dan kemungkinan besar tidak dapat berjalan kembali dan masih banyak
lagi. Mereka dirawat di berbagai rumah sakit di Jakarta.

"Mereka juga pulang ke Jakarta naik ambulance," jawabku mencoba bercanda.
Andi tersenyum getir. Setiba di Jakarta, Andi langsung masuk Rumah Sakit St
Carolus untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Hari-hari selanjutnya sungguh tidak mudah bagi kami semua. Biaya pengobatan
adikku sungguh tidak murah. Beruntung Andi mendapat santunan asuransi dari
tempatnya bekerja. Biaya kedua operasi yang terdahulu dibayarkan oleh pihak
asuransi. Menurut ahli tulang yang merawat adikku, Andi harus dioperasi
rahangnya yang patah. Andi terhenyak mendengar ia harus kembali menjalani
operasi.

"Ibu, aku takut!" ujar Andi pada Ibu. Aku benar-benar salut pada ketabahan
dan ketenangan Ibu. Walaupun aku sering memergoki Ibu menangis diam-diam di
kamar kecil namun Ibu menyalakan semangat pantang menyerah yang luar biasa
dan berkobar-kobar pada adikku.

Ibu mengelus wajah Andi yang nyaris tak berbentuk dengan penuh sayang.
Kepalanya plontos. Luka jahitan di kedua kakinya masih belum kering.
Tubuhnya masih babak belur. Andi masih belum dapat bangun dari tempat tidur.

"Jagoan Ibu. Jagoan kecil Ibu yang sudah dewasa. Kau sudah berhasil keluar
dari bus itu, Sayang. Kau juga dengan berani menolong temanmu. Kau menjalani
kedua operasi terdahulu dengan kuat dan tabah. Kau anak lelaki kebanggaan
Ibu. Ibu bangga padamu, Nak!" kata Ibu lembut. "Saat ini, kau berada dalam
penanganan para dokter yang ahli. Mereka mengusahakan yang terbaik untukmu.
Berdoalah, Sayang. Tuhan selalu mendengarkan doa hamba-hamba-Nya. Ibu ada di
sini. Selalu ada di sini menemanimu."

Andi menjalani operasinya yang ketiga. Operasi rahang. Hampir lima jam tim
dokter bekerja di dalam ruang operasi. Operasi kali ini lebih lama dari yang
sebelumnya karena operasi ini adalah operasi plastik untuk mengembalikan
bentuk rahang adikku. Aku menatap wajah Ibu yang letih karena berhari-hari
kurang tidur. Ia terlihat tegang dan tak henti-hentinya berdoa. Kutatap awan
tak berarak di luar jendela. Aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi
yang kutahu pasti, waktu terus berjalan, tak berhenti sedetik pun. Dan badai
ini pasti akan segera berlalu.

Begitulah hari-hari yang kemudian kami jalani. Bolak balik dari rumah ke
rumah sakit. Pagi, siang, sore, malam. Hari dan tanggal silih berganti.
Begitu juga teman-teman dan saudara-saudara kami datang silih berganti
menjenguk Andi. Seminggu setelah operasi Andi yang ketiga, dokter mengatakan
bahwa Andi harus kembali menjalani operasi untuk memperbaiki tulang pipinya
yang hancur.

Di malam sebelum operasi, kami berdua berbincang-bincang sambil menatap
keluar dari jendela kamar Andi. Bintang-bintang. Bertaburan di langit pekat.
Mirip seperti malam di teras depan rumah kami dulu.

"Kak, lihatlah bintang itu. Itu bintang yang pernah kulihat di depan rumah
kita dulu," ujar Andi. "Waktu itu, aku begitu bahagia. Cahaya seakan
membentang luas di hadapanku. Siap untuk dilalui, siap untuk dilompati. Dan
aku siap melompat setinggi langit, memetik bintang dan membawakannya untuk
Kakak."

Andi memandang kedua kakinya. "Entah apakah aku bisa berjalan lagi. Apalagi
melompat dan berlari. "

"Kau pasti bisa berjalan lagi!" tukasku. "Dokter mengatakan bahwa kedua
kakimu sudah menunjukkan banyak kemajuan yang sangat berarti. Nantinya kau
memerlukan terapi agar dapat berjalan kembali."

Andi tersenyum tabah. "Kak, besok aku harus kembali dioperasi. Setidaknya,
wajahku tidak seburuk dulu kan?"

Aku tersenyum. Wajah Andi memang sudah kelihatan bentuknya setelah rahangnya
dioperasi. Kedua matanya sudah kembali ke bentuknya semula. Sungguh aku tak
henti-henti bersyukur; dari semua luka-luka luar di sekujur tubuhnya, Andi
tidak mengalami luka dalam.

"Tidak. Wajahmu tidak seburuk itu," jawabku tegas. "Tunggu saja. Akan banyak
gadis-gadis yang berusaha memikat hatimu."

Andi tertawa pelan. "Kak, aku sayang padamu. Aku juga sayang Ibu," ujarnya
sambil menoleh pada Ibu yang tertidur di kursi.

Keesokan harinya, kami mengiringinya menuju kamar operasi. Sambil
menggenggam tangan Ibu erat-erat, Andi berkata bahwa ia akan membawakan
oleh-oleh untukku nanti. "Aku tunggu oleh-olehmu, Andi," kataku sambil
mengedipkan mata.

Entah oleh-oleh apa yang dimaksud Andi. Aku tidak menanyakan padanya lebih
lanjut karena seusai operasinya yang keempat, keluarga kami lebih
dipusingkan oleh biaya rumah sakit yang membengkak. Tuhan Maha Adil. Hanya
karena pertolongan dan bantuan-Nya-lah, kami dapat membayar tagihan rumah
sakit. Sahabat-sahabat Andi menggalang dana dengan mengadakan berbagai
kegiatan dan hasilnya diserahkan untuk biaya pengobatan Andi. Juga bantuan
dari perusahaan tempat Andi bekerja. Satu bulan penuh Andi dirawat di rumah
sakit. Dan tepat di hari ketiga puluh satu, Andi pulang ke rumah.

Andi pulang dengan duduk di kursi roda. Diiringi seluruh kerabat dan
sahabat-sahabat kami, tetangga-tetangga kami, Ibu dan aku menghantarnya
keluar dari badai itu dan kemudian bersama-sama menantikan datangnya
pelangi.

********

*Tiga puluh bulan kemudian…*

Andi mengajak Ibu dan aku makan malam bersama. Hari itu, ia diterima bekerja
di sebuah perusahaan asing yang lain. Ia diangkat menjadi seorang
manajer.
"Kecil-kecil kok sudah jadi manajer?" goda Ibu. "Apa kamu sanggup
bertanggung jawab atas sekian banyak orang yang berada di *divisi*-mu?"

Andi tertawa kecil. "Bukankah aku jagoan kecil Ibu? Kalau ibunya saja
seperti Ibu, bagaimana anaknya?"

Malam itu, Andi membawa kami ke sebuah rumah makan sederhana yang terletak
agak di luar kota. Rumah makan itu berada di atas sebuah bukit kecil dengan
pemanandangan kota yang terhampar di bawahnya. Jutaan lampu berkelap-kelip
mewarnai bumi yang membentang.

"Kak, aku hendak menunjukkan sesuatu padamu," Andi mengajakku ke loteng atas
rumah makan itu. Ada sebuah teropong terpasang di situ.

"Kak, masih ingat janjiku di rumah sakit dulu? Waktu aku hendak dioperasi
untuk keempat kalinya? Aku berjanji akan membawakanmu oleh-oleh," sambung
Andi.

"Oleh-oleh?" tanyaku heran. Aku benar-benar lupa tentang oleh-oleh itu.

"Iya. Oleh-oleh.," sambungnya sambil tersenyum. Kutatap wajah Andi yang
sumringah. Operasi plastik itu sungguh berhasil. Rahang yang mulus, tulang
pipi yang kembali menonjol, kedua kaki Andi yang sudah dapat berjalan
kembali setelah selama hampir setahun menggunakan tongkat dan kursi roda.
Rasanya itu oleh-oleh paling sempurna yang pernah dibawakan Andi untukku.

"Kak, lihatlah melalui teropong ini. Kubawakan bintang dari langit untukmu!"

Aku mengintip malu-malu melalui teropong tersebut. Bintang yang paling
terang sinarnya itu ternyata tengah tersenyum kepadaku...

Jakarta, 5 Desember 2007

This story is dedicated to my brother with lots of love.

For the memories of his accident in 2005.

**********
1b.

Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 5:59 am (PDT)

bahagia, mempunyai kakak sepertimu yang dari wajahnya bersinar cahaya yang
paling gemintang karena kasih..

terharu..hiks...
hugs...
nihaw

2008/6/29 Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>:

> *Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!*
>
> * *
>
> *Oleh Lia Octavia*
>
>
>
>
>
>
>
>
>
1c.

Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 7:16 am (PDT)

hiks.... hiks.... hiks...
huaaa, aku terharu banget mbak Lia, bacanya. Mataku berkaca-kaca, tenggorokanku tercekat.

----- Original Message ----
From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>; kabinet eska <kabinet.eska@gmail.com>
Sent: Sunday, June 29, 2008 7:02:16 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Oleh Lia Octavia


"Kak, mau ikut arung jeram di Citarik, nggak?" tanya adikku sore itu. Wajah Andi, adik laki-lakiku satu-satunya tampak bersinar ditimpa sinar mentari yang kemerahan. Sambil bersiul-siul, ia sibuk mengepak barang-barang ke dalam tas ranselnya. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil menonton Andi berkemas-kemas.
"Arung jeram? Ah…Nggak ah… Aku takut!" jawabku sambil tersenyum. Seperti halnya aku, Andi juga salah seorang aktivis di beberapa organisasi kepemudaan. Ia bersama sekitar empat puluh muda-mudi lainnya dari sebuah organisasi hendak berekreasi arung jeram di Citarik esok harinya. Suatu rekreasi yang berbahaya, setidaknya begitu menurutku. Atau mungkin aku yang memang tidak punya cukup nyali untuk melakukan kegiatan yang dapat memompa adrenalin dan membuat jantung berdegup kencang.
"Boleh pinjam sunblock-nya, Kak? Juga pinjam Hazeline dan body lotion, ya? Aku nggak mau kulitku jadi merah terbakar matahari nanti," tanya Andi.
"Boleh! Boleh! Ambil aja! Hati-hati ya selama di sana. Perginya jam berapa?"
"Jam lima pagi besok. Cuma seharian kok. Sorenya langsung pulang lagi ke Jakarta," jawab Andi sambil menjejalkan sunblock, Hazeline, body lotion ke dalam ranselnya sambil bernyanyi-nyanyi riang. Ia sangat menanti-nantikan acara itu. Sudah lama ia kepingin berarung jeram dan sebentar lagi keinginannya menjadi kenyataan. Atau nyaris menjadi kenyataan. Kita takkan pernah tahu.
Malam itu, kami berdua duduk di teras depan rumah sambil memandangi bintang yang bertaburan di langit pekat.
"Kak, lihatlah bintang yang di sebelah sana. Yang paling terang. Aku ingin melompat dan meraihnya," ujar Andi. Aku tersenyum pada adikku yang sedang meniti pelangi masa depannya. Sejak ia menyelesaikan kuliahnya, sudah hampir setahun ini ia bekerja di sebuah perusahaan asing yang berpusat di negeri Paman Sam dan sebentar lagi akan dipromosikan untuk naik jabatan. Ah, bintang itu begitu cemerlang di atas sana. Kerlipannya juga begitu mengundang bagi siapa saja untuk meraihnya.
"Kalau kau melompat, bawakan aku satu bintang, ya!" ujarku sambil mengacak-acak rambut adikku. Hari pun berlalu dengan asa yang membuncah.
Ketika aku bangun tidur keesokan paginya, Andi sudah berangkat ke Citarik bersama teman-temannya dengan dua bus besar dan dua mobil pribadi. Ah, Minggu pagi yang cerah. Aku melihat jam dinding. Hampir pukul setengah sembilan. Menurut rencana, rombongan akan tiba di lokasi sekitar jam setengah sepuluh. Ia pasti sedang bersenang-senang sekarang, pikirku.
Saat aku sedang menikmati sarapan pagi, tiba-tiba telepon berdering. Tanpa pikir panjang, aku segera meraih gagang telepon. Dan duniaku tak sama lagi setelah mendengar apa yang terjadi.
Di ujung telepon, kudengar suara adikku yang panik, parau, bercampur tangis dan teriakan kesakitan. Dengan terbata-bata ia menceritakan apa yang baru saja terjadi. Bus yang ditunpanginya jatuh terguling ke dalam jurang di dekat Citarik. Remnya blong dan sopir bus tidak dapat mengendalikan kendaraan. Tiga orang teman Andi meninggal dunia di tempat kejadian. Deg! Jantungku serasa meluncur ke bawah. Jatuh ke dalam lorong gelap yang nyaris tak bertepi. Mulutku kering dan otakku rasanya sulit diajak berpikir. Dengan segenap daya upaya, aku berusaha keras mengendalikan diri dan menanyakan keadaan adikku. Andi dibawa ke rumah sakit Pelabuhan Ratu oleh penduduk setempat dan ia tak dapat bicara banyak karena darah yang terus mengucur dari mulutnya. Mimpi buruk yang menjadi nyata.
Kemudian, segalanya terjadi mirip gerakan lambat di film. Ibu langsung berangkat ke Sukabumi siang itu juga sementara aku diminta menjaga rumah dulu. Jerit tangis dan teriakan histeris mewarnai Minggu pagi berdarah itu. Jam berdetik dalam kabut. Bau kematian merebak di mana-mana. Kabar yang terakhir kudengar, sudah empat orang dipanggil pulang ke Sang Pencipta.
Karena kondisi Andi yang cukup parah, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi dan tidak diperbolehkan dibawa pulang ke Jakarta. Ia mengalami pendarahan hebat pada kedua kakinya. Dokter tidak mau mengambil resiko. Andi harus dioperasi malam itu juga. Aku terjaga semalaman. Malam itu, aku seakan dapat mendengar teriakan malaikat maut berkelebat di luar kamar operasi. Malam itu, kesadaran penuh menghampiriku. Bahwa betapa fananya hidup di dunia ini.
Keesokan harinya, aku menyusul ke Sukabumi. Dalam perjalanan, aku melihat kecelakaan itu menjadi berita utama di sebuah harian ibukota disertai sebuah foto korban. Foto adikku. Aku langsung dapat mengenalinya walau ia tergeletak di tempat tidur dengan berlumuran darah dan kedua kakinya digips. Aku takut. Aku takut melihat darah. Dan aku lebih takut lagi melihat kondisi Andi. Bagaimana aku dapat menghadapinya? Berbagai pikiran berkelebat dibenakku. Tak banyak yang dapat kulakukan saat itu. Hanya berpasrah dan menyebut nama-Nya.
Setibaku di rumah sakit Sukabumi, aku melihat kondisi Andi yang lebih baik mati daripada hidup. Paha kanannya patah, kaki kirinya robek dari paha hingga betis dan baru saja dioperasi untuk menghentikan pendarahan. Wajahnya biru lebam dengan kedua bola mata bengkak, tulang pipi kanan hancur, rahang yang patah, mulut bagian dalam yang robek serta sekujur tubuh penuh luka gores dan bekas pecahan kaca.
Sesaat setelah kecelakaan, Andi keluar dari bus yang naas itu dengan memecahkan kaca jendela. Bahkan dalam kondisi berlumuran darah, ia berusaha menyelamatkan seorang temannya yang tertindih badan bus. Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Andi tidak kuat menarik tubuh temannya itu dan akhirnya temannya meninggal dunia di situ diiringi lolongan menyayat adikku.
Menangis? Aku tidak sanggup menangis saat Andi memelukku dan aku mengatakan padanya bahwa ia akan segera sembuh dan segalanya akan baik-baik saja. Melihat wajah adikku yang nyaris tak dapat dikenali dan selang-selang di sekeliling tubuhnya, seluruh hatiku luruh menghempas bumi. Beribu tanya menerpaku. Apakah Andi bisa berjalan lagi? Apakah ia bisa sembuh seperti sedia kala, bekerja seperti semula dan apakah ia bisa melompat meraih bintang? Bintang yang kami lihat bersama di malam terakhir sebelum peristiwa itu.
Saat aku membereskan tas ransel adikku, barulah aku bisa menangis sepuas-puasnya. Aku melihat sunblock-ku, Hazeline dan body lotion yang masih tersimpan di dalamnya. Utuh. Hanya sedikit kotor. Aku ingat sore itu dan malam hari yang kami habiskan bersama. Keadaan yang sekarang terbalik seratus delapan puluh derajat.
Ibu dan aku menjaga Andi di rumah sakit siang dan malam. Bergantian. Menemani, menghibur, memberi semangat atau sekedar bercerita tentang dunia. Aku mendengar mimpi-mimpi buruk Andi hampir tiap malam. Terkadang aku tak kuat menahan tangis kala menatap wajahnya yang nyaris tak berbentuk. Siapa yang akan menyukainya? Mencintainya? Dengan wajah seperti itu? Tapi Andi ternyata lebih kuat dari yang kubayangkan.
Ia kembali menjalani operasi di hari berikutnya. Ia sama sekali tidak mengeluh. Kali ini operasi paha kanannya yang patah. Dokter memasang pen di dalamnya Ibu dan aku meniti detik demi detik dalam penantian yang nyaris tak tertahankan di luar kamar operasi. Saat itu, tak kurang dari delapan kantong darah ditransfusikan pada tubuh adikku. Malam itu, aku bersujud dengan segala kerendahan hati pada Sang Maha Cintaku yang atas kehendak-Nyalah operasi Andi yang kedua berjalan lancar.
Keesokan harinya, tiba-tiba Andi berkata padaku bahwa ia ingin melihat wajahnya di cermin. Aku menatap Andi sambil menahan tangis. Kedua matanya yang bengkak lebam memandangku dengan berkaca-kaca.
"Kak, separah itukah wajahku sehingga tidak seorang pun bersedia meminjamkan cermin padaku? Sehancur itukah wajahku?" tanya Andi terbata-bata. Jahitan di dalam rongga mulutnya membuat Andi sulit berkata-kata.
"Tidak! Tentu saja tidak! Bagiku, kau tetap adikku yang tampan dan sangat tabah. Kau hebat! Kau tahu itu. Aku yakin kau kuat melewati semuanya ini," hiburku sambil menggenggam tangannya erat-erat. Andi meringis. Atau tersenyum? Sungguh sulit kubedakan saat itu.
Setelah berdiskusi panjang dengan dokter yang merawat Andi, akhirnya kami memutuskan membawa Andi pulang ke Jakarta. Selain dekat dengan rumah, sebisa mungkin kami ingin menjauhkannya dari tempat kejadian kecelakaan itu. Siang itu, dengan sebuah mobil ambulance, Andi dibawa pulang ke Jakarta.
"Kak, apakah aku pulang ke rumah?" tanya Andi sepanjang perjalanan. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Sungguh tak kusangka, aku harus pulang dari Sukabumi dengan ambulance," sambungnya. "Rasanya baru kemarin aku melewati jalan yang sama dari arah yang berlawanan, di dalam bus, dengan teman-temanku. Dan kini… Lihatlah aku, Kak. Entah bagaimana hidupku selanjutnya. Bagaimana keadaan teman-temanku? "
Aku menatap Andi dengan perasaan bercampur baur. Dari kabar yang kuterima, keadaan teman-teman Andi juga bisa dikatakan tidak baik. Ada yang masih belum siuman, ada yang matanya menjadi buta, ada yang tulang punggungnya retak dan kemungkinan besar tidak dapat berjalan kembali dan masih banyak lagi. Mereka dirawat di berbagai rumah sakit di Jakarta.
"Mereka juga pulang ke Jakarta naik ambulance," jawabku mencoba bercanda. Andi tersenyum getir. Setiba di Jakarta, Andi langsung masuk Rumah Sakit St Carolus untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Hari-hari selanjutnya sungguh tidak mudah bagi kami semua. Biaya pengobatan adikku sungguh tidak murah. Beruntung Andi mendapat santunan asuransi dari tempatnya bekerja. Biaya kedua operasi yang terdahulu dibayarkan oleh pihak asuransi. Menurut ahli tulang yang merawat adikku, Andi harus dioperasi rahangnya yang patah. Andi terhenyak mendengar ia harus kembali menjalani operasi.
"Ibu, aku takut!" ujar Andi pada Ibu. Aku benar-benar salut pada ketabahan dan ketenangan Ibu. Walaupun aku sering memergoki Ibu menangis diam-diam di kamar kecil namun Ibu menyalakan semangat pantang menyerah yang luar biasa dan berkobar-kobar pada adikku.
Ibu mengelus wajah Andi yang nyaris tak berbentuk dengan penuh sayang. Kepalanya plontos. Luka jahitan di kedua kakinya masih belum kering. Tubuhnya masih babak belur. Andi masih belum dapat bangun dari tempat tidur.
"Jagoan Ibu. Jagoan kecil Ibu yang sudah dewasa. Kau sudah berhasil keluar dari bus itu, Sayang. Kau juga dengan berani menolong temanmu. Kau menjalani kedua operasi terdahulu dengan kuat dan tabah. Kau anak lelaki kebanggaan Ibu. Ibu bangga padamu, Nak!" kata Ibu lembut. "Saat ini, kau berada dalam penanganan para dokter yang ahli. Mereka mengusahakan yang terbaik untukmu. Berdoalah, Sayang. Tuhan selalu mendengarkan doa hamba-hamba- Nya. Ibu ada di sini. Selalu ada di sini menemanimu."
Andi menjalani operasinya yang ketiga. Operasi rahang. Hampir lima jam tim dokter bekerja di dalam ruang operasi. Operasi kali ini lebih lama dari yang sebelumnya karena operasi ini adalah operasi plastik untuk mengembalikan bentuk rahang adikku. Aku menatap wajah Ibu yang letih karena berhari-hari kurang tidur. Ia terlihat tegang dan tak henti-hentinya berdoa. Kutatap awan tak berarak di luar jendela. Aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi yang kutahu pasti, waktu terus berjalan, tak berhenti sedetik pun. Dan badai ini pasti akan segera berlalu.
Begitulah hari-hari yang kemudian kami jalani. Bolak balik dari rumah ke rumah sakit. Pagi, siang, sore, malam. Hari dan tanggal silih berganti. Begitu juga teman-teman dan saudara-saudara kami datang silih berganti menjenguk Andi. Seminggu setelah operasi Andi yang ketiga, dokter mengatakan bahwa Andi harus kembali menjalani operasi untuk memperbaiki tulang pipinya yang hancur.
Di malam sebelum operasi, kami berdua berbincang-bincang sambil menatap keluar dari jendela kamar Andi. Bintang-bintang. Bertaburan di langit pekat. Mirip seperti malam di teras depan rumah kami dulu.
"Kak, lihatlah bintang itu. Itu bintang yang pernah kulihat di depan rumah kita dulu," ujar Andi. "Waktu itu, aku begitu bahagia. Cahaya seakan membentang luas di hadapanku. Siap untuk dilalui, siap untuk dilompati. Dan aku siap melompat setinggi langit, memetik bintang dan membawakannya untuk Kakak."
Andi memandang kedua kakinya. "Entah apakah aku bisa berjalan lagi. Apalagi melompat dan berlari. "
"Kau pasti bisa berjalan lagi!" tukasku. "Dokter mengatakan bahwa kedua kakimu sudah menunjukkan banyak kemajuan yang sangat berarti. Nantinya kau memerlukan terapi agar dapat berjalan kembali."
Andi tersenyum tabah. "Kak, besok aku harus kembali dioperasi. Setidaknya, wajahku tidak seburuk dulu kan?"
Aku tersenyum. Wajah Andi memang sudah kelihatan bentuknya setelah rahangnya dioperasi. Kedua matanya sudah kembali ke bentuknya semula. Sungguh aku tak henti-henti bersyukur; dari semua luka-luka luar di sekujur tubuhnya, Andi tidak mengalami luka dalam.
"Tidak. Wajahmu tidak seburuk itu," jawabku tegas. "Tunggu saja. Akan banyak gadis-gadis yang berusaha memikat hatimu."
Andi tertawa pelan. "Kak, aku sayang padamu. Aku juga sayang Ibu," ujarnya sambil menoleh pada Ibu yang tertidur di kursi.
Keesokan harinya, kami mengiringinya menuju kamar operasi. Sambil menggenggam tangan Ibu erat-erat, Andi berkata bahwa ia akan membawakan oleh-oleh untukku nanti. "Aku tunggu oleh-olehmu, Andi," kataku sambil mengedipkan mata.
Entah oleh-oleh apa yang dimaksud Andi. Aku tidak menanyakan padanya lebih lanjut karena seusai operasinya yang keempat, keluarga kami lebih dipusingkan oleh biaya rumah sakit yang membengkak. Tuhan Maha Adil. Hanya karena pertolongan dan bantuan-Nya- lah, kami dapat membayar tagihan rumah sakit. Sahabat-sahabat Andi menggalang dana dengan mengadakan berbagai kegiatan dan hasilnya diserahkan untuk biaya pengobatan Andi. Juga bantuan dari perusahaan tempat Andi bekerja. Satu bulan penuh Andi dirawat di rumah sakit. Dan tepat di hari ketiga puluh satu, Andi pulang ke rumah.
Andi pulang dengan duduk di kursi roda. Diiringi seluruh kerabat dan sahabat-sahabat kami, tetangga-tetangga kami, Ibu dan aku menghantarnya keluar dari badai itu dan kemudian bersama-sama menantikan datangnya pelangi.

********
Tiga puluh bulan kemudian…
Andi mengajak Ibu dan aku makan malam bersama. Hari itu, ia diterima bekerja di sebuah perusahaan asing yang lain. Ia diangkat menjadi seorang manajer. "Kecil-kecil kok sudah jadi manajer?" goda Ibu. "Apa kamu sanggup bertanggung jawab atas sekian banyak orang yang berada di divisi-mu?"
Andi tertawa kecil. "Bukankah aku jagoan kecil Ibu? Kalau ibunya saja seperti Ibu, bagaimana anaknya?"
Malam itu, Andi membawa kami ke sebuah rumah makan sederhana yang terletak agak di luar kota. Rumah makan itu berada di atas sebuah bukit kecil dengan pemanandangan kota yang terhampar di bawahnya. Jutaan lampu berkelap-kelip mewarnai bumi yang membentang.
"Kak, aku hendak menunjukkan sesuatu padamu," Andi mengajakku ke loteng atas rumah makan itu. Ada sebuah teropong terpasang di situ.
"Kak, masih ingat janjiku di rumah sakit dulu? Waktu aku hendak dioperasi untuk keempat kalinya? Aku berjanji akan membawakanmu oleh-oleh," sambung Andi.
"Oleh-oleh?" tanyaku heran. Aku benar-benar lupa tentang oleh-oleh itu.
"Iya. Oleh-oleh.," sambungnya sambil tersenyum. Kutatap wajah Andi yang sumringah. Operasi plastik itu sungguh berhasil. Rahang yang mulus, tulang pipi yang kembali menonjol, kedua kaki Andi yang sudah dapat berjalan kembali setelah selama hampir setahun menggunakan tongkat dan kursi roda. Rasanya itu oleh-oleh paling sempurna yang pernah dibawakan Andi untukku.
"Kak, lihatlah melalui teropong ini. Kubawakan bintang dari langit untukmu!"
Aku mengintip malu-malu melalui teropong tersebut. Bintang yang paling terang sinarnya itu ternyata tengah tersenyum kepadaku...


Jakarta, 5 Desember 2007
This story is dedicated to my brother with lots of love.
For the memories of his accident in 2005.

**********

2a.

APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?

Posted by: "kicksoft21" kicksoft21@yahoo.com   kicksoft21

Sun Jun 29, 2008 5:23 am (PDT)

sekarang pertanyaan nya di ganti,^_^
Dari APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK ? kan udah
sekarang pertayaannya:
APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?
Ehmmm....?apa ya.., ^_^,hayo apa hayo..

2b.

Re: APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 5:41 am (PDT)

1. alasannya.. karena tidak ada alasan untuk tidak mengahadiri milad...
bisa dikeroyok aku sama yang lainnya.. hi..hi... ntar jadi langsing lagi..
kan gawat...

Pada 29 Juni 2008 15:05, kicksoft21 <kicksoft21@yahoo.com> menulis:

> sekarang pertanyaan nya di ganti,^_^
> Dari APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK ? kan udah
> sekarang pertayaannya:
> APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?
> Ehmmm....?apa ya.., ^_^,hayo apa hayo..
>
>
>
2c.

Re: APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 7:33 am (PDT)

hehehehe, tidak ada alasan kaan? Kalau begitu daftar duuunk:D Ayooo ayoooo, tanpa kehadiran Anda, Sahabat, Milad Eska takkan ramai jadinya:D

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: kicksoft21 <kicksoft21@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Sunday, June 29, 2008 3:05:00 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?

sekarang pertanyaan nya di ganti,^_^
Dari APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK ? kan udah
sekarang pertayaannya:
APA ALASAN ANDA TIDAK IKUT MILAD SK ?
Ehmmm....?apa ya.., ^_^,hayo apa hayo..

3a.

Re: Buku Puisi saya 'Ruang Lengang'

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 5:30 am (PDT)

mas epri...
selamet yaq..
ingat bawa pas rapat milad..
tapi aku pengennya yang plus tanda tanagn dan kata2 motivasi biar bikin
semangat
hi..hi.. kalo bisa diskon 20 % hi..hi.. ngarep..
nia
(yang berharap bisa diangkat jadi murid)

Pada 29 Juni 2008 18:07, Epri Saqib <epri_tsi@yahoo.com> menulis:

