Senin, 02 Juni 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2014

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
[CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? From: Rumah Ilmu Indonesia
1b.
Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? From: ukhtihazimah
2.1.
File - Moderator Sekolah Kehidupan From: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
2.2.
File - Moderator Sekolah Kehidupan From: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
3a.
Re: Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally From: dyah zakiati
3b.
Re: Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally From: fil_ardy
4.
Antara Tuhan dan tuhan - oleh Soe Tjen Marching From: Sekolah Mandala
5a.
Re: Cuap-cuap [Ngikutin gaya Fiyan] From: punya_retno
6a.
Re: (Diary Pekerja)Seandainya kita yang jadi Boss* From: punya_retno
6b.
Re: (Diary Pekerja)Seandainya kita yang jadi Boss* From: ani erlina
7a.
Re: PASANG BANNER SK DI BLOG KAMU!! (Teteup ^_^ ) --> Hary JKT From: dyah zakiati
8.
Re: PASANG BANNER SK DI BLOG KAMU!! (Teteup ^_^ ) --> Dyah & Admin W From: Andri Pranolo
9a.
(esai) dan 30 hari kemudian... From: retnadi aini
9b.
Re: (esai) dan 30 hari kemudian... From: ukhtihazimah
9c.
Re: (esai) dan 30 hari kemudian... From: novi_ningsih
9d.
Re: (esai) dan 30 hari kemudian... From: fil_ardy
9e.
Re: (esai) dan 30 hari kemudian... From: Nia Robiatun Jumiah
10a.
Re: (Diary Pekerja) Today & Tomorrow From: ratihjussac
11.
Fw: [tangandiatas] BBM Naik Berhadiah Buku From: Siwi LH
12a.
[puisi] Waktu Bermuka Pucat From: Lia Octavia
12b.
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat From: fiyan arjun
12c.
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat From: Lia Octavia
12d.
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat From: ukhtihazimah
12e.
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat From: punya_retno
13a.
Re: HELP...HELP.....ME PLEASE? From: ukhtihazimah

Messages

1a.

[CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ?

Posted by: "Rumah Ilmu Indonesia" rezaervani@yahoo.com   rezaervani

Sun Jun 1, 2008 5:10 am (PDT)

Apa Salahnya Sandal Jepit ?
Oleh : Reza Ervani

Setelah menikah, hal yang paling sering membuat istri penulis protes
adalah tentang penampilan sehari-hari penulis.

"Mas, bajunya ganti dong …"
"Mas, rambutnya rapihin dong …"
"Mas, kumisnya cukur dong …"

Tidak, penulis tidak sedang membahas protes-protes itu, karena
alhamdulillah semuanya terdengar indah. Tapi ada satu kalimat yang hari
ini selepas maghrib menjadi hal yang menggelitik untuk dibahas, yakni :

"Mas, jangan pakai sandal jepit dong …"

Penulis termasuk golongan orang-orang yang sangat tidak betah memakai
sepatu. Selain ribet, juga rasanya canggung. Karenanya, setiap bepergian
memenuhi undangan, hampir dapat dipastikan penulis juga membawa cadangan
sandal jepit. Sepatupun dapat dipastikan hanya menghiasi kaki ketika
acara resmi, selepas itu, setelah pintu mobil ditutup, atau angkot mulai
berjalan, seeet … berubah !!! Sepatupun berganti sandal jepit yang
lebih nyaman … adeeemmm …

Hari ini penulis menemukan sebuah artikel di salah satu harian surat
kabar nasional, betapa seorang anggota partai politik begitu
memperhatikan penampilannya. Bahkan ada yang semua koleksi bajunya
berasal dari Jepang. Menurut mereka, hal itu perlu, karena performance
sangat berpengaruh pada dukungan politik. Allahu `Alam.

Dulu, hampir setahun yang lalu, ketika di kampung, penulis kedatangan
seorang fotografer freelance dari Singapura. Lelaki muda yang cuma bisa
bahasa Mandarin dan Inggris ini bermaksud membuat semacam sketsa tentang
kehidupan Muslim Tionghoa di Pulau Bangka. Satu hal yang membuat kami
tercengang adalah … dia cuma memakai Celana Pendek !!

Penulis sendiri menikmati saat diundang mengisi pelatihan atau seminar
yang bertempat di masjid. Salah satu alasannya … ya itu tadi …
tidak perlu pakai sepatu. Datang pakai sandal jepit juga ndak masalah,
tokh nanti ditinggal di tangga masjid, atau dititip ke penjaga sepatu
(ini jarang, karena memang jarang ada penitipan sandal jepit …).
Setelah pulang, tinggal pakai sendal jepit lagi … kalau peserta
protes, kok trainernya pakai sandal jepit … tokh materinya sudah
selesai dan mengesankan. Penting mana ? Materinya atau sandal jepitnya ?

Penulis membayangkan, kalau saja ada pejabat tinggi yang datang ke
daerah pakai sandal jepit, rasa-rasanya ia tidak akan dipecat atau
berkurang karisma kepemimpinannya. Tapi jangan pula dibuat-buat …
menjelang PEMILU baru pakai sandal jepit. Tulus saja, atau malah hobi
saja pakai sandal jepit. Lebih enak dan aman. Sholat jumat juga tidak
khawatir berubah wujud menjadi lebih murah. Bahkan, dalam bahasa politik
bisa disebut `lebih merakyat'.

Jadi coba katakan ...
Apa Salahnya Sandal Jepit ?

Salam,
komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani
<http://groups.yahoo.com/group/rezaervani>
1b.

Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ?

Posted by: "ukhtihazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Jun 1, 2008 4:33 pm (PDT)

Iya, apa salahnya sandal jepit? Sandal jepit kan gak
melakukan pencurian, perampokan, apa sandal jepit
punya catatan kriminal?Sampe dilarang segala hehe...

Tapi ternyata ada juga orang yang merasa diremehkan
saat kita memakai sandal jepit. Terbukti saat aku
masuk ruang sekjur kuliah pake sandal jepit,
walaupun akhirnya gak pa pa karena kondisi terdesak,
tapi tetap, ketidak apa2an harus melalui proses
ceramah yang panjang dari bu sekjur.

Tfs pak reza

Salam,
sinta

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Rumah
Ilmu Indonesia" <rezaervani@...> wrote:
>
> Apa Salahnya Sandal Jepit ?
> Oleh : Reza Ervani
>
> Setelah menikah, hal yang paling sering membuat
istri penulis protes
> adalah tentang penampilan sehari-hari penulis.
>
> "Mas, bajunya ganti dong ..."
> "Mas, rambutnya rapihin dong ..."
> "Mas, kumisnya cukur dong ..."
>
> Tidak, penulis tidak sedang membahas protes-protes
itu, karena
> alhamdulillah semuanya terdengar indah. Tapi ada
satu kalimat yang hari
> ini selepas maghrib menjadi hal yang menggelitik
untuk dibahas, yakni :
>
> "Mas, jangan pakai sandal jepit dong ..."
>
> Penulis termasuk golongan orang-orang yang sangat
tidak betah memakai
> sepatu. Selain ribet, juga rasanya canggung.
Karenanya, setiap bepergian
> memenuhi undangan, hampir dapat dipastikan penulis
juga membawa cadangan
> sandal jepit. Sepatupun dapat dipastikan hanya
menghiasi kaki ketika
> acara resmi, selepas itu, setelah pintu mobil
ditutup, atau angkot mulai
> berjalan, seeet ... berubah !!! Sepatupun berganti
sandal jepit yang
> lebih nyaman ... adeeemmm ...
>
> Hari ini penulis menemukan sebuah artikel di salah
satu harian surat
> kabar nasional, betapa seorang anggota partai
politik begitu
> memperhatikan penampilannya. Bahkan ada yang semua
koleksi bajunya
> berasal dari Jepang. Menurut mereka, hal itu
perlu, karena performance
> sangat berpengaruh pada dukungan politik. Allahu
`Alam.
>
> Dulu, hampir setahun yang lalu, ketika di kampung,
penulis kedatangan
> seorang fotografer freelance dari Singapura.
Lelaki muda yang cuma bisa
> bahasa Mandarin dan Inggris ini bermaksud membuat
semacam sketsa tentang
> kehidupan Muslim Tionghoa di Pulau Bangka. Satu
hal yang membuat kami
> tercengang adalah ... dia cuma memakai Celana
Pendek
!!
>
> Penulis sendiri menikmati saat diundang mengisi
pelatihan atau seminar
> yang bertempat di masjid. Salah satu alasannya ...
ya itu tadi ...
> tidak perlu pakai sepatu. Datang pakai sandal
jepit juga ndak masalah,
> tokh nanti ditinggal di tangga masjid, atau
dititip ke penjaga sepatu
> (ini jarang, karena memang jarang ada penitipan
sandal jepit ...).
> Setelah pulang, tinggal pakai sendal jepit lagi ..
.
kalau peserta
> protes, kok trainernya pakai sandal jepit ... tokh
materinya sudah
> selesai dan mengesankan. Penting mana ? Materinya
atau sandal jepitnya ?
>
> Penulis membayangkan, kalau saja ada pejabat
tinggi yang datang ke
> daerah pakai sandal jepit, rasa-rasanya ia tidak
akan dipecat atau
> berkurang karisma kepemimpinannya. Tapi jangan
pula dibuat-buat ...
> menjelang PEMILU baru pakai sandal jepit. Tulus
saja, atau malah hobi
> saja pakai sandal jepit. Lebih enak dan aman.
Sholat jumat juga tidak
> khawatir berubah wujud menjadi lebih murah.
Bahkan, dalam bahasa politik
> bisa disebut `lebih merakyat'.
>
> Jadi coba katakan ...
> Apa Salahnya Sandal Jepit ?
>
> Salam,
> komunitas : http://groups.yahoo.
com/group/rezaervani
> <http://groups.yahoo.com/group/rezaervani>
>

2.1.

File - Moderator Sekolah Kehidupan

Posted by: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" sekolah-kehidupan@yahoogroups.com

Sun Jun 1, 2008 5:48 am (PDT)


(Moderator) INFO: Cara Mudah Baca Email

Para anggota milis sekolah-kehidupan Yth.,

Dari pengamatan yang kami lakukan, jumlah postingan yang masuk ke milis kita rata-rata 20-30 email sehari baik berupa artikel maupun postingan lainnya. Sehubungan dengan itu maka kami menyarankan bagi semua anggota agar email-box tidak cepat penuh maka disarankan agar mengubah status posting-emailnya dari individual email menjadi digest atau web-only. Tetapi dari pengalaman yang kami lakukan, hal yang terbaik bila kita memilih option web-only. Dengan pilihan ini maka kita hanya bisa membaca seluruh postingan dengan cara membuka mail site, juga untuk membalas postingan, serta mengirim email langsung ke si penulis.

1. Cara mengubah sistem info email dari individual email ke digest atau web-only
Ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan,
Sign in dulu, kemudian klik Edit Membership
Kemudian di bawah ubah pilihan dari individual email ke pilihan digest atau web-only.
Kemudian akhiri dengan klik tanda SAVE

2. Cara mudah untuk membuka mail-group.
Bila kita sudah ingin memilih dengan web-only, berarti informasi semua postingan harus
dilihat di mail site. Untuk itu ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan.
Sign in dulu, kemudian klik view all, untuk melihat semua postingan dari dulu yang paling
lama sampai yang terbaru.
Untuk memudahkan membuka mail-site kita di waktu-waktu berikutnya maka alamat mail
tadi yang di awali dengan http://....., sebaiknya di book-mark atau di masukkan dalam
daftar favorite (ada di ujung atas sebelah kiri layar monitor). Klik Favorites, dan add.

Demikian yang dapat disampaikan. Terima kasih.

Salam Hormat,
Moderator Bersama


2.2.

File - Moderator Sekolah Kehidupan

Posted by: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" sekolah-kehidupan@yahoogroups.com

Sun Jun 1, 2008 5:48 am (PDT)


Assalammualaikum Wr. Wb.
Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam,
Salam Sejahtera untuk kita semua.

Bapak/Ibu/Sdr./Sdri./Kakak/Adik/Teman/Saudara/Saudari Yang Terhormat dan Tercinta, terutama untuk anggota-anggota baru.
Pertama-tama kami ucapkan: "Selamat Datang di milis Sekolah Kehidupan".

Milis ini berbicara banyak terutama menyangkut topik kehidupan dengan lingkungan manusia dan alam sekitar. Karena milis-milis yang tersedia sangat sedikit yang memberikan ruang untuk bertukar pengalaman dalam multi aspek kehidupan, sekaligus memberikan kesempatan untuk belajar menulis dan media penampung hasil tulisan itu sendiri. Dari situ timbul keinginan dari milis ini untuk saling berbagi pengalaman hidup sesama anggota dan terutama bagi yang mencari ruang penyaluran hobi dalam dunia tulis menulis. Apalagi sekarang ini sangat sulit bagi penulis pemula atau yang kurang terkenal untuk mendapatkan ruang untuk mengaktualisasikan diri mereka. Dan yang tidak kalah penting, bagaimana dapat memenuhi keinginan mereka hanya sekedar "untuk diterima". Alangkah senangnya bagi mereka bila tulisannya dapat kita terima dengan apa adanya, bahkan kalau memang bagus dan menarik. "mengapa tidak kita sama-sama nikmati?".

"Kalau kehidupan itu sendiri adalah sekolah, "mengapa tidak kita dirikan saja sekolah kehidupan?".
"Kalau semua orang memiliki cerita tentang kehidupan, "mengapa tidak kita bagi bersama?".
"Kalau sedikit Media yang mau menampung karya penulis, "mengapa tidak kita tampung semua saja?".
"Kalau tidak ada guru yang mengajari menulis, "mengapa tidak sesama kita sendiri saja yang menjadi guru?".
"Kalau tidak ada orang yang membaca karya penulis, "mengapa tidak sesama kita saja sebagai pembacanya?".

Banyak pertanyaan dari beberapa anggota baru milis ini tentang cara penulisan, hak cipta, cara pengiriman, dan sebagainya.
Untuk itu dapat kami jelaskan sebagai berikut:

1. Memang keinginan kami hasil tulisan langsung di body email dengan maksud agar siapapun juga yang menulis itu diberi kemudahan menulis sekaligus mengirimkan naskahnya, dan jangan lupa kalau tulisan itu berasal dari karya asli buah tangannya. Selain itu kami mudah melacak alamat email dan tanggal pengiriman, sehingga dapat dijadikan bukti kalau si pengirim benar-benar tidak mengelabui atau menjiplak karya orang lain.

2. Disarankan agar menulis, mengedit atau merubah isi karangan, si penulis menggunakan "draft-box". Sehingga memudahkan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan sesuai keinginannya. Apakah saat itu juga atau disambung pada hari-hari berikutnya. Karena kami sadar menulis itu gampang-gampang susah dan kadang-kadang ide, mood, dan inspirasi itu berubah-ubah bahkan sering macet ditengah jalan.

3. Bagi pemula, sebelum mengarang tentukan outline dahulu. Buat tiga tahapan karangan. Pertama, pendahuluan. Kedua, isi cerita. Ketiga, penutup. Dan sebaiknya melihat contoh-contoh tulisan-tulisan teman-teman pada posting-posting sebelumnya sebagai contoh inspirasi untuk membuat apakah itu artikel atau cerpen non-fiksi, ataupun tulisan bernuansa penyejuk iman.

4. Buatlah tulisan sepanjang 2-5 lembar kertas A4, 1-1,5 spasi, dan ukuran huruf 10-12. Materi tulisan sesuai dengan tujuan milis, yaitu tentang aspek kehidupan dan alam sekitar.

5. Artikel atau cerpen non-fiksi, menekankan aspek objektifitas dan subjektifitas yang seimbang dalