Selasa, 13 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Mengenal sosok Isa Al Masih dan hukum mengucapkan selamat natal

 

Mengenal sosok Isa Al Masih dan hukum mengucapkan selamat natal

Saif Al Battar

*Senin, 12 Desember 2011 22:01:08*
<http://static.arrahmah.com/images/stories/2011/12/natal-bahlul.jpg>

*Arrahmah.com* – Setiap akhir tahun Masehi, isu natalan dan hukum
mengucapkan selamat hari natal dan tahun baru kepada kaum Nasrani
senantiasa muncul. Pertanyaan yang dimunculkan tidak jauh berbeda, dan
berkisar seputar dua pertanyaan berikut.

*Pertanyaan pertama:* Bagaimana hukumnya dalam Islam mengucapkan selamat
natal. Apakah haram hukumnya? Bagaimana bila alasannya ingin menjaga
hubungan baik dengan teman-teman ataupun relasi?

*Pertanyaan kedua:* Bagaimana hukumnya seorang pegawai supermarket yang
diminta atasan untuk mengenakan topi sinterklaus dalam rangka memeriahkan
natal.

*JAWABAN:*

Sebelum menjawab pertanyaan diatas mari kita mengenali Isa Al Masih 'Alaihi
Salam terlebih dahulu berdasarkan Al Qur'unul Karim, agar kita mampu
memposisikan beliau sebagai hamba Allah yang terpuji dan terpilih, bukan
sebagai salah seorang Tuhan dari berbagai macam tuhan yang disembah:

*1. Al Masih Isa Ibnu Maryam adalah makhluq Allah Swt.*

Allah berirman dalam surah Ali Imran:

*"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia (apa
yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari
Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk orang-orang yang ragu-ragu." **(QS.
Ali Imran, 3: 59-60)*

*2. Al Masih adalah seorang Rasul dan ibunya adalah seorang yang benar.*

*"Al masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah
berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar,
Kedua-duanya biasa memakan
makanan[1]<http://arrahmah.com/read/2010/12/25/10425-mengenal-isa-al-masih-as-hukum-mengucapkan-selamat-natal.html#_ftn1>.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab)
tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka
berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu)."* *(QS. Al Ma'idah, 5:
75)*

*3. Nabi Isa tidak mengajarkan Allah mempunyai anak.*

Allah Swt berfirman:

*"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah
kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan
selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan
Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".Aku tidak pernah mengatakan kepada
mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu:
"Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi
terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha
menyaksikan atas segala sesuatu."* *(QS. Al Maidah, 5: 116-117)*

*4. Orang yang mengatakan Allah punya anak adalah Kafir.*

Allah Swt berfirman:

*"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah
ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai
Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal
sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir
diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.Maka mengapa mereka tidak
bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."* *(QS. Al Mai'dah, 5: 72-74)*

*5. Langit, bumi dan gunung murka karena Yahudi dan Nashara berkata Allah
punya Anak.*

Allah Swt berfirman:

*"Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang
Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan
selain Allah[2]<http://arrahmah.com/read/2010/12/25/10425-mengenal-isa-al-masih-as-hukum-mengucapkan-selamat-natal.html#_ftn2>
dan
(juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."* *(QS. At
Taubah, 9: 30-31)*

*"Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak".
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan
gunung-gunung runtuh, karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah
mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan
datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba."* *(QS. Maryam,
19: 88-93)*

*6. Isa Al Masih sejak dalam buayan mengatakan dirinya hamba Allah sampai
beliau wafat.*

*"Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana Kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam buayan?"Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati
di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat
dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan Kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku
meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa putera
Maryam, yang mengatakan Perkataan yang benar, yang mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai
anak, Maha suci Dia. apabila Dia telah menetapkan sesuatu, Maka Dia hanya
berkata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah
Tuhanku dan Tuhanmu, Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah
jalan yang lurus."* *(QS. Maryam, 19: 30-36)*

Berdasarkan ayat-ayat diatas, sebagai seorang Muslim/Muslimah tidak
selayaknya mengikuti budaya orang-orang kafir dari ahli kitab dan kaum
musyrikin yang mendakwa Allah mempunyai anak. Itu adalah perbuatan kafir
dan syirik, yang menyebabkan seseorang dijerumuskan kedalam neraka
jahannam. Demikian pula mengucapkan selamat hari natal kepada mereka yang
meyakini Isa Al Masih sebagai anak Allah atau salah satu tuhan dari tiga
tuhan (Alah bapa, Bunda Maria dan yesus kristus), menunjukkan keredhaan
kepada mereka dan merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah dan
Rasulnya, dan perbuatan itu akan menjerumuskan ke neraka karena mereka
menolak beriman kepada Rasulullah Saw. Imam Muslim meriwayatkan hadits
yang bersumber dari Abu Hurairah Ra. ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw
telah bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

*"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tiada seorang pun di
kalangan ummat ini yang mendengar (ajaran)ku baik dari golongan Yahudi
maupun Nashrani kemudian ia mati sementara ia tidak beriman dengan risalah
yang aku bawa (Islam) kecuali ia akan mati menjadi penghuni neraka."* *(HR
Muslim, no.153)* Imam al Qurthuby, al Jaami' li ahkaamil Qur'an, 3/18.

*PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL*

Setidaknya ada dua pendapat yang muncul didalam memposisikan halal haramnya
mengucapkan Selamat Natal dan Tahun baru oleh kaum Muslimin. Kelompok
Pertama mengaitkannya sebagai bagian dari aqidah atau dengan ungkapan lain
masuk didalam wilayah aqidah namun ia memiliki hukum fiqih yang bersandar
kepada pemahaman yang mendalam, penelaahan yang rinci terhadap berbagai
nash-nash syar'iy. Dan kelompok kedua tidak mengaitkannya dengan aqidah,
tetapi masuk didalam wilayah fiqhiyyah.

Berikut adalah penjelasan masing-masing kelompok.:

1. Kelompok Pertama ialah Pendapat Imam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan
para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin-semoga Allah
merahmati mereka-serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al
Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah
haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka.
Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka
adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.

Diantara bentuk-bentuk tasyabbuh :

1. Ikut serta didalam hari raya tersebut.
2. Mentransfer perayaan-perayaan mereka ke neger-negeri islam.

Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai perayaan orang-orang kafir,
menjauhi dari sikap menyerupai perbuatan-perbuatan mereka, menjauhi
berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan tersebut, tidak
menolong seorang muslim didalam menyerupai perayaan hari raya mereka, tidak
mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan
berbagai nama dan istilah khusus didalam ibadah mereka.

Maka memberi ucapan selamat Natal baik dengan lisan, telepon, sms, email
ataupun pengiriman kartu berarti sudah memberikan pengakuan terhadap agama
mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka. Hal ini dilarang oleh
Allah swt dalam firman-Nya,

*"Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia
tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya
Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu."* *(QS. Az Zumar, 39: 7)*

Jadi pemberian ucapan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani baik ia
adalah kerabat, teman dekat, tetangga, teman kantor, teman sekolah dan
lainnya adalah haram hukumnya, sebagaimana pendapat kelompok pertama (Ibnu
Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibn Baaz dan lainnya).

2. Kelompok Kedua ialah Pendapat ulama kontemporer (Ulama Moderat)

Di antaranya Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan
kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu
Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama
orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan
pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya)
adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi
apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang
muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan
lainnya. Hal ini termasuk didalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang
Allah Swt namun dicintai-Nya sebagaimana Dia Swt mencintai berbuat adil.
Firman Allah Swt:

*"…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil." **(QS.
Al-Mumtahanah, 60: 8 )*

Terlebih lagi jika mereka mengucapkan selamat Hari Raya kepada kaum
muslimin. Firman Allah swt :

*"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu."* *(QS. An Nisaa, 4: 86)*

Itulah perbedaan pandangan antara Dr Yusuf Al Qardhawi dengan gurunya Imam
Ibn Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah, karena beliau lebih
mendahulukun logika dengan wahyu.

*BANTAHAN TERHADAP PENDAPAT DR YUSUF AL QARDHAWI*

Tidak lama setelah Dr Yusuf Al Qardhai membuat fatwa tentang halalnya
mengucapkan selamat Natal, tampillah seorang syaikh bernama: As Syaikh
Abdullah bin Umar Al Adni menjawab secara panjang lebar fatwa sesat itu
didalam: http://www.olamayemen.com/show_art4.html

Inilah ucapan beliau setelah membuka jawaban beliau dengan tahmid dan
bacaan selawat.

Para ulamalah yang mengingkari penyelewengan makna al Qur'an yang dilakukan
oleh orang-orang yang berlebih-lebihan dan pemalsuan yang dibuat oleh para
pembela kebatilan. Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan kepada
Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh para sahabatnya. Beliau adalah
sebaik-baik orang yang mengajak kepada hidayah dan membantah kebatilan yang
hina. Beliaulah yang mengatakan:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين
وتأويل الجاهلين

"Ilmu agama ini akan selalu dipikul oleh orang-orang yang terbaik dari
setiap generasi. Mereka mengingkari otak-atik yang dilakukan oleh
orang-orang yang melampaui batas, kepalsuan yang dibuat oleh para pembela
kebatilan dan tafsir asal-asalan yang dilakukan oleh orang-orang yang
bodoh."

Hadits ini derajatnya hasan dan disebutkan oleh al Khatib al Baghdad dalam
buku beliau Syaraf Ashhabul Hadits dari sejumlah sahabat.

Mereka orang-orang yang berlebih-lebihan, pembela kebatilan dan orang-orang
bodohlah yang mengibarkan bendera bid'ah dan menebar kesesatan. Mereka
sendiri berselisih pendapat dalam memahami al Qur'an, menyelisihi ajaran al
Qur'an dan bersepakat untuk meninggalkan ajaran al Qur'an. Mereka
berkata-kata tentang Allah dan atas nama Allah serta tentang kitab Allah
tanpa ilmu. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat rancu dan mereka menipu
manusia yang bodoh dengan kerancuan pemahaman yang mereka sisipkan dalam
kata-kata mereka.

Kita berlindung kepada Allah dari penyesatan yang dilakukan oleh
orang-orang yang sesat dan menyesatkan.

وصدق النبي صلى الله عليه وسلم إذ يقول إن الله لا يقبض هذا العلم انتزاعاً
ينتزعه من صدور الناس ولكن بقبض العلماء حتى إذا لم يبقِ عالماً اتخذ الناس
رؤوساً جهالاً فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا

*"Sungguh benar yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam katakan,
"Sesungguhnya Allah itu tidak akan mencabut ilmu agama dengan seketika dari
dada manusia, namun dengan cara mematikan orang-orang yang berilmu.
Sehingga jika Allah tidak lagi menyisakan seorang pun yang berilmu maka
manusia mengangkat para pemimpin dalam agama dari kalangan orang-orang yang
bodoh. Para pemimpin tersebut mengeluarkan fatwa tanpa ilmu. Mereka sesat
dan menyesatkan orang lain"* *(HR Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr)*

Di antara yang menyesatkan banyak manusia adalah Yusuf al Qardhawi yang
memiliki banyak fatwa yang menyelisihi dalil dari al Qur'an dan sunah
dengan pemahaman salaf. Silih berganti munculnya pendapat-pendapatnya yang
lebih mengedepankan akal dan tersebarlah berbagai sikap-sikapnya yang malah
menguntungkan musuh-musuh kaum muslimin dan menghilangkan indah dan
jernihnya agama ini.

*DI ANTARA KESESATAN DR YUSUF AL QARDHAWI*

*Pertama: Adalah fatwanya yang memperbolehkan mengucapkan selamat hari raya
kepada orang kafir baik Yahudi ataupun Nasrani.*

Fatwa tersebut muncul ketika beliau menjawab sebuah pertanyaan sebagai
berikut:

ماهي حدود التعامل مع النصارى وما حكم تهنئتهم في أعيادهم ؟

"Apa saja batasan interaksi dengan orang-orang Nasrani dan apa hukum
mengucapkan selamat hari raya kepada mereka?."

Dengan penuh kelancangan beliau memberi jawaban yang bertolak belakang
dengan berbagai dalil dari al Qur'an dan sunah, perkataan para ulama salaf
dan perkataan para ulama yang demikian banyak dari ahli tafsir, hadits dan
fiqh. Sungguh tidak ada rasa malu terhadap Allah dan terhadap manusia.

(فيقول ( ولذلك لا مانع من تهنئتهم بأعيادهم ) بل ويستدل على ذلك كذباً
وزوراً ( ويراجع فتواه في موقع إسلام أون لاين

Jawaban beliau, "Oleh karena itu tidak mengapa mengucapkan selamat hari
raya kepada mereka". Bahkan lebih parah lagi beliau mencari-cari dalil
untuk mendukung pernyataan tersebut dengan kedustaan dan kepalsuan. Fatwa
beliau bisa dilihat di situs Islamonline.

Perhatikanlah, kewajiban seorang muslim adalah tunduk terhadap aturan Allah
yang telah Allah turunkan kepada makhluknya dan Allah perintahkan makhluk
untuk mengamalkannya. Allah tidak menerima agama selain agama tersebut.
Itulah agama Islam sebagaimana firman Allah:

*"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk
orang-orang yang rugi."* *(QS. Ali Imran, 3: 85)*

Para ulama Salaf ummat ini berkata:Islam adalah segala yang didakwahkan
kepada manusia dan hal tersebut ada dalam al Qur'an atau terdapat dalam
hadits yang sahih dengan pemahaman salaf shalih sebagaimana firman Allah,

*"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya)." **(QS. Al A'raf, 7: 3)*

*"Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya,
sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan
memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui."* *(QS. Al Baqarah, 2: 137)*

*"…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu…"* *(QS. Al Maidah, 5: 3)*

فلا عقيدة إلا عقيدة الإسلام ولا عبادة إلا عبادة الإسلام ولا منهاج إلا منهاج
الإسلام ولا خُلق إلا خُلق الإسلام , فلا يجوز لمسلم بعد ذلك المعارضة بعاطفة
أو عقل أو ذوق أو رأي بل الواجب الاستسلام التام كما قال تعالى فَلاَ
وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ
ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ
تَسْلِيمًا

Tidak ada akidah yang benar melainkan akidah Islam. Tidak ada ibadah yang
benar melainkan ibadah yang diajarkan oleh Islam. Tidak ada jalan hidup
yang benar melainkan jalan yang diajarkan oleh Islam. Tidak ada akhlak
mulia melainkan akhlak yang diajarkan oleh Islam. Tidak boleh bagi seorang
muslim untuk membantah ajaran Islam dengan perasaan, akal pikiran, rasa dan
pendapat siapapun. Kewajiban seorang muslim adalah tunduk total kepada
ajaran Islam sebagaimana firman Allah yang artinya, *"Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya."* *(QS. An Nisa', 4: 65)*

Janganlah kita meniru orang-orang munafik yang memiliki karakter berpaling
dari agama Allah sebagaimana firman Allah:

*"Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang
Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat
orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari
(mendekati) kamu."* *(QS. An Nisa', 4: 61)*

*Kedua: Menentang syari'at dengan akal.*

Tidak boleh bagi seorang muslim untuk menentang syariat dengan akal dan
pendapatnya karena sikap inilah yang menyebabkan rusaknya agama dan dunia.

قال ابن القيم رحمه الله ( وكل من له مسكة من عقل يعلم أن فساد العالم وخرابه
إنما نشأ من تقديم الرأي على الوحي ومن أعظم معصية العقل اعراضه عن كتاب الله
ووحيه الذي هدى به رسله والمعارضة بينه وبين كلام غيره فأي فساد أعظم من فساد
هذا العقل)

Ibnul Qoyyim mengatakan, "Dan semua orang yang masih memiliki sedikit akal
sangat sadar bahwa kerusakan dan kehancuran alam semesta itu disebabkan
mendahulukan akal pikiran dari pada wahyu. Di antara maksiat terbesar yang
dilakukan oleh akal adalah berpalingnya akal dari kitab Allah dan wahyu-Nya
padahal wahyu adalah alat yang dipergunakan oleh para rasul untuk
membimbing manusia. Demikian pula termasuk maksiat akal adalah
mempertentangkan wahyu dengan ucapan manusia. Kerusakan apakah yang lebih
parah dibandingkan kerusakan akal semacam ini."

وعن ابن عباس إنما هو كتاب الله وسنة رسوله فمن قال بعد ذلك برأيه فلا ندري
أفي حسناته يجد ذلك ام في سيئاته

Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan, "Dalil dalam agama itu hanya kitab
Allah dan sunah Rasul-Nya. Barang siapa yang berkata dengan akal pikiran
setelah adanya dalil maka kami tidak tahu apakah hal tersebut akan dia
jumpai dalam catatan kebaikannya atau dalam catatan dosanya."

Di antara orang yang mempertentangkan agama dengan akal adalah al Qardhawi
dan guru-gurunya yang merupakan rangkaian guru-guru ahli bid'ah dan
orang-orang yang mendahulukan akal pikirannya. Sebagian mereka sekedar
mengutip pendapat yang lain.

Di antara penyimpangannya adalah sikap berpalingnya dari hadits,

قال النبي: أبي وأبوك في النار(رواه مسلم) قال القرضاوي: بعده في كتابه " كيف
نتعامل مع السنة 97-98″ (ما ذنب عبدالله بن عبد المطلب حتى يكون في النار )
وقال عنده (ما ذنب أبي الرجل السائل والظاهر أن أباه مات قبل الإسلام لهذا
…) توقفت في الحديث حتى يظهر لي شيء يشفي الصدر أما شيخنا الشيخ محمد الغزالي
فقد رفض الحديث صراحة

"Ayahku dan ayahmu itu di neraka" (HR Muslim dari Anas). Setelah membawakan
hadits ini di bukunya "Kaifa Nata-'amal Ma'a al Sunah" hal 97-98 beliau
mengatakan, "Apa dosa Abdullah bin Abdul Muthallib sehingga dia di
neraka?". Beliau juga mengatakan, "Apa dosa yang dimiliki oleh ayah si
penanya padahal kemungkinan besar ayahnya itu meninggal sebelum datangnya
Islam. Oleh karena itu aku tidak berani mengambil sikap terhadap hadits
tersebut sampai kujumpai penjelasan yang memuaskan. Sedangkan guru kami
Syeikh Muhammad al Ghazali telah menolak hadits tersebut dengan
terang-terangan".

فانظر رحمك الله إلى هذه العقيدة الصوفية والطريقة البدعية فقد جعل العقل هو
الأصل فما قبله فهو مقبول وما لم يقبله فهو مردود ولا يخفى على مسلم فساد هذا
القول

Perhatikanlah- semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu- akidah sufi
dan cara beragama bid'ah yang ada dalam sikap beliau terhadap hadits ini
yaitu menjadikan akal sebagai tolak ukur. Semua yang diterima akal itulah
perkataan yang diterima. Sedangkan segala yang ditolak oleh akal maka
itulah perkataan yang tertolak. Setiap muslim tentu sadar betapa
berbahayanya prinsip beragama semacam ini.

Semoga Allah melimpahkan ridho-Nya kepada Ali yang pernah mengatakan,

عن علي ورضي الله إذ يقول لو كان الدين بالرأي لكان مسح أسفل الخف أولى من
أعلاه

"Seandainya dasar dalam beragama adalah akal pikiran tentu lebih layak
mengusap bagian bawah sepatu dari pada bagian atasnya".

Di antara perkataan al Qardhawi yang menyimpang adalah fatwa beliau yang
menyimpang tentang bolehnya memberikan ucapan selamat hari raya kepada
orang kafir. Dengan fatwa ini, beliau tidak ambil pusing dan tidak peduli
dengan berbagai dalil yang banyak berupa ayat al Qur'an, sunah, perkataan
para ulama salaf dan perkataan para ulama yang sangat banyak baik dari
kalangan pakar tafsir, hadits maupun fiqh. Bahkan hal ini telah menjadi
ijma ulama yang kita tidak boleh keluar dan menyelisihinya.

Di antara dalil berupa ayat al Qur'an yang sebenarnya banyak adalah firman
Allahyang berbunyi:

*"Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kebatilan dan jika mereka melewati
sesuatu yang sia-sia mereka lewat sebagaimana layaknya orang-orang yang
mulia."* *(QS. Al Furqon, 25: 72)*

Ibnu Abbas, Mujahid, ar Rabi' bin Anas, Ikrimah dan al Dhahhak mengatakan
bahwa:

قالوا هو أعياد المشركين

Yang dimaksud dengan Az Zuur atau kebatilan adalah hari raya orang-orang
musyrik.

Keterangan para pakar tafsir di atas diriwayatkan dengan bersanad oleh al
Khallal dalam kitabnya al Jami'. Riwayat-riwayat serupa juga dibawakan oleh
Ibnu Jarir dan al Qurthubi dalam kitab tafsir keduanya. Demikian pula Abu
Syaikh al Ashfahani.

Dari Amr bin Murrah tentang makna ayat,

لا يشهدون الزور قال لا يمالئون أهل الشرك على شركهم ولا يخالطونهم

"Mereka itu tidak ikut menyaksikan kebatilan" adalah "Mereka tidak memberi
dukungan kepada pelaku kemusyrikan ketika mereka melakukan kemusyrikan dan
tidak pula berbaur bersama mereka ketika itu."

Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Atha bin Yasar. Ucapan selamat hari
raya itu termasuk dukungan.

Di antara dalil dari sunah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dan yang lainnya dengan sanad yang berkualitas hasan dari Anas. Anas
mengatakan bahwa ketika Rasulullah tiba di kota Madinah penduduk Madinah
memiliki dua hari raya yang mereka isi dengan berbagai permainan. Nabi
bertanya, "Dua hari apa ini?". Mereka menjawab, "Kami biasa bermain pada
dua hari ini di masa jahiliyyah."

إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما يوم الأضحى ويوم الفطر

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah
telah mengganti dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik yaitu
Idul Adha dan Idul Fitri."

Dalam hadits ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menghapus semua
bentuk hari raya selain dua hari raya Islam lalu bagaimana mungkin
diperbolehkan mengucapkan selamat hari raya kepada orang kafir berkenaan
dengan hari raya mereka yang telah dihapus oleh Islam.

ومن كلام السلف ما سبق من تفسير الآية وفي كتاب عمر إلى أهل الذمة الذي تلقته
الأمة بالقبول فهو إجماع المسلمين الأولين والآخرين وهو قول الخليفة الثاني من
الخلفاء الراشدين وفيه

Ulama salaf dalam masalah ini adalah para salaf yang menafsirkan ayat di
atas. Demikian pula surat Umar untuk para kafir dzimmi yang telah diterima
oleh seluruh umat Islam sehingga isi surat Umar tersebut adalah ijma
seluruh kaum muslimin baik yang hidup di masa silam ataupun masa
sesudahnya. Surat tersebut adalah perkataan khalifah kedua dari empat
khulafaur rasyidin. Di antara isi surat tersebut adalah

نهي أهل الذمة عن إظهار شيء من أعيادهم وانظر إلى تعليق وشرح الإمام ابن القيم
رحمه الله له في أحكام أهل الذمة

Larangan bagi kafir dzimmi untuk menampakkan syiar hari rayanya. Bacalah
penjelasan dan komentar Imam Ibnul Qoyyim untuk surat Umar tersebut di buku
beliau, Ahkam Ahli Dzimmah 2/659.

Umar berkata,

( اجتنبوا أعداء الله في عيدهم (رواه البيهقي باب كراهة الدخول على أهل الذمة
في كنائسهم والنيروز :عيد القبط في مصر وهو أول يوم في السنة القبطية ويسمى
بيومشم النسيم

"Jauhilah orang-orang kafir saat hari raya mereka" [Diriwayatkan oleh al
Baihaqi di bawah judul bab 'terlarangnya menemui orang kafir dzimmi di
gereja mereka dan larangan menyerupai mereka pada hari Nairuz dan perayaan
mereka' Nairuz adalah hari raya orang-orang qibthi yang tinggal di Mesir.
Nairuz adalah tahun baru dalam penanggalan orang-orang qibthi. Hari ini
disebut juga Syamm an Nasim)

Jika kita diperintahkan untuk menjauhi hari raya orang kafir dan dilarang
mengadakan perayaan hari raya mereka lalu bagaimana mungkin diperbolehkan
untuk mengucapkan selamat hari raya kepada mereka.

وأما كلام أهل العلم المتواتر فقد سبق بعض ذلك ونحوه كثير في كتب التفسير
والفقه والحديث مما يصعب جمعه خصوصاً في تفسيرهم وشرحهم وتعليقهم على الأدلة
الكثيرة في هذا الباب

Sedangkan penjelasan para ulama yang demikian banyak, sebagian perkataan
mereka telah dikutip di atas. Perkataan yang senada sangat banyak, terdapat
di buku-buku tafsir, fiqh dan hadits sehingga tidaklah mudah
mengumpulkannya terutama ketika para ulama menjelaskan, menafsirkan dan
memberi komentar terhadap berbagai dalil yang ada dalam masalah ini.

Sebagai penguat tambahan adalah judul bab yang dibuat oleh al Khalal dalam
kitabnya al Jami. Beliau mengatakan, "Bab terlarangnya kaum muslimin untuk
keluar rumah pada saat hari raya orang-orang musyrik…". Setelah penjelasan
di atas bagaimana mungkin kita diperbolehkan untuk mengucapkan selamat
kepada orang-orang musyrik berkaitan dengan hari raya mereka yang telah
dihapus oleh Islam.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam bukunya, al Iqtidha' 1/454 menukil
adanya kesepakatan para sahabat dan seluruh pakar fikih terhadap
persyaratan Umar untuk kafir dzimmi.

"Di antaranya adalah kafir dzimmi baik ahli kitab maupun yang lain

لا يظهرون أعيادهم … فإذا كان المسلمون قد اتفقوا على منعهم من إظهارها فكيف
يسوغ للمسلمين فعلها فإن فعل المسلم أشد من فعل الكافر … أهـ

Tidak boleh menampakkan hari raya mereka… Jika kaum muslimin telah
bersepakat untuk melarang orang kafir menampakkan hari raya mereka lalu
bagaimana mungkin seorang muslim diperbolehkan untuk menyemarakkan hari
raya orang kafir. Tentu perbuatan seorang muslim dalam hal ini lebih parah
dari pada perbuatan orang kafir…

Sedangkan murid Ibnu Taimiyyah yaitu Ibnul Qoyyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah
2/722 ketika membahas hari raya orang-orang musyrik mengatakan,

وكما أنهم لا يجوز لهم إظهاره فلا يجوز للمسلمين ممالاتهم عليه ولا مساعدتهم
ولا الحضور معهم بإتفاق أهل العلم الذين هم أهله وقد صرح به الفقهاء من أتباع
الأئمة الأربعة في كتبهم

"Sebagaimana mereka tidak diperbolehkan menampakkan (baca: menyemarakkan)
hari rayanya maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk menyokong dan
membantu mereka, tidak pula menghadiri perayaan hari raya mereka. Ini
adalah kesepakatan para ulama yang merekalah pakar dalam masalah ini. Hal
ini pun telah ditegaskan oleh para ulama empat mazhab dalam buku-buku
mereka."

Di antara perkataan para ulama dalam masalah ini adalah perkataan penulis
kitab al Durr al Mukhtar yaitu 'Ala-uddin al Hashkafi 6/754,

"والإعطاء باسم يعظمه المشركون يكفر" ثم ذكر نقلاً عن أبي حفص الكبير في عدم
جواز الأخذ والعطاء والإهداء والشراء باسم أيام المشركين فإنه قد يوقع في
الكفر بتعظيم هذا العيد" أهـ بمعناه

"Memberi sesuatu dengan atas nama sesuatu yang diagungkan oleh orang-orang
musyrik itu merupakan perbuatan kekafiran". Kemudian beliau menyampaikan
perkataan Abu Hafsh al Kabir yang "tidak membolehkan mengambil atau memberi
suatu barang, demikian pula menghadiahkan atau membeli atas nama hari raya
orang musyrik. Seorang muslim yang melakukannya boleh jadi terjerumus dalam
kekafiran karena mengagungkan hari raya orang musyrik".

Dalam kitab al Bahr al Ra-iq 8/55

أن من أهدى بيضةً في أعياد المشركين تعظيماً للعيد كفر بالله جلَّ وعلا

"Siapa yang menghadiahkan sebutir telur kepada seseorang pada hari raya
orang musyrik karena mengagungkan hari raya orang kafir maka dia telah
kafir kepada Allah".

وذكر صاحب عون المعبود (3/341) " عن القاضي أبي المحاسن الحسن بن منصور"

Penulis kitab 'Aun al Ma'bud 3/341 menyebutkan dari "al Qadhi Abul Mahasin
al Hasan bin Manshur al Hanafi bahwa

أن من اشترى فيه شيئاً لم يكن يشتريه في غيره أو أهدى فيه هدية فإن أراد بذلك
تعظيم اليوم كما يعظمه الكفره فقد كفر وإن أراد بالشراء التنعم والتنزه وفي
الإهداء التحاب جرياً على العادة لم يكن كفراً لكنه كان مكروه كراه التشبه
بالكفرة فحينئذٍ يحترز عنه

Siapa saja yang pada saat hari raya orang kafir membeli sesuatu yang
biasanya tidak dia beli di hari-hari yang lain atau memberikan hadiah pada
hari tersebut maka jika maksudnya dengan hal tersebut adalah mengagungkan
hari raya orang kafir sebagaimana pengagungan orang-orang kafir maka dia
menjadi kafir karenanya.Namun jika maksudnya dengan membeli barang tersebut
pada waktu itu adalah ingin mengambil manfaat barang tersebut dan maksud
hatinya dengan memberi hadiah adalah mewujudkan rasa cinta sebagaimana
biasanya maka tidak kafir akan tetapi terlarang karena menyerupai orang
kafir. Karenanya hal ini harus dijauhi."

ونقل شيخ الإسلام عن عبد الملك بن حبيب أن الإمام مالك رحمه الله كره وحرم
الأكل من ذبائح أعياد المشركين من النصارى وغيرهم

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah membawakan perkataan Abdul Malik bin Habib
bahwa Imam Malik membenci dan mengharamkan memakan sembelihan dalam rangka
hari raya orang musyrik baik Nasrani ataupun yang lainnya.

Ibnu Taimiyyah juga mengutip perkataan Ibnul Qosim yang melarang seorang
muslim satu kapal dengan orang-orang musyrik yang akan mengantarkan mereka
ke tempat perayaan hari raya mereka. Demikian pula seorang muslim dilarang
memberikan bantuan apapun untuk kegiatan hari raya orang musyrik. Kata
Ibnul Qosim hal ini adalah pendapat Imam Malik. Sekian kutipan dari kitab
al Iqtidha dengan sedikit peringkasan.

Al Baihaqi dalam kitabnya As Sunan mengatakan 'bab terlarangnya menemui
orang kafir dzimmi atau yang lain saat hari raya mereka'. Beliau lantas
menyebutkan beberapa perkataan ulama salaf yang telah disebutkan di atas.

Al Hafiz Ibnu Hajar setelah menyebutkan hadits dari Anas di atas tentang
mencukupkan diri dengan dua hari raya yaitu Idul Fitri dan Idul Adha dan
setelah mengatakan bahwa sanad hadits tersebut berkualitas sahih beliau
mengatakan, "Bisa disimpulkan dari hadits tersebut larangan merasa gembira
saat hari raya orang musyrik dan larangan menyerupai orang musyrik ketika
itu. Bahkan Syeikh Abu Hafsh al Kabir al Nasafi seorang ulama mazhab Hanafi
sampai berlebih-lebihan dalam masalah ini dengan mengatakan, 'Siapa yang
menghadiahkan sebutir telur kepada orang musyrik pada hari itu karena
mengagungkan hari tersebut maka dia telah kafir kepada Allah" (Fathul Bari
2/442).

Dalam Faidh al Qadir 4/551, setelah al Munawi menyebutkan hadits dari Anas
kemudian beliau menyebutkan terlarangnya mengagungkan hari raya orang
musyrik dan barang siapa yang mengagungkan hari tersebut karena hari itu
adalah hari raya orang musyrik maka dia telah kafir.

penjelasan di atas, bagaimana mungkin boleh bagi seorang muslim untuk
mengatakan bolehnya mengucapkan selamat hari raya kepada orang-orang kafir
terlebih-lebih seorang muslim yang dinilai berilmu semisal al Qardhawi.
Tidak ada setelah kebenaran melainkan kesesatan.

Waspadalah saudaraku dengan dai jahat yang mendakwahkan kesesatan. Nabi
telah mengingatkan kita dengan adanya orang-orang semacam itu di akhir
zaman nanti sebagaimana dalam hadits dari Hudzaifah yang terdapat dalam
Sahih al Bukhari dan Sahih Muslim.

Sadarilah bahwa para penyeru kesesatan tentu membawakan berbagai alasan dan
mengkaburkan permasalahan dengan berbagai kerancuan pemikiran. Oleh karena
itu kita diperintahkan untuk menjauhi mereka bukan karena pembela kebenaran
tidak mampu memberikan bantahan akan tetapi dalam rangka menjaga
keselamatan agama umumnya kaum muslimin. Hati itu lemah sedangkan kerancuan
pemahaman itu demikian kuat menyambar.

*SECARA UMUM DALAM FATWANYA AL QARDHAWI MEMBAWAKAN TIGA JENIS ALASAN*

*Pertama,* Dalil-dalil yang bersifat umum dan global padahal tidak boleh
beralasan dengan dalil yang bersifat umum dan global ketika ada dalil
khusus yang membatasi dalil yang umum dan menjelaskan dalil yang masih
global. Itulah dalil-dalil yang telah kita sebutkan di atas berupa dalil al
Qur'an, sunah, perkataan salaf dan perkataan para ulama yang demikian
banyak baik dari kalangan pakar tafsir, hadits maupun fikih.

Bahkan metode ini adalah metode yang ditempuh oleh ahli bid'ah. Merekalah
orang yang suka mempertentangkan dalil-dalil khusus dan tegas dengan
dalil-dalil yang bersifat umum dan global sebagaimana yang dikatakan dan
diingatkan oleh Imam Ahmad.

*"Di antara dalil umum dan global yang beliau gunakan adalah firman Allah,
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil."* *(QS. al Mumtahanah, 60: 8 )*

Al Qardhawi menjadikan ucapan selamat hari raya sebagai bagian dari berbuat
baik dengan orang kafir padahal Allah berfirman di awal surat yang artinya,

*"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan
musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; Padahal Sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu…"* *(QS. al
Mumtahanah, 60: 1)*

Dalam Fathul Qadir 5/207 al Syaukani mengatakan, "Ayat ini menunjukkan
larangan memberikan loyalitas kepada orang kafir dengan bentuk apapun."

وقال ابن كثير رحمه الله تعالى ( نهى تبارك وتعالى عباده المؤمنين أن يوالوا
الكافرين وأن يتخذوهم أولياء يسرون إليهم بالمودة من دون المؤمنين "آية 28
سورة آل عمران ". فكيف إذا أضيف ما سبقت الإشارة إليه

Ketika menjelaskan QS. Ali Imran: 28, Ibnu Katsir mengatakan, "Allah
melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memberikan loyalitas kepada
orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai teman dekat, tempat
menceritakan berbagai rahasia karena mencintai mereka dengan meninggalkan
orang-orang yang beriman". Bagaimana jika kita tambah dengan dalil-dalil di
atas.

Kedua, Al Qardhawi beralasan dengan analog yang lemah dan analog yang
bertolak belakang dengan berbagai dalil dari al Qur'an, sunah, perkataan
para salaf dan perkataan para ulama yang demikian banyak baik pakar tafsir,
hadits maupun fikih.

Di antaranya beliau menganalogkan ucapan selamat hari raya orang kafir
dengan bolehnya menikahi wanita ahli kitab padahal Allah telah berfirman,

*"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka…"* *(QS. al Mujadidlah, 58: 22)*

Para ulama telah mengingatkan bahwa rasa cinta itu ada beberapa macam. Yang
dimaksud dengan diperbolehkannya menikahi wanita ahli kitab bukanlah karena
adanya rasa cinta kepada orang kafir yang mengorbankan hukum-hukum syariat.
Bagaimana jika ditambah berbagai dalil tentang tidak bolehnya mengucapkan
selamat untuk hari raya orang kafir sebagaimana telah disebutkan di atas.

Analog (Qiyas) itu seperti tayamum, hanya dipakai jika tidak diketahui
adanya dalil dalam masalah tersebut. Oleh karena itu Imam Ahmad mengatakan,
"Tidak ada analog dalam sunah dan tidak boleh membuat berbagai permisalan
untuk membantah sunah. Sunnah tidaklah bisa dipahami dengan akal dan hawa
nafsu namun hanya bisa dipahami dengan mengikuti sunah dan meninggalkan
hawa nafsu".

وفي رواية الميموني عن الإمام أحمد رحمه الله يجتنب المتكلم في الفقه هذين
الأصلين المجمل والقياس

Dalam riwayat dari al Maimuni, Imam Ahmad mengatakan, "Seorang yang hendak
bicara tentang hukum fikih hendaknya menjauhi dua hal ini yaitu dalil
global dan analog (Qiyas)".

Dalam riwayat dari Abu al Harits, Imam Ahmad mengatakan, "Apa yang akan kau
lakukan dengan akal pikiran dan analog padahal hadits sudah mencukupimu."
(Kutipan-kutipan ini ada di kitab al Muswaddah hal 328)

Dalam kitab Sahihnya al Bukhari membuat judul bab, 'bab celaan terhadap
akal pikiran dan analog yang dipaksa-paksakan'.

Bukhari lantas membawakan firman Allah,

*"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya."* *(QS. al Isra, 17: 36)*

Al Bukhari juga menyebutkan hadits dari Abdullah bin 'Amr tentang matinya
para ulama dan munculnya para ulama yang jahat. Semoga Allah lindungi kita
dari bahaya mereka.

Demikianlah perkataan para ulama tentang berdalil dengan analog padahal ada
dalil yang menyelisihi kesimpulan analog tersebut lalu bagaimana jika
analog yang dipakai adalah analog yang paling lemah. Analog yang dipakai
oleh al Qardhawi itu mirip dengan qiyas syabah (analog karena sekedar ada
kemiripan). Qiyas syabah adalah jenis qiyas yang paling lemah karena di
sini qiyas yang terjadi adalah qiyas tanpa 'illah atau dalil 'illah.
Silahkan telaah al I'lam karya Ibnul Qoyyim 1/148.

Ketiga, terdapat beberapa cara berdalil yang aneh yang keluar dari koridor
ilmiah dan tentu sangat jauh dari kaedah syariat. Di antaranya beliau
mengatakan, "Ucapan selamat hari raya orang kafir itu mirip dengan firman
Allah tentang bukit Shafa dan al Marwa…"

Subhanallah, bagaimana beliau berupaya untuk menyerupakan dua hal yang
tidak mungkin serupa dalam rangka untuk memperbanyak kerancuan pemahaman,
merespons hawa nafsu dan agar seiring dengan realita. Jika bukan karena
motivasi tersebut lalu apa hubungan antara pernyataannya di atas dengan
ucapan selamat hari raya orang kafir. Perkataan seorang yang tulus,
menyambut seruan Allah dan seorang yang memiliki kecemburuan dengan
agamanya berikut ini.

Ibnu Qoyyim mengatakan,

( معلوم أن التقاة ليست بموالاة ولكن لما نهاهم عن موالاة الكفار اقتضى ذلك
معاداتهم والبراء منهم ومهاجرتهم بالعدوان في كل حال إلا إذا خافوا من شرهم
فأباح لهم التقية وليست التقية موالاة لهم ) "بدائع الفوائد 3/69″ فكيف بعد
هذا يستدل بهذه الاستدلالات العجيبة بما ينافي العقل والدين , لهم الله هؤلاء
المتلاعبون بدين الله

Ibnul Qoyyim mengatakan, "Taqiyyah dengan orang kafir itu tidak termasuk
loyal dengan orang kafir. Akan tetapi ketika Allah melarang memberikan
loyalitas dengan orang kafir maka konsekuensinya adalah memusuhi dan
berlepas tangan dari orang kafir serta meninggalkan mereka karena semangat
permusuhan dalam setiap keadaan kecuali jika khawatir dengan gangguan orang
kafir maka Allah bolehkan taqiyyah kepada orang kafir pada saat itu.
Taqiyyah itu bukanlah loyal dengan orang kafir" (Badai al Fawaid 3/69).

Setelah penjelasan di atas sebagaimana mungkin orang-orang yang
mempermainkan agama Allah masih saja nekad menggunakan cara-cara berdalil
yang aneh tersebut…..?

(saif al battar/arrahmah.com)

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: