Jumat, 27 Juni 2008

[daarut-tauhiid] Fw : KOMARUDDIN HIDAYAT => Maaf dan Terima Kasih

Dari Millis sebelah.

semoga bermanfa'at.

Maaf dan Terima Kasih

Friday, 27 June 2008
COBA hitung dan renungkan, berapa banyak kita berbuat salah dan
menyinggung perasaan orang setiap harinya? Entah kepada
keluarga,teman,mitra kerja,atau anak buah.
Lalu, jumlahkan kesalahan itu setiap akhir pekan atau akhir
bulan.Bayangkan,andaikan dalam komunikasi sosial tak ada kata maaf, entah
dalam konteks minta maaf atau memberi maaf, betapa pengap dan tidak nyaman
suasana serta relasi sosial di antara kita semua. Maaf merupakan kata
magis, apalagi diucapkan sepenuh hati, membuat manusia semakin menjadi
manusia. By forgiving one to another,we are all becoming more human. Orang
yang enggan atau bahkan tidak pernah meminta maaf kepada orang lain pasti
jiwanya tidak sehat.
Kepribadiannya mentah. Sebab, sesungguhnya tiada hari kita tidak berbuat
salah, sengaja atau tidak sengaja, dan menyinggung perasaan orang lain
yang ada di sekeliling kita.Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin
banyak teman dan anak buah, maka semakin banyak pula seseorang berbuat
salah, sehingga mestinya semakin banyak pula sering meminta maaf.
Di sisi lain, orang yang enggan dan pelit memberi maaf, jiwanya kurang
sehat, karena lama-kelamaan endapan kesal, kecewa, dan benci kepada
seseorang akan terasa semakin berat dan menjadi beban pikiran serta
perasaan.
Orang yang memaafkan secara tulus sesungguhnya akan menyehatkan dirinya
sendiri, karena dengan memaafkan, berarti dia mampu menerima kenyataan
pahit, kemudian berusaha melupakan, dan seterusnya membuka lembaran baru
yang putih dan segar. Dengan demikian, memaafkan, melupakan, dan membangun
lembaran baru di hari esok adalah sumber kesehatan seseorang, masyarakat
dan bangsa.
Tindakan memaafkan juga meringankan beban psikologis yang akan
menyehatkan. Tentu saja, memaafkan yang sehat ada kalanya mesti disertai
hukuman dan kemarahan sebagai pendidikan bagi mereka yang berbuat salah.
Saya sering merenung, apakah bangsa ini mampu memaafkan terhadap sesamanya
ataukah lebih senang balas dendam?
Memaafkan itu bukan aib, bukan pula menunjukkan pribadi yang lemah.
Sebaliknya, hanya mereka yang lapang, berjiwa besar, dan memiliki rasa
percaya diri serta menjalani hidup dengan ikhlas yang akan bisa memaafkan
orang lain. Mungkin Nelson Mandela termasuk pribadi yang mampu memaafkan
lawan-lawan politiknya sehingga jiwanya pun tampak sehat.
Berterima Kasih
Pasangan dari maaf adalah terima kasih. Kata ini juga memiliki kandungan
makna yang amat mulia dan dalam. Jika kata maaf menyadarkan betapa kita
sering membuat salah dan menyakiti orang lain, dalam kata terima kasih
mengingatkan kita betapa banyak setiap harinya seseorang menerima kebaikan
hati dan pertolongan orang lain. Kita tidak bisa hidup tanpa bantuan dan
kebaikan hati orang lain.
Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin banyak memerlukan bantuan orang
lain, sehingga mestinya semakin banyak pula menyampaikan rasa terima kasih
kepada teman-teman atau keluarga yang telah memberi pertolongan. Menarik
direnungkan, apa pun pemberian orang,dijawab dengan ungkapan ��terima
kasih��. Entah pemberian itu berupa tenaga,materi, moral, dan bentuk apa
pun lainnya, semuanya dijawab dengan kata terima kasih, bukannya menyebut
materi yang diberikan.
Apa makna dan rahasia di balik ini semua? Maksudnya, dalam relasi sosial
kita mesti saling berbagi cinta kasih. Dengan dorongan kasih itulah, kita
tergerak untuk membantu orang lain sesuai dengan konteks dan kemampuan.
Jadi, adalah kasih yang mendorong kita menolong orang lain,sehingga yang
menerima akan merasakannya dan menjawab dengan kata ��terima kasih��.
Tanpa cinta kasih, perbuatan kita kehilangan makna dan efek positifnya
menguap.Jalinan cinta kasih di antara kita yang terdalam adalah jika
energi dan relasi kasih itu merupakan pancaran dari kasih Tuhan. Bukankah
setiap melakukan perbuatan yang baik, kita dianjurkan mengucapkan
��Bismillahirrahmanirrahim��?
Maksudnya, hendaknya orang yang beriman menjadi penerus sifat kasih-Nya
untuk menanamkan dan menyebarkan di manapun kita berada, dimulai dari
kehidupan keluarga, tempat bekerja,lalu melebar dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Rasanya kehidupan bangsa ini sedang diterpa
krisis nilai dan kejiwaan, enggan untuk saling memaafkan dan saling
berterima kasih secara tulus.
Tanpa kedua nilai dan sikap itu, betapa pun melimpahnya sumber alam
Indonesia, maka tidak akan mendatangkan kedamaian. Betapa pun kaya,pintar,
dan tampan serta cantiknya pasangan suami-istri, kalau masingmasing egois,
enggan saling memaafkan dan berterima kasih, maka pertengkaran dan
perceraian yang terjadi. Coba perhatikan, pribadi yang matang, bangsa yang
beradab, dan politisi yang berkualitas selalu keluar dari lisannya ucapan
maaf dan terima kasih.
Contoh yang paling mutakhir adalah hubungan sosial-politik Hillary dan
Obama.Betapa ketat dan mahalnya persaingan antara keduanya untuk
memperebutkan posisi sebagai calon dari Partai Demokrat untuk menuju
Gedung Putih. Namun, persahabatan dan persaingannya sangat memukau, penuh
kecerdasan dan kesantunan dalam berpolitik.
Ketika Hillary kalah, dia memuji Obama dan menyatakan siap membantu
sepenuhnya. Begitu pun Obama, dia sangat berterima kasih atas
persahabatannya dan dukungannya dalam proses konvensi yang amat mahal itu.
Dari segi ajaran dan nilai, para pengkhotbah baik di masjid,atau dimana
saja selalu menekankan agar kita saling memaafkan dan berterima kasih.
Kalau saja nilai dan sikap ini dihayati dan dipraktikkan,sejak lingkungan
dan komunitas terdekat, pasti akan tercipta suasana yang damai,nyaman,dan
kondusif untuk berprestasi.Sebaliknya, kebencian dan perasaan tidak
dihargai akan membuat suasana tidak produktif bahkan cenderung saling
menjegal.Maaf dan terima kasih yang disampaikan secara tulus akan membuka
katupkatup penghubung empati dan simpati di antara kita yang sudah
tertutup.
Energi maaf dan terima kasih akan memperlebar saluran sambung rasa positif
yang semula menyempit. Akan lebih terasa kalau ekspresi maaf dan terima
kasih diperkuat dengan tatapan mata simpati, senyum apresiasi, dan jabat
tangan persahabatan, terjadilah pergeseran dari rasa ��ke-aku-an�� menjadi
ke ��ke-kami-an��dan ��ke-kita-an��.
Energi semacam inilah yang mesti kita sebarkan di Indonesia saat ini.
Sebagai umat yang beriman, ditambah lagi melihat kondisi bangsa yang
berjalan tertatih-tatih di tengah negara- negara lain yang berjalan
melaju,tidak layak dan hanya merugi memelihara sikap saling membenci,
memfitnah, dan menjatuhkan pesaingnya setiap ada peluang untuk berebut
kursi kekuasaan,baik sebagai bupati, gubernur,maupun presiden.Persaingan
dan kompetisi itu perlu, bahkan suatu keharusan.
Namun,mari kita buat kompetisi itu indah dan meriah bagaikan festival
permainan sepak bola Eropa yang kitanikmati beberapa pekan ini. Siapa pun
yang menang, mesti berterima kasih kepada yang kalah, karena tanpa lawan
tanding tidak akan ada sang juara. Masingmasing saling memuji dan bersikap
sportif di depan publik dan wasit. * Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
KOMARUDDIN HIDAYAT*

sumber : sindo

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
New business?

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Dog Fanatics

on Yahoo! Groups

Find people who are

crazy about dogs.

Discover Tips

on healthy living

and healthy eating

on Yahoo! Groups.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: