Senin, 30 Juni 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2076

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit! From: novi_ningsih
1b.
Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit! From: teha
2a.
Re: Aku Bosen ma eSKa From: dyah zakiati
2b.
Re: Aku Bosen ma eSKa From: ugik madyo
3a.
Re: (Selingan) Berbuat Baik From: dyah zakiati
4a.
(Esai) Temanggung, Tak Seperti Yang Dulu Lagi From: setyon65
4b.
Re: (Esai) Temanggung, Tak Seperti Yang Dulu Lagi From: Nursalam AR
5a.
Re: oase : Kisah Sepatu Tua From: Nursalam AR
6.
(Milad Eska) Hehehe, formulir lagiiii, yang belum mengirimkan baca y From: dyah zakiati
7a.
[revisi] Pembayaran Investasi Buku Antologi Sekolah Kehidupan Per 29 From: Lia Octavia
8a.
Gatal From: INDARWATI HARSONO
8b.
Re: Gatal From: Syafaatus Syarifah
8c.
Re: Gatal From: teha
9.
Urusan Ranjang From: INDARWATI HARSONO
10a.
Re: APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK 2? From: Andri Triwidyastuti
11a.
Bls: [sekolah-kehidupan] Aku Bosen ma eSKa From: bujang kumbang
12a.
[cerita pendek, deh] Permen Coklat From: heri purwoko
12b.
Re: [cerita pendek, deh] Permen Coklat From: Nia Robiatun Jumiah
13a.
(SK Idol) (Cuma) Seorang Tukang Curhat From: Jenny Jusuf
13b.
Bls: [sekolah-kehidupan] (SK Idol) (Cuma) Seorang Tukang Curhat From: bujang kumbang
14a.
Bls: [sekolah-kehidupan] [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langi From: bujang kumbang
15a.
Re: [DIARY] Menikah Bukan Sekedar Ingin From: sasa909691
16.
[problem solving] Proyek Pencarian Jodoh From: sasa909691
17.
83 Buku dalam Setahun! (Daftar Buku-Buku yang telah Kubaca) From: rafif_amir
18.
Sajak tentang BANGKIT INDONESIA From: duddy indarto

Messages

1a.

Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun Jun 29, 2008 5:34 pm (PDT)

iya, ih merinding...
berkaca-kaca juga malah

subhanallah.....

mbak liaaaaaa

*mode.speechless.on

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!*
>
> * *
>
> *Oleh Lia Octavia*
>
>
>
>
>
> "Kak, mau ikut arung jeram di Citarik, nggak?" tanya
adikku sore
> itu. Wajah Andi, adik laki-lakiku satu-satunya tampak bersinar
ditimpa sinar
> mentari yang kemerahan. Sambil bersiul-siul, ia sibuk mengepak
barang-barang
> ke dalam tas ranselnya. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil
menonton Andi
> berkemas-kemas.
>
> "Arung jeram? Ah…Nggak ah… Aku takut!" jawabku sambil
tersenyum.
> Seperti halnya aku, Andi juga salah seorang aktivis di beberapa
organisasi
> kepemudaan. Ia bersama sekitar empat puluh muda-mudi lainnya dari sebuah
> organisasi hendak berekreasi arung jeram di Citarik esok harinya. Suatu
> rekreasi yang berbahaya, setidaknya begitu menurutku. Atau mungkin
aku yang
> memang tidak punya cukup nyali untuk melakukan kegiatan yang dapat
memompa
> adrenalin dan membuat jantung berdegup kencang.
>
> "Boleh pinjam *sunblock*-nya, Kak? Juga pinjam Hazeline
dan *body
> lotion,* ya? Aku nggak mau kulitku jadi merah terbakar matahari nanti,"
> tanya Andi.
>
> "Boleh! Boleh! Ambil aja! Hati-hati ya selama di sana.
Perginya
> jam berapa?"
>
> "Jam lima pagi besok. Cuma seharian kok. Sorenya
langsung pulang
> lagi ke Jakarta," jawab Andi sambil menjejalkan *sunblock*,
Hazeline, *body
> lotion *ke dalam ranselnya sambil bernyanyi-nyanyi riang. Ia sangat
> menanti-nantikan acara itu. Sudah lama ia kepingin berarung jeram dan
> sebentar lagi keinginannya menjadi kenyataan. Atau nyaris menjadi
kenyataan.
> Kita takkan pernah tahu.
>
> Malam itu, kami berdua duduk di teras depan rumah sambil memandangi
bintang
> yang bertaburan di langit pekat.
>
> "Kak, lihatlah bintang yang di sebelah sana. Yang paling terang. Aku
ingin
> melompat dan meraihnya," ujar Andi. Aku tersenyum pada adikku yang
sedang
> meniti pelangi masa depannya. Sejak ia menyelesaikan kuliahnya,
sudah hampir
> setahun ini ia bekerja di sebuah perusahaan asing yang berpusat di
negeri
> Paman Sam dan sebentar lagi akan dipromosikan untuk naik jabatan. Ah,
> bintang itu begitu cemerlang di atas sana. Kerlipannya juga begitu
> mengundang bagi siapa saja untuk meraihnya.
>
> "Kalau kau melompat, bawakan aku satu bintang, ya!" ujarku sambil
> mengacak-acak rambut adikku. Hari pun berlalu dengan asa yang
membuncah.
>
> Ketika aku bangun tidur keesokan paginya, Andi sudah
berangkat
> ke Citarik bersama teman-temannya dengan dua bus besar dan dua mobil
> pribadi. Ah, Minggu pagi yang cerah. Aku melihat jam dinding. Hampir
pukul
> setengah sembilan. Menurut rencana, rombongan akan tiba di lokasi
sekitar
> jam setengah sepuluh. *Ia pasti sedang* *bersenang-senang sekarang*,
> pikirku.
>
> Saat aku sedang menikmati sarapan pagi, tiba-tiba telepon berdering.
Tanpa
> pikir panjang, aku segera meraih gagang telepon. Dan duniaku tak
sama lagi
> setelah mendengar apa yang terjadi.
>
> Di ujung telepon, kudengar suara adikku yang panik, parau,
> bercampur tangis dan teriakan kesakitan. Dengan terbata-bata ia
menceritakan
> apa yang baru saja terjadi. Bus yang ditunpanginya jatuh terguling
ke dalam
> jurang di dekat Citarik. Remnya blong dan sopir bus tidak dapat
> mengendalikan kendaraan. Tiga orang teman Andi meninggal dunia di tempat
> kejadian. Deg! Jantungku serasa meluncur ke bawah. Jatuh ke dalam lorong
> gelap yang nyaris tak bertepi. Mulutku kering dan otakku rasanya sulit
> diajak berpikir. Dengan segenap daya upaya, aku berusaha keras
mengendalikan
> diri dan menanyakan keadaan adikku. Andi dibawa ke rumah sakit Pelabuhan
> Ratu oleh penduduk setempat dan ia tak dapat bicara banyak karena
darah yang
> terus mengucur dari mulutnya. Mimpi buruk yang menjadi nyata.
>
> Kemudian, segalanya terjadi mirip gerakan lambat di film. Ibu langsung
> berangkat ke Sukabumi siang itu juga sementara aku diminta menjaga rumah
> dulu. Jerit tangis dan teriakan histeris mewarnai Minggu pagi
berdarah itu.
> Jam berdetik dalam kabut. Bau kematian merebak di mana-mana. Kabar yang
> terakhir kudengar, sudah empat orang dipanggil pulang ke Sang Pencipta.
>
> Karena kondisi Andi yang cukup parah, ia dipindahkan ke
Rumah
> Sakit Islam Assyifa Sukabumi dan tidak diperbolehkan dibawa pulang ke
> Jakarta. Ia mengalami pendarahan hebat pada kedua kakinya. Dokter
tidak mau
> mengambil resiko. Andi harus dioperasi malam itu juga. Aku terjaga
> semalaman. Malam itu, aku seakan dapat mendengar teriakan malaikat maut
> berkelebat di luar kamar operasi. Malam itu, kesadaran penuh
menghampiriku.
> Bahwa betapa fananya hidup di dunia ini.
>
> Keesokan harinya, aku menyusul ke Sukabumi. Dalam
perjalanan,
> aku melihat kecelakaan itu menjadi berita utama di sebuah harian ibukota
> disertai sebuah foto korban. Foto adikku. Aku langsung dapat
mengenalinya
> walau ia tergeletak di tempat tidur dengan berlumuran darah dan kedua
> kakinya di*gips*. Aku takut. Aku takut melihat darah. Dan aku lebih
takut
> lagi melihat kondisi Andi. *Bagaimana aku dapat* *menghadapinya?*
Berbagai
> pikiran berkelebat dibenakku. Tak banyak yang dapat kulakukan saat itu.
> Hanya berpasrah dan menyebut nama-Nya.
>
> Setibaku di rumah sakit Sukabumi, aku melihat kondisi Andi yang
lebih baik
> mati daripada hidup. Paha kanannya patah, kaki kirinya robek dari paha
> hingga betis dan baru saja dioperasi untuk menghentikan pendarahan.
Wajahnya
> biru lebam dengan kedua bola mata bengkak, tulang pipi kanan hancur,
rahang
> yang patah, mulut bagian dalam yang robek serta sekujur tubuh penuh luka
> gores dan bekas pecahan kaca.
>
> Sesaat setelah kecelakaan, Andi keluar dari bus yang naas itu dengan
> memecahkan kaca jendela. Bahkan dalam kondisi berlumuran darah, ia
berusaha
> menyelamatkan seorang temannya yang tertindih badan bus. Untung tak
dapat
> diraih, malang pun tak dapat ditolak. Andi tidak kuat menarik tubuh
temannya
> itu dan akhirnya temannya meninggal dunia di situ diiringi lolongan
> menyayat adikku.
>
> Menangis? Aku tidak sanggup menangis saat Andi memelukku dan aku
mengatakan
> padanya bahwa ia akan segera sembuh dan segalanya akan baik-baik
saja. Melihat
> wajah adikku yang nyaris tak dapat dikenali dan selang-selang di
sekeliling
> tubuhnya, seluruh hatiku luruh menghempas bumi. Beribu tanya
menerpaku. *Apakah
> Andi bisa berjalan lagi? Apakah ia bisa sembuh seperti sedia kala,
bekerja
> seperti semula dan apakah ia bisa melompat meraih bintang? Bintang
yang kami
> lihat bersama di malam terakhir sebelum peristiwa itu.*
>
> Saat aku membereskan tas ransel adikku, barulah aku bisa menangis
> sepuas-puasnya. Aku melihat *sunblock*-ku, Hazeline dan *body
lotion* yang
> masih tersimpan di dalamnya. Utuh. Hanya sedikit kotor. Aku ingat
sore itu
> dan malam hari yang kami habiskan bersama. Keadaan yang sekarang
terbalik
> seratus delapan puluh derajat.
>
> Ibu dan aku menjaga Andi di rumah sakit siang dan malam. Bergantian.
> Menemani, menghibur, memberi semangat atau sekedar bercerita tentang
dunia.
> Aku mendengar mimpi-mimpi buruk Andi hampir tiap malam. Terkadang
aku tak
> kuat menahan tangis kala menatap wajahnya yang nyaris tak berbentuk.
*Siapa
> yang akan menyukainya? Mencintainya? Dengan wajah seperti itu?* Tapi
Andi
> ternyata lebih kuat dari yang kubayangkan.
>
> Ia kembali menjalani operasi di hari berikutnya. Ia sama sekali tidak
> mengeluh. Kali ini operasi paha kanannya yang patah. Dokter memasang
pen di
> dalamnya Ibu dan aku meniti detik demi detik dalam penantian yang
nyaris tak
> tertahankan di luar kamar operasi. Saat itu, tak kurang dari delapan
kantong
> darah ditransfusikan pada tubuh adikku. Malam itu, aku bersujud dengan
> segala kerendahan hati pada Sang Maha Cintaku yang atas kehendak-Nyalah
> operasi Andi yang kedua berjalan lancar.
>
> Keesokan harinya, tiba-tiba Andi berkata padaku bahwa ia ingin melihat
> wajahnya di cermin. Aku menatap Andi sambil menahan tangis. Kedua
matanya
> yang bengkak lebam memandangku dengan berkaca-kaca.
>
> "Kak, separah itukah wajahku sehingga tidak seorang pun bersedia
meminjamkan
> cermin padaku? Sehancur itukah wajahku?" tanya Andi terbata-bata.
Jahitan di
> dalam rongga mulutnya membuat Andi sulit berkata-kata.
>
> "Tidak! Tentu saja tidak! Bagiku, kau tetap adikku yang tampan dan
sangat
> tabah. Kau hebat! Kau tahu itu. Aku yakin kau kuat melewati semuanya
ini,"
> hiburku sambil menggenggam tangannya erat-erat. Andi meringis. Atau
> tersenyum? Sungguh sulit kubedakan saat itu.
>
> Setelah berdiskusi panjang dengan dokter yang merawat Andi, akhirnya
kami
> memutuskan membawa Andi pulang ke Jakarta. Selain dekat dengan
rumah, sebisa
> mungkin kami ingin menjauhkannya dari tempat kejadian kecelakaan
itu. Siang
> itu, dengan sebuah mobil ambulance, Andi dibawa pulang ke Jakarta.
>
> "Kak, apakah aku pulang ke rumah?" tanya Andi sepanjang perjalanan. Aku
> mengangguk sambil tersenyum. "Sungguh tak kusangka, aku harus pulang
dari
> Sukabumi dengan ambulance," sambungnya. "Rasanya baru kemarin aku
melewati
> jalan yang sama dari arah yang berlawanan, di dalam bus, dengan
> teman-temanku. Dan kini… Lihatlah aku, Kak. Entah bagaimana hidupku
> selanjutnya. Bagaimana keadaan teman-temanku?"
>
> Aku menatap Andi dengan perasaan bercampur baur. Dari kabar yang
kuterima,
> keadaan teman-teman Andi juga bisa dikatakan tidak baik. Ada yang masih
> belum siuman, ada yang matanya menjadi buta, ada yang tulang punggungnya
> retak dan kemungkinan besar tidak dapat berjalan kembali dan masih
banyak
> lagi. Mereka dirawat di berbagai rumah sakit di Jakarta.
>
> "Mereka juga pulang ke Jakarta naik ambulance," jawabku mencoba
bercanda.
> Andi tersenyum getir. Setiba di Jakarta, Andi langsung masuk Rumah
Sakit St
> Carolus untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
>
> Hari-hari selanjutnya sungguh tidak mudah bagi kami semua. Biaya
pengobatan
> adikku sungguh tidak murah. Beruntung Andi mendapat santunan
asuransi dari
> tempatnya bekerja. Biaya kedua operasi yang terdahulu dibayarkan
oleh pihak
> asuransi. Menurut ahli tulang yang merawat adikku, Andi harus dioperasi
> rahangnya yang patah. Andi terhenyak mendengar ia harus kembali
menjalani
> operasi.
>
> "Ibu, aku takut!" ujar Andi pada Ibu. Aku benar-benar salut pada
ketabahan
> dan ketenangan Ibu. Walaupun aku sering memergoki Ibu menangis
diam-diam di
> kamar kecil namun Ibu menyalakan semangat pantang menyerah yang luar
biasa
> dan berkobar-kobar pada adikku.
>
> Ibu mengelus wajah Andi yang nyaris tak berbentuk dengan penuh sayang.
> Kepalanya plontos. Luka jahitan di kedua kakinya masih belum kering.
> Tubuhnya masih babak belur. Andi masih belum dapat bangun dari
tempat tidur.
>
>
> "Jagoan Ibu. Jagoan kecil Ibu yang sudah dewasa. Kau sudah berhasil
keluar
> dari bus itu, Sayang. Kau juga dengan berani menolong temanmu. Kau
menjalani
> kedua operasi terdahulu dengan kuat dan tabah. Kau anak lelaki
kebanggaan
> Ibu. Ibu bangga padamu, Nak!" kata Ibu lembut. "Saat ini, kau berada
dalam
> penanganan para dokter yang ahli. Mereka mengusahakan yang terbaik
untukmu.
> Berdoalah, Sayang. Tuhan selalu mendengarkan doa hamba-hamba-Nya.
Ibu ada di
> sini. Selalu ada di sini menemanimu."
>
> Andi menjalani operasinya yang ketiga. Operasi rahang. Hampir lima
jam tim
> dokter bekerja di dalam ruang operasi. Operasi kali ini lebih lama
dari yang
> sebelumnya karena operasi ini adalah operasi plastik untuk mengembalikan
> bentuk rahang adikku. Aku menatap wajah Ibu yang letih karena
berhari-hari
> kurang tidur. Ia terlihat tegang dan tak henti-hentinya berdoa.
Kutatap awan
> tak berarak di luar jendela. Aku tak tahu apa yang akan terjadi
nanti, tapi
> yang kutahu pasti, waktu terus berjalan, tak berhenti sedetik pun.
Dan badai
> ini pasti akan segera berlalu.
>
> Begitulah hari-hari yang kemudian kami jalani. Bolak balik dari rumah ke
> rumah sakit. Pagi, siang, sore, malam. Hari dan tanggal silih berganti.
> Begitu juga teman-teman dan saudara-saudara kami datang silih berganti
> menjenguk Andi. Seminggu setelah operasi Andi yang ketiga, dokter
mengatakan
> bahwa Andi harus kembali menjalani operasi untuk memperbaiki tulang
pipinya
> yang hancur.
>
> Di malam sebelum operasi, kami berdua berbincang-bincang sambil menatap
> keluar dari jendela kamar Andi. Bintang-bintang. Bertaburan di
langit pekat.
> Mirip seperti malam di teras depan rumah kami dulu.
>
> "Kak, lihatlah bintang itu. Itu bintang yang pernah kulihat di depan
rumah
> kita dulu," ujar Andi. "Waktu itu, aku begitu bahagia. Cahaya seakan
> membentang luas di hadapanku. Siap untuk dilalui, siap untuk
dilompati. Dan
> aku siap melompat setinggi langit, memetik bintang dan membawakannya
untuk
> Kakak."
>
> Andi memandang kedua kakinya. "Entah apakah aku bisa berjalan lagi.
Apalagi
> melompat dan berlari. "
>
> "Kau pasti bisa berjalan lagi!" tukasku. "Dokter mengatakan bahwa kedua
> kakimu sudah menunjukkan banyak kemajuan yang sangat berarti.
Nantinya kau
> memerlukan terapi agar dapat berjalan kembali."
>
> Andi tersenyum tabah. "Kak, besok aku harus kembali dioperasi.
Setidaknya,
> wajahku tidak seburuk dulu kan?"
>
> Aku tersenyum. Wajah Andi memang sudah kelihatan bentuknya setelah
rahangnya
> dioperasi. Kedua matanya sudah kembali ke bentuknya semula. Sungguh
aku tak
> henti-henti bersyukur; dari semua luka-luka luar di sekujur
tubuhnya, Andi
> tidak mengalami luka dalam.
>
> "Tidak. Wajahmu tidak seburuk itu," jawabku tegas. "Tunggu saja.
Akan banyak
> gadis-gadis yang berusaha memikat hatimu."
>
> Andi tertawa pelan. "Kak, aku sayang padamu. Aku juga sayang Ibu,"
ujarnya
> sambil menoleh pada Ibu yang tertidur di kursi.
>
> Keesokan harinya, kami mengiringinya menuju kamar operasi. Sambil
> menggenggam tangan Ibu erat-erat, Andi berkata bahwa ia akan membawakan
> oleh-oleh untukku nanti. "Aku tunggu oleh-olehmu, Andi," kataku sambil
> mengedipkan mata.
>
> Entah oleh-oleh apa yang dimaksud Andi. Aku tidak menanyakan padanya
lebih
> lanjut karena seusai operasinya yang keempat, keluarga kami lebih
> dipusingkan oleh biaya rumah sakit yang membengkak. Tuhan Maha Adil.
Hanya
> karena pertolongan dan bantuan-Nya-lah, kami dapat membayar tagihan
rumah
> sakit. Sahabat-sahabat Andi menggalang dana dengan mengadakan berbagai
> kegiatan dan hasilnya diserahkan untuk biaya pengobatan Andi. Juga
bantuan
> dari perusahaan tempat Andi bekerja. Satu bulan penuh Andi dirawat
di rumah
> sakit. Dan tepat di hari ketiga puluh satu, Andi pulang ke rumah.
>
> Andi pulang dengan duduk di kursi roda. Diiringi seluruh kerabat dan
> sahabat-sahabat kami, tetangga-tetangga kami, Ibu dan aku menghantarnya
> keluar dari badai itu dan kemudian bersama-sama menantikan datangnya
> pelangi.
>
>
>
> ********
>
> *Tiga puluh bulan kemudian…*
>
> Andi mengajak Ibu dan aku makan malam bersama. Hari itu, ia diterima
bekerja
> di sebuah perusahaan asing yang lain. Ia diangkat menjadi seorang
> manajer.
> "Kecil-kecil kok sudah jadi manajer?" goda Ibu. "Apa kamu sanggup
> bertanggung jawab atas sekian banyak orang yang berada di *divisi*-mu?"
>
> Andi tertawa kecil. "Bukankah aku jagoan kecil Ibu? Kalau ibunya saja
> seperti Ibu, bagaimana anaknya?"
>
> Malam itu, Andi membawa kami ke sebuah rumah makan sederhana yang
terletak
> agak di luar kota. Rumah makan itu berada di atas sebuah bukit kecil
dengan
> pemanandangan kota yang terhampar di bawahnya. Jutaan lampu
berkelap-kelip
> mewarnai bumi yang membentang.
>
> "Kak, aku hendak menunjukkan sesuatu padamu," Andi mengajakku ke
loteng atas
> rumah makan itu. Ada sebuah teropong terpasang di situ.
>
> "Kak, masih ingat janjiku di rumah sakit dulu? Waktu aku hendak
dioperasi
> untuk keempat kalinya? Aku berjanji akan membawakanmu oleh-oleh,"
sambung
> Andi.
>
> "Oleh-oleh?" tanyaku heran. Aku benar-benar lupa tentang oleh-oleh itu.
>
> "Iya. Oleh-oleh.," sambungnya sambil tersenyum. Kutatap wajah Andi yang
> sumringah. Operasi plastik itu sungguh berhasil. Rahang yang mulus,
tulang
> pipi yang kembali menonjol, kedua kaki Andi yang sudah dapat berjalan
> kembali setelah selama hampir setahun menggunakan tongkat dan kursi
roda.
> Rasanya itu oleh-oleh paling sempurna yang pernah dibawakan Andi
untukku.
>
> "Kak, lihatlah melalui teropong ini. Kubawakan bintang dari langit
untukmu!"
>
>
> Aku mengintip malu-malu melalui teropong tersebut. Bintang yang paling
> terang sinarnya itu ternyata tengah tersenyum kepadaku...
>
>
>
>
>
> Jakarta, 5 Desember 2007
>
> This story is dedicated to my brother with lots of love.
>
> For the memories of his accident in 2005.
>
>
>
> **********
>

1b.

Re: [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!

Posted by: "teha" teha.sugiyo@toserbayogya.com

Sun Jun 29, 2008 7:58 pm (PDT)


kisah indah yang sayang jika dilewatkan begitu saja. bravo lia. hidup
ini begitu indah jika diwarnai oleh cinta. sukses selalu untuk Anda.

dyah zakiati wrote:
> hiks.... hiks.... hiks...
> huaaa, aku terharu banget mbak Lia, bacanya. Mataku berkaca-kaca,
> tenggorokanku tercekat.
>
>
> ----- Original Message ----
> From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail. com>
> To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com>; kabinet
> eska <kabinet.eska@ gmail.com>
> Sent: Sunday, June 29, 2008 7:02:16 PM
> Subject: [sekolah-kehidupan] [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!
>
> * Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit! *
>
> * Oleh Lia Octavia *
>
> "Kak, mau ikut arung jeram di Citarik, nggak?" tanya
> adikku sore itu. Wajah Andi, adik laki-lakiku satu-satunya tampak
> bersinar ditimpa sinar mentari yang kemerahan. Sambil bersiul-siul, ia
> sibuk mengepak barang-barang ke dalam tas ranselnya. Aku duduk di tepi
> tempat tidur sambil menonton Andi berkemas-kemas.
>
>
> <http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/members;_ylc=X3oDMTJnMm9wYnV1BF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE4MjUzNTg0BGdycHNwSWQDMTcwNzUzMTUwNQRzZWMDdnRsBHNsawN2bWJycwRzdGltZQMxMjE0NzQ5MDA5>
> .
>
>

2a.

Re: Aku Bosen ma eSKa

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 5:46 pm (PDT)

^_^ justru Eska menghilangkanku dari kebosanan ketika aku dulu harus berjibaku membuat tugas. Membuat soal-soal ulangan, hiks, mengisi rapor (akhirnya selesai jugaa), dan beberapa hal lain yang menjenuhkan.

Pernah lho ada moment ketika aku seharian harus mengetik dan itu membosankan sekali hingga membuat kepalaku berat, tapi jadi semakin berkurang ketika aku buka setiap postingan eska yang muncul hari itu. Jadi hiburan banget deeh.

Trus aku juga ketemu sama banyak teman Eska (Noviii, makasih banyak yaa, telah memperkenalkan aku dengan mereka. Pertemuan di rumah kamu itu momentum awal yang bagiku sangat berharga karena aku bisa bertemu orang-orang luar biasa)

Yah, intinya kalau dirata-rata antara rasa bersyukurku menemukan Eska dan kebosanan (atau agak shock) melihat tumpukan posting di e-mailku (hehehe, salah sendiri pakai individual e-mail. Tapi aku sengaja kok, khusus buat Eska)setelah beberapa hari tidak membuka e-mail mungkin mmmmm, yah, jelas jauuuuuh lebih tinggi duuunk rasa bersyukurku karena bisa bertemu teman-teman dan mendapat begitu banyak hikmah di Eska.

^_^
Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, June 30, 2008 7:13:45 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Aku Bosen ma eSKa

terharu hiks...
iya sin, aku juga pernah merasa bosan...
dan kamu tahu itu, saat kamu juga menanyakan aku yang tiba2 menghilang di penghujung tahun 2007 lalu...
sampai punya niatan unsubscribe dari sk..
tapi... kalo dipikir-pikir buat apa?
aku dapet semua, dan aku menamainya "gilanya gila dunia maya"
memiliki apa yang gak pernah aku bayangkan sebelumnya, dan kadang juga harus melepas apa yang aku tidak mau lepas.. hi..hi.. masa lalu, yang sekarang begitu nampak indah, karena persaudaraan. .
untuk banyak orang atas sms2nya, telpon2nya, ym2nya, email2nya, tulisan2nya, kejutan2nya, rasa sayang dan cintanya, kepercayaan2nya, nasihat2nya, dan juga pulsa2nya (serius inih.. hi..hi.. orang2 itu baik bener sampe transfer pulsa).. de-es-be pokoknya...

aku mau teriak!!!! aku kangeun dengan suasana yang dulu dan sekarang!!!
dan aku mau teriak!!! gabung yuk di milad sk!!

hugssssssssssssssss sss with love...
neng nia

Pada 30 Juni 2008 07:03, ukhti hazimah <ukhtihazimah@ yahoo.com> menulis:

---Aku Bosen ma eSKa---

"Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?"
"Gak, ada beragam tulisan dan orang di sana, jadi betah-betah aja"
"Hmmm…aku koq bosen yah?"
"Hehehe…kalo bosen bukan berarti
ditinggalkan kan?
tapi coba dilawan"

***

.

2b.

Re: Aku Bosen ma eSKa

Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com   ugikmadyo

Sun Jun 29, 2008 5:47 pm (PDT)

Bosan emang wajar...
Aku pun juga pernah mengalami itu
Tapi....
Bayang-bayang para penghuni SK yang luar biasa selalu membuatku tak ingin
jauh lama-lama.
Mengingat kembali wajah-wajah penuh cinta....
Senyuman yang selalu tersungging
Pelukan hangat yang selalu siap sedia meski tanpa diminta
Persahabatan dan persaudaraan tulus yang tanpa syarat
Ini yang susah banget dapetnya :D

Dan lagi yang selalu mengingatkanku
Semua itu tidak aku dapatkan dengan mudah
Ada perjalanan panjang yang pernuh cerita
Semuanya indah...
Komunikasi intens, jawab tulisan2 para penghuni milist
Kontak2 via SMS, YM atau email japri yang tak terlupakan hihi
Berbagi perhatian dan cinta...
Aaah... what a wonderful net *_^

Apalagi... ini nih yang selalu bikin.. gimana... gitu...
Kalau ingat tulisan-tuliasan yang beredar di SK
huaaaa
Kadang aku ngikik sendiri, kadang mata berkaca-kaca
Meski kadang juga bikin kening berkerut-kerut
Kalau udah baca tulisan2 di SK
Berasa kayak makan permen nano nano (maaf bukan maksud promosi :P)
Rame rasanya hihihi

2008/6/30 ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com>:

> ---*A*ku *B*osen *m*a e*SK*a---
>
>
>
>
> "Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?"
>
> "Gak, ada beragam tulisan dan orang di sana, jadi betah-betah aja"
> "Hmmm…aku koq bosen yah?"
>
3a.

Re: (Selingan) Berbuat Baik

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 5:57 pm (PDT)


Terima kasih ya, Pak. Kebaikan bapak membangkitkan semangat tuk membuat kebaikan-kebaikan baru. Semoga kebaikan selalu mengalir di hati kita. Saya bersyukur kepada-Nya telah dipertemukan dengan orang-orang yang begitu baik di Eska.

Salam
Dyah
(senangnya dapat cerita tuk diceritakan ke murid-murid)

----- Original Message ----
From: teha sugiyo <sinarning_rat@yahoo.co.id>
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>; eka farida <ek_farida@yahoo.co.id>
Sent: Sunday, June 29, 2008 1:56:21 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Selingan) Berbuat Baik

Selingan

Dari milis tetangga untuk menemani akhir pekan kita.

Jangan Pernah Berhenti untuk Berbuat Baik

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan
dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa
beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah
berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang
wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan,
ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut
pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.
Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya,
"berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?"
Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun".
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan"
kata wanita itu menambahkan.
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari
dalam hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian belas tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang
sangat kritis. Paradokter dikota itu sudah tidak sanggup
menanganinya.

Mereka akhirnya mengirimnya ke kotabesar, dimana terdapat dokter
spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia
mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas
pancaran aneh pada mata dokter Kelly.
Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju
kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia
langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali
ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk
menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan
perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh
kemenangan.. . Wanita itu sembuh !!. Dr. Kelly meminta bagian keuangan
rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan
kepadanya untuk persetujuan.

Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar
tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.
Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa
ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil
seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan
ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan
tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..
"Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima
kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan
tangan manusia."

________________________________
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!

4a.

(Esai) Temanggung, Tak Seperti Yang Dulu Lagi

Posted by: "setyon65" setyon65@yahoo.com   setyon65

Sun Jun 29, 2008 6:07 pm (PDT)


Seberkas sinar mentari mengintip lewat celah jendela kamarku. Sesekali
sinarnya meredup terhalang sekumpulan awan yang terbang lewat tertiup
angin pagi. Tapi itu hanya sejenak dan 10 detik kemudian sinar yang
meredup itu akan nampak kembali bahkan bersinar lebih terang karena sang
mentari merangkak lebih tinggi.

Berkas cahaya itu tidak hanya mengintip saja tapi juga menyusup lewat
lubang-lubang kecil tirai kamarku, membangunkan aku dari bius gelap
malam yang membuatku terlelap dalam tidur. Sinarnya yang terasa begitu
terang menyilaukan mataku tapi juga memberitahuku kalau hari ini adalah
hari yang sangat cerah. Burung-burungpun tak mau kalah, berkicau riang
seolah mengajakku cepat-cepat beranjak dari tempat tidurku.

Dan mereka menang, bisa membuatku mengalahkan kantuk yang masih ingin
memejamkan mataku dan kembali menyeretku dalam tidur. Kubuka lebar-lebar
kelopak mataku, kamarku tampak begitu terang oleh sinar mentari tadi,
kuhirup pelan udara pagi. "Uuh …"bisikku sambil menikmati
segarnya.Temanggung tercinta … udara paginya terasa sangat sejuk,
polusi belum mencemarinya. Tak seperti di kota-kota besar, pagi buta
pun, sudah penuh asap kendaraan.

Kulangkahkan kakiku keluar, menikmati udara sekeliling. Jalanan masih
sepi. Satu dua orang terlihat asyik jogging pagi. Udara masih sangat
bersih. Pepohonan terlihat begitu tegar berdiri di pinggiran jalan,
berbarisberdertan seolah sedang antri beli tiket.

Daun-daunnya masih basah oleh embun, hanya sebagian tampak kekuningan
terpantul oleh cahaya mentari yang belum seutuhnya menyinari. Hanya
beberapa sudut kota saja yang terlihat terang, tapi itupun sudah membuat
kota ini terlihat lebih segar (setidaknya mengalahkan kota Jakarta yang
tidak bisa puas menikmati sinar mentari pagi, karena terhalang
gedung-gedung tinggi pencakar langit yang berdiri di sepanjang jalan).
Ditambah lagi dengan suara gemercik air sungai, semakin semarak saja
pagi ini.

"Oh …lihatlah ! Temanggung-ku baru bangun. Pagi ini Temanggung
indah sekali" Tapi semua keindahan ini hanya sementara, hanya bisa
dinikmati selama mentari masih ada di pojok timur sana. Satu jam lagi
… dua jam lagi … atau tiga jam lagi … dan berjam-jam setelah
ini, semua keadaan itu bisa berubah total 180 derajat. Saat para
penghuni Temanggung sudah memulai aktivitasnya.

Sungai dan selokan yang mengalir jernih dan gemerciknya yang menambah
semarak, tiba-tiba berubah manjadi aliran air yang memantulkan
warna-warna pelangi karena kandungan minyak yang ada didalamnya.Belum
lagi, dengan sampah-sampah yang ikut berenang mengikuti aliran air
suangi/ selokan. Sungai/ selokan yang semula airnya bersih dan jernih
berubah menjadi keruh karena kebanyakan orang menjadikannya tempat
sampah. Tanpa mereka sadari kebiasaan turun-temurun itu bisa merusak
sungai/ selokan dan ekosistem yang ada didalamnya.

Begitu mudahnya mereka mengarahkan keranjang sampah mereka ke mulut
sungai/ selokan, membiarkan isi didalamnya habis jatuh ke bawah,mereka
tidak pernah berpikir suatu hari sampah-sampah itu bisa
menumpuk,mengganggu kelancaran arus sungai/ selokan, juga dengan bau
busuk yang ditimbulkan. Bukankah hal ini sangat menganggu ? Apalagi
kalau airnya menggenang, bisa menjadi sarang penyakit. Alangkah lebih
baik, jika kebiasaan buruk itu mulai dihilangkan sehingga tidak dijumpai
lagi sungai ataupun selokan yang penuh sampah.

Lebih bagus lagi, kalau masyarakat bekerja sama membersihkan sungai/
selokan supaya aliran airnya tetap lancar dan bersih. Karena jika
sungai-sungai di Temanggung bersih, otomatis Temanggung ikut bersih, dan
kitapun nyaman tinggal di dalamnya.

Melangkah lebih jauh lagi…ada banyak tempat umum yang dijadikan
tempat curhat oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.Fasilitas-fasilitas umum yang dibangun dengan indah dan dicat
bersih, harus tercermar tulisan-tulisan tidak penting perbuatan
tangan-tangan kotor orang-orang tidak bertanggung jawab. Daripada
corat-coret sembarangan tempat seperti di dinding halte bis, batang
pohon pelindung pinggir jalan atau di fasilitas-fasilitas umum lainnya,
bukankah lebih baik, dikirimkan ke redaksi majalah(he…) belum lagi
tulisan-tulisan kotor, umpatan tidak sopan, seharusnya tidak dibiarkan
terbaca oleh masyarakat dengan disuguhkan lewat coretan pada fasilitas
umum.

Lalu sampai kapankah tangan-tangan jahil itu akan berhenti beraksi ?
Kenapa mereka tidak bisa diajak bekerja sama untuk menciptakan
Temanggung yang indah dan enak dilihat. Dan satu hal lagi…yang
terparah, polusi !!!

Udara pagi yang terasa bersih dan sejuk berubah menjadi kotor, terasa
pedih dan menyesakkan dada. Bukan oleh polusi asap kendaraan, juga bukan
oleh polusi asap pabrik. Tapi kotor oleh asap rokok.
Berlalu-lalang,kesana-kemari, disana-disini banyak dijumpai kaum adam
yang melenggang menikmati jalanan sambil menyebar polusi. Bukan
orang-orangnya yang menyebabkan polusi tapi benda yang dihisap mulut
merekalah yang penyebabnya. Kertas yang dibentuk seperti tongkat kecil
membungkus racikan berbagai rempah-rempah yangsalah satunya bahkan hasil
utama Temanggung.

Rokok namanya. Sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Bukan
barang aneh lagi. Bahkan semua lapisan masyarakat mengenalnya. Tidak
peduli konglomerat, tidak peduli rakyat miskin. Tidak hanya di kalangan
pejabat, tapi juga di kalangan petani. Tidak hanya bocah kecil tapi
kakek tua renta pun tahu. Rokok bahkan sudah menjadi kebutuhan, bahkan
bisa menjadi barang yang sangat penting bagi yang sudah kecanduan. Tak
disangka barang sekecil itu bisa membuat dampak besar. Barang yang
ukurannya sepele tapibisa menjadi sangat mematikan.

Memang kelihatannya semua baik-baik saja, tapi tanpa kita sadari, sudah
terlalu banyak orang yang jantung dan paru-parunya terkena polusi. Lebih
pedih lagi, saat harus menjumpai segerombolan anak-anak laki-laki yang
masih berseragam, lagi…lagi…rokok! Ikut nimbrung bersama
mereka.Wah …wah… barang satu ini sudah meracuni penghuni
Temanggung tanpa mengenal umur. Kenapa rokok bisa sehebat itu ?

Membuat orang-orang tak bisa meninggalkannya atau memang masyarakat kita
yang belum sadar akan bahaya rokok ? Lalu sampai kapan penghuni
Temanggung membiarkan jantung mereka terpolusi ? Haruskah sampai
penyakit kanker menghampiri raga ? Pelan tapi pasti, rokok hanya akan
merusak tubuh.Kalau penghuni Temanggung rusak bukankah Temanggung juga
akan rusak ?

Temanggung, 15 Juni 2008

Salam

Arief

4b.

Re: (Esai) Temanggung, Tak Seperti Yang Dulu Lagi

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 6:41 pm (PDT)

Hm..ini mirip kenangan saya sewaktu SMA dulu, Mas. Sewaktu Jakarta mulai
kian berubah. Jadi kepingin balik lagi ke era pra SD atau SD (1983-1990)
saat Kalibata (tempat kelahiran) sedikitnya kalinya tak sekeruh sekarang.
Saat masih banyak pohon lobi-lobi dan kecapi. bahkan saat listrik belum
masuk (baru "nyetrum" tahun '81). Saat kebun karet di dekat SD-ku masih
menyemburkan oksigen segar. Saat udara masih demikian bening, dan dingin
sehingga jika kita berjalan pagi-pagi berangkat sekolah masih ada kabut. Dan
jika kita ngobrol waktu berangkat sekolah, keluar hawa berasap. Amazing kan?

Tapi, zaman memang terus bergerak ya, Mas. Sedikitnya kita punya kenangan
indah untuk suatu saat diceritakan ke anak cucu.

Thx for sharing,

Tabik,

Nursalam AR

2008/6/28 setyon65 <setyon65@yahoo.com>:

> Seberkas sinar mentari mengintip lewat celah jendela kamarku. Sesekali
> sinarnya meredup terhalang sekumpulan awan yang terbang lewat tertiup angin
> pagi. Tapi itu hanya sejenak dan 10 detik kemudian sinar yang meredup itu
> akan nampak kembali bahkan bersinar lebih terang karena sang mentari
> merangkak lebih tinggi.
>
>
> Berkas cahaya itu tidak hanya mengintip saja tapi juga menyusup lewat
> lubang-lubang kecil tirai kamarku, membangunkan aku dari bius gelap malam
> yang membuatku terlelap dalam tidur. Sinarnya yang terasa begitu terang
> menyilaukan mataku tapi juga memberitahuku kalau hari ini adalah hari yang
> sangat cerah. Burung-burungpun tak mau kalah, berkicau riang seolah
> mengajakku cepat-cepat beranjak dari tempat tidurku.
>
>
> Dan mereka menang, bisa membuatku mengalahkan kantuk yang masih ingin
> memejamkan mataku dan kembali menyeretku dalam tidur. Kubuka lebar-lebar
> kelopak mataku, kamarku tampak begitu terang oleh sinar mentari tadi,
> kuhirup pelan udara pagi. "Uuh …"bisikku sambil menikmati
> segarnya.Temanggung tercinta … udara paginya terasa sangat sejuk, polusi
> belum mencemarinya. Tak seperti di kota-kota besar, pagi buta pun, sudah
> penuh asap kendaraan.
>
>
> Kulangkahkan kakiku keluar, menikmati udara sekeliling. Jalanan masih sepi.
> Satu dua orang terlihat asyik jogging pagi. Udara masih sangat bersih.
> Pepohonan terlihat begitu tegar berdiri di pinggiran jalan,
> berbarisberdertan seolah sedang antri beli tiket.
>
>
> Daun-daunnya masih basah oleh embun, hanya sebagian tampak kekuningan
> terpantul oleh cahaya mentari yang belum seutuhnya menyinari. Hanya beberapa
> sudut kota saja yang terlihat terang, tapi itupun sudah membuat kota ini
> terlihat lebih segar (setidaknya mengalahkan kota Jakarta yang tidak bisa
> puas menikmati sinar mentari pagi, karena terhalang gedung-gedung tinggi
> pencakar langit yang berdiri di sepanjang jalan). Ditambah lagi dengan suara
> gemercik air sungai, semakin semarak saja pagi ini.
>
>
> "Oh …lihatlah ! Temanggung-ku baru bangun. Pagi ini Temanggung indah
> sekali" Tapi semua keindahan ini hanya sementara, hanya bisa dinikmati
> selama mentari masih ada di pojok timur sana. Satu jam lagi … dua jam lagi …
> atau tiga jam lagi … dan berjam-jam setelah ini, semua keadaan itu bisa
> berubah total 180 derajat. Saat para penghuni Temanggung sudah memulai
> aktivitasnya.
>
>
> Sungai dan selokan yang mengalir jernih dan gemerciknya yang menambah
> semarak, tiba-tiba berubah manjadi aliran air yang memantulkan warna-warna
> pelangi karena kandungan minyak yang ada didalamnya.Belum lagi, dengan
> sampah-sampah yang ikut berenang mengikuti aliran air suangi/ selokan.
> Sungai/ selokan yang semula airnya bersih dan jernih berubah menjadi keruh
> karena kebanyakan orang menjadikannya tempat sampah. Tanpa mereka sadari
> kebiasaan turun-temurun itu bisa merusak sungai/ selokan dan ekosistem yang
> ada didalamnya.
>
>
> Begitu mudahnya mereka mengarahkan keranjang sampah mereka ke mulut sungai/
> selokan, membiarkan isi didalamnya habis jatuh ke bawah,mereka tidak pernah
> berpikir suatu hari sampah-sampah itu bisa menumpuk,mengganggu kelancaran
> arus sungai/ selokan, juga dengan bau busuk yang ditimbulkan. Bukankah hal
> ini sangat menganggu ? Apalagi kalau airnya menggenang, bisa menjadi sarang
> penyakit. Alangkah lebih baik, jika kebiasaan buruk itu mulai dihilangkan
> sehingga tidak dijumpai lagi sungai ataupun selokan yang penuh sampah.
>
>
> Lebih bagus lagi, kalau masyarakat bekerja sama membersihkan sungai/
> selokan supaya aliran airnya tetap lancar dan bersih. Karena jika
> sungai-sungai di Temanggung bersih, otomatis Temanggung ikut bersih, dan
> kitapun nyaman tinggal di dalamnya.
>
>
> Melangkah lebih jauh lagi…ada banyak tempat umum yang dijadikan tempat
> curhat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Fasilitas-fasilitas
> umum yang dibangun dengan indah dan dicat bersih, harus tercermar
> tulisan-tulisan tidak penting perbuatan tangan-tangan kotor orang-orang
> tidak bertanggung jawab. Daripada corat-coret sembarangan tempat seperti di
> dinding halte bis, batang pohon pelindung pinggir jalan atau di
> fasilitas-fasilitas umum lainnya, bukankah lebih baik, dikirimkan ke redaksi
> majalah(he…) belum lagi tulisan-tulisan kotor, umpatan tidak sopan,
> seharusnya tidak dibiarkan terbaca oleh masyarakat dengan disuguhkan lewat
> coretan pada fasilitas umum.
>
>
> Lalu sampai kapankah tangan-tangan jahil itu akan berhenti beraksi ? Kenapa
> mereka tidak bisa diajak bekerja sama untuk menciptakan Temanggung yang
> indah dan enak dilihat. Dan satu hal lagi…yang terparah, polusi !!!
>
>
> Udara pagi yang terasa bersih dan sejuk berubah menjadi kotor, terasa pedih
> dan menyesakkan dada. Bukan oleh polusi asap kendaraan, juga bukan oleh
> polusi asap pabrik. Tapi kotor oleh asap rokok.
> Berlalu-lalang,kesana-kemari, disana-disini banyak dijumpai kaum adam yang
> melenggang menikmati jalanan sambil menyebar polusi. Bukan orang-orangnya
> yang menyebabkan polusi tapi benda yang dihisap mulut merekalah yang
> penyebabnya. Kertas yang dibentuk seperti tongkat kecil membungkus racikan
> berbagai rempah-rempah yangsalah satunya bahkan hasil utama Temanggung.
>
>
>
> Rokok namanya. Sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Bukan barang
> aneh lagi. Bahkan semua lapisan masyarakat mengenalnya. Tidak peduli
> konglomerat, tidak peduli rakyat miskin. Tidak hanya di kalangan pejabat,
> tapi juga di kalangan petani. Tidak hanya bocah kecil tapi kakek tua renta
> pun tahu. Rokok bahkan sudah menjadi kebutuhan, bahkan bisa menjadi barang
> yang sangat penting bagi yang sudah kecanduan. Tak disangka barang sekecil
> itu bisa membuat dampak besar. Barang yang ukurannya sepele tapibisa menjadi
> sangat mematikan.
>
>
> Memang kelihatannya semua baik-baik saja, tapi tanpa kita sadari, sudah
> terlalu banyak orang yang jantung dan paru-parunya terkena polusi. Lebih
> pedih lagi, saat harus menjumpai segerombolan anak-anak laki-laki yang masih
> berseragam, lagi…lagi…rokok! Ikut nimbrung bersama mereka.Wah …wah… barang
> satu ini sudah meracuni penghuni Temanggung tanpa mengenal umur. Kenapa
> rokok bisa sehebat itu ?
>
>
> Membuat orang-orang tak bisa meninggalkannya atau memang masyarakat kita
> yang belum sadar akan bahaya rokok ? Lalu sampai kapan penghuni Temanggung
> membiarkan jantung mereka terpolusi ? Haruskah sampai penyakit kanker
> menghampiri raga ? Pelan tapi pasti, rokok hanya akan merusak tubuh.Kalau
> penghuni Temanggung rusak bukankah Temanggung juga akan rusak ?
>
> *
> *
>
> *Temanggung, 15 Juni 2008*
>
>
> Salam
>
> Arief
>
>

--
-"When there's a will there's a way"
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-91477730
http://nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
5a.

Re: oase : Kisah Sepatu Tua

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 6:35 pm (PDT)

Alhamdullilah, akhirnya sang "pena muda" nongol juga:). Wah, ternyata, tanpa
disadari, kita pernah bertetangga ya, Mas. Saya sampe sekarang sejak
Desember kemarin masih di Wisma Mertua Asri:) di Lenteng Agung. Sayang
sekarang berjauhan ya. Moga ketemuan ya di HUT Eska tgl 27 Juli.

Moga-moga ketemu jodoh deh :). Kan kerja udah,hehe..Bukankah menikah itu,
seperti katamu dulu, adalah seperti menulis buku? Hanya masalah waktu kan?;p

Keep up a good work,Bro!

Tabik,

Nursalam AR

On Fri, Jun 27, 2008 at 4:36 PM, Yon's Revolta <freelance_corp@yahoo.com>
wrote:

> *Kisah Sepatu Tua*
>
> Oleh
>
> Yon's Revolta
>
>
>
>
>
> Sudah lama saya tak bercerita. Baiklah.
>
> Hari ini saya akan berkisah tentang sepatu tua.
>
>
>
>
>
> Dulu, saya mempunyai sepatu kulit berwarna cokelat. Saya cinta betul dengan
> sepatu itu, enak dipakai, bandel dan awat tentunya. Sepatu itu sekaligus
> mengenangkan, mempunyai cerita tersendiri. Ya, sepatu itulah yang
> membersamai saya meninggalkan kampus menuju Jakarta, sekira 8 bulan yang
> lalu. Sepatu yang saya beli dari honor menulis di media. Sepatu itu kini
> sudah teronggok, jarang tersentuh. Masih bisa dipakai tapi kesan tua tak
> bisa disembunyikan, warna sudah memudar dan keriput mulai nampak.
>
>
>
> Sepatu itu pula yang sekira 2 bulan saya pakai untuk bekerja. Waktu itu
> saya masih tinggal di seputar Lenteng Agung, Jakarta selatan. Sementara
> kantor nun jauh di Cibubur, Jakarta Timur (sebenarnya sudah masuk Bogor).
> Kalau hari sedang hujan, kasihan sekali sepatu itu. Harus basah kuyup,
> membuat dingin kaki pemakainya. Begitulah kisah karyawan biasa dengan
> sepasang sepatu. Bukan nasib buruk memang, hanya mungkin akan menjadi
> kenangan kelak ketika sang pemakainya sudah "sukses" berkarir. Amien.
>
>
>
> Hanya punya satu pasang sepatu memang riskan.
>
>
>
> Kalau pulang kantor dan hujan deras menurun, jelas sampai rumah (waktu
> itu masih numpang di rumah abang) sepatu itu basah dan tentu bau. Semalam
> dikeringkan tetap saja masih basah. Konsekuensinya, berangkat ke kantor
> memakai sepatu agak basah. Nggak enak, tentu saja. Tapi, saya membiarkan
> saja kondisi seperti itu dulu walau sesekali mengeluh, maklum waktu itu
> belum gajian. Dan gaji juga habis untuk naik angkutan. Maklum, sehari untuk
> angkot saja Rp 30 ribu. Yah, soalnya masih ditambah naik ojek dari Kota
> Wisata sampai ke lokasi kantor. Itu masa-masa sulit saja. Dari situlah
> saya belajar MERAYAKAN LUKA.
>
>
>
> Selanjutnya kisah pelan-pelan berubah...
>
>
>
> Kini, saya sudah bisa tinggal sendiri, tepatnya di kampung Babakan,
> Ciangsana, Bogor (silakan kalau mau mampir), berangkat kerja ditemani dengan
> "Khumairo", si Mio bandel gesit dan tentu saja "Berselingkuh" dengan memakai
> sepatu baru. Alhamdulillah, itu kata yang bisa terucap karena satu persatu
> mimpi sudah tercoret (artinya sudah tercapai) dalam buku harian kerja saya.
> Walau memang harus kerja cerdas lagi karena masih ada 7 impian lagi yang
> menjadi target sampai Desember 2008 nanti.
>
>
>
> Sekarang saya tak harus takut lagi kalau sepatu basah, karena sudah ada
> gantinya. Memang sih dulu saya akui pernah mengeluh juga cuma punya satu
> sepatu, sudah tua lagi, sang pemakainya juga takut sekali pada hujan karena
> bisa berujung esok paginya terpaksa memakai sepatu basah. Kata anak jaman
> sekarang "Capek Dech".
>
>
>
> Ah sudahlah itu masa lalu...
>
>
>
> Namun, beberapa waktu lalu saya sedikit malu dan inilah yang membuat saya
> menuliskan kisah ini, kisah sepatu tua. Waktu itu, selepas pulang kerja saya
> menonton sebuah acara di televisi imut saya. Pengisi acaranya Pak Mario
> Teguh, seorang tokoh motivasi yang mungkin sudah dikenal banyak kalangan.
>
>
>
> Satu hal yang saya ingat waktu itu, beliau berkata "*Berapa banyak orang
> yang terlalu mengeluh tentang sepatu tuanya sementara orang lain mesti
> berjuang karena kakinya buntung". *Dan ingatan saya jadi tertuju pada
> seorang tua di seberang jalan Cibubur Junction, tikungan menuju Depok. Dia
> harus berjuang menghidupi diri dengan mengatur lalu lintas jalan. Begitu
> kepayahan karena hanya punya satu kaki. Dari sini, dari kisah sepatu tua
> itu, ternyata saya masih perlu banyak belajar lagi bagaimana mesti menengok
> ke bawah untuk bisa mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah berikan (yr).
>
>
> ===========================
> "Inspiring Blog"
> YM ID : freelance_corp
> http://penakayu.blogspot.com
>
>
>
>
>

--
-"When there's a will there's a way"
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-91477730
http://nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
6.

(Milad Eska) Hehehe, formulir lagiiii, yang belum mengirimkan baca y

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 29, 2008 7:02 pm (PDT)

Salam sahabat Eska,

Untuk
mempermudah pendataan, maka kami Humas Milad Eska memohon kesediaan
seluruh sahabat yang akan mengikuti milad baik yang sudah mendaftar
atau belum untuk mengisi dan mengirimkan formulir ini ke dyahzakiati@gmail.com
Terima kasih buat yang sudah mengirimkan formulir ^_^

FORMULIR PENDAFTARAN MILAD ESKA
Pulau Situgintung, Ciputat, Jakarta, 27 Juli 2008

1. Nama*:
2. Jenis kelamin*:
3. Usia* (jika tak mau menyebutkan usia, silakan ditulis dengan kata dewasa. bagi anak-anak usia harus ditulis):
4. Ukuran kaus (S/M/L/XL/XXL/XXXL)*
5. Alamat lengkap: e-mail:
6. Nomor telepon: hape:
7. Investasi: sudah/belum.
bila sudah ditransfer ke ..................................pada tanggal................................untuk........orang

Khusus
untuk anggota Eska yang jauh akan disediakan penginapan eksklusif yang
insya Allah gratis oleh panitia untuk malam minggu.
8. Penginapan: Perlu/tidak

* Dapat di copy bila peserta lebih dari satu.

7a.

[revisi] Pembayaran Investasi Buku Antologi Sekolah Kehidupan Per 29

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 29, 2008 7:35 pm (PDT)

Assalamu'alaikum wrwb

Bagi teman-teman penulis yang karyanya terpilih dalam buku antologi ini dan
sudah membayar investasi, mohon dengan sangat kerjasamanya untuk memberikan
konfirmasi & bukti transfernya *hanya* melalui email di
antologi_sk@yahoo.com atau via fax di 021-6009305 atau 021-6006944.
Mohon mengikuti petunjuk seperti yang sudah dikirimkan via japri pada
teman-teman yang karyanya terpilih.

*Panitia kembali memberitahukan bahwa Panitia tidak menerima konfirmasi
pembayaran via sms atau telepon.

*Dan karena buku antologi ini sudah harus segera dicetak dan diterbitkan,
mohon bantuan dan kerjasama dari teman-teman semua agar segala sesuatunya
dapat berjalan lancar.

Berikut daftar penulis yang *sudah membayar investasi dan memberikan
konfirmasi pembayarannya via email atau fax* per 29 Juni 2008:

1) Jenny Jusuf
2) Benny Oktaviano
3) Dewi Cendika (Ichen)
4) Regantini
5) Retno (2 tulisan)
6) Catur
7) Hasan Bisri
8) Ayong
9) Lukman Hadi
10) Yudhi Mulianto
11) Setta
12) Nera Andiyanti
13) Bu Has
14) Lia (2 tulisan)
15) Inna Putri
16) Sismanto
17) Dani
18) Endah
19) Arham
20) Wildan Fikri
21) Syafaatus
22) Divin
23) Nabilah
24) Nana S
25) Novi Khansa (2 tulisan)
26) Listya
27) Dyah Zakiati
28) Lilyani Taurisia
29) Azwar Nazir
30) Sunu Hadi
31) Andhini Putri
32) Rachmad Jr
33) Febty
34) Nia Robie'
35) Siwi (2 tulisan)
36) Sayyid Madany Syani
37) Asma Sembiring

Terima kasih banyak sebelumnya atas bantuan dan kerjasamanya.

Salam
Panitia Sie Launching Buku Antologi SK
8a.

Gatal

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Sun Jun 29, 2008 8:21 pm (PDT)



Gatal

 

Aku akhirnya menyerah. Setelah tak mampu mencoba memejamkan
mata, aku memilih bangkit juga. Gatal di sekujur tubuh ini terasa amat menyiksa
dan menggoda untuk digaruk. Aku putuskan untuk mengalihkan perhatian, lalu
menyibukkan jemariku dengan mengetikan isi kepala.

 

Dua malam sudah aku nyaris tak bisa tidur dibuatnya. Gatal
yang lebih sering datang malam ini mulai kurasa ketika kehamilanku menginjak
trimester ketiga. Pemicu awalnya waktu itu kukira kepiting asam manis. Masih
belum ngeh betul dengan si pemicu alergi, aku mengulangnya beberapa hari
kemudian dengan ikan tengiri. Lalu menyusul pula ikan lele.

 

Siksaannya, jangan ditanya. Sukses tak bisa tidur semalaman
karena gatal. Parahnya, aku tak berani mengambil resiko minum obat karena
tengah hamil tua. Dokter langganan pun tak berani meresepkan apa-apa.

 

Setelah si kecil lahir, kupikir segala macam keluhan dan
ketidaktahanan yang mungkin disebabkan oleh hormon kehamilan itu sirna.
Nyatanya, dia tetep keukeh mengikutiku. Bahkan kubis dan kembang kol yang
dulunya 'baik-baik' saja masuk ke tubuhku tetap keukeh bikin aku batuk
semalaman. Meski si kecil sudah kulahirkan. Aku jadi berfikir, memang hormon
orang menyusui masih sama dengan orang hamil? Atau pertahanan tubuhku saja yang
sudah terekontruksi?

 

Menghindari kubis, kembang kol, serta ikan laut sudah jadi
agenda tetapku sekarang (meski berat lantaran dua hal itu paling kusuka).
Hanya, rupanya aku masih termasuk orang yang suka coba-coba. Maka kembalilah
gatal itu menyerang hanya lantaran incip tiga (tiga saja!) biji cumi kering
dimasak cabe hijau yang kubeli buat suamiku.

 

Merasa siangnya fine saja, aku tak memprioritaskan beli obat
anti alergi yang disarankan Sya-sya (thanks
Say!) yang aman buat ibu menyusui hari ini. Apalagi agenda membawa si kecil
imunisasi ke dokter dan 'bermain' bersama kakaknya—agar dia tetap merasa jadi
sahabat mama--lebih utama. Akibatnya, kembalilah gatal itu mendera sekujur
tubuhku. Masih untung dia tak menyerang mata kanan atau kiri lagi. Bekas bentol
di kelopak mata kiriku masih jelas terlihat. Jadinya seperti orang pece (Jw).

 

Malam sebelumnya, atas saran suami, aku minum minuman
nutrisi yang produk dari Malaysia
yang kabarnya jika dikonsumsi secara teratur bikin kesehatan terjaga.
Alhamdulillah, aku bisa memejamkan mata meski hanya satu jam setelahnya. Efek
lanjutannya, tiba-tiba saja batuk hebat menggantikan si gatal. Entah dari mana,
dahak seolah menyesak di tenggorokan. Jadilah aku bolak-balik bangun ke kamar
mandi. Ujung-ujungnya, tak bisa tidur lagi. Hehe… Kata temanku yang dokter, itu
karena proses detoksifikasi racunnya, dibuang melalui dahak tersebut.

 

Malam ini, jurus ampuh semalam kucoba lagi. Sayangnya, si
nutritional drink tadi belum atau tak lagi mampu bekerja seperti malam
sebelumnya. Gatal tak berkurang, batuk tak datang. Maka, wahai jiwa yang
tenang, yang mampu lelap di tengah malam, yang tersesat di alam mimpi,
bersyukurlah kalian.  Aku di sini, tengah berdamai dengan godaan gatal dan
kesabaran akan kesehatan.

 

Yah, setidaknya aku coba melihat sisi positif bahwa kulitku
'hanya' bentol-bentol. Tak sampai bernanah parah seperti nabi Ayub dulu. Pun,
insyaAllah takkan berlangsung lama. Siapa tahu juga, sakit ini untuk mengurangi
dosa-dosaku yang lebih tak terhitung lagi. Amin. Lihat sisi positif lainnya,
mungkin ini sebagai jalan bagiku untuk menjadi seorang vegetarian. Atau
setidaknya tak terlalu suka—kini tak bisa--mengonsumsi makanan berkolesterol
tinggi seperti udang. Yah, setidaknya ini menuntunku untuk lebih menjaga nikmat
tubuh, nikmat sehat, dengan tak makan menuruti selera saja.

 

Tanah Baru, Ahad,
29/06/08 00.58http://lembarkertas.multiply.com

8b.

Re: Gatal

Posted by: "Syafaatus Syarifah" syarifah@gratika.co.id   sya4215

Sun Jun 29, 2008 10:22 pm (PDT)

Gimana kabar gata2lnya sekarang mbak? moga2 dah baikan ya
aku pernah ngerasain sendiri belom lama ini lho, seluruh badan bentol2 smua, tapi alhamdulilah wajah enggak kena.
aku sms teman yang dokter dia ngasih tau obat celexxxxx itu yang aman untuk ibu menyusui,
ya udah 'secara' juga lagi males ke dokter akhirnya aku beli obat itu aja dan alhamdulilah memang cocok,
tapi nggak lama berselang, gatal2 muncul lagi aku minum obat itu lagi.. aku coba aja mengenali polanya selama ini aku kan
gak pernah alergi makanan apa-apa dan aku curiga alergi dingin nih penyebabnya (berdasarkan pengenalan polanya aja sih..)

gatal-gatal .. meski keliatannya penyakit sepele, tapi bener2 menganggu ya mbak? aku aja sampe gak bisa ngantor lho waktu itu..

----- Original Message -----
From: INDARWATI HARSONO
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, June 30, 2008 10:21 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Gatal

Gatal

Aku akhirnya menyerah. Setelah tak mampu mencoba memejamkan mata, aku memilih bangkit juga. Gatal di sekujur tubuh ini terasa amat menyiksa dan menggoda untuk digaruk. Aku putuskan untuk mengalihkan perhatian, lalu menyibukkan jemariku dengan mengetikan isi kepala.

Dua malam sudah aku nyaris tak bisa tidur dibuatnya. Gatal yang lebih sering datang malam ini mulai kurasa ketika kehamilanku menginjak trimester ketiga. Pemicu awalnya waktu itu kukira kepiting asam manis. Masih belum ngeh betul dengan si pemicu alergi, aku mengulangnya beberapa hari kemudian dengan ikan tengiri. Lalu menyusul pula ikan lele.

Siksaannya, jangan ditanya. Sukses tak bisa tidur semalaman karena gatal. Parahnya, aku tak berani mengambil resiko minum obat karena tengah hamil tua. Dokter langganan pun tak berani meresepkan apa-apa.

Setelah si kecil lahir, kupikir segala macam keluhan dan ketidaktahanan yang mungkin disebabkan oleh hormon kehamilan itu sirna. Nyatanya, dia tetep keukeh mengikutiku. Bahkan kubis dan kembang kol yang dulunya 'baik-baik' saja masuk ke tubuhku tetap keukeh bikin aku batuk semalaman. Meski si kecil sudah kulahirkan. Aku jadi berfikir, memang hormon orang menyusui masih sama dengan orang hamil? Atau pertahanan tubuhku saja yang sudah terekontruksi?

Menghindari kubis, kembang kol, serta ikan laut sudah jadi agenda tetapku sekarang (meski berat lantaran dua hal itu paling kusuka). Hanya, rupanya aku masih termasuk orang yang suka coba-coba. Maka kembalilah gatal itu menyerang hanya lantaran incip tiga (tiga saja!) biji cumi kering dimasak cabe hijau yang kubeli buat suamiku.

Merasa siangnya fine saja, aku tak memprioritaskan beli obat anti alergi yang disarankan Sya-sya (thanks Say!) yang aman buat ibu menyusui hari ini. Apalagi agenda membawa si kecil imunisasi ke dokter dan 'bermain' bersama kakaknya—agar dia tetap merasa jadi sahabat mama--lebih utama. Akibatnya, kembalilah gatal itu mendera sekujur tubuhku. Masih untung dia tak menyerang mata kanan atau kiri lagi. Bekas bentol di kelopak mata kiriku masih jelas terlihat. Jadinya seperti orang pece (Jw).

Malam sebelumnya, atas saran suami, aku minum minuman nutrisi yang produk dari Malaysia yang kabarnya jika dikonsumsi secara teratur bikin kesehatan terjaga. Alhamdulillah, aku bisa memejamkan mata meski hanya satu jam setelahnya. Efek lanjutannya, tiba-tiba saja batuk hebat menggantikan si gatal. Entah dari mana, dahak seolah menyesak di tenggorokan. Jadilah aku bolak-balik bangun ke kamar mandi. Ujung-ujungnya, tak bisa tidur lagi. Hehe… Kata temanku yang dokter, itu karena proses detoksifikasi racunnya, dibuang melalui dahak tersebut.

Malam ini, jurus ampuh semalam kucoba lagi. Sayangnya, si nutritional drink tadi belum atau tak lagi mampu bekerja seperti malam sebelumnya. Gatal tak berkurang, batuk tak datang. Maka, wahai jiwa yang tenang, yang mampu lelap di tengah malam, yang tersesat di alam mimpi, bersyukurlah kalian. Aku di sini, tengah berdamai dengan godaan gatal dan kesabaran akan kesehatan.

Yah, setidaknya aku coba melihat sisi positif bahwa kulitku 'hanya' bentol-bentol. Tak sampai bernanah parah seperti nabi Ayub dulu. Pun, insyaAllah takkan berlangsung lama. Siapa tahu juga, sakit ini untuk mengurangi dosa-dosaku yang lebih tak terhitung lagi. Amin. Lihat sisi positif lainnya, mungkin ini sebagai jalan bagiku untuk menjadi seorang vegetarian. Atau setidaknya tak terlalu suka—kini tak bisa--mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi seperti udang. Yah, setidaknya ini menuntunku untuk lebih menjaga nikmat tubuh, nikmat sehat, dengan tak makan menuruti selera saja.

Tanah Baru, Ahad, 29/06/08 00.58

http://lembarkertas.multiply.com

8c.

Re: Gatal

Posted by: "teha" teha.sugiyo@toserbayogya.com

Sun Jun 29, 2008 11:16 pm (PDT)

coba dengan latihan pernapasan Qi, mbakyu. sopo ngerti bisa mbantu. mau
tak ajari?

INDARWATI HARSONO wrote:
>
> Gatal
>
>
>
> Aku akhirnya menyerah. Setelah tak mampu mencoba memejamkan mata, aku
> memilih bangkit juga. Gatal di sekujur tubuh ini terasa amat menyiksa
> dan menggoda untuk digaruk. Aku putuskan untuk mengalihkan perhatian,
> lalu menyibukkan jemariku dengan mengetikan isi kepala.
>
>
>
> Dua malam sudah aku nyaris tak bisa tidur dibuatnya. Gatal yang lebih
> sering datang malam ini mulai kurasa ketika kehamilanku menginjak
> trimester ketiga. Pemicu awalnya waktu itu kukira kepiting asam manis.
> Masih belum ngeh betul dengan si pemicu alergi, aku mengulangnya
> beberapa hari kemudian dengan ikan tengiri. Lalu menyusul pula ikan lele.
>
>
>
> Siksaannya, jangan ditanya. Sukses tak bisa tidur semalaman karena
> gatal. Parahnya, aku tak berani mengambil resiko minum obat karena
> tengah hamil tua. Dokter langganan pun tak berani meresepkan apa-apa.
>
>
>
> Setelah si kecil lahir, kupikir segala macam keluhan dan
> ketidaktahanan yang mungkin disebabkan oleh hormon kehamilan itu
> sirna. Nyatanya, dia tetep keukeh mengikutiku. Bahkan kubis dan
> kembang kol yang dulunya 'baik-baik' saja masuk ke tubuhku tetap
> keukeh bikin aku batuk semalaman. Meski si kecil sudah kulahirkan. Aku
> jadi berfikir, memang hormon orang menyusui masih sama dengan orang
> hamil? Atau pertahanan tubuhku saja yang sudah terekontruksi?
>
>
>
> Menghindari kubis, kembang kol, serta ikan laut sudah jadi agenda
> tetapku sekarang (meski berat lantaran dua hal itu paling kusuka).
> Hanya, rupanya aku masih termasuk orang yang suka coba-coba. Maka
> kembalilah gatal itu menyerang hanya lantaran incip tiga (tiga saja!)
> biji cumi kering dimasak cabe hijau yang kubeli buat suamiku.
>
>
>
> Merasa siangnya fine saja, aku tak memprioritaskan beli obat anti
> alergi yang disarankan Sya-sya (/thanks Say!)/ yang aman buat ibu
> menyusui hari ini. Apalagi agenda membawa si kecil imunisasi ke dokter
> dan 'bermain' bersama kakaknya—agar dia tetap merasa jadi sahabat
> mama--lebih utama. Akibatnya, kembalilah gatal itu mendera sekujur
> tubuhku. Masih untung dia tak menyerang mata kanan atau kiri lagi.
> Bekas bentol di kelopak mata kiriku masih jelas terlihat. Jadinya
> seperti orang /pece (Jw). /
>
>
>
> Malam sebelumnya, atas saran suami, aku minum minuman nutrisi yang
> produk dari Malaysia yang kabarnya jika dikonsumsi secara teratur
> bikin kesehatan terjaga. Alhamdulillah, aku bisa memejamkan mata meski
> hanya satu jam setelahnya. Efek lanjutannya, tiba-tiba saja batuk
> hebat menggantikan si gatal. Entah dari mana, dahak seolah menyesak di
> tenggorokan. Jadilah aku bolak-balik bangun ke kamar mandi.
> Ujung-ujungnya, tak bisa tidur lagi. Hehe… Kata temanku yang dokter,
> itu karena proses detoksifikasi racunnya, dibuang melalui dahak tersebut.
>
>
>
> Malam ini, jurus ampuh semalam kucoba lagi. Sayangnya, si nutritional
> drink tadi belum atau tak lagi mampu bekerja seperti malam sebelumnya.
> Gatal tak berkurang, batuk tak datang. Maka, wahai jiwa yang tenang,
> yang mampu lelap di tengah malam, yang tersesat di alam mimpi,
> bersyukurlah kalian. Aku di sini, tengah berdamai dengan godaan gatal
> dan kesabaran akan kesehatan.
>
>
>
> Yah, setidaknya aku coba melihat sisi positif bahwa kulitku 'hanya'
> bentol-bentol. Tak sampai bernanah parah seperti nabi Ayub dulu. Pun,
> insyaAllah takkan berlangsung lama. Siapa tahu juga, sakit ini untuk
> mengurangi dosa-dosaku yang lebih tak terhitung lagi. Amin. Lihat sisi
> positif lainnya, mungkin ini sebagai jalan bagiku untuk menjadi
> seorang vegetarian. Atau setidaknya tak terlalu suka—kini tak
> bisa--mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi seperti udang. Yah,
> setidaknya ini menuntunku untuk lebih menjaga nikmat tubuh, nikmat
> sehat, dengan tak makan menuruti selera saja.
>
>
>
> /Tanah Baru, Ahad, 29/06/08 00.58/
>
> http://lembarkertas .multiply. com
> / /
>
>
>

9.

Urusan Ranjang

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Sun Jun 29, 2008 8:25 pm (PDT)



Urusan Ranjang
Urusan ranjang, selalu kuperhatikan sejak dulu. Apalagi
hubungannya dengan pendidikan kemandirian anak. Lho, apa hubungannya urusan
ranjang dengan kemandirian anak? Yap, ini
bukan urusan ranjang yang dalam Islam dihitung ibadah itu, melainkan perkara
tempat tidur.

 

Saat masih kontrak dulu, karena kamar hanya satu, kami tak
punya pilihan selain berdesakan dalam ranjang spring bed kami yang ukuran nomor 2 alias 200x180. Begitu punya
rumah sendiri dengan beberapa kamar, otomatis Ais harus belajar tidur sendiri
di kamarnya sendiri. Alhamdulillah tak sulit bagi si mandiri itu untuk menepati
aturan yang kuterapkan di rumah ini. Kamar orang tua dan anak terpisah.

 

Sayang, aturan itu menjadi buyar saat adiknya 'datang'.
Khawatir digigit nyamuk, Yasmin kami kerodong—ditutup dengan semacam tudung
saji khusus yang dari kain kasa halus semacam kelambu. Kami memang sengaja tak
membeli box bayi untuknya. Kami pikir tak praktis dan yang jelas tak bisa
memuaskan kenikmatan mengeloni bayi. Sayangnya, kerodong itu tentu saja
mengurangi luasan yang biasa kubagi dengan suami. Demi kakaknya juga agar tak
merasa kurang diperhatikan setelah si adik lahir, suami memilih tidur sekamar
dengan si kakak.

 

Urusan ranjang itu ternyata tak berhenti sampai di sana. Aku yang semula
memilih pindah kamar ke kamar Ais yang lebih luas plus full ventilasi jadi
berpikir ulang atas keputusan tersebut. Pasalnya, dengan masing-masing dua
jendela di kedua sisi dindingnya, kamar itu masih terasa full udara lewat alias
terasa dingin kalau malam. Tak tahan, kasihan si dede juga yang sering cegukan
karenanya, aku memutuskan mengungsi tidur kalau malam.

 

Sekarang, di kamar Ais—yang bekas kamarku dulu—berjajar tiga
level kasur. Level teratas Ais dengan guling dan selimut kesayangannya. Level selanjutnya
suami dengan Yasmin di atas spring bed
geser yang satu set dengan ranjang Ais. Level terakhir, tak jauh ketinggiannya
dari kasur kedua, kasur busa tempatku mencoba tidur (tadi). Kasur itu semula
kami beli khusus buat si Mbak yang sempat seminggu menginap. Malam ini, karena
pembantu yang tinggal belum ada lagi, maka si kasur pun turun dari kamar
pembantu di loteng bergabung dengan temannya di kamar Ais. 

 

Melihat jejeran kasur dan jiwa-jiwa di atasnya, aku jadi
bertanya, atau tepatnya sedikit menyesali diri atas ketidakkonsistenanku
menerapkan aturan. Tapi membela diri, toh fleksibel tak pernah salah. Besok,
setelah si dede agak besar, dia bisa belajar tidur sama kakaknya berdua saja.
Lalu semua kembali bahagia di tempatnya masing-masing.

 

Sempat terbesit di pikiran, kira-kira apa kata Nanny Deb
jika dia melihat kami tidur sekamar kayak pengungsi itu ya? Bukankah salah satu
aturan yang diajarkan dalam Nanny 911 adalah
pemisahan kamar anak dan orang tua? Kalau dia protes, aku akan membela diri,
"Ini kan Indonesia, Tante. Jawa lagi! Bukan Amerika. So, makan nggak makan kumpul (apalagi ini urusan tidur) lagee. Hehe…"

 

Tanah Baru, 29/06/08
01.24

Yang saking
desperate-nya nggak bisa tidur gara-gara gatal http://lembarkertas.multiply.com

 

10a.

Re: APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK 2?

Posted by: "Andri Triwidyastuti" andricupu@yahoo.com   andricupu

Sun Jun 29, 2008 9:29 pm (PDT)

alasan ikut milad SK 2 : mo ketemu temen2 yang tulisan2nya menginspirasi aq untuk selalu berusaha jadi orang yang lebih baik dan belajar lebih peka pada lingkungan

--- On Sat, 6/28/08, dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com> wrote:

From: dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK 2?
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Saturday, June 28, 2008, 3:43 AM

Alasan dakuh ikut milad Eska 2

1. Gyaaa, bisa ketemu pasangan legendaris Eska ^_^ hehehehe,  ditunggu terbitnya buku kisah kalian edisi duet penulis yaaa:D

2. Asyiiik, bisa ketemu sama penulis-penulis luar biasa yang selama ini menghibur hari-hariku di milis Eska

3. Hiks, bisa ketemu sahabat-sahabat yang begituuu baik, mutiara yang begitu berkilau, hati yang begitu kaya, senyum yang  begitu indah

4. Waaaaw, bisa ketemu kamuuuuu. senangnya... . senangnya... .

5. Liat buku  yang ada tulisanku ^_^. Hiks, terharu, seneeeng bangeet, aku ndak nyangka bangeet.

Kalau kamu, sahabat?

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: CaturCatriks <akil_catur@yahoo. co.id>
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Sent: Saturday, June 28, 2008 12:46:19 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK 2?

APA ALASAN ANDA IKUT MILAD SK 2?

Alasan CaturCatriks:

1. Karena saya merasa ikut memiliki milis ini, maka saya ingin belajar utk mempunyai sifat aktif/partisipatif terhadap kesuksesan program-program EsKa.

2. Mengeratkan ikatan persahabatan dan persaudaraan sesama anggota milis.

3. Menambah kuatnya ukhuwah sesama anggota milis yang semoga bisa juga menambah saudara, umur, dan rejeki. Amin

4. Mengetahui wajah-wajah teman EsKa yang baru, yang selama ini hanya dikenal lewat tulisan-tulisan. Dan mengakrabi kembali kebersahajaan wajah-wajah lama yang sudah sekian waktu tidak berjumpa.

5. Mendapatkan keceriaan dan hiburan bersama teman-teman karena tempat dan isi acaranya indah dan menyenangkan.

6. ?

AYO TEMAN-TEMAN, TERUSKAN ALASANMU IKUT MILAD SK 2!

CaturCatriks

Editor - Penulis
http://caturcatriks .blogspot. com

 
__


11a.

Bls: [sekolah-kehidupan] Aku Bosen ma eSKa

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sun Jun 29, 2008 9:32 pm (PDT)

lho...lho...kak |Sinta bosen knapa?
kan disini banyak sodara kita semua
ada senyum, ada tawa bahkan ada yg gokil.....
kitaaa|?
lo kaleee |Yan.....hehe
sukses ya....

--- Pada Sen, 30/6/08, ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com> menulis:

Dari: ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com>
Topik: [sekolah-kehidupan] Aku Bosen ma eSKa
Kepada: "milis SK" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Tanggal: Senin, 30 Juni, 2008, 7:03 AM

---Aku Bosen ma eSKa---

 
"Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?"
"Gak, ada beragam tulisan dan orang di sana , jadi betah-betah aja" "Hmmm...aku koq bosen yah?"
"Hehehe...kalo bosen bukan berarti ditinggalkan kan ? tapi coba dilawan"
 
***
 
Bosen?! Yup, aku pernah merasakan bosan saat menatap deretan puanjang tumpukan email dengan subyek diawali [sekolahkehidupan] . Mataku menatap tak berselera, tanganku hanya terdiam tanpa merasa perlu meng-klik untuk sekedar membaca. Keengganan yang kerap kali mendatangi saat langkah tertapak di area jenuh.
 
Sebenarnya kejadian seperti ini tidak terjadi sekali dua kali, tapi seringkali. Dan rasa itu datang saat aku tidak menemukan sesuatu yang menarik di sekolahku, saat hanya ada suasana yang mengalir datar terhembus di sana . Tak jarang muncul pertanyaan, "kenapa gak kamu buat suasana kelasmu jadi menarik." Sunyi...tak ada jawaban yang tertulis di kepala.
 
Atau seperti milad eSKa, perasaan ingin sekali berteriak, "Woy!! eSKa mau MILAD!! Koq sepi seh!!" dan kenapa hanya mereka-mereka itu satu saja yang berkoar-koar tiada henti. Muncul lagi pertanyaan, "Lah, kamu gimana Sin?" Bibir pun tak mampu berucap.
 
Kemudian terlontarlah pertanyaan "Mbak, pernah ngerasa bosen gak di SK?" yang keluar begitu saja saat berbincang dengan mbak yu penghuni lama, mbak yang sudah menjadi `sayang´ku di eSKa hampir 1,5 tahun.
 
Tapi taukah kau?
 
Berkali-kali kebosanan, kejenuhan, kemalasan menghampiriku, berpura-pura memeluk dan mengajakku menjauh dari eSKa. Berkali-kali pula senyuman, persahabatan, pelukan merebutku untuk kembali mendekat. Persahabatan yang disisipkan dari SMS, email, telepon, sekedar menanyakan "kemana aja? Koq gak pernah nongol?"; atau "udah baca tulisanku yang ini gak? Baca donk kasih pendapat sekalian" [padahal nulis aja masih blom gape]; atau kepercayaan berupa amanah, "Sin, bantu ini ya," yang secara otomatis semua itu mementalkan keenggananku membuka email yang setiap menit selalu bertambah.
 
Memory pun berputar, mengingat bahwa semua persahabatan itu tidak didapatkan dengan sekejap. Persabahatan yang terbentuk dari komunikasi. Komunikasi yang berulang-ulang. Komunikasi yang terkadang hanya berupa reply-reply gokil, say hello di kotak YM, sambutan selamat datang, sampai ke taraf share dan perhatian.
 
Komunikasi timbal balik ini perlahan-lahan mematrikan kalimat "lo sodara gw" di hati terdalamku. Dan saat semakin banyak patrian, kalimat itu pun berkumpul dan berkembang tanpa sadar menjadi patrian "ini keluarga gw". Terbentuklah keterikatan.
 
Aku sadar setiap orang memiliki titik jenuh, titik bosan, tapi keterikatan dapat mengubah sosok suram bernama bosan menjadi sang rindu yang tersenyum sipu ^_^
 
--Make comfort home for all--
 
*sebuah tulisan untuk semua sahabat eSKa [aktif ato pasif, baru ato lama, tua ato muda ;p] terima kasih atas berjuta mutiara kehidupan dan perhatian yang ditebarkan dengan penuh persahabatan.
 
Rancabolang, Jumadil Tsaniyah 1429H
Salam,
Sinta

 
Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^

www.sinthionk. rezaervani. com
www.sinthionk. multiply. com

__________________________________________________________
Dapatkan situs lowongan kerja - Yahoo! Indonesia Search.
http://id.search.yahoo.com/search?p=lowongan+kerja&cs=bz&fr=fp-top
12a.

[cerita pendek, deh] Permen Coklat

Posted by: "heri purwoko" hijaupupus@yahoo.com   hijaupupus

Sun Jun 29, 2008 9:35 pm (PDT)

PERMEN COKLAT

Siti memergoki suaminya yang baru pulang dari kerja memasukkan sesuatu sebesar telapak tangannya ke dalam kulkas.

"Mas, apa itu yang kamu masukkan?"

"Bukan apa-apa?"

"Lha itu?"

"Oh, ini."

"Permen coklat, kan?"

"Kok tau?"

"Pasti narkoba!"

"Eh…"

"Saya liat berita di tipi begitu, hati-hati sama suami yang memasukkan
coklat ke dalam kulkas, karena siapa tau itu narkoba. Kalo anak-anak
memakannya, bisa modar. Seenggaknya kejek-kejek dulu barang satu atau
dua hari. Itu kalau makannya satu atau dua potong, gimana kalau satu
bungkus besar kayak gitu?! Kamu kan tau, dua anak kita yang subur-subur
itu kalo makan nggak kira-kira. Kemaren aja jatah kucing diembat juga.
Bilangnya masih laper. Padahal porsi udah aku tambah setengah lebih.
Kalo mereka laper, apa aja bisa disikat. Jangan kamu kacaukan lagi
dengan narkoba, Mas. Pokoknya katakan tidak pada permen coklat!"

Suami Siti melongo. Ia membayangkan dua anaknya yang kejek-kejek makan permen coklat. Ia jadi merinding sendiri.

"Ini kan pesenanmu. Gimana, sih? Kamu sendiri yang ngidam pengen makan
coklat! Katanya bawaan orok. Kalo nggak mau ya sudah, biar aku makan
saja."

"Eh, jangan!"

PS: Siti kalo ngidam pasti jadi pelupa.

***

Parung, 29 Juni 2008

12b.

Re: [cerita pendek, deh] Permen Coklat

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 29, 2008 10:08 pm (PDT)

ini bukan curhat kan yah? pas waktu istri ngidam? hi..hi..
wiw.. bawa2 parung? udah pindahan? deket atuh...
btw ikut milad ya.. tgl 27 juli di situ gintung.. ajak istri dan dede bayi..
ditunggu..
salam
nia

Pada 30 Juni 2008 11:29, heri purwoko <hijaupupus@yahoo.com> menulis:

> PERMEN COKLAT
>
>
> Siti memergoki suaminya yang baru pulang dari kerja memasukkan sesuatu
> sebesar telapak tangannya ke dalam kulkas.
>
>
>
13a.

(SK Idol) (Cuma) Seorang Tukang Curhat

Posted by: "Jenny Jusuf" j3nnyjusuf@yahoo.com   j3nnyjusuf

Sun Jun 29, 2008 9:43 pm (PDT)



Hidup adalah sebuah proses belajar yang tak pernah
berhenti. Saya selalu mempercayai itu dengan sepenuh hati.

 

Hidup adalah sebuah kelas dimana kita menerima
pelajaran, setiap hari, setiap menit, setiap detik. Bedanya dengan sekolah
biasa adalah, dalam kelas ini tak ada kurikulum spesifik yang harus diikuti
seluruh siswa. Tak ada ujian yang dilaksanakan secara serempak di tiap kelas.
Pelajaran bagi setiap murid pun berbeda-beda.

 

Hidup adalah sebuah kelas raksasa. Dan saya bangga
menjadi bagian dari murid-murid di dalamnya. Bangga bisa menyerap pelajaran
demi pelajaran, mendengarkan celoteh guru di depan kelas, mengikuti ulangan…
dan mendapatkan nilai (meski tak jarang saya memperoleh angka kurang, hahaha! Tak
apa, bukankah itu bagian dari proses? Tak semua orang bisa mendapatkan nilai
sempurna setiap saat, kan?).

 

Nilai yang saya dapatkan selalu beragam. Kadang membuat
saya tersenyum puas, kadang membuat saya merenung, kadang kecewa, bahkan
menangis. Namun kekecewaan itu selalu tersingkir ketika saya mengangkat kepala
dan melihat teman-teman yang duduk tak jauh dari saya. Mereka dengan pelajaran
masing-masing. Dengan ujian masing-masing, dengan nilai masing-masing. Kemudian
saya sadar, saya tak pernah sendiri. Di sekolah ini selalu ada banyak orang.
Bersama mereka saya menempuh kelas demi kelas, berusaha menjadi pembelajar yang
setia.

 

Di kelas ini, saya juga memiliki beberapa sahabat
(oh ya, itulah salah satu keindahan bersekolah. Kita memperoleh sahabat!). Mereka
adalah orang-orang yang sudah saya kenal sejak jaman kuda gigit besi.
Sahabat-sahabat saya tak pernah duduk terlalu jauh dari saya, dan melihat
punggung-punggung yang berdekatan itu, bahkan dalam pelajaran paling
membosankan sekalipun, selalu berhasil membuat hati saya sejuk.

 

Sahabat-sahabat saya adalah separuh jiwa saya.
Mereka adalah bintang yang tak pernah berhenti berkelip, di langit terkelam
sekalipun. Mereka adalah pelangi yang muncul setelah hujan. Mendapatkan teman
itu mudah. Hanya dengan seulas senyum, kita bisa memperoleh teman. Namun
sahabat adalah berlian langka yang tidak mudah ditemukan.

 

Saya termasuk spesies perempuan yang tidak mudah
merasa nyaman dengan 'semua' orang. Berkawan dengan siapa saja tidak masalah,
namun untuk membuka diri seratus persen dan tetap merasa nyaman apa adanya
adalah hal mewah yang tidak bisa saya dapatkan dengan 'siapa saja'.

 

Bangun pagi dengan muka superjelek, pipi
berminyak, mulut bau naga, rambut acak-acakan dan wajah jutek, adalah sesuatu
yang mati-matian saya hindari untuk dilihat orang lain, kecuali sahabat-sahabat
saya (dan teman-teman kos saya, itu mah nggak bisa dicegah kale, hahaha!).

 

Mengetik SMS sepanjang 3 halaman (SMS ya, bukan
buku) berisi curhat-curhat cengeng yang bikin saya geli sendiri setelahnya, itu
hanya bisa saya lakukan dengan sahabat-sahabat saya.

 

Menceritakan rahasia-rahasia terdalam *tsah!*,
mulai dari masalah keluarga, masalah pribadi, sampai hal-hal terkecil dari masa
lalu sampai masa kini, hanya bisa saya lakukan dengan sahabat-sahabat saya.

 

Ngomel-ngomel nggak jelas, nangis nggak puguh,
curhat berkepanjangan, bercanda gila sambil cekakakan bak nenek lampir,
tergeli-geli sampai sakit perut dan diliatin orang, itu hanya bisa saya bagi
bersama mereka yang disebut sahabat.

 

(Oh, satu lagi, Senam Kesegaran Jasmani pakai lagu
Kucing Garong di ruangan karaoke, itu juga cuma bisa dilakukan dengan mereka
yang berpredikat sahabat, hahaha!)

 

Sungguh, saya bersyukur menemukan berlian-berlian
langka itu di kelas raksasa bernama Sekolah Kehidupan ini. Mereka yang
senantiasa menerima saya apa adanya, tanpa menghakimi (bahkan ketika saya
berubah menjadi makhluk paling menyebalkan sedunia), dan tak segan menjadi diri
mereka sendiri, juga apa adanya. Ah, rasa nyaman itu akan selalu hangat di hati.
;-)

 

Mau tahu apalagi yang saya percayai?

 

Saya selalu percaya bahwa Sekolah Kehidupan adalah
satu-satunya lembaga akademi yang tidak pernah meluluskan murid-muridnya.
Kenapa? Karena sekolah ini dimulai begitu kita koar-koar menangis pada detik
pertama menghirup udara dunia, dan baru akan berakhir ketika Sang Pencipta
memanggil kita untuk kembali menghadap-Nya.

 

Saya bukanlah murid terbaik. Namun, semoga saya
bukan yang terburuk. Saya bukan senior, apalagi pengajar. Saya adalah seorang
murid yang ingin terus belajar, hanya itu. Selama hayat masih dikandung badan,
semoga Yang Di Atas selalu mempercayakan rahmat dan karunia-Nya untuk menjaga
mata batin ini senantiasa terbuka. Untuk melihat dengan bijaksana. Untuk
menelaah dengan hikmat. Untuk terus bertumbuh. Untuk terus belajar.

 

Beberapa minggu lalu, ketika mendapat e-mail
berisi pengumuman nominator SK Idol, saya bengong jaya mendapati nama saya
tercantum di sana. Serius, selama bermenit-menit saya cuma melongo dengan mulut
menganga (ini beneran), membuang pulsa internet sambil berusaha meyakinkan diri
bahwa saya nggak salah baca. Hahaha!

 

Saya menyimpan e-mail itu di komputer sambil
tersenyum-senyum, geli sekaligus bersyukur. Bersyukur bukan karena predikat
'calon idola' atau 'nominator' yang ditujukan kepada saya, melainkan karena ada
orang yang menganggap saya cukup pantas untuk mengemban tanggung jawab sebagai
(calon) idola. *Seriously, buat saya, jadi idola itu luarbiasa besar tanggung
jawabnya. Saya sering bingung kenapa banyak orang berebutan pengen jadi idola.
Beban moralnya nggak main-main, Jendral!* Bersyukur karena artinya saya
dipandang layak untuk dipercaya. Bahasa kerennya mah: integritas.

 

;-D

 

Bagaimanapun, rasa syukur itu menyisakan sedikit
geli di hati. Kenapa? Karena sebenarnya saya sangat jauh dari sosok idola.
Serius. Potongan aja nggak ada. Please jangan kaget kalau nanti kita ketemu,
karena yang bakal muncul bukan perempuan anggun-bijaksana-manis-baik budi
dengan tutur kata dan perilaku terpelihara, melainkan perempuan bawel yang
impulsif, sering melakukan hal-hal ceroboh di luar kesadaran (untuk memperhalus
kata 'dodol', hahaha!), dan suka sekali bercanda nggak penting. ;-)

 

*Panitia SK Idol, masih yakin nih menjadikan saya
nominator? Hehehe*

 

Jadi, kalau pengajar bukan, senior bukan, idola
juga bukan, sepertinya yang paling pas untuk menggambarkan diri saya ya cuma
ini: Saya seorang tukang curhat yang senang berbagi.

Ya, berbagi. Dan semoga kesempatan untuk terus berbagi akan selalu ada, selamanya, sampai batas waktu yang ditetapkan Sang Khalik itu tiba.

 

:-)

ROCK Your Life! - Jenny Jusuf - http://jennyjusuf.blogspot.com

13b.

Bls: [sekolah-kehidupan] (SK Idol) (Cuma) Seorang Tukang Curhat

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sun Jun 29, 2008 9:51 pm (PDT)



Hidup adalah sebuah proses belajar yang tak pernah berhenti. Saya selalu mempercayai itu dengan sepenuh hati.ada, selamanya, sampai batas waktu yang ditetapkan Sang Khalik itu tiba.
 
yup!
 
hidup adalah proses belajar. Halnya sy yg terus belajr dari orang2 semacam |Mbak |Jenny ini. Oya, |Mbak ikut |Milad ya...|Fyan tunggu ya...hehe. |Sukses ya|!
 
ila liqo
piss, luv and laugh
 
tabe!


__________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
14a.

Bls: [sekolah-kehidupan] [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langi

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sun Jun 29, 2008 10:11 pm (PDT)

mengharukan sekaleee.....Mbak!
wah-wah pasti calon |Idol |ESKA nih.....
sukses ya |Mbak!
makasih!

--- Pada Ming, 29/6/08, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> menulis:

Dari: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
Topik: [sekolah-kehidupan] [SK IDOL] Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!
Kepada: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>, "kabinet eska" <kabinet.eska@gmail.com>
Tanggal: Minggu, 29 Juni, 2008, 7:02 PM

Kak, Kubawakan Bintang Dari Langit!
 
Oleh Lia Octavia
 
 
            "Kak, mau ikut arung jeram di Citarik, nggak?" tanya adikku sore itu. Wajah Andi, adik laki-lakiku satu-satunya tampak bersinar ditimpa sinar mentari yang kemerahan. Sambil bersiul-siul, ia sibuk mengepak barang-barang ke dalam tas ranselnya. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil menonton Andi berkemas-kemas.
            "Arung jeram? Ah...Nggak ah... Aku takut!" jawabku sambil tersenyum. Seperti halnya aku, Andi juga salah seorang aktivis di beberapa organisasi kepemudaan. Ia bersama sekitar empat puluh muda-mudi lainnya dari sebuah organisasi hendak berekreasi arung jeram di Citarik esok harinya. Suatu rekreasi yang berbahaya, setidaknya begitu menurutku. Atau mungkin aku yang memang tidak punya cukup nyali untuk melakukan kegiatan yang dapat memompa adrenalin dan membuat jantung berdegup kencang.
            "Boleh pinjam sunblock-nya, Kak? Juga pinjam Hazeline dan body lotion, ya? Aku nggak mau kulitku jadi merah terbakar matahari nanti," tanya Andi.
            "Boleh! Boleh! Ambil aja! Hati-hati ya selama di sana. Perginya jam berapa?"
            "Jam lima pagi besok. Cuma seharian kok. Sorenya langsung pulang lagi ke Jakarta," jawab Andi sambil menjejalkan sunblock, Hazeline, body lotion ke dalam ranselnya sambil bernyanyi-nyanyi riang. Ia sangat menanti-nantikan acara itu. Sudah lama ia kepingin berarung jeram dan sebentar lagi keinginannya menjadi kenyataan. Atau nyaris menjadi kenyataan. Kita takkan pernah tahu.
Malam itu, kami berdua duduk di teras depan rumah sambil memandangi bintang yang bertaburan di langit pekat.
"Kak, lihatlah bintang yang di sebelah sana. Yang paling terang. Aku ingin melompat dan meraihnya," ujar Andi. Aku tersenyum pada adikku yang sedang meniti pelangi masa depannya. Sejak ia menyelesaikan kuliahnya, sudah hampir setahun ini ia bekerja di sebuah perusahaan asing yang berpusat di negeri Paman Sam dan sebentar lagi akan dipromosikan untuk naik jabatan. Ah, bintang itu begitu cemerlang di atas sana. Kerlipannya juga begitu mengundang bagi siapa saja untuk meraihnya.
"Kalau kau melompat, bawakan aku satu bintang, ya!" ujarku sambil mengacak-acak rambut adikku.  Hari pun berlalu dengan asa yang membuncah.
            Ketika aku bangun tidur keesokan paginya, Andi sudah berangkat ke Citarik bersama teman-temannya dengan dua bus besar dan dua mobil pribadi. Ah, Minggu pagi yang cerah. Aku melihat jam dinding. Hampir pukul setengah sembilan. Menurut rencana, rombongan akan tiba di lokasi sekitar jam setengah sepuluh. Ia pasti sedang bersenang-senang sekarang, pikirku.
Saat aku sedang menikmati sarapan pagi, tiba-tiba telepon berdering. Tanpa pikir panjang, aku segera meraih gagang telepon. Dan duniaku tak sama lagi setelah mendengar apa yang terjadi.
            Di ujung telepon, kudengar suara adikku yang panik, parau, bercampur tangis dan teriakan kesakitan. Dengan terbata-bata ia menceritakan apa yang baru saja terjadi. Bus yang ditunpanginya jatuh terguling ke dalam jurang di dekat Citarik. Remnya blong dan sopir bus tidak dapat mengendalikan kendaraan. Tiga orang teman Andi meninggal dunia di tempat kejadian. Deg! Jantungku serasa meluncur ke bawah. Jatuh ke dalam lorong gelap yang nyaris tak bertepi. Mulutku kering dan otakku rasanya sulit diajak berpikir. Dengan segenap daya upaya, aku berusaha keras mengendalikan diri dan menanyakan keadaan adikku. Andi dibawa ke rumah sakit Pelabuhan Ratu oleh penduduk setempat dan ia tak dapat bicara banyak karena darah yang terus mengucur dari mulutnya. Mimpi buruk yang menjadi nyata.
Kemudian, segalanya terjadi mirip gerakan lambat di film. Ibu langsung berangkat ke Sukabumi siang itu juga sementara aku diminta menjaga rumah dulu. Jerit tangis dan teriakan histeris mewarnai Minggu pagi berdarah itu. Jam berdetik dalam kabut. Bau kematian merebak di mana-mana. Kabar yang terakhir kudengar, sudah empat orang dipanggil pulang ke Sang Pencipta.
            Karena kondisi Andi yang cukup parah, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi dan tidak diperbolehkan dibawa pulang ke Jakarta. Ia mengalami pendarahan hebat pada kedua kakinya. Dokter tidak mau mengambil resiko. Andi harus dioperasi malam itu juga. Aku terjaga semalaman. Malam itu, aku seakan dapat mendengar teriakan malaikat maut berkelebat di luar kamar operasi. Malam itu, kesadaran penuh menghampiriku. Bahwa  betapa fananya hidup di dunia ini.
            Keesokan harinya, aku menyusul ke Sukabumi. Dalam perjalanan, aku melihat kecelakaan itu menjadi berita utama di sebuah harian ibukota disertai sebuah foto korban. Foto adikku. Aku langsung dapat mengenalinya walau ia tergeletak di tempat tidur dengan berlumuran darah dan kedua kakinya digips. Aku takut. Aku takut melihat darah. Dan aku lebih takut lagi melihat kondisi Andi. Bagaimana aku dapat menghadapinya? Berbagai pikiran berkelebat dibenakku. Tak banyak yang dapat kulakukan saat itu. Hanya berpasrah dan  menyebut nama-Nya.
Setibaku di rumah sakit Sukabumi, aku melihat kondisi Andi yang lebih baik mati daripada hidup. Paha kanannya patah, kaki kirinya robek dari paha hingga betis dan baru saja dioperasi untuk menghentikan pendarahan. Wajahnya biru lebam dengan kedua bola mata bengkak, tulang pipi kanan hancur, rahang yang patah, mulut bagian dalam yang robek serta sekujur tubuh penuh luka gores dan bekas pecahan kaca.
Sesaat setelah kecelakaan, Andi keluar dari bus yang naas itu dengan memecahkan kaca jendela.  Bahkan dalam kondisi berlumuran darah, ia berusaha menyelamatkan seorang temannya yang tertindih badan bus.  Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Andi tidak kuat menarik tubuh temannya itu dan akhirnya temannya  meninggal dunia di situ diiringi lolongan menyayat adikku.  
Menangis? Aku tidak sanggup menangis saat Andi memelukku dan aku mengatakan padanya bahwa ia akan segera sembuh dan segalanya akan baik-baik saja.  Melihat wajah adikku yang nyaris tak dapat dikenali dan selang-selang di sekeliling tubuhnya, seluruh hatiku luruh menghempas bumi. Beribu tanya menerpaku. Apakah Andi bisa berjalan lagi? Apakah ia bisa sembuh seperti sedia kala, bekerja seperti semula dan apakah ia bisa melompat meraih bintang? Bintang yang kami lihat bersama di malam terakhir sebelum peristiwa itu.
Saat aku membereskan tas ransel adikku, barulah aku bisa menangis sepuas-puasnya. Aku melihat sunblock-ku, Hazeline dan body lotion yang masih tersimpan di dalamnya. Utuh. Hanya sedikit kotor. Aku ingat sore itu dan malam hari yang kami habiskan bersama. Keadaan yang sekarang terbalik seratus delapan puluh derajat.
Ibu dan aku menjaga Andi di rumah sakit siang dan malam. Bergantian. Menemani, menghibur, memberi semangat atau sekedar bercerita tentang dunia. Aku mendengar mimpi-mimpi buruk Andi hampir tiap malam. Terkadang aku tak kuat menahan tangis kala menatap wajahnya yang nyaris tak berbentuk. Siapa yang akan menyukainya? Mencintainya? Dengan wajah seperti itu? Tapi Andi ternyata lebih kuat dari yang kubayangkan.
 Ia kembali menjalani operasi di hari berikutnya. Ia sama sekali tidak mengeluh. Kali ini operasi paha kanannya yang patah. Dokter memasang pen di dalamnya Ibu dan aku meniti detik demi detik dalam penantian yang nyaris tak tertahankan di luar kamar operasi. Saat itu, tak kurang dari delapan kantong darah ditransfusikan pada tubuh adikku.  Malam itu, aku bersujud dengan segala kerendahan hati pada Sang Maha Cintaku yang atas kehendak-Nyalah operasi Andi yang kedua berjalan lancar.
Keesokan harinya, tiba-tiba Andi berkata padaku bahwa ia ingin melihat wajahnya di cermin. Aku menatap Andi sambil menahan tangis. Kedua matanya yang bengkak lebam memandangku dengan berkaca-kaca.
"Kak, separah itukah wajahku sehingga tidak seorang pun bersedia meminjamkan cermin padaku? Sehancur itukah wajahku?" tanya Andi terbata-bata. Jahitan di dalam rongga mulutnya membuat Andi sulit berkata-kata.
"Tidak! Tentu saja tidak! Bagiku, kau tetap adikku yang tampan dan sangat tabah. Kau hebat! Kau tahu itu. Aku yakin kau kuat melewati semuanya ini," hiburku sambil menggenggam tangannya erat-erat. Andi meringis. Atau tersenyum? Sungguh sulit kubedakan saat itu.
Setelah berdiskusi panjang dengan dokter yang merawat Andi, akhirnya kami memutuskan membawa Andi pulang ke Jakarta. Selain dekat dengan rumah, sebisa mungkin kami ingin menjauhkannya dari tempat kejadian kecelakaan itu. Siang itu, dengan sebuah mobil ambulance, Andi dibawa pulang ke Jakarta.  
"Kak, apakah aku pulang ke rumah?" tanya Andi sepanjang perjalanan. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Sungguh tak kusangka, aku harus pulang dari Sukabumi dengan ambulance," sambungnya. "Rasanya baru kemarin aku melewati jalan yang sama dari arah yang berlawanan, di dalam bus, dengan teman-temanku. Dan kini... Lihatlah aku, Kak. Entah bagaimana hidupku selanjutnya. Bagaimana keadaan teman-temanku? "
Aku menatap Andi dengan perasaan bercampur baur. Dari kabar yang kuterima, keadaan teman-teman Andi juga bisa dikatakan tidak baik. Ada yang masih belum siuman, ada yang matanya menjadi buta, ada yang tulang punggungnya retak dan kemungkinan besar tidak dapat berjalan kembali dan masih banyak lagi. Mereka dirawat di berbagai rumah sakit di Jakarta.
"Mereka juga pulang ke Jakarta naik ambulance," jawabku mencoba bercanda. Andi tersenyum getir. Setiba di Jakarta, Andi langsung masuk Rumah Sakit St Carolus untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Hari-hari selanjutnya sungguh tidak mudah bagi kami semua. Biaya pengobatan adikku sungguh tidak murah. Beruntung Andi mendapat santunan asuransi dari tempatnya bekerja. Biaya kedua operasi yang terdahulu dibayarkan oleh pihak asuransi. Menurut ahli tulang yang merawat adikku, Andi harus dioperasi rahangnya yang patah. Andi terhenyak mendengar ia harus kembali menjalani operasi.
"Ibu, aku takut!" ujar Andi pada Ibu. Aku benar-benar salut pada ketabahan dan ketenangan Ibu. Walaupun aku sering memergoki Ibu menangis diam-diam di kamar kecil namun Ibu menyalakan semangat pantang menyerah yang luar biasa dan berkobar-kobar pada adikku.
Ibu mengelus wajah Andi yang nyaris tak berbentuk dengan penuh sayang. Kepalanya plontos. Luka jahitan di kedua kakinya masih belum kering. Tubuhnya masih babak belur. Andi masih belum dapat bangun dari tempat tidur.    
"Jagoan Ibu. Jagoan kecil Ibu yang sudah dewasa. Kau sudah berhasil keluar dari bus itu, Sayang. Kau juga dengan berani menolong temanmu. Kau menjalani kedua operasi terdahulu dengan kuat dan tabah.  Kau anak lelaki kebanggaan Ibu. Ibu bangga padamu, Nak!" kata Ibu lembut. "Saat ini, kau berada dalam penanganan para dokter yang ahli. Mereka mengusahakan yang terbaik untukmu. Berdoalah, Sayang. Tuhan selalu mendengarkan doa hamba-hamba- Nya. Ibu ada di sini. Selalu ada di sini menemanimu."
Andi menjalani operasinya yang ketiga. Operasi rahang. Hampir lima jam tim dokter bekerja di dalam ruang operasi. Operasi kali ini lebih lama dari yang sebelumnya karena operasi ini adalah operasi plastik untuk mengembalikan bentuk rahang adikku. Aku menatap wajah Ibu yang letih karena berhari-hari kurang tidur. Ia terlihat tegang dan tak henti-hentinya berdoa. Kutatap awan tak berarak di luar jendela. Aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi yang kutahu pasti, waktu terus berjalan, tak berhenti sedetik pun. Dan badai ini pasti akan segera berlalu.
Begitulah hari-hari yang kemudian kami jalani. Bolak balik dari rumah ke rumah sakit. Pagi, siang, sore, malam. Hari dan tanggal silih berganti. Begitu juga teman-teman dan saudara-saudara kami datang silih berganti menjenguk Andi. Seminggu setelah operasi Andi yang ketiga, dokter mengatakan bahwa Andi harus kembali menjalani operasi untuk memperbaiki tulang pipinya yang hancur.  
Di malam sebelum operasi, kami berdua berbincang-bincang sambil menatap keluar dari jendela kamar Andi. Bintang-bintang. Bertaburan di langit pekat. Mirip seperti malam di teras depan rumah kami dulu.
"Kak, lihatlah bintang itu. Itu bintang yang pernah kulihat di depan rumah kita dulu," ujar Andi. "Waktu itu, aku begitu bahagia. Cahaya seakan membentang luas di hadapanku. Siap untuk dilalui, siap untuk dilompati. Dan aku siap melompat setinggi langit, memetik bintang dan membawakannya untuk Kakak."
Andi memandang kedua kakinya. "Entah apakah aku bisa berjalan lagi. Apalagi melompat dan berlari. "
"Kau pasti bisa berjalan lagi!" tukasku. "Dokter mengatakan bahwa kedua kakimu sudah menunjukkan banyak kemajuan yang sangat berarti. Nantinya kau memerlukan terapi agar dapat berjalan kembali."
Andi tersenyum tabah. "Kak, besok aku harus kembali dioperasi. Setidaknya, wajahku tidak seburuk dulu kan?"
Aku tersenyum. Wajah Andi memang sudah kelihatan bentuknya setelah rahangnya dioperasi. Kedua matanya sudah kembali ke bentuknya semula. Sungguh aku tak henti-henti bersyukur; dari semua luka-luka luar di sekujur tubuhnya, Andi tidak mengalami luka dalam.
"Tidak. Wajahmu tidak seburuk itu," jawabku tegas. "Tunggu saja. Akan banyak gadis-gadis yang berusaha memikat hatimu."
Andi tertawa pelan. "Kak, aku sayang padamu. Aku juga sayang Ibu," ujarnya sambil menoleh pada Ibu yang tertidur di kursi.
Keesokan harinya, kami mengiringinya menuju kamar operasi. Sambil menggenggam tangan Ibu erat-erat, Andi berkata bahwa ia akan membawakan oleh-oleh untukku nanti. "Aku tunggu oleh-olehmu, Andi," kataku sambil mengedipkan mata.
Entah oleh-oleh apa yang dimaksud Andi. Aku tidak menanyakan padanya lebih lanjut karena seusai operasinya yang keempat, keluarga kami lebih dipusingkan oleh biaya rumah sakit yang membengkak. Tuhan Maha Adil. Hanya karena pertolongan dan bantuan-Nya- lah, kami dapat membayar tagihan rumah sakit. Sahabat-sahabat Andi menggalang dana dengan mengadakan berbagai kegiatan dan hasilnya diserahkan untuk biaya pengobatan Andi. Juga bantuan dari perusahaan tempat Andi bekerja. Satu bulan penuh Andi dirawat di rumah sakit. Dan tepat di hari ketiga puluh satu, Andi pulang ke rumah.
Andi pulang dengan duduk di kursi roda. Diiringi seluruh kerabat dan sahabat-sahabat kami, tetangga-tetangga kami, Ibu dan aku menghantarnya keluar dari badai itu dan kemudian bersama-sama menantikan datangnya pelangi.
 
********
Tiga puluh bulan kemudian...
Andi mengajak Ibu dan aku makan malam bersama. Hari itu, ia diterima bekerja di sebuah perusahaan asing yang lain. Ia diangkat menjadi seorang manajer.       "Kecil-kecil kok sudah jadi manajer?" goda Ibu. "Apa kamu sanggup bertanggung jawab atas sekian banyak orang yang berada di divisi-mu?"
Andi tertawa kecil. "Bukankah aku jagoan kecil Ibu? Kalau ibunya saja seperti Ibu, bagaimana anaknya?"
Malam itu, Andi membawa kami ke sebuah rumah makan sederhana yang terletak agak di luar kota. Rumah makan itu berada di atas sebuah bukit kecil dengan pemanandangan kota yang terhampar di bawahnya. Jutaan lampu berkelap-kelip mewarnai bumi yang membentang.
"Kak, aku hendak menunjukkan sesuatu padamu," Andi mengajakku ke loteng atas rumah makan itu. Ada sebuah teropong terpasang di situ.
"Kak, masih ingat janjiku di rumah sakit dulu? Waktu aku hendak dioperasi untuk keempat kalinya? Aku berjanji akan membawakanmu oleh-oleh," sambung Andi.
"Oleh-oleh?" tanyaku heran. Aku benar-benar lupa tentang oleh-oleh itu.
"Iya. Oleh-oleh.," sambungnya sambil tersenyum. Kutatap wajah Andi yang sumringah. Operasi plastik itu sungguh berhasil. Rahang yang mulus, tulang pipi yang kembali menonjol, kedua kaki Andi yang sudah dapat berjalan kembali setelah selama hampir setahun menggunakan tongkat dan kursi roda. Rasanya itu oleh-oleh paling sempurna yang pernah dibawakan Andi untukku.
"Kak, lihatlah melalui teropong ini. Kubawakan bintang dari langit untukmu!"
Aku mengintip malu-malu melalui teropong tersebut. Bintang yang paling terang sinarnya itu ternyata tengah tersenyum kepadaku...
 
 
             Jakarta, 5 Desember 2007
            This story is dedicated to my brother with lots of love.
For the memories of his accident in 2005.
 
**********

__________________________________________________________
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
15a.

Re: [DIARY] Menikah Bukan Sekedar Ingin

Posted by: "sasa909691" sasa909691@yahoo.com   sasa909691

Sun Jun 29, 2008 11:37 pm (PDT)

assalamu'alaikum temen-temen. salam kenal aku anisa kuffa. memang
bahasan tentang jodoh itu menarik dan nggak pernah basi. udah gitu,
menunggu datangnya jodoh lebih mendebarkan daripada nunggu pengumuman
kelulusan. hehehe. karena rahasia banget kapan dan dimana dia akan datang.

kalo menurutku, banyak hal yang bisa dipersiapkan (berdasarkan
pengalaman yang baru 15 bulan menikah) :

pertama, mental. jelas banget. seringkali kita menikah dengan bayangan
indahnya saja. nggak ngebayangin kalo bakalan ada kerikil2 salah faham
yang menyapa. kalo mental kita udah siap (setidaknya berusaha untuk
siap), kerikil itu hanya terasa sakit di kaki sebentar saja, abis itu,
jauh lebih mesra. selain itu kita juga siapin kontrol emosi, karena
kita dan pasangan bertemunya saat udah sama-sama dewasa dan karakter
sudah terbentuk, maka pasti ada kemungkinan terjadi friksi.

kedua, rajin ibadah dan selalu istiqomah. karena sesudah pernikahan
akan banyak godaan datang, jika kita selalu siap dan dekat dengan
Allah, insyaAllah semua akan terasa indah.

ketiga, manajemen waktu. yang ini aku ngerasa paling sulit karena udah
biasa dari SMA sampai S2 dan Kerja hidup sendiri di kos jadi cenderung
egois. kalo udah nikah, kita mesti bisa atur waktu. ibaratnya, mesti
bisa ngebagi waktu buat sendiri, buat keluarga dan buat kerjaan. kalo
biasanya abis subuh bisa baca Al-Qur'an dan baca buku santai nggak ada
yang ngeburu-buru, sesudah menikah ada suami yang mesti disiapkan
semua keperluannya. apalagi kalo sama-sama berangkat pagi-pagi. perlu
trik-trik supaya ibadah tetep lancar tapi rumah tangga juga beres.

keempat,perhatikan keluarga kita. karena kita sering nggak perhatian
dnegan keluarga sendiri dengan alasan udah biasa serumah. nah ntar nih
kalo udah menikah akan ada serombongan orang yang secara mendadak jadi
keluarga kita dan semua butuh diperhatikan. jadi nggak ada salahnya
sebagai persiapan dari sekarang belajar perhatian sama keluarga.

kelima, persiapan materi juga perlu. kita toh harus realistis.
sekarang ini ibaratnya pergi selangkah saja butuh duit...:-)

untuk persiapan selanjutnya? baca ya. curhatku di postingan [problem
solving] proyek pencarian jodoh.

wassalam

anisa kuffa

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, regan tini <regantini@...>
wrote:
>
>
> Assalammu'alaykum wrwb,
>
>
> Nia, pa kbr? hehehe......
> hehe, ngebaca tulisannya nia ini, jd inget diri sendiri..
> Akhir thn 2007 kemarin, aku pernah punya resolusi bhw th 2008 siap
nikah Insya Allah....
> Setiap ada temen or sahabat yg nanya.. aku jawabnya senyum2 aja..
"hehehe...mohon doanya aja.." ternyata jwbnku itu menimbulkan sesuatu
yg ambigu.... temen2 pada ngira udah ada calonnya.. padahal dalam hati
bilang "mo nikah ama sapa?... wallahu alam..."
>
> hehehe... hehhe..hehhe...
> klo inget itu suka ketawa sndiri....
> ya tapi aku setuju dgn apa yg nia tulis, jadi hal ini jd semangat
/motivasi utk selalu berbuat yg terbaik mmpersiapkan bekal optimal utk
menggenapkan separuh Dien.
>
> Aku jd inget juga petuah tmn2 yg sudah lbh dulu mencapai jalan itu,
mereka bilang menikah memang bukan sekedar ingin tapi jg harus siap.....
> siap apa????
> 1. siap mental
> 2. siap-in ilmu dan segala hal ttg kehidupan pernikahan
> 3. siap-siap menabung dari sekarang
> 4. siap-siap untk ringan tangan dgn byk sedekah, zakat dan infak..
supaya jln kita
> untuk mendapatkan pangeran/bidadari surga itu mudah...
>
> Amien..amien.. Ya Rabbal Alamien....
>
>
> itu aja deh komentar ku...
> hehhehe....
>
> Wassalam,
> -regan-
>
>
>
> --- On Thu, 6/26/08, Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@...> wrote:
>
> From: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@...>
> Subject: [sekolah-kehidupan] [DIARY] Menikah Bukan Sekedar Ingin
> To: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Date: Thursday, June 26, 2008, 7:56 AM
>
>
>
>
>
>
>
> MENIKAH BUKAN SEKEDAR INGIN
>
>
>
> "
>
>
>
> Recent Activity
>
>
> 29
> New MembersVisit Your Group
>
>
> Real Food Group
> on Yahoo! Groups
> What does real food
> mean to you?
>
> Yahoo! Groups
> Discover healthy
> living groups and
> live a full life.
>
> Yahoo! Groups
> Dog Zone
> Connect w/others
> who love dogs.
> .
>

16.

[problem solving] Proyek Pencarian Jodoh

Posted by: "sasa909691" sasa909691@yahoo.com   sasa909691

Sun Jun 29, 2008 11:42 pm (PDT)

[problem solving] Proyek Pencarian Jodoh

Beberapa hari yang lalu, kuterima sebuah sms dari salah seorang teman
lama. Isi smsnya lumayan menggelitik dan membuatku merenung.

Ass. Mbak gimana kabarnya? Mbak, cariin aq suami dong. Aq skr br
ngerasa kesepian nih n br sdr aq butuh seorang pendamping, please..

Bagaimana aku tidak tersenyum membaca sms itu? Karena aku teringat
pada perjalanan pencarian jodohku sendiri yang melalui jalan yang
berliku. Mungkin aku bukan satu-satunya orang yang butuh waktu
bertahun-tahun untuk menemukan jodoh yang telah di sediakan Allah untukku.

Sms dari teman dengan nada yang sama bukan kali ini saja kuterima.
Beberapa kali dan dari orang yang berlainan. Sms dan email dengan
maksud minta di carikan jodoh semakin sering kuterima sesudah aku
menikah.

Dimanakah engkau jodohku?

Sekitar tahun 2000-2001, saat itu aku masih duduk di bangku kuliah dan
sedang pengen-pengennya nikah. Bahkan saking pengennya nikah aku
sampai ikut kajian para nikah di masjid mardliyah kampus UGM yang
letaknya ada di sebelah RS Sardjito. Banyak catatan tentang pernikahan
yang kudapatkan. Nggak Cuma itu saja, buku-buku pernikahan pun kubaca.
Dari buku yang tipis sampai yang tebel banget. Wah membaca buku-buku
itu ternyata semakin membuatku bersemangat. Saat itulah keinginanku
untuk menikah semakin menggebu. Yang ada dalam bayanganku tentang
pernikahan adalah indah-indah dan indah. Hanya ada satu kata itu dalam
benakku tentang pernikahan.

Sayangnya keinginanku saat itu tidak terpenuhi. Tidak ada seorangpun
yang memenuhi kriteria dan melamarku. Walau aku berusaha keras dan
selalu meminta dicarikan jodoh tiap bertemu dengan teman-temanku yang
sudah menikah telebih dahulu. Seingatku saat itu ada 2 lelaki yang
berniat serius. Aku tidak punya perasaan spesial pada dua-duanya. Tapi
tetap saja aku jalani pendekatan karena keingianku yang besar untuk
menikah. Dasar memang nggak jodoh dan belum waktunya, selalu ada saja
penghalangnya. Lelaki pertama, masih kuliah dan mengandalkan dana dari
orangtua, sedangkan lelaki kedua, beragama Islam tapi ada hal prinsip
tentang aqidah yang tidak sejalan.

Keinginanku tentang menikah masih saja menggebu. Apalagi saat umur
terus bertambah dan bayangan indahnya pernikahan masih terus
membayang. Bahkan tiap kali ada yang menawariku untuk mengenalkan
dengan seorang lelaki atau menjodohkan, aku selalu mengangguk setuju
untuk bertemu. Lucunya lagi, nggak ada seorang lelakipun yang
mengajakku pacaran saat itu. Semuanya berkenalan dengan tujuan satu,
menikah. Kesamaan tujuan inilah yang membuatku bertambah semangat.
Patah satu tumbuh seribu menjadi pepatah yang menghiasi diaryku ketika
kegagalan demi kegagalan taaruf menderaku.

Pada akhirnya, aku sampai pada titik jenuh. Berulangkali taaruf, tidak
berhasil. Bahkan hampir tidak ada jeda antara satu taaruf dengan
taaruf yang lain. Benar-benar semua tidak ada yang berhasil. Paling
hanya pendekatan dalam hitungan minggu dan bulan, tidak ada yang
menembus hitungan lebih dari 6 bulan.

Saat itulah keinginanku mulai mereda. Bayangan indahnya pernikahan pun
lewat sudah. Aku lelah. Sungguh lelah. Mungkin saat itu aku mengalami
kelelahan lahir dan batin. Pepatah patah satu tumbuh seribu agaknya
mulai goyah. Aku mulai merasa heran dengan diriku, apa yang salah pada
diriku sehingga taaruf itu selalu gagal. Sejak saat itulah
bacaan-bacaan tentang pernikahan kusingkirkan jauh-jauh, bahkan ada
beberapa buku tentang pernikahan yang kusimpan di kardus.
Aku yakin sepenuh hati bahwa Allah sudah menyiapkan jodohku. Allah
pasti sudah menyiapkan seorang yang benar-benar cocok untukku dan bisa
menerimaku apa adanya. Hanya saja aku bingung, kapan orang itu akan di
datangkan padaku? Sementara niatku untuk menikah sudah menggebu dan
umurku sudah bertambah dari hari ke hari.

Allah, tolong datangkanlah dia..

Sampai beberapa tahun kemudian, diusia 29 tahun aku berkenalan dengan
seorang lelaki. Wajar, datar dan biasa. Itu awalnya. Mungkin karena
saat aku berkenalan dalam forum pelatihan itu, aku masih di rundung
duka. Duka akan kegagalan taarufku beberapa kali. Memang sejak itu aku
agak kurang peka terhadap lawan jenis. Aku cenderung tidak menanggapi
ketika ada lelaki mengajak bicara. Mungkin juga di dalam hati aku
masih merasa kecewa. Tapi entah kenapa lama-lama ada perasaan yang
berbeda setiap kali bertemu dengannya. Saat itulah aku mulai lagi
membaca buku-buku tentang pernikahan. Karena aku tak ingin lagi
bermain-main. Aku ingin membacanya dengan serius dan meminta pendapat
dari teman-teman yang sudah lebih dahulu menikah. Aku ingin
mendapatkan gambaran nyata tentang sebuah pernikahan.
Salah satu ustadz dalam pengajian mengatakan, " pernikahan bisa
disimpulkan dari 4 kalimat. Pertama, membenturkan idealisme dengan
realitas; kedua, penyempurnaan iman; ketiga, pernikahan merupakan
tugas pertumbuhan dan perkembangan; keempat, bersama untuk bekerja sama."

Aku pun berusaha mencerna empat kalimat tersebut. Ribet banget ya? Itu
yang ada dalam pikiranku saat itu. Membenturkan idealisme dengan
realitas adalah kalimat yang paling lama kumengerti. Idealisme apa?
Realitas apa? Sampai aku perlu bertanya berkali-kali kepada
teman-temanku yang sudah terlebih dahulu menikah.
Bagiku keterangan yang runtut dari ustadz tersebut memberi tambahan
kesiapan mental yang sedang perlahan kupersiapkan untuk sebuah
pernikahan. Sambil terus belajar aku pun memohon pada Allah, jika
memang si lelaki ini adalah jodohku, kumohon pada Allah untuk
memudahkan jalan bagi kami untuk menikah.

Namanya juga doa orang jatuh cinta… &#61514;

Awalnya saat berdoa dan berharap itu, aku sempat kuatir. Bayangan
kegagalan di masa lalu kembali membayang. Namun aku mencoba untuk
menepis semua ketakutanku itu. Aku meyakinkan diri bahwa Allah
mengerti benar apa yang ada di dalam hatku. Kalau aku serius
benar-benar berdoa dari dalam hati, pasti Allah akan memberikan
jawabannya. Sambil berdoa itulah aku terus menerus mencari informasi
yang lengkap tentang pernikahan. Tidak Cuma indahnya saja. Tetapi juga
semua hal yang berkaitan dengan pernikahan. Aku berharap dengan
banyaknya informasi yang kudapatkan aku semakin siap untuk menikah.

Hikmah proyek pencarian jodoh

Setelah kurang lebih 7 bulan mengulang doa yang sama dan terus
berharap, akhirnya pada penghujung Desember 2006, lelaki ini melamarku
dan kami menikah 3 bulan kemudian saat usiaku tepat 30 tahun.
Dan sekarang, saat usia pernikahanku jelang 15 bulan 4 hari lagi, aku
merasa setiap hari penuh dengan pembelajaran. Justru ini lebih nyata
daripada di buku. Memang bayangan indah,indah dan indahnya pernikahan
masih kurasakan hingga sekarang ini dan semoga sampai akhir hidupku
nanti. Tapi tidak memungkiri perasaan bahwa ada saat-saat dimana
terjadi kesalahfahaman diantara kami. Hal-hal kecil dan remeh pun bisa
menyulut emosi tatkala kami sama-sama lelah sepulang kerja. Namun di
balik semua itu, selalu ada keindahan setiap kembali berdamai sesudah
kesalahfamahan itu.

Dan kuingat pesan bu Eka, guru ngajiku beberapa tahun yang lalu, saat
dia sedang memberi materi tentang persiapan pernikahan, "ingat
kebaikannya, dan selalu ingat kebaikannya ketika setan mulai masuk
diantara kalian." Hal ini juga yang ku praktekkan saat kesalahfahaman
itu datang. Dan alhamdulillah dalam hitungan menit, kami bisa
berbaikan kembali.

Senada dengan pesan guru ngajiku tersebut, ada juga pesan dari salah
seorang sahabat sesaat sebelum aku menikah, "Hiasi rumahtanggamu
dengan berdoa kepada Allah. Karena hanya Dia yang bisa membolak
balikkan hati manusia. Dan hanya Allah satu-satunya yang bisa
mendekatkan hati kalian dan membuat rumah tangga kalian sakinah
mawaddah wa rahmah. Kita manusia wajib untuk berusaha dan berdoa."

Pesan sahabatku ini juga yang kupraktekkan dalam kehidupan rumah
tanggaku. Kami berdua selalu berusaha menyempatkan berdoa setiap
selesai sholat berjamaah, setiap bersiap tidur, setiap akan berangkat
bekerja, dan pada beberapa kesempatan yang lain.

Memang proyek pencarian jodohku sudah menemukan jawabannya. Aku pun
seringkali tertawa jika mengingatnya. Cukup lama proyek ini kujalani,
hampir 7 tahun aku menanti dan menanti hingga Allah menghadirkan jodoh
itu. Entah sudah berapa liter air mata yang terus menerus keluar
mengiringi langkahku menjalani proyek itu. Air mata yang terus
mengalir ketika aku berdoa, ketika aku memohon dan berharap akan
terkabulnya permohonanku.

Dan sekarang, kusadari banyak hikmah yang bisa kupetik dari
kesulitanku dalam menemukan jodoh.

Pertama, jelas bahwa Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita.
Orang yang tepat mendampingi kita, waktu yang tepat saat Dia
mempertemukannya, juga bagaimana cara Dia untuk mendekatkan dua orang
yang berjodoh. Semua benar-benar rahasianya. Dan kita sebagai manusia
benar-benar tidak punya kekuatan apa-apa untuk mengubahnya. Kita hanya
punya dua hal, berusaha dan berdoa.

Kedua, tak ada yang sia-sia dalam hidup kita termasuk usaha yang telah
kita lakukan. Karena itulah, menurutku, sesulit apapun proyek
pencarian jodoh yang kita lakukan, usahakan tetap berada di jalan yang
benar. Jangan halalkan segala cara. Buang jauh-jauh prinsip 'cinta
ditolak dukun bertindak'

Ketiga, jodoh kita memang orang yang misterius. Kita tidak akan bisa
mengerti bagaimana aslinya dia sampai dia menjadi suami kita. Karena
itulah sebaiknya jangan memasang target yang terlalu rumit dalam
kriteria jodoh yang kita cari. Pasang kriteria yang prinsip-prinsip
saja. Jangan terlalu muluk-muluk dan jangan mencari orang yang
sempurna karena tidak ada yang sempurna dalam diri seorang makhluq.
Kriteria seperti rambut kriting, mata normal (tidak minus), dan
kriteria yang semacamnya tidak usah terlalu di pentingkan. Toh rambut
kriting bisa di rebonding, toh mata minus bisa dikasih softlens

Keempat, semakin besar pengharapan kita maka akan semakin besar
kemungkinan kita untuk kecewa. Artinya, selalu siap dengan segala
kondisi. Ketika memulai berkenalan dan taaruf, berharap itu boleh tapi
jangan terlalu tinggi. Biar tidak terlalu sakit kalau gagal. Nah,
kalaulah taaruf kali ini gagal, pompakan semangat dalam hati, gagal
kali ini nggak masalah mungkin yang berikutnya berhasil. Dimana satu
pintu tertutup pasti ada pintu lain yang terbuka. Kalau semua pintu
tertutup, toh masih ada jendela.

Kelima, pasrah ketika usaha maksimal disertai doa sudah dilakukan.
Allah tidak pernah tidur jadi Allah pasti akan memberikan jawaban pada
kita. Jangan patah semangat. Jangan menganggap bahwa kita paling
merana di dunia.

Tips-tips menghadapi kesulitan

Rangkaian hari adalah masa dimana kita diuji untuk menghadapi
kesulitan. Tidak ada seorang manusia pun yang lepas dari sebuah
kesulitan. Mungkin kita sedang diuji dengan sulitnya mencari jodoh,
tapi orang lain mungkin saja diuji dengan kesulitan yang berbeda. Hal
yang sering terjadi adalah kita berprasangka buruk pada Allah atas
kesulitan yang kita alami. Kita sering merasa Allah tidak sayang
kepada kita sehingga kita diberi kesulitan yang seolah menghimpit dada
kita dan membuat kita sulit bernapas.

Karena kesulitan itu akan selalu ada, maka sebaiknya kita siapkan
tips-tips untuk menghadapinya. Biar di lain waktu kita lebih siap dan
tepat menghadapinya. Kalaupun suatu saat nanti kita terlena dan
terhempas lagi saat menghadapi kesulitan, maka catatan ini bisa
menjadi sebuah pengingat.

Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Allah tidak pernah berbuat
buruk kepada hambaNya. Bahkan kita yang telah banyak bergelimang dosa
masih saja diberi banyak kenikmatan.

Jika kita terus mendekatkan diri pada Allah, kesulitan ini bisa jadi
sebuah ladang ibadah. Jangan lari dari Allah, justru semakin
mendekatlah karena memang itu yang Dia inginkan.

Kita bukan orang yang paling merana sedunia. Jadi, mengapa harus
berlarut dalam kesedihan? Sedih sesaat boleh saja, semua itu masih
wajar sebagai manusia. Yang penting sesudah itu kita langsung bangkit
dan optimis kembali.

Kesulitan itu tidak kekal adanya. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan. Yakin saja dengan janji Allah tersebut. Kesulitan itu
datang sendiri dan akan pergi dengan sendirinya, biarkan waktu yang
menjawab. Yang penting, bagaimana kita menjalaninya. Jangan sampai
kita terperosok dalam jalan yang salah. Nikmati saja perjalanan kita
kali ini, mungkin sekarang kita masih menangis tapi suatu saat nanti
kita akan tertawa mengenangnya.

Perbanyak amal salih, perbanyak tadabbur Al-Qur'an, perbanyak sodaqoh,
perbanyak silaturahmi dan perbanyak berbuat baik. insyaAllah kesulitan
itu akan berkurang.

Curhat dengan teman untuk melepaskan beban bisa jadi alternatif.
Terkadang kita butuh bicara untuk melegakan hati. Mungkin saja saat
itu teman kita bisa memberi pertimbangan yang lebih jernih. Hanya saja
kita perlu teman yang bisa menyimpan rahasia dan berpikiran positif.

Bagaimana? Masih sedih juga dengan kesulitan yang kita alami? Mari
kita sama-sama menyadari, dimanapun kita, siapapun kita, selagi kita
hidup di dunia pasti akan pernah mengalami kesulitan. Seperti halnya
air laut, kehidupan pun bergelombang. Kadang tenang tanpa masalah,
kadang beriak dengan masalah kecil, namun ada suatu saat dimana
gelombang begitu besar dan kita butuh pegangan untuk membuat kita
tetap tegak.

Anisakuffa
Yang sedang belajar tentang cinta

17.

83 Buku dalam Setahun! (Daftar Buku-Buku yang telah Kubaca)

Posted by: "rafif_amir" rafif_amir@yahoo.co.id   rafif_amir

Mon Jun 30, 2008 12:15 am (PDT)

*Periode 29 Juni 2007-29 Juni 2008*

Alhamdulillah.dalam jangka waktu 1 tahun sejak saya membuat komitmen
untuk membuat resensi/mereview buku setelah membacanya, sudah ada 83
judul buku yang tuntas saya baca.berikut judul buku dan nama pengarangnya:

1. Madrasah Jiwa Perindu Surga (Mas Udik Abdullah)
2. Kujaga Hatiku Dengan Menikahimu (Jon Hariyadi)
3. Detik-Detik Penuh Makna (Abdul Malik Al-Qasim)
4. Masih Cuma Bisa di Republik Mimpi (Boim Lebon)
5. Ketika Cinta Bertasbih (Habiburrahman El-Shirazy)
6. Bertemu Allah dengan Senyum (Dr. Majdi Al-Hilali)
7. Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim (Salim A.Fillah)
8. 17 Tahun (Izzatul Jannah, Afifah Afra, Pipiet Senja, dkk)
9. Risalah Cinta (Helvy Tiana Rosa)
10.Menyibak Tabir (Al-Hakim Al-Tirmidzi)
11.Hati yang Terluka (Arul Khan)
12.Bintang Sinetron (Arul Khan)
13.Nashaihul Ibad (Imam Nawawi)
14.NSJ 2122 The Independent (Ei F. Arifin)
15.Cinta MahaSunyi (Arafat Nur)
16.Biar Penaku Bicara (Haikal Hira Habibillah)
17.Cermin Retak (M.Irfan Hidayatullah)
18.The lost Prince (Sinta Yudisia W.)
19.Kutemukan Warna (FLP Mesir)
20.Amungme (Peringga Ancala)
21.Ketika Mas Gagah Pergi (Helvy Tiana Rosa)
22.Menumbuh Cinta pada Al-Quran (Yusuf Qardhawi)
23.Marketing With Love (Ippho Santosa)
24.Bukan Pernikahan Cinderella (Iwan Januar)
25.Puing! (Fahri Asiza)
26.Di atas Sajadah Cinta (Habiburrahman El-Shirazy)
27.Nikah itu Tak Mudah (Afifah Afra)
28.Deadline Your Life (Solikhin Abu 'Izzudin)
29.Laila Majnun (Nizami)
30.Kado Buat Mama (Haem Qirman,Lc)
31.Saatnya Untuk Menikah (M. Faudzil 'Adhim)
32.Ketika Cinta Bertasbih 2 (Habiburrahman El-Shirazy)
33.Super Health (Egha zainur Ramadhani)
34.Way To Win (solikhin Abu 'Izzudin)
35.Kupinang Engkau dengan Hamdalah (M.Faudzil Adhim)
36.Dalam Mihrab Cinta (Habiburrahman El-Shirazy)
37.Sentuhan Hati Penyeru Dakwah (Abbas As-sisi)
38.Etika Bertamu (Fuad Abdul aziz)
39.The Secret (Rhonda Byrne)
40.Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Indonesia (Korrie Layun Rampan)
41.Bekal Dakwah (Syaikh Musthafa Masyhur)
42.Pudarnya Pesona Cleopatra (Habiburrahman El-Shirazy,ulang)
43.Palestine Emang Gue Pikirin (Shofwan Al-Banna)
44.Fikih Sunnah 1 (Sayyid Sabiq)
45.Gerak-Gerik Kalbu (Ibnu Taimiyah)
46.Kuukir di Langit Luas (Sin Soekarsono)
47.Terapi Shalat Tahajjud (Dr. Moh. Sholeh)
48.Totem (D. Jayadikarta)
49.Secret Project (Sandia Primeia)
50.Istiqomah Solusi Islam Untuk Multikrisis (Abdul Hayy Al-Farmawi)
51.Kutukan Pitopang (Maya Lestari Gf)
52.Dahsyatnya Do'a Coy!! (Solikhin Abu Izzudin)
53.Alpha Veta (Sulung Haryanto)
54.Menulis Cerpen (Jakob Sumardjo)
55.Getting Unstuck (Timothy Butler)
56.Rahasia Kehidupan Seks Para Paus (Nigel Cawthorne)
57.Laskar Pelangi (Andrea Hirata)
58.Teori Pengkajian Fiksi (Burhan Nurgiyantoro)
59.Be The Best not "be asa" (M. Karebet Widjajakusuma)
60.Aliran dan Paham Sesat di Indonesia (Hartono Ahmad Jaiz)
61.Robohnya Dakwah di Tangan Da'i (Fathi yakan)
62.Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup (Gola Gong)
63.Nadya, Kisah Dari Negeri yang Menggigil (Abdurrahman Faiz)
64.Inspiring Words For Writers (M. Faudzil Adhim)
65.Menulis Bisa Bikin Kaya (Helvy Tiana Rosa)
66.Fikih Pergerakan (Sayyid Qutb)
67.Matahari Tak Pernah Sendiri (Helvy Tiana Rosa, dkk)
68.Bikin Kamu Tergila-gila Membaca (Prembayun Miji Lestari)
69.Spritual Reading (Dr. Raghib As-Sirjani)
70.Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah (Fathi Yakan)
71.Spirit Iqro' (Hernowo)
72.Mengikat Makna Sehari-hari (Hernowo)
73.Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager (M. Syafi'i Antonio)
74.Andaikan Buku itu Sepotong Pizza (Hernowo)
75.Rahasiaku Masuk Surga (Dr. Abdul Aziz bin Abdurrahman Asy-Syatsri)
76.Membentuk Karakter Cara Islam (M. Anis Matta)
77.De Winst (Afifah Afra)
78.Break (Ippho Santosa)
79.Speed Reading (soedarso)
80.Akhirnya Mereka Lari dari Neraka (Kholid Abu Sholih)
81.Sudahkah Kita Tarbiyah (Eko Novianto)
82.Saya bermimpi Menulis Buku (Bambang Trim)
83.Menjadi Orang yang Berpengaruh (John C. Maxwell&Jim Dornan)

sebagian besar dari buku-buku tersebut ada di perpustakaan pribadi
saya, sebagian lagi saya meminjamnya dari teman dan perpustakaan
universitas :).saya sangat senang jika teman-teman ada yang mau
mendiskusikan atau berbagi pengalaman membaca salah satu judul buku di
atas.saya tunggu. bisa melalui email rafif_amir@yahoo.co.id

18.

Sajak tentang BANGKIT INDONESIA

Posted by: "duddy indarto" duddyspidey@yahoo.co.id   duddyspidey

Mon Jun 30, 2008 12:22 am (PDT)

Sajak Tentang Bangkit Indonesia
oleh : Duddy Indarto

Kata Nagabonar :

"  Bangkit itu Susah...

Susah melihat orang lain susah

Senang melihat orang lain senang
Bangkit itu Takut...

Takut untuk korupsi

Takut untuk makan yang bukan haknya
Bangkit itu Malu...

Malu menjadi benalu

Malu karena minta melulu
Bangkit itu Marah...

Marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu Mencuri...

Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu Tidak ada...

Tidak ada kata menyerah

Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku...

Aku untuk Indonesia-ku !!     "

Kata Rakyat :

Bangkit itu susah
                    susah untuk makan
                        susah untuk menyekolahkan anak
                            susah untuk bertahan bisa makan dan menyekolahkan anak
Bangkit itu takut
                    takut untuk korupsi,karena rakyat gak mungkin bisa
                       takut untuk mencari uang haram di saat uang halal susah didapat
Bangkit itu malu
                     malu anaknya tidak sekolah
                         malu karena terpaksa menjadi pengemis jalanan
Bangkit itu marah
                     marah dengan keadaan hidup yang semakin susah
Bangkit itu mencuri
                     mencuri dengan mimik memelas untuk satu koin rupiah
Bangkit itu tidak ada
                     tidak ada rasa takut
                         tidak ada rasa malu
                            tidak ada rasa marah
                                untuk tetap bisa hidup,bisa makan setiap harinya
Bangkit itu aku
                    aku untuk keluargaku
                         aku lakukan apapun untuk menghidupi keluargaku
                              aku harus mampu mencari uang halal untuk anak istriku
Bangkit itu harus hidup dan hidup itu perjuangan
        Aku harus berjuang untuk mempertahankan hidup
             Hidup adalah perjuangan, disanalah butuh pengorbanan
                    Aku berkorban untuk terus bekerja tanpa kenal lelah
                           karena makin beratnya hidup
                                 sejak harga kebutuhan pokok membumbung tinggi

BANGKITLAH INDONESIA !!
                   UNTUK RAKYATMU YANG SEMAKIN TERHIMPIT
BANGKITLAH INDONESIA !!
                   UNTUK MENJADI NEGARA YANG DAPAT MENSEJAHTERAKAN RAKYAT
SUDAH 100 TAHUN RAKYATMU MENUNGGU !!!             

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^++++++++++++^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^+++++++++^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


__________________________________________________________
Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.
Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang.
http://id.messenger.yahoo.com
Recent Activity
Visit Your Group
Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Yahoo! Groups

Lawn & Garden

ideas and tips

for a green thumb.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Yahoo! Groups users, check out this limited time offer from Blockbuster! Rent DVDs free for a month!