>
>
> http://epriabdurrahman.multiply.com/photos/album/70
>
>
> Setelah cukup lama [baca beberapa tahun] menunggu dan berjibaku dengan
> berbagai rintangan, akhirnya alhamdulillah buku puisi pertama saya terbit
> juga.
>
>
>
>
> Begitu banyak halangan dan hambatan yang saya temui sepanjang penerbitan
> buku ini. Penantian yang cukup panjang, komputer yang sering eror saat
> proses *editing* [saya sampai harus pinjam laptop sahabat saya malammalam
> demi percepatan proses edit], kurang tidur dan badan* tepar* diterjang
> angin dan kelelahan karena harus bolak-balik ke sana kemari.
>
>
>
>
> Saya niatkan langkah awal penerbitan buku ini sebagai cara saya sendiri
> untuk lebih banyak lagi belajar. Ya …belajar lagi lebih banyak dari siapapun
> anda para pembaca buku ini. Saya sadar ketika sebuah karya sudah dilepas
> kepada pembaca, maka menjadi hak pembacalah untuk menilai dan mengapresiasi
> karya tersebut, bagaimanapun penilaiannya terhadapnya.
>
>
>
>
> Karenanya semua kritik, saran, dukungan, dan apapun sangat saya harapkan
> dari anda sekalian dan akan saya simak dengan seksama sambil mencatat
> masukan-masukan itu baikbaik dan saya siapkan *stabilo *untuk
> menebalkannya * *agar saya tak mudah melupakannya.
>
>
>
>
> Ucapan terimakasih saya harus saya haturkan kepada banyak sahabat dan
> kawan-kawan yang secara langsung maupun tidak telah membantu saya hingga
> akhirnya buku ini bisa terbit. Sebagiannya sudah saya sebut pada halaman
> akhir buku ini dan tentu saya minta maaf bila ada sahabat dan kawan yang
> belum tersebut tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih saya.
>
>
>
>
> Namun secara khusus saya ingin sekali mengucapkannya kepada para
> fotografer, sahabat-sahabat saya yang sebagian besar saya kenal di dunia
> maya dan dengan senang hati menampilkan karya-karya foto mereka yang indah
> untuk memperkaya dan mempercantik buku ini. Mereka adalah : mas Purwo di
> Bogor, mbak Tika [Jakarta], Ana [Girona, Spanyo], dan mas Wib [Malang].Kepada mereka saya juga ingin mengucapkan selamat dan haturan terimakasih
> yang sedalam-dalamnya dari hati saya.
>
>
>
>
> Secara khusus juga kepada bang Hasan Aspahani yang telah memberikan
> endorsement, mas Jamal D. Rahman dan mas Nanang Suryadi yang telah memberi
> masukan-masukan. Terimakasih banyak tak terhingga dari saya, dan tentu untuk
> anda semua yang telah membantu dan memberi inspirasi bagi saya selama ini.
>
>
>
>
> Dengan rendah hati sekali lagi saya mohonkan doa dari sahabat-sahabat dan
> kawan-kawan sekalian. Mohon maaf juga bila ada kekurangan dari saya selama
> ini.
>
>
>
>
>
>
> Dari hati,
>
>
>
>
>
>
> *Al-faqir*
>
> Epri Tsaqib
>
>
>
>
>
>
>
> ----------------------
>
>
>
>
> *PRE-ORDER*
>
>
> **
>
>
>
> Karena buku ini sementara dicetak sangat terbatas, maka untuk tahap awal
> Pustaka Jamil dan Gerai Buku Online menawarkan model pembelian pre-order (
> *pesan dulu sebelum bukunya ada di toko-toko buku). **Anda yang di **
> Jakarta** akan mendapatkan bukunya pada saat launching [waktunya akan
> segera diberitahu kepada anda semua via mils,. Website Gerai Buku Online dan
> blog saya tentunya].*
>
>
> * *
>
> * *
>
> *Dan bagi anda yang ada di luar **kota**, bukunya akan dikirim ke alamat
> anda dan tentunya anda tinggal menambah ongkos kirim sesuai dengan **kota*
> * di mana anda tinggal.*
>
>
> **
>
> * *
>
> Prosedurnya mudah kok :
>
>
>
>
> 1. 1. Transfer biaya pembelia buku puisi 'Ruang Lengang' *Rp 25.000*,
> plus ongkos kirim. Bagi anda yang berada di luar Jakarta [anda bisa
> menanyakan ongkos kirim via email atau dari website Gerai Buku Online]. Uang
> tersebut dikirimkan ke *Rekening Bank Muamalat 301.044.6022 * a.n Epri
> Abdurrahman Rafi'.
>
>
>
>
> 2. Kirim kornfirmasi setelah transfer via sms ke [021] 3099-8655 dan
> tulis alamat anda dengan lengkap. Bisa juga via email ke
> geraibuku@gmail.com InsyaAlloh begitu transfer anda masuk, buku segera
> meluncur ke alamat anda.
>
>
>
>
> 3. Masih bingung? Langsung aja hubungi *Gerai Buku Online *di nomor
> telepon* [021] 3099 8655* atau kirim email kegeraibuku@gmail.com . *Hanya
> bisa dihubungi pada jam kerja*.
>
>
>
>
> Judul Buku : Ruang Lengang
> Penulis : Epri Tsaqib
> Penerbit : Pustaka Jamil
> Cetakan : 1, Juni 2008
> Tebal : 68 Halaman
> Harga : Rp 25.000,-
>
>
> www.geraibuku.multiply.com
>
>
>
>
>
>
>
3b.

Re: Buku Puisi saya 'Ruang Lengang'

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 29, 2008 8:28 am (PDT)

Alhamdulillah. Selamat ya buat Mas Epri atas kelahiran buku puisi
pertamanya. Semoga menjadi langkah awal untuk buku-buku puisi karya Mas Epri
selanjutnya.

Salam
Lia

On 6/29/08, Epri Saqib <epri_tsi@yahoo.com> wrote:
>
>
>
>
>
>
>
>
> http://epriabdurrahman.multiply.com/photos/album/70
>
>
>
>
>
> Setelah cukup lama [baca beberapa tahun] menunggu dan
> berjibaku dengan berbagai rintangan, akhirnya alhamdulillah buku puisi
> pertama saya
> terbit juga.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Begitu banyak halangan dan hambatan yang saya temui
> sepanjang penerbitan buku ini. Penantian yang cukup panjang, komputer yang
> sering
> eror saat proses editing [saya sampai
> harus pinjam laptop sahabat saya malammalam demi percepatan proses edit],
> kurang
> tidur dan badan tepar diterjang angin
> dan kelelahan karena harus bolak-balik ke sana
> kemari.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Saya niatkan langkah awal penerbitan buku ini sebagai cara
> saya sendiri untuk lebih banyak lagi belajar. Ya …belajar lagi lebih banyak
> dari siapapun anda para pembaca buku ini. Saya sadar ketika sebuah karya
> sudah
> dilepas kepada pembaca, maka menjadi hak pembacalah untuk menilai dan
> mengapresiasi karya tersebut, bagaimanapun penilaiannya terhadapnya.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Karenanya semua kritik, saran, dukungan, dan apapun sangat
> saya harapkan dari anda sekalian dan akan saya simak dengan seksama sambil
> mencatat masukan-masukan itu baikbaik dan saya siapkan stabilo untuk
> menebalkannya agar saya tak mudah melupakannya.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Ucapan terimakasih saya harus saya haturkan kepada banyak
> sahabat dan kawan-kawan yang secara langsung maupun tidak telah membantu
> saya
> hingga akhirnya buku ini bisa terbit. Sebagiannya sudah saya sebut pada
> halaman
> akhir buku ini dan tentu saya minta maaf bila ada sahabat dan kawan yang
> belum
> tersebut tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih saya.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Namun secara khusus saya ingin sekali mengucapkannya kepada
> para fotografer, sahabat-sahabat saya yang sebagian besar saya kenal di
> dunia
> maya dan dengan senang hati menampilkan karya-karya foto mereka yang indah
> untuk memperkaya dan mempercantik buku ini. Mereka adalah : mas Purwo di
> Bogor, mbak
> Tika [Jakarta], Ana [Girona, Spanyo], dan mas Wib [Malang]. Kepada mereka
> saya juga ingin mengucapkan selamat dan
> haturan terimakasih yang sedalam-dalamnya dari hati saya.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Secara khusus juga kepada bang Hasan Aspahani yang telah
> memberikan endorsement, mas Jamal D. Rahman dan mas Nanang Suryadi yang
> telah
> memberi masukan-masukan. Terimakasih banyak tak terhingga dari saya, dan
> tentu
> untuk anda semua yang telah membantu dan memberi inspirasi bagi saya selama
> ini.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Dengan rendah hati sekali lagi saya mohonkan doa dari sahabat-sahabat
> dan kawan-kawan sekalian. Mohon maaf juga bila ada kekurangan dari saya
> selama
> ini.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Dari hati,
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Al-faqir
>
>
> Epri Tsaqib
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> ----------------------
>
>
>
>
>
>
>
>
> PRE-ORDER
>
>
>
>
>
>
>
>
> Karena buku ini sementara dicetak sangat terbatas, maka untuk
> tahap awal Pustaka Jamil dan Gerai Buku Online menawarkan model pembelian
> pre-order (pesan dulu sebelum bukunya ada di toko-toko buku). Anda yang di
> Jakarta akan mendapatkan bukunya
> pada saat launching [waktunya akan segera diberitahu kepada anda semua via
> mils,. Website Gerai Buku Online dan blog saya tentunya].
>
>
>
>
>
>
>
>
> Dan bagi anda yang ada di luar kota, bukunya akan dikirim ke
> alamat anda dan tentunya anda tinggal menambah ongkos kirim sesuai dengan
> kota di mana anda tinggal.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Prosedurnya mudah kok :
>
>
>
>
>
>
>
>
> 1. 1.
> Transfer biaya pembelia buku puisi 'Ruang Lengang' Rp 25.000,
> plus ongkos kirim. Bagi anda yang berada di luar Jakarta
> [anda bisa menanyakan ongkos kirim via email atau dari website Gerai Buku
> Online]. Uang tersebut dikirimkan ke Rekening Bank Muamalat 301.044.6022
> a.n Epri Abdurrahman Rafi'.
>
>
>
>
>
>
>
>
> 2. Kirim
> kornfirmasi setelah transfer via sms ke [021] 3099-8655 dan tulis alamat
> anda
> dengan lengkap. Bisa juga via email ke geraibuku@gmail.com
> InsyaAlloh begitu transfer anda masuk,
> buku segera meluncur ke alamat anda.
>
>
>
>
>
>
>
>
> 3. Masih
> bingung? Langsung aja hubungi Gerai Buku Online di nomor
> telepon [021] 3099 8655 atau kirim email kegeraibuku@gmail.com . Hanya
> bisa dihubungi pada jam kerja.
>
>
>
>
>
>
>
>
> Judul Buku : Ruang Lengang
>
> Penulis : Epri
> Tsaqib
>
> Penerbit :
> Pustaka Jamil
>
> Cetakan : 1, Juni 2008
>
> Tebal : 68 Halaman
>
> Harga : Rp 25.000,-
>
>
>
>
>
> www.geraibuku.multiply.com
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> ------------------------------------
>
> ===========================
> Situs resmi FLP:
> http://www.forumlingkarpena.net
>
> Blog FLP (unofficial site):
> http://forumlingkarpena.multiply.com
>
> Kalau mau keluar dari milis ini, kirim saja email kosong ke
> Forum_LingkarPena-unsubscribe@yahoogroups.com . Tunggulah email konfirmasi
> dari Yahoo Groups, dan silahkan di-reply (balas) tanpa mengubah apapun.
>
> Ingin ikutan milis tanpa membuat email Anda penuh? Baca kiatnya di
> http://forumlingkarpena.multiply.com/journal/item/45
> =======================
>
>
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
4a.

Re: (HUMOR SABTU) WAH GEDE BANGET-BLS.buat Nada Soleha

Posted by: "nada solekha" nada_solekha@yahoo.com   nada_solekha

Sun Jun 29, 2008 5:32 am (PDT)

Pengen ikut,
tapi bagaimana caranya kalo dr luar negri
terima kasih

--- On Sat, 6/28/08, bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co.id> wrote:
From: bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co.id>
Subject: [sekolah-kehidupan] Re:(HUMOR SABTU) WAH GEDE BANGET-buat Nada Soleha
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Saturday, June 28, 2008, 8:33 AM

Heheheh ada2 aja,tapi lucu bikin orang males senyum,
akhirnya senyum juga,,^__^

bukannya ibadah kalo kita memberi senyuman
iyakan?

nah Soleha aja senyum tuh..hehehe

lam kenal ya
sukses ya!

ikut Milad ESKA ya
ditunggu?

ila liqo

piss, luv and laugh

tabe

wassalam

Fiyan Arjun
salah satu moderator ESKA
dan ketua milad ESKA

Nama baru untuk Anda!

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.

Cepat sebelum diambil orang lain!












4b.

Re: (HUMOR SABTU) WAH GEDE BANGET-BLS.buat Nada Soleha

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 7:19 am (PDT)

Mmmm, gimana kalau beli kausnya aja? ^_^. Ataw tanggal 27 liburan ke Indo yuuuks, soal penginapan gampang koook. Guide dah ada. Kalau mo kemana-mana bisa diantar Columbusku (hehheee, ya ada resiko nyasar-nyasar dikit siiih). Gmana? Gmana?

Salam
Dyah
Salah satu Humaz milad Eska

----- Original Message ----
From: nada solekha <nada_solekha@yahoo.com>

Pengen ikut,
tapi bagaimana caranya kalo dr luar negri
terima kasih

5a.

Re: [ayo gabung] Berburu Jodoh/sahabat/teman Melalui Dunia Maya

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 5:34 am (PDT)

berburu jodoh?
kesannya...

Pada 29 Juni 2008 07:52, rusdin visioner <rusdin_kutubuku@yahoo.com>
menulis:

> Sekarang ini, soalan mencari teman hidup kayaknya betapa sangat mudah.
> Kita bisa saling berkenalan satu sama lain. Saling menyapa. Saling
> menasehati. Di sisi lain, banyak juga sebagian diantara kita yang tak jua
> memperoleh teman. Kalau pun memiliki teman jumlahnya sangat terbatas.
> Padahal, Rasulullah mensyaratkan memperbanyak teman (saling bersilaturahim,
> kenal mengenal) dapat mendatangkan banyak rezeki dan memperpanjang umur.
> Nyatanya, dengan perlajuan dunia teknologi dan informasi sekarang ini, tak
> lagi menghalangi kita untuk mengenal orang lain di penjuru dunia mana pun.
>
>
>
6a.

Re: Kenapa aku di uji ?

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 5:39 am (PDT)

tambah kerenz aja nih...
mbak ayu yang satu ini...
sekali lagi...selamat ya.. atas kelulusannya..
kabarnya traktir2 ya di surabaya...
ciyew..
ko gak sampe bogor sih? hi..hi..
teteup.. urang bogor tea..

Pada 28 Juni 2008 12:37, april_reto <april_reto@yahoo.com> menulis:

> Yg jelas jgn pernah mengatakan, "Ya Tuhan aku punya a big problem!"
> tapi katakan, "Hei damn problem aku punya ALLAH yang Besar!"
>
> Iya kan mbak Sin, pak Teha, mas salam, mbak Nop??? ^_^
>
> salam dari balik jendela,
> -Aprillia Ekasari-
>
>
>
7.1.

File - Moderator Sekolah Kehidupan

Posted by: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" sekolah-kehidupan@yahoogroups.com

Sun Jun 29, 2008 5:40 am (PDT)


(Moderator) INFO: Cara Mudah Baca Email

Para anggota milis sekolah-kehidupan Yth.,

Dari pengamatan yang kami lakukan, jumlah postingan yang masuk ke milis kita rata-rata 20-30 email sehari baik berupa artikel maupun postingan lainnya. Sehubungan dengan itu maka kami menyarankan bagi semua anggota agar email-box tidak cepat penuh maka disarankan agar mengubah status posting-emailnya dari individual email menjadi digest atau web-only. Tetapi dari pengalaman yang kami lakukan, hal yang terbaik bila kita memilih option web-only. Dengan pilihan ini maka kita hanya bisa membaca seluruh postingan dengan cara membuka mail site, juga untuk membalas postingan, serta mengirim email langsung ke si penulis.

1. Cara mengubah sistem info email dari individual email ke digest atau web-only
Ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan,
Sign in dulu, kemudian klik Edit Membership
Kemudian di bawah ubah pilihan dari individual email ke pilihan digest atau web-only.
Kemudian akhiri dengan klik tanda SAVE

2. Cara mudah untuk membuka mail-group.
Bila kita sudah ingin memilih dengan web-only, berarti informasi semua postingan harus
dilihat di mail site. Untuk itu ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan.
Sign in dulu, kemudian klik view all, untuk melihat semua postingan dari dulu yang paling
lama sampai yang terbaru.
Untuk memudahkan membuka mail-site kita di waktu-waktu berikutnya maka alamat mail
tadi yang di awali dengan http://....., sebaiknya di book-mark atau di masukkan dalam
daftar favorite (ada di ujung atas sebelah kiri layar monitor). Klik Favorites, dan add.

Demikian yang dapat disampaikan. Terima kasih.

Salam Hormat,
Moderator Bersama


8.

(OOT) SPIRIT - Thanks God Its Monday

Posted by: "setyawan_abe" setyawan_abe@yahoo.com   setyawan_abe

Sun Jun 29, 2008 7:07 am (PDT)


.....................Thanks God Its Monday, The Passion
Day...................

SPIRIT

Oleh : Eileen Rachman, EXPERD

http://64.203.71.11/ver1/Kesehatan/0610/07/132919.htm

......Kita lihat bahwa spirit ada di udara, mudah terasa dan tercium.
Bagi sebagian orang, spirit tidak sulit diciptakan.Terkadang hanya perlu
"dipancing" dengan gorengan di sore hari atau kebersamaan saat
lembur sampai pagi. Namun, di beberapa organisasi tertentu, terasa bahwa
spirit ini sulit dikembalikan, walaupun sudah"diangkat" dan
"ditarik-tarik".

Organisasi yang penuh birokrasi, misalnya, sering membuahkan karyawan
yang terlalu berhati-hati, "cari selamat", terlalu
berhitung,takut berubah, hanya menunggu ide untuk berubah dari orang
lain, dan enggan mengeluarkan ide baru. Tidak ada dinamika, kewaspadaan
dan kenikmatan untuk berinisiatif lagi. Bila kita terjebak berada dalam
organisasi seperti ini, namun secara pribadi memiliki spirit yang kuat,
kita tentunya bertanya-tanya, apakah saya nanti tidak aneh sendiri?
Bukankah spirit itu bersumber dari suasana kerja tim? Akankah kita bisa
mempertahankan spirit yang segar dari waktu ke waktu? Bagaimana
menyuntikkan spirit ke dalam diri sendiri, bahkan sampai memengaruhi
organisasi?

Ingat Umur!

Bila kita sudah kehilangan spirit bekerja, ingatlah umur. Bayangkan
profesional seperti Martha Tilaar, yang berusia 70 tahun,
tetapi,semangatnya serasa 30 tahun. Beliau mengisi kehjdupan kariernya
dengan`passion" dan urgensi. Berapa usia kita sekarang? Masih
berapa tahunkah kita harus berproduksi? Bila sekarang saja semangat kita
sudah kempis, bagaimana kita akan giat berkarya pada tahun-tahun
mendatang?

Hati-hati dengan "Menerimà Apa Adanya"

Bayangkan sebuah rapat yang "garing", tidak bersemangat, di mana
kebanyakan orang tidak mempunyai persiapan materi yang menantang, hanya
menjawab bila ditanya atasan, tidak mempunyai ide dan pasrah menjalankan
kehidupan perusahaan apa adanya Saat seseorang mengemukakan ide berbeda,
semua pandangan menghujam padanya. Dan, si kreatif ini bisa-bisa
kemudian meragukan idenya. Kita lihat bahwa sikap "menerima apa
adanya bisa mematikan spirit sehingga perlu juga diwaspadai dan
diperangi".

Pandanglah ke Depan

Bukan saja entrepreneur seperti Henry Ford (Ford Motor Comp), Bill Gates
(Microsoft Corp.), Larry Page dan Sergey Brin (Google)yang mempunyai
kemampuan untuk memandang ke depan, kita pun bisa! Kita selalu bisa
melakukan "benchmark" ke perusahaan yang mempunyai aspek yang
bisa ditiru. Kita pun selalu bisa mempunyai obsesi untuk meningkatkan
produktivitas kita sebagai individu, kelompok atau bahkan perusahaan.
Bacaan-bacaan mengenai "best practice? profesi dan perusahaan serupa
tidak terbatas jumlahnya. Dari sini kita bisa menumbuhkan mood untuk
maju, mentransfer dan merealisasikan ide dan berobsesi untuk lebih
sukses.

Bertanyalah, "Bagaimana Caranya?"

Bisnis dan situasi negara kita sëkarang membutuhkan produk baru,cara
dan metode produksi, pasar baru, kecepatan, transfer kekuatan, dan
informasi. Bagaimana mungkin kita tinggal diam dan menunggu? Kita bisa
mengaktifkan otak dan selalu mencari cara baru. Seberapa pun kecil
peranan kita di perusahaan, bantulah untuk memikirkan "improvement",
karena hal ini pasti akan berguna bagi perusahaan, tim dan diri Anda
sendiri. Selain itu kekuatan spirit Anda akan terasa oleh atasan. Dengan
demikian kita secara tidak langsung membuat harapan baru bagi diri
sendiri setiap saat dan terbiasa menanggulangi ancaman.

Kembangkan mindset "Memulai"

Menjadi orang yang pertama maju ke depan memimpin diskusi, memberi
tanggapan atas email kolega, mengirimkan notulen rapat ke pelangganyang
baru dikunjungi, sama sekali tidak sulit! Dampaknya terhadap diri
sendiri-lah yang lebih besar. Kita akan mendapatkan apresiasi orang
lain, dipandang sebagai orang yang gesit. Bayangkan kalau kita selalu
menjadi orang yang pertama menyapa "halo" di setiap kontak
dengan oranglain. Kita pasti akan menebar semangat. Dan, untuk diri
sendiri, kita akan menumbuhkan semangat ekstra sebagai pemulai dan
penyerang tidak sekedar responsif.

Cintai Teknologi

Pemrosesan data, jaringan internet, telekomunikasi tidak pernah bisa
kita hindari. Teknologi juga berkembang demikian pesat sehingga sulit
diikuti. Rasanya baru beberapa tahun saja kita menikmati teknologi GPRS,
CDMA. Sekarang, kalau tidak ber-3G-ria, rasanya kuno. Baru saja, kita
menikmati "i-pod", sekarang kita perlu bersiap siap memahami
"i-phone'. Bila kita sedikit berusaha untuk menyukai dan
memperdalam teknologi, kita secara tidak langsung terpaksa mengadaptasi
derap inovasi dan perubahan dari perkembangan teknologi.

Menjaga agar tetap ber-spirit ibarat menjalankan dinamika kehidupan
seorang artis; seorang artis tidak pernah berhenti
memerhatikan,berpikir, mengembangkan ide, bereksperimen, mencari ide
baru, antusias,bekerja tak kenal waktu dan berupaya menciptakan sesuatu
yang unik dan baru. Jadilah orang yang senantiasa hidup dengan spirit.
Hidup akan terasa lebih artistik. ***

9.

Sekolah Menulis SMART

Posted by: "Sekolah Kehidupan Mesir" eska_mesir@yahoo.com   eska_mesir

Sun Jun 29, 2008 7:16 am (PDT)

Assalamu'alaikum Wr Wb

C O M I N G   S O O N !

Dalam menyemarakan liburan musim panas
Perwakilan Sekolah Kehidupan Mesir dan Word Smart Center Cairo akan menggelar acara:

"Sekolah Menulis SMART (Sistim Menulis Asik, Reguler, dan Terpadu)"
(Selama dua bulan, delapan kali pertemuan)

Bersama Udo Yamin Majdi, penulis buku panduan menulis berikut ini:

MENJADI PENULIS PROFESIONAL: Tiga Modal Dasar dan Sepuluh Kiat Menjadi Penulis Sukses;THE BEST STORY: Fiqh Menulis Sastra Islami;JOURNALIST or FREELANCE WRITER: Teknik Menulis Berita, Feature, Opini, Kolom, Esai, dan Tulisan Ilmiah Populer;MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH ITU GAMPANG!: Panduan Penulisan Makalah dan Artikel Ilmiah;AKU MENULIS, AKU ABADI: Kiat Sukses Menulis dan Menerbitkan BukuSMART BLOGGER: Kiat-kiat Menulis di Website & Blog

Wassalamu'alaikum Wr Wb.

10a.

Re: oase : Kisah Sepatu Tua

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 7:38 am (PDT)

"Berapa banyak orang
yang terlalu mengeluh tentang sepatu tuanya sementara orang lain mesti berjuang
karena kakinya buntung"

Terima kasih yaa, Maz. Semoga orang-orang yang berjuang tanpa mengeluh itu akan Allah ganti kelak di surga firdaus nanti. Aamiin.

Tak pernah ada yang meminta di lahirkan ke dunia ini dengan keadaan cacat, bukan? Bersyukurlah.... bersyukurlah....

salam
Dyah

----- Original Message ----
From: Yon's Revolta <freelance_corp@yahoo.com>

Kisah Sepatu Tua
Oleh
Yon's Revolta


Sudah lama saya tak bercerita. Baiklah.
Hari ini saya akan berkisah tentang sepatu tua.


Dulu, saya mempunyai sepatu
kulit berwarna cokelat. Saya cinta betul dengan sepatu itu, enak dipakai,
bandel dan awat tentunya. Sepatu itu sekaligus mengenangkan, mempunyai cerita
tersendiri. Ya, sepatu itulah yang membersamai saya meninggalkan kampus menuju
Jakarta, sekira 8 bulan yang lalu. Sepatu yang saya beli dari honor menulis di
media. Sepatu itu kini sudah teronggok, jarang tersentuh. Masih bisa dipakai
tapi kesan tua tak bisa disembunyikan, warna sudah memudar dan keriput mulai
nampak.

Sepatu itu pula yang sekira 2
bulan saya pakai untuk bekerja. Waktu itu saya masih tinggal di seputar Lenteng
Agung, Jakarta selatan. Sementara kantor nun jauh di Cibubur, Jakarta Timur
(sebenarnya sudah masuk Bogor). Kalau hari sedang hujan, kasihan sekali sepatu
itu. Harus basah kuyup, membuat dingin kaki pemakainya. Begitulah kisah
karyawan biasa dengan sepasang sepatu. Bukan nasib buruk memang, hanya mungkin akan menjadi kenangan kelak ketika
sang pemakainya sudah "sukses" berkarir. Amien.

Hanya punya satu pasang sepatu
memang riskan.

Kalau pulang kantor dan hujan deras menurun, jelas sampai rumah (waktu itu
masih numpang di rumah abang) sepatu itu
basah dan tentu bau. Semalam dikeringkan tetap saja masih basah.
Konsekuensinya, berangkat ke kantor memakai sepatu agak basah. Nggak enak, tentu saja. Tapi, saya
membiarkan saja kondisi seperti itu dulu walau sesekali mengeluh, maklum waktu
itu belum gajian. Dan gaji juga habis untuk naik angkutan. Maklum, sehari untuk
angkot saja Rp 30 ribu. Yah, soalnya masih ditambah naik ojek dari Kota Wisata sampai ke lokasi kantor. Itu masa-masa sulit
saja. Dari situlah saya belajar MERAYAKAN LUKA.

Selanjutnya kisah pelan-pelan
berubah...

Kini, saya sudah bisa tinggal
sendiri, tepatnya di kampung Babakan, Ciangsana, Bogor (silakan kalau mau
mampir), berangkat kerja ditemani dengan "Khumairo", si Mio bandel gesit dan
tentu saja "Berselingkuh" dengan memakai sepatu baru. Alhamdulillah, itu kata
yang bisa terucap karena satu persatu mimpi sudah tercoret (artinya sudah
tercapai) dalam buku harian kerja saya. Walau memang harus kerja cerdas lagi
karena masih ada 7 impian lagi yang menjadi target sampai Desember 2008 nanti.

Sekarang saya tak harus takut
lagi kalau sepatu basah, karena sudah ada gantinya. Memang sih dulu saya akui
pernah mengeluh juga cuma punya satu sepatu, sudah tua lagi, sang pemakainya
juga takut sekali pada hujan karena bisa berujung esok paginya terpaksa memakai
sepatu basah. Kata anak jaman sekarang "Capek Dech".

Ah sudahlah itu masa lalu...

Namun, beberapa waktu lalu saya sedikit malu dan inilah yang
membuat saya menuliskan kisah ini, kisah sepatu tua. Waktu itu, selepas pulang
kerja saya menonton sebuah acara di televisi imut saya. Pengisi acaranya Pak
Mario Teguh, seorang tokoh motivasi yang mungkin sudah dikenal banyak kalangan.

Satu hal yang saya ingat waktu
itu, beliau berkata "Berapa banyak orang
yang terlalu mengeluh tentang sepatu tuanya sementara orang lain mesti berjuang
karena kakinya buntung". Dan ingatan saya jadi tertuju pada seorang tua di
seberang jalan Cibubur Junction, tikungan menuju Depok. Dia harus berjuang
menghidupi diri dengan mengatur lalu lintas jalan. Begitu kepayahan karena
hanya punya satu kaki. Dari sini, dari kisah sepatu tua itu, ternyata saya masih
perlu banyak belajar lagi bagaimana mesti menengok ke bawah untuk bisa
mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah berikan (yr).

11.

(Dongeng) Mencari Cinta Sejati

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 7:47 am (PDT)

Pada suatu zaman, ada seorang putri yang suka bermain dan
berlari-larian di taman. Keceriaannya menular pada bunga-bunga hingga
selalu berkembang tanpa mengenal musim. Putri itu belum menikah. Ia
masih senang bermain-main. Lagipula, ia ingin mendapatkan orang yang
luar biasa. Pernah sang putri sengaja melukis dirinya dalam keadaan
kaki yang terluka dan memakai tongkat. Dia katakan, bila ada yang ingin
menikah dengannya, berikan gambar itu. Hanya orang luar biasa yang mau
menikah dengan gadis seperti itu. Tapi gambar itu tak sengaja terobek
oleh angin.

Putri terus menikmati bermain dan bermain. Sengaja
ia biarkan matahari membakar kulitnya hingga legam. Orang yang luar
biasa takkan melihat fisik, pikirnya polos. Kadang ia juga berpikir
dalam hati ketika melihat orang-orang yang mengalami kekurangan. Ketika
ia lihat ada seseorang yang tunanetra dia berpikir, duhai, sanggupkah
ia menjadi pendampingnya? Bagaimana jika sang pencipta memberikan ia
pendamping yang tak sempurna? Ah, tak seoarangpun menginginkan
ketidaksempurnaan dalam tubuhnya. Tak adil bukan bila kita menyalahkan
atau menolaknya karena mendapatkan apa yang tidak diharapkannya?

Sang
putri ingin mendapatkan cinta sejati. Cinta yang tak memandang segala.
Cinta yang timbul karena Sang Mahacinta. Cinta yang ada karena cinta
pada-Nya. Dia berharap pangeran itu datang dari negeri jauh. Pangeran
yang belum dikenalnya sama sekali. Yang mau menerima ia bukan karena ia
putri, akan tetapi karena kecintaanya pada Sang Mahakuasa.

Beberapa
kali memang putri mendapat tawaran dari pangeran lain. Bukan sang putri
menolak. Akan tetapi hatinya tidak nyaman. Yah, mungkin belum waktunya
putri tuk menikah. Akhirnya disebuah waktu ketika senja mulai
tenggelam, ada sebuah kabar berita dari orang yang bisa dipercaya sang
putri. Ada pangeran yang siap menikah. Siapkah sang putri tuk
menerimanya? Putri tentu butuh waktu tuk berpikir.

Putri merasa,
mungkin ini saat yang tepat. Tentu Yang Mahakuasa telah menggerakkan hatinya. Itu bukanlah suatu
kebetulan. Maka datapun bertukarlah. Oh, itukah yang putri cari? Sorot
matanya membayangkan kekaguman melihat kebaikan sang pangeran. Perlahan
ia buka lembar kedua.... lembar ketiga... foto sang pangeran. Mmm tidak
terlihat terlalu bagus. Tapi tak
mengapa. Ah, ternyata kaki sang pangeran mengalami kekurangan. Putri
termenung dalam. Ia tersenyum. Ini dia pangeran itu. Sang
Pencipta telah meminta sedikit kemampuan kakinya tuk berjalan untuk
digantikan di surga kelak. Ya, pada hakikatnya perjuangan, ketabahan,
dan kesabarannya menjalani hari-hari adalah ketabahan yang luar biasa.

Ya, apapun yang terjadi, konsekuensi
apapun, putri akan berusaha menjalaninya. Ia ingin turut mendapat
bagian tuk berada di surga kelak. Bersama pangerannya. Pangeran impian.

12.

Bedah Film Ayat-Ayat Cinta & Pelatihan Menulis Skenario Dasar

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 29, 2008 7:59 am (PDT)

Sebuah film yang tercipta terutama yang diangkat dari sebuah buku laris
seperti Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy merupakan sebuah
fenomena terkini di dalam dunia perfilman Indonesia. Sebuah sumbangsih dari
karya anak negeri yang memindahkan teks menjadi gerak dan laku serta proses
kreatif yang tentunya sangat menarik di balik pembuatan film ini. Sukses
film Ayat-Ayat Cinta tentunya tidak lepas dari peran penulisan skenario.
Dalam rangka memperkaya khazanah pengetahuan dalam penulisan skenario dan
sekaligus membedah tuntas film Ayat-Ayat Cinta, Forum Lingkar Pena
mempersembahkan:

*Dari Lembar Kertas Ke Layar Lebar;*

*BEDAH FILM AYAT-AYAT CINTA*

*DAN*

*PELATIHAN MENULIS SKENARIO DASAR*

sebagai salah satu acara dalam rangkaian kegiatan Silaturahim Nasional Forum
Lingkar Pena 2008 yang akan diselenggarakan pada:

Hari/tanggal : Sabtu / 12 Juli 2008

Waktu : Pukul 09.00 – 16.00 WIB

Tempat : Aula Pusat Studi Jepang

Universitas Indonesia, Depok

Pembicara :

· Habiburrahman El-Shirazy (Penulis buku Ayat-Ayat Cinta)

· Fahri Asiza (Penulis skenario "Office Boy" di RCTI)

· Moh. Zamzam Fauzan, MA (Ahli Budaya Visual Lulusan Manchester
University)

· Naijan Lengkong (Penulis Skenario)

Moderator : Zaenal Radar T (Penulis Skenario)

Melvi Yendra (Penulis Skenario)

Acara ini terbuka untuk umum

Fasilitas : sertifikat, snack dan hadiah dari sponsor

HTM:

Umum : Rp 95.000,-/orang

Mahasiswa/Pelajar : Rp 55.000,-/orang

Harga tiket terusan (untuk mengikuti seluruh acara-acara Silnas FLP 2008):

Umum : Rp. 375.000,-/orang

Mahasiswa/Pelajar : Rp. 150.000,-/orang

Tersedia tiket terusan khusus untuk anggota FLP seharga Rp 100.000,-/orang
(hanya tersedia untuk 50 orang saja)

Pemesanan dan pembelian tiket dapat melalui:

Wiwiek: 0812 8747 415.

- Pembayaran tiket melalui transfer ke Bank BNI No. Rekening 0015721175
atau Bank BCA no Rekening 2241423494 a.n Wiwiek Sulistyowati.

- Bukti pembayaran/transfer harap difax ke 021-2506386 atau kirim ke
silnasflp@gmail.com (baca: silnasflp et gmail dot com) dengan
mencantumkan nama/alamat/ no telp/acara yang dipilih

- Untuk anggota FLP non kuota diberikan diskon 20% dari HTM (jangan lupa
menuliskan nama wilayah/cabang FLP nya)

- Pembayaran dinyatakan sah setelah mendapat konfirmasi dari panitia

- Pemesanan dan pembelian tiket paling lambat *5 Juli 2008*

Tiket acara-acara Silnas FLP 2008 juga dapat diperoleh melalui:

Denny Prabowo (Depok) : 089 9991 0037

Lia Octavia (Jakarta) : 0812 814 6426

*Silaturahim Nasional FLP 2008 ini didukung oleh:*

· *Indiva*

· *Sygma Examedia Arkanleema*

· *Zikrul Hakim*

· *Lingkar Pena Publishing House*

· *Formasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas **Indonesia***

· *Balai Pustaka*

· *Bank Syariah Mandiri*

Untuk info-info seputar Silnas FLP 2008, silakan klik di
http://forumlingkarpena.multiply.com
13a.

Pembayaran Investasi Buku Antologi Sekolah Kehidupan Per 29 Juni 200

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 29, 2008 8:23 am (PDT)

Assalamu'alaikum wrwb

Bagi teman-teman penulis yang karyanya terpilih dalam buku antologi ini dan
sudah membayar investasi, mohon dengan sangat kerjasamanya untuk memberikan
konfirmasi & bukti transfernya *hanya* melalui email di
antologi_sk@yahoo.com atau via fax di 021-6009305 atau 021-6006944.
Mohon mengikuti petunjuk seperti yang sudah dikirimkan via japri pada
teman-teman yang karyanya terpilih.

*Panitia kembali memberitahukan bahwa Panitia tidak menerima konfirmasi
pembayaran via sms atau telepon.

*Dan karena buku antologi ini sudah harus segera dicetak dan diterbitkan,
mohon bantuan dan kerjasama dari teman-teman semua agar segala sesuatunya
dapat berjalan lancar.

Berikut daftar penulis yang *sudah membayar investasi dan memberikan
konfirmasi pembayarannya via email atau fax* per 29 Juni 2008:

1) Jenny Jusuf
2) Benny Oktaviano
3) Dewi Cendika (Ichen)
4) Regantini
5) Retno (2 tulisan)
6) Catur
7) Hasan Bisri
8) Ayong
9) Lukman Hadi
10) Yudhi Mulianto
11) Setta
12) Nera Andiyanti
13) Bu Has
14) Lia (2 tulisan)
15) Inna Putri
16) Sismanto
17) Dani
18) Endah
19) Arham
20) Wildan Fikri
21) Syafaatus
22) Divin
23) Nabilah
24) Nana S
25) Novi Khansa
26) Listya
27) Dyah Zakiati
28) Lilyani Taurisia
29) Azwar Nazir
30) Sunu Hadi
31) Andhini Putri
32) Rachmad Jr
33) Febty
34) Nia Robie'
35) Siwi (2 tulisan)
36) Sayyid Madany Syani
37) Asma Sembiring

Terima kasih banyak sebelumnya atas bantuan dan kerjasamanya.

Salam
Panitia Sie Launching Buku Antologi SK
13b.

Gema Kehidupan

Posted by: "Mied" mid_sirait@yahoo.com   mid_sirait

Sun Jun 29, 2008 8:43 am (PDT)



Gema Kehidupan 
Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. "Aduhh!" jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah sangat terkejut, ketika mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, "Aduhh!"
Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei! Loe siapa?" Jawaban yang terdengar, "Hei! Loe siapa ?" Saking kesal mengetahui suaranya selalu ditiru, si anak berseru, "Pengecut loe !" Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, "Apa yang terjadi?" Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!"
Suara di kejauhan menjawab, "Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!" Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!" Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN."Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu
 
Sumber: Tidak diketahui
 

 
Cara kita melihat mempengaruhi apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan mempengaruhi apa yang kita dapatkan.
 

13c.

Re: Gema Kehidupan

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 5:29 pm (PDT)

Kamu luar biasa. Kamu hebat. Terima kasih, kamu telah memberikan ilmu baru buatku (ini gema lhoooo ^_^)

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: Mied <mid_sirait@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Sunday, June 29, 2008 10:43:02 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] Gema Kehidupan

Gema Kehidupan
Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. "Aduhh!" jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah sangat terkejut, ketika mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, "Aduhh!"
Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei! Loe siapa?" Jawaban yang terdengar, "Hei! Loe siapa ?" Saking kesal mengetahui suaranya selalu ditiru, si anak berseru, "Pengecut loe !" Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, "Apa yang terjadi?" Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!"
Suara di kejauhan menjawab, "Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!" Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!" Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN."Kehidupa n memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu

Sumber: Tidak diketahui

________________________________


Cara kita melihat mempengaruhi apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan mempengaruhi apa yang kita dapatkan.



14a.

Aku Bosen ma eSKa

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Jun 29, 2008 5:03 pm (PDT)

---Aku Bosen ma eSKa---

"Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?"
"Gak, ada beragam tulisan dan orang di sana, jadi betah-betah aja"
"Hmmm…aku koq bosen yah?"
"Hehehe…kalo bosen bukan berarti
ditinggalkan kan?
tapi coba dilawan"

***

Bosen?! Yup, aku pernah merasakan bosan saat
menatap deretan puanjang tumpukan email dengan subyek diawali
[sekolahkehidupan]. Mataku menatap tak berselera, tanganku hanya terdiam tanpa
merasa perlu meng-klik untuk sekedar membaca. Keengganan yang kerap kali
mendatangi saat langkah tertapak di area jenuh.

Sebenarnya kejadian seperti ini tidak
terjadi sekali dua kali, tapi seringkali. Dan rasa itu datang saat aku tidak
menemukan sesuatu yang menarik di sekolahku, saat hanya ada suasana yang
mengalir datar terhembus di sana.
Tak jarang muncul pertanyaan, "kenapa gak kamu buat suasana kelasmu jadi
menarik." Sunyi…tak ada jawaban yang tertulis di kepala.

Atau seperti milad eSKa, perasaan ingin sekali
berteriak, "Woy!! eSKa mau MILAD!! Koq sepi seh!!" dan kenapa hanya
mereka-mereka itu satu saja yang berkoar-koar tiada henti. Muncul lagi
pertanyaan, "Lah, kamu gimana Sin?" Bibir pun tak mampu berucap.

Kemudian terlontarlah pertanyaan "Mbak,
pernah ngerasa bosen gak di SK?" yang keluar begitu saja saat berbincang dengan
mbak yu penghuni lama, mbak yang sudah menjadi 'sayang'ku di eSKa hampir 1,5
tahun.

Tapi taukah kau?

Berkali-kali kebosanan, kejenuhan, kemalasan
menghampiriku, berpura-pura memeluk dan mengajakku menjauh dari eSKa.
Berkali-kali pula senyuman, persahabatan, pelukan merebutku untuk kembali
mendekat. Persahabatan yang disisipkan dari SMS, email, telepon, sekedar
menanyakan "kemana aja? Koq gak pernah nongol?"; atau "udah baca tulisanku yang
ini gak? Baca donk kasih pendapat sekalian" [padahal nulis aja masih blom gape];
atau kepercayaan berupa amanah, "Sin, bantu ini ya," yang secara otomatis semua
itu mementalkan keenggananku membuka email yang setiap menit selalu bertambah.

Memory pun berputar, mengingat bahwa semua persahabatan
itu tidak didapatkan dengan sekejap. Persabahatan yang terbentuk dari
komunikasi. Komunikasi yang berulang-ulang. Komunikasi yang terkadang hanya
berupa reply-reply gokil, say hello di kotak YM, sambutan selamat datang,
sampai ke taraf share dan perhatian.

Komunikasi timbal balik ini perlahan-lahan
mematrikan kalimat "lo sodara gw" di hati terdalamku. Dan saat semakin banyak
patrian, kalimat itu pun berkumpul dan berkembang tanpa sadar menjadi patrian
"ini keluarga gw". Terbentuklah keterikatan.

Aku sadar setiap orang memiliki titik jenuh,
titik bosan, tapi keterikatan dapat mengubah sosok suram bernama bosan menjadi sang
rindu yang tersenyum sipu ^_^

--Make
comfort home for all--

*sebuah tulisan untuk semua
sahabat eSKa [aktif ato pasif, baru ato lama, tua ato muda ;p] terima kasih
atas berjuta mutiara kehidupan dan perhatian yang ditebarkan dengan penuh
persahabatan.

Rancabolang, Jumadil Tsaniyah 1429H
Salam,
Sinta

Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^

www.sinthionk.rezaervani.com
www.sinthionk.multiply.com

14b.

Re: Aku Bosen ma eSKa

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun Jun 29, 2008 5:11 pm (PDT)

Aku juga kadang bosen sama sinta
wakakak :D

ya, semua orang punya titik jenuh, apalagi kalo beban bertubi2, halah,
sok serius :D

tapi, beneran, sih.....

Hmmm....

cuma mikir aja, sebagai seorang yang suka baca n nulis, enak aja baca
n nulis, walau kadang ngantuk (lha, opo toh iki) :D

Hihihih,
dari menulis aja, bisa bermanfaat buat yang lain (semoga)
dan ketika membaca jadi mendapatkan manfaat (makasi)

Tahu, ga... aku amazing di eska, ga hanya via mp, ym, offline, sms,
dll, tapi donasi buku :D... tuh, sekardus gede, numpuk :P

subhanallah........

terima kasih eska, mengajarkanku banyak cinta yang tak perlu patah
(halah, opo lagi sih ini)

salam
novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ukhti hazimah
<ukhtihazimah@...> wrote:
>
> ---Aku Bosen ma eSKa---
>
>
> "Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?"
> "Gak, ada beragam tulisan dan orang di sana, jadi betah-betah aja"
> "Hmmm…aku koq bosen yah?"
> "Hehehe…kalo bosen bukan berarti
> ditinggalkan kan?
> tapi coba dilawan"
>
> ***
>
> Bosen?! Yup, aku pernah merasakan bosan saat
> menatap deretan puanjang tumpukan email dengan subyek diawali
> [sekolahkehidupan]. Mataku menatap tak berselera, tanganku hanya
terdiam tanpa
> merasa perlu meng-klik untuk sekedar membaca. Keengganan yang kerap kali
> mendatangi saat langkah tertapak di area jenuh.
>
> Sebenarnya kejadian seperti ini tidak
> terjadi sekali dua kali, tapi seringkali. Dan rasa itu datang saat
aku tidak
> menemukan sesuatu yang menarik di sekolahku, saat hanya ada suasana yang
> mengalir datar terhembus di sana.
> Tak jarang muncul pertanyaan, "kenapa gak kamu buat suasana kelasmu jadi
> menarik." Sunyi…tak ada jawaban yang tertulis di kepala.
>
> Atau seperti milad eSKa, perasaan ingin sekali
> berteriak, "Woy!! eSKa mau MILAD!! Koq sepi seh!!" dan kenapa hanya
> mereka-mereka itu satu saja yang berkoar-koar tiada henti. Muncul lagi
> pertanyaan, "Lah, kamu gimana Sin?" Bibir pun tak mampu berucap.
>
> Kemudian terlontarlah pertanyaan "Mbak,
> pernah ngerasa bosen gak di SK?" yang keluar begitu saja saat
berbincang dengan
> mbak yu penghuni lama, mbak yang sudah menjadi `sayang'ku di eSKa
hampir 1,5
> tahun.
>
> Tapi taukah kau?
>
> Berkali-kali kebosanan, kejenuhan, kemalasan
> menghampiriku, berpura-pura memeluk dan mengajakku menjauh dari eSKa.
> Berkali-kali pula senyuman, persahabatan, pelukan merebutku untuk
kembali
> mendekat. Persahabatan yang disisipkan dari SMS, email, telepon, sekedar
> menanyakan "kemana aja? Koq gak pernah nongol?"; atau "udah baca
tulisanku yang
> ini gak? Baca donk kasih pendapat sekalian" [padahal nulis aja masih
blom gape];
> atau kepercayaan berupa amanah, "Sin, bantu ini ya," yang secara
otomatis semua
> itu mementalkan keenggananku membuka email yang setiap menit selalu
bertambah.
>
> Memory pun berputar, mengingat bahwa semua persahabatan
> itu tidak didapatkan dengan sekejap. Persabahatan yang terbentuk dari
> komunikasi. Komunikasi yang berulang-ulang. Komunikasi yang
terkadang hanya
> berupa reply-reply gokil, say hello di kotak YM, sambutan selamat
datang,
> sampai ke taraf share dan perhatian.
>
> Komunikasi timbal balik ini perlahan-lahan
> mematrikan kalimat "lo sodara gw" di hati terdalamku. Dan saat
semakin banyak
> patrian, kalimat itu pun berkumpul dan berkembang tanpa sadar
menjadi patrian
> "ini keluarga gw". Terbentuklah keterikatan.
>
> Aku sadar setiap orang memiliki titik jenuh,
> titik bosan, tapi keterikatan dapat mengubah sosok suram bernama
bosan menjadi sang
> rindu yang tersenyum sipu ^_^
>
> --Make
> comfort home for all--
>
> *sebuah tulisan untuk semua
> sahabat eSKa [aktif ato pasif, baru ato lama, tua ato muda ;p]
terima kasih
> atas berjuta mutiara kehidupan dan perhatian yang ditebarkan dengan
penuh
> persahabatan.
>
> Rancabolang, Jumadil Tsaniyah 1429H
> Salam,
> Sinta
>
>
>
> Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
> ^_^
>
> www.sinthionk.rezaervani.com
> www.sinthionk.multiply.com
>

14c.

Re: Aku Bosen ma eSKa

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 5:13 pm (PDT)

terharu hiks...
iya sin, aku juga pernah merasa bosan...
dan kamu tahu itu, saat kamu juga menanyakan aku yang tiba2 menghilang di
penghujung tahun 2007 lalu...
sampai punya niatan unsubscribe dari sk..
tapi... kalo dipikir-pikir buat apa?
aku dapet semua, dan aku menamainya "gilanya gila dunia maya"
memiliki apa yang gak pernah aku bayangkan sebelumnya, dan kadang juga harus
melepas apa yang aku tidak mau lepas.. hi..hi.. masa lalu, yang sekarang
begitu nampak indah, karena persaudaraan..
untuk banyak orang atas sms2nya, telpon2nya, ym2nya, email2nya, tulisan2nya,
kejutan2nya, rasa sayang dan cintanya, kepercayaan2nya, nasihat2nya, dan
juga pulsa2nya (serius inih.. hi..hi.. orang2 itu baik bener sampe transfer
pulsa).. de-es-be pokoknya...

aku mau teriak!!!! aku kangeun dengan suasana yang dulu dan sekarang!!!
dan aku mau teriak!!! gabung yuk di milad sk!!

hugsssssssssssssssssss with love...
neng nia

Pada 30 Juni 2008 07:03, ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com> menulis:

> ---*A*ku *B*osen *m*a e*SK*a---
>
>
>
>
> "Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?"
>
> "Gak, ada beragam tulisan dan orang di sana, jadi betah-betah aja"
> "Hmmm…aku koq bosen yah?"
>
> "Hehehe…kalo bosen bukan berarti ditinggalkan kan? tapi coba dilawan"
>
>
>
> ***
>
>
> .
>
>
>
15.

[woro-woro] peserta milad yang udah transfer -new-

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Jun 29, 2008 5:06 pm (PDT)

Assalamu'alaikum
wr wb……
pagi...siang...sore...malem...

Daftar
peserta yang sudah transfer pendaftaran milad SK:
1. Catur
2.. Retno
3. Regantini
4. Regantini
partner
5. R.
Widhiatma
6. Robiah
al Adawiyah
7. Sinta
8. Teha Sugiyo
9. Dyah Zakiyah
10. Fiyan
11. ....

Note:
Warna
menunjukkan tempat transfer

1) Kartina Haswanto, Bank BCA Sentra Mulia Kuningan Jakarta
no. rekening 217-1493856

2) Nia Robiatun Jumiah, Bank Mandiri,kcp jkt cimanggis
no. rekening 157-00-0084869-8

3) Sinta Nisfuanna, Bank Muamalat,
no rekening 601923 901 9198899

Setelah
transfer, mohon mengirimkan sms konfirmasinya pada Sinta (085648485428/02292321429) disertakan info kemana sobat transfer
duitnya. Bukti transfer mohon dikirimkan via email Sinta di sinthionk @ gmail dot com (tanpa spasi) atau dapat diserahkan ke bendum pada hari H.

Salam,
Sinta,
(salah satu) bendahara alias tukang tagih

Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^

www.sinthionk.rezaervani.com
www.sinthionk.multiply.com

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

Instant smiles

Share photos while

you IM friends.

Best of Y! Groups

Discover groups

that are the best

of their class.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Blockbuster is giving away a FREE trial of - Blockbuster Total Access.

Tidak ada komentar: