Selasa, 24 Juni 2008

[daarut-tauhiid] Kisah Islamnya seorang pengiinjil dari Amerika

Assalamu'alaikum wr wb

Dear Shohib Jama'h Daarut Tauhiid yang dimuliakan Allah, bersama ini saya
kirimkan sebuah Kisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes seorang pengiinjil dari
Amerika. Maaf bagi yang sudah membaca kisahnya.

Sumber : www.hidayatullah.com <http://hidayatullah.com/>

Sabtu, 22 Maret 2008

Awalnya ia bekerja sebagai musisi di gereja sekaligus penginjil. Namun kini,
ia berkeliling dunia dan telah banyak mengislamkan orang

ImageHidayatullah.com--Dr. Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun
1962 hingga 1990 ia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil sekaligus
mengelola bisnis alat musik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat bisnis
dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim.
Awalnya ia bermaksud meng-Kristenkan pria Mesir itu. Namun akhirnya ia
justru memeluk Islam diikuti oleh istri, anak-anak, ayah serta mertuanya. Ia
menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas
belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular
tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di
Inggris. Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk
"Qasas Ul Anbiya" yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.

Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam
tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan
pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah
meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut
kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs
<http://www.islamtomorrow.com/> www.islamtomorrow.com. Di bawah ini adalah
penuturannya.

***

Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi
Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya
berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana
Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan
berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama
kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.

Kebanyakan medan kerja kami adalah kawasan institusional seperti pusat
militer, universitas, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan
Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang
Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar
kedua setelah Kristen, namun masih banyak saja terjadi misinformasi tentang
Islam. Misalnya Islam selalu diidentikkan dengan hal berbau Arab.

Banyak orang bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau
pastur Kristen bisa masuk Islam. Padahal tiap hari kami menyampaikan
kebenaran Kristen. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku
buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam.
Pernah seorang pria Kristen bertanya pada saya melalui e-mail kenapa dan
bagaimana saya meninggalkan Kristen dan masuk Islam. Saya berterima kasih
pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga Allah
ridha.

Keluarga Kristen taat

Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir
darah Amerika, Irlandia dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo
saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristen yang sangat taat.
Tahun 1949, ketika masih di bangku SD kami pindah ke Houston, Texas. Saya
dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada
usia 12 tahun di Pasadena, masih Texas.

Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk bisa berkunjung ke banyak
gereja di berbagai tempat guna menambah pengalaman dan pengetahuan Kristen.
Kala itu saya benar-benar haus untuk mempelajari ajaran Kristen. Tidak hanya
ajaran Kristen, bahkan ajaran Hindu, Budha, Yahudi,hingga Metafisika juga
saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan
tidak menaruh perhatian sama sekali, yakni Islam.

Saya suka musik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi
di berbagai gereja. Di kisaran tahun 1960-an saya mengajar musik dan tahun
1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama "Estes
Music Studios." Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama
dengan ayah mengelola bisnis entertainment. Kami juga punya toko alat musik
piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.

Ayah dulu pernah aktif dalam aneka kegiatan gereja. Dari sekolah minggu
hingga aktifitas penggalangan dana bagi pengembangan sekolah Kristen. Dia
sangat menguasai Bibel dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya
belajar Bibel dalam berbagai versi dan terjemahan.

Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat
pertanyaan:"Apakah Tuhan yang menulis Bibel?" Biasanya jawabannya adalah:
"Bibel adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari
Tuhan." Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bibel. Tentu
saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan
penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,"Akan tetapi (Bibel) itu tetap kata
dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia." Begitulah.

Mencari Tuhan

Beranjak dewasa dan memiliki usaha sendiri, akhirnya saya "menyerah". Saya
tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut bermental hipokrit. Saya
belum bisa menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama
Dia menjadi "Tiga" atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia
"Tuhan Bapa" bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi "Anak
Tuhan?"

Selama bertahun-tahun saya mencoba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya
pelajari dan cek dalam agama Budha, Hindu Metafisika, Taoisme, Yahudi dan
banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya
belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencoba bergaul
dengan banyak kalangan, termasuk dengan para evangelis dan penginjil yang
punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan
perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mau
menjawab siapa yang menulis Bibel sebenarnya, kenapa Bibel banyak versi
padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini
dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bibel, saya tidak
menemukan satupun kata "Trinitas."

Kolega saya akhirnya tidak mampu meyakinkan saya. Mereka lelah mencari
jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan "nyeleneh" tersebut. Sampai
akhirnya datanglah satu kejadian yang merupakan awal perjumpaan saya dengan
Islam. Kejadian yang akhirnya meruntuhkan semua konsep-konsep dan
keyakinan-keyakinan yang telah membebani saya selama bertahun-tahun. Solusi
dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya datang justru dengan cara, yang
menurut saya, aneh dan ganjil.

Jumpa pria Mesir

Ceritanya, awal 1991 ayah mencoba menjalin bisnis dengan seorang pengusaha
dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pria Mesir itu. Bagi saya
inilah kali pertama mengadakan kontak bisnis internasional. Yang saya tahu
tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu
ayah menyebut bahwa pria itu seorang Muslim.

Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin
hubungan dengan orang Islam? Spontan batin saya menolak. Tidak, no way! Saya
mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pria itu dengan menyebut
hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam teroris, pembajak,
penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam)
tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali
sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir (maksudnya
Ka'bah-red.). Tidak! Saya tidak mau jumpa orang itu.

Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati.
Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut.
Tapi untuk pertemuan tersebut saya buat semacam "aturan" khusus. Antara
lain; saya mau bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di
gereja, sehingga punya "kekuatan" kala bertemu nanti. Saya musti bawa Bibel,
pakai baju jubah dan peci ala gereja bertuliskan "Yesus Tuhan Kami." Istri
dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan
pertamakali dengan orang Islam itu.

Tibalah hari H. Ketika saya masuk toko, langsung saya tanya pada ayah mana
orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Mendadak saya
dilanda kebingungan. Ah sepertinya pria itu bukan si Islam yang dimaksud.
Hati saya membatin. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan
sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya
rambut sama sekali alias botak. Ia tidak bersorban dan tidak pula berjubah.
Malah pakai jas.

Spontan saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mengamati orang-orang
yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan surban melilit
di kepalanya, berjenggot lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun
tidak ada seorangpun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan,
pria itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat
tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu.
Hanya ada satu pikiran, yakni bagaimana meng-Kristenkan pria Mesir itu.

Interogasi

Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai "menginterogasi" pria Mesir
tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? tanya saya mengawali. Pria itu menjawab
ya. Saya mencocornya lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan
Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih.
Saya dibuat terpana kala mendengar jawabannya. Ia menjelaskan Islam percaya
dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala
diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan
Nabi Isa adalah salah satu utusan-Nya. Fantastik!

Yang bikin saya syok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya
dengan Almasih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai
utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah
Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih
lanjut. Ah padahal sebelumnya saya sangat benci dengan Islam. Kini saya
harus mempelajarinya? Bagaimana mungkin?

Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berdiskusi terutama tentang keimanan.
Pria ini sangat lain. Ramah, kalem, dan terkesan pemalu. Ia mendengar dengan
serius setiap kata-kata saya dan tidak menyela sedikitpun. Lama kelamaan
saya jadi menyukai pria itu. Namun waktu itu yang masih terpikir oleh saya
adalah mencari cara untuk mengajaknya masuk Kristen. Orang ini sangat
potensial menurut saya.

ImageMenjadi mitra bisnis

Saya akhirnya setuju untuk menjalin bisnis dengan pengusaha Mesir itu. Kami
sering mengadakan perjalanan bisnis di sepanjang kawasan Utara Texas.
Sepanjang hari kami justru banyak berdiskusi hal keyakinan Islam dan Kristen
ketimbang masalah bisnis. Kami bicara tentang konsep Tuhan, arti hidup,
maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan banyak
lainnya lagi.

Satu ketika saya dapat kabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia
tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia berencana untuk tinggal di
mesjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah
kami saja. Ia pun setuju.

Satu ketika salah seorang teman saya -seorang pendeta- mengalami serangan
jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal beberapa saat
disana. Saya pun musti menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad
sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia
dengan nyata menolak berdiskusi apapun tentang Islam. Hingga satu hari
datang pasien baru. Seorang pria yang kemudian tinggal satu kamar di rumah
sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kursi roda. Saya berkenalan dengan
pria itu. Sekilas tampaknya pria itu seperti sedang depresi berat.

Pria di kursi roda mencari Tuhan

Akhirnya saya tahu pria itu kesepian dan depresi berat serta butuh teman
dalam hidupnya. Jadilah saya mencoba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya
kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam
gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.

Selepas mendengar kisah itu, pria berkursi roda itu mendongakkan kepalanya
seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahwa ada sedikit masalah yang
melandanya. Selanjutnya ia ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan
saya. Saya berujar bahwa saya bukan seorang pendeta. Pria itu justru
menjawab; "Sebenarnya saya dulu seorang pendeta."

"Apa? Saya barusan menceramahi seorang pendeta ? Saya benar-benar syok kala
itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?

Rupanya pendeta itu -namanya Peter Jacobs- adalah mantan misionaris yang
telah berkeliling Amerika Latin dan Meksiko selama 12 tahun. Kini ia malah
depresi dan butuh istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami.
Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya
sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristen juga belajar tentang
Islam dan bahkan sebagiannya ada yang doktor di bidang itu. Ini hal baru
bagi saya tentunya.

Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut
malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala
Muhammad menceritakan bahwa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau
selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh
jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa yaitu Arab. Sungguh
mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami bisa berubah-ubah dengan
berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?

Sang pendeta masuk Islam!

Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam
di Mesjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter
ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di mesjid.
Mereka (orang Islam) cuma datang dan shalat saja. Tidak ada acara seremoni
apapun. Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian apapun?

Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke mesjid. Namun kali ini lain.
Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khawatir sesuatu terjadi
terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pria berjubah.
Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia
mengenakan jubah dan topi putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu
tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang bolong. Ia menyebut sudah
bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?

Saya benar-benar syok dan semalaman tidak bisa tidur memikirkan hal itu.
Saya ceritakan kejadian tersebut kepada istri. Istri saya justru menyatakan
ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya
benar-benar tidak percaya.

Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi
dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad
minta izin shalat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah
datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di
belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu
menghadap ke arah orang Islam shalat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan
meminta petunjuk-Nya.

ImageSekeluarga masuk Islam

Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, mantan
pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47
saya jadi seorang Muslim. Beberapa menit kemudian istri saya juga ikut
bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya
dan ayah sering ke mesjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya
juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya
meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni
dia. Amiin.

Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristen ke sekolah Islam.
Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz
Al-Quran.

Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke
mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik
dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu,
Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Orthodok, hingga Atheis. Saat ini saya
juga mengelola sebuah website yakni Islamalways.com yang punya motto
terkenal, " where we're always open 24 hours a day and always plenty of free
parking." (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir gratis).

Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna.
Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah
itu ke seluruh alam. Amin. [Zulkarnain Jalil, kontributor
www.hidayatullah.com <http://hidayatullah.com/> di Aceh]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
MARKETPLACE
Blockbuster is giving away a free trial of Blockbuster Total Access to smart movie lovers like you.
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Yahoo! Groups

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals.

Yahoo! Groups

Latest product news

Join Mod. Central

stay connected.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: