Sabtu, 03 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Perjalanan Ruh dan Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati

 

Perjalanan
Ruh dan Perkara yang
Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati
 
A. PERJALANAN RUH
 
Pernahkah anda hadir di sisi
seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin,
terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu
apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah
terpikir bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian,
pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah
dengan jasad?

Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam di
bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Simaklah…!

(ruh orang mukmin)

Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Al-Bara` bin 'Azib
radhiyallahu 'anhu berkisah,
"Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengantar
jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu
lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk.
Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak.
Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di
tangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting
yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit
dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga
kali. Kemudian bersabda, "Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala dari adzab kubur," diucapkannya sebanyak dua atau tiga
kali, lalu beliau berdoa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab
kubur," pinta beliau sebanyak tiga kali.

Setelahnya beliau bersabda,
"Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan
menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah
mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari
surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah
malaikat maut 'alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya
berkata, "Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari
Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari
mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan:
Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit
dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan
untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu
malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ruh si
mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat
maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera
diambil oleh para malaikat yang berwajah putih.

Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang
mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari
aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi. Kemudian para malaikat
membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali
mesti ditanya, "Siapakah ruh yang baik ini?" Para malaikat yang membawanya
menjawab, "Fulan bin Fulan," disebut namanya yang paling bagus yang dulunya
ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut. Demikian, hingga
rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan pintu langit
untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap
langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga
mereka sampai ke langit ke tujuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di 'Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi
karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku
kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang
lain."

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka
sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya
ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang
sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu
menanyakan padanya, "Siapakah Rabbmu?"
Ia menjawab, "Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Ditanya lagi, "Apa agamamu?"
"Agamaku Islam," jawabnya.
"Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?" tanya dua malaikat lagi
"Dia adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam," jawabnya
"Apa amalmu?" pertanyaan berikutnya
"Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya," jawabnya.

Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin.
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya:

"Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh
dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat." (Ibrahim: 27)

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, "Telah benar
hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia
pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!"

Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta
dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang. Kemudian ia didatangi oleh
seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya
berkata, "Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang
pernah dijanjikan kepadamu."

Si mukmin bertanya dengan heran, "Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang
datang dengan kebaikan."
"Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan
seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala dan lambat dalam
bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala
membalasmu dengan kebaikan," jawab yang ditanya.

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu
dikatakan, "Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menggantikan bagimu
dengan surga ini." Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun
berdoa, "Wahai Rabbku, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat
kembali kepada keluarga dan hartaku."
Dikatakan kepadanya, "Tinggallah engkau."

(ruh orang kafir atau fajir)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang
perjalanan ruh. Beliau bersabda,

"Sesungguhnya seorang hamba yang
kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia
dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang
keras, kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka.
Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat
maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata, "Wahai jiwa yang
buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala."

Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik
oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol
yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya. Seluruh malaikat di antara
langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya.
Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun malaikat penjaga pintu
kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ruh si kafir jangan
diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah
berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada
di tangan malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang
berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar.

Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah
didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik.
Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, "Siapakah
ruh yang buruk ini?" Para malaikat yang membawanya menjawab, "Fulan bin Fulan,"
disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia dinamakan
dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun
meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak
dibukakan."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:

"Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke
dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum." (Al-A'raf: 40)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 'Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di
bumi yang paling bawah.' Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:

"Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari
langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang
jauh lagi membinasakan." (Al-Hajj: 31)

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu
ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya
menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya, "Siapakah Rabbmu?"
Ia menjawab, "Hah… hah… Aku tidak tahu."
Ditanya lagi, "Apa agamamu?"
"Hah… hah… Aku tidak tahu," jawabnya.
"Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?" tanya dua malaikat lagi.
Kembali ia menjawab, "Hah… hah… aku tidak tahu."
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, "Telah dusta
orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan
untuknya sebuah pintu ke neraka!"

Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga
bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya).
Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk
mendatanginya seraya berkata, "Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu.
Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu."

Si kafir bertanya dengan heran, "Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang
datang dengan kejelekan."
"Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini
melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala,
namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasmu dengan kejelekan," jawab yang
ditanya.

Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya
ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya
gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu
memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul
lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang dapat
didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Kemudian dibukakan
untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun
berdoa, "Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat." (HR. Ahmad
4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)

Pembaca yang mulia, berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pasti benar adanya karena:

"Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan
adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya." (An-Najm: 3-4)

Maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas,
masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini? Adakah jiwa
masih berani bermaksiat kepada Rabbul 'Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya?
Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut
menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh
kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang
pedih?

Bagi hati yang lalai, bangkit dan
berbenah dirilah untuk menghadapi "hari esok" yang pasti datangnya. Adapun hati
yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…

Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan
berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon
kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, "Ya Allah, berilah kami taufik
kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan
jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan dunia yang fana hingga
melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah.
Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya
Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit
dan bumi. Amin… Ya Rabbal 'Alamin."

Wallahu ta'ala a'lam bish-shawab.

 
B. PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI
 
Kematian adalah satu perkara yang
pasti akan menjemput manusia. Tak seorang pun dapat mengelak darinya. Walau di
mana pun, pasti maut menjemputnya. Ketika tiba saatnya malakul maut menjemput,
tak ada seorang pun yang bisa menangguhkannya. Allah berfirman:
 
"Setiap jiwa akan merasakan mati,
dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya."
(Ali 'Imran: 185)
 
Allah berfirman:
 
"Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatimu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: 'Ini adalah dari
sisi Allah', dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: 'Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).' Katakanlah: 'Semuanya (datang) dari
sisi Allah.' Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikit pun?" (An-Nisa': 78)
 
Allah berfirman:
 
"Dan datanglah sakaratul maut
dengan sebenar-benarnya, itu adalah perkara yang kamu tidak bisa mengelak lari
darinya. Dan ditiuplah sangkakala, itulah hari terlaksananya ancaman." (Qaf:
19-20)
 
Allah berfirman:
 
"Dan Allah sekali-kali tidak akan
menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Munafiqun: 11)
 
Anjuran Untuk Senantiasa Mengingat Mati
 
Karena kematian adalah satu
perkara yang pasti, maka Rasulullah menganjurkan kita untuk senantiasa
mengingatnya. Rasulullah bersabda:
 
"Perbanyaklah oleh kalian
mengingat penghancur kenikmatan dunia." –Yakni kematian. (HR. At-Tirmidzi dan
An-Nasa'i, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil no. 682)
 
Al-Imam Ash-Shan'ani berkata:
"Hadits ini menunjukkan bahwa tidak sepatutnya seorang lalai dari mengingat
sebuah nasihat terbesar, yaitu kematian." (Subulus Salam hal. 455)
 
Hikmah dari mengingat mati adalah
agar seseorang mempersiapkan dirinya dengan amalan shalih untuk mendapatkan
kebahagiaan di kehidupan berikutnya. Allah berfirman:
 
"Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr: 18)
 
Tidak Ada yang Dibawa Kecuali Amalannya
 
Ingatlah wahai saudaraku, ketika
seorang meninggal tidaklah bermanfaat baginya harta, anak-anak, dan keluarganya.
Yang bermanfaat baginya hanyalah amalannya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah
bersabda:
 
"Tiga perkara yang akan
mengantarkan mayit: keluarga, harta, dan amalannya. Dua perkara akan kembali
dan satu perkara akan tetap tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah
keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah
amalannya." (Muttafaqun 'alaih)
 
Oleh karena itu, ketika
Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabatnya: "Siapa orang yang terbaik?"
Beliau bersabda:
 
"Orang yang panjang umurnya dan
baik amalannya." (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Busr z dan dishahihkan
Asy-Syaikh Al-Albani)
 
Sehingga Rasulullah mengajarkan
agar seorang muslim dalam kehidupan dunia ini hendaknya seperti orang asing
atau orang yang numpang lewat. Beliau berkata kepada Ibnu Umar:
 
"Jadilah engkau di dunia ini
seperti orang asing atau yang sedang numpang lewat."
 
Ibnu Umar berkata:
 
"Jika engkau di sore hari
janganlah menunggu pagi (untuk beramal shalih). Jika engkau di pagi hari
janganlah menunggu sore hari. Manfaatkanlah kesehatanmu untuk masa sakitmu,
manfaatkanlah masa hidupmu (dengan beramal shalih) untuk masa matimu." (HR.
Al-Bukhari)
 
Kematian Menghentikan Amalan Seseorang
 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
menyatakan:
 
"Jika seorang meninggal, terputus
amalannya kecuali tiga: shadaqah yang terus mengalir pahalanya, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)
 
Sa'id bin Jubair berkata: "Setiap
hari yang dijalani oleh seorang mukmin adalah ghanimah (kesempatan untuk
menambah amal shalih)." (Lihat Jami'ul 'Ulum wal Hikam, hal. 666)
 
Seorang yang tidak memanfaatkan
masa hidupnya dengan amal shalih akan merasakan penyesalan setelah matinya.
Allah berfirman:
 
"(Demikianlah keadaan orang-orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata: 'Wahai Rabb, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal shalih
terhadap apa yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan." (Al-Mu'minun: 99-100)
 
Amalan Orang Hidup Yang Bermanfaat Bagi Si Mayit
 
Karena kemurahan dan karunia
Allah, seorang yang mati masih bisa menikmati manfaat dari sebagian amalan yang
pernah diamalkannya. Dia juga bisa mendapatkan manfaat dari sebagian amalan
orang-orang yang masih hidup. Di antara perkara yang terus bermanfaat bagi
seorang yang telah mati adalah:
 
1.
Shadaqah jariyah, seperti wakaf dan sejenisnya.
 
Seorang masih terus mendapatkan
pahala shadaqah jariyah yang ia lakukan, seperti membangun masjid, pesantren,
atau wakaf-wakaf lainnya dalam perkara yang baik. Rasulullah menyatakan:
 
"Jika seorang meninggal, terputus
amalannya kecuali tiga: shadaqah yang terus mengalir pahalanya, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
 
2.
Ilmu yang bermanfaat
 
Ilmu yang bermanfaat yang ia
ajarkan kepada orang lain akan terus mengalirkan pahala baginya walaupun ia
telah meninggal, sebagaimana dalam hadits di atas. Selain hadits di atas,
Rasulullah juga menjelaskan:
 
"Barangsiapa yang berdakwah
kepada petunjuk (kebaikan) maka dia mendapatkan pahala seperti pahala yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun." (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
 
Beliau juga bersabda:
 
"Barangsiapa yang menuntunkan
sunnah yang baik maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang telah
melakukannya." (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah)
 
3.
Shadaqah yang dilakukan anak atas nama orangtuanya
 
Para ulama menjelaskan bahwa
semua amalan baik seorang anak itu bermanfaat bagi orangtuanya. Orang akan
mendapatkan pahala seperti yang diperoleh anaknya, karena anak adalah hasil
usaha orangtua. Allah berfirman:
 
"Dan bahwasanya seorang manusia
tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (An-Najm: 39)
 
Rasulullah bersabda:
 
"Makanan terbaik bagi seseorang
adalah dari hasil usahanya. Dan anaknya adalah juga hasil usahanya." (HR. Abu
Dawud, An-Nasa'i, dan At-Tirmidzi, dikuatkan Asy-Syaikh Al-Albani sebagaimana
dalam Ahkamul Jana'iz)
 
Terdapat hadits-hadits lain yang
mendukung makna hadits ini, di antaranya:
 
- Dari Aisyah:
 
Ada seorang laki-laki berkata:
"Ibuku meninggal tiba-tiba (dan tidak sempat berwasiat). Aku mengira jika
sempat bicara dia akan bershadaqah. Apakah dia akan mendapatkan pahala jika aku
bershadaqah atas namanya?" Rasulullah berkata: "Ya." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
 
- Dari Ibnu Abbas:
 
Ibu dari Sa'd bin 'Ubadah
–saudara Bani Sa'idah– meninggal ketika Sa'd tidak di rumah. Dia lalu
mendatangi Rasulullah berkata: "Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal ketika
aku tidak ada. Apakah bermanfaat baginya jika aku bershadaqah atas namanya?"
Rasulullah berkata: "Ya." Sa'd berkata: "Persaksikanlah bahwa kebunku yang
pepohonannya sedang berbuah adalah shadaqah atas namanya." (HR. Muslim)
 
Al-Imam Asy-Syaukani berkata:
"Hadits-hadits dalam bab ini menjelaskan bahwa shadaqah anak itu bermanfaat
bagi orangtuanya yang telah meninggal, walaupun tanpa wasiat dari keduanya."
(Lihat Nailul Authar)
 
4.
Doa kaum mukminin
 
Di antara yang menunjukkan hal
ini adalah ayat Allah:
 
"Dan orang-orang yang datang
sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), berdoa: 'Ya Rabb kami, beri ampunlah
kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang'." (Al-Hasyr: 10)
 
Di antara dalil masalah ini
adalah disyariatkannya shalat jenazah dan ziarah kubur. Karena shalat jenazah
disyariatkan untuk mendoakan si mayit. Rasulullah berkata:
 
"Jika kalian menshalatkan mayit,
maka ikhlaskanlah doa baginya." (HR. Abu Dawud dari sahabat Abu Hurairah)
 
Beliau juga bersabda:
 
"Tidaklah ada muslim yang
meninggal kemudian menshalatkan jenazahnya empat puluh orang yang tidak
melakukan syirik, kecuali mereka akan diizinkan memberi syafaat kepadanya."
(HR. Muslim)
 
Demikian juga, ziarah kubur
disyariatkan untuk mendoakan si mayit.
 
5.
Pembayaran utangnya walaupun bukan oleh ahli warisnya
 
Adapun utang, boleh seorang
membayarkan utang orang lain yang telah meninggal walaupun bukan dari
kerabatnya sekalipun, dan si mayit terbebas dari beban utang tersebut. (Lihat
Ahkamul Jana'iz hal. 212-226)
 
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan
berkata: "Seseorang yang telah mati bisa mendapatkan manfaat dari amalan orang
yang hidup dalam perkara-perkara yang ditunjukkan oleh dalil, seperti doa orang
hidup untuknya, memintakan ampun untuknya, shadaqah atas namanya, haji dan
umrah atas namanya, membayarkan utang-utangnya, dan menunaikan
wasiat-wasiatnya. Semua perkara tersebut disyariatkan sebagaimana telah
ditunjukkan oleh dalil. Sebagian ulama memasukkan semua bentuk taqarrub
(ibadah) yang dilakukan muslim dan diperuntukkan pahalanya bagi muslim lain
yang masih hidup atau telah mati, ke dalam perkara ini. Namun pendapat yang
shahih (benar) adalah mencukupkan hanya yang ada di dalam dalil. Perkara yang
terdapat dalilnya mengkhususkan keumuman firman Allah:
 
'Dan bahwasanya seorang manusia
tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya'." (An-Najm: 39) [Lihat
Fatawa 'Aqidah hal. 48-49]
 
Kesimpulan
 
Jika telah kita yakini bahwa
seorang yang mati hanyalah membawa amalnya, maka hendaknya kita manfaatkan waktu
yang tersisa untuk beribadah kepada Allah dan memperbanyak amal shalih. Allah
berfirman:
 
"Dan infaqkanlah sebagian dari
apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?'." (Al-Munafiqun: 10)
 
Rasulullah menyatakan:
 
"Manfaatkanlah lima perkara
sebelum datangnya lima perkara yang lain: (Manfaatkan) masa mudamu sebelum
datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu
sebelum masa fakirmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, masa hidupmu
sebelum datang masa matimu." (HR. Al-Hakim dan lainnya, dishahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani sebagaimana dalam tahqiq Iqtidha'ul 'Ilmi Al-'Amal)
 
Kita juga berusaha mengamalkan
amalan yang pahalanya terus mengalir kepada kita sampai kita mati: menuntut
ilmu agama untuk kita amalkan dan kita ajarkan, shadaqah jariyah, serta
mendidik anak-anak kita agar menjadi anak-anak yang shalih. Mudah-mudahan
tulisan ini memberikan dorongan semangat bagi kita semua untuk beramal shalih.
Walhamdulillah.
 
Sumber: http://www.asysyariah.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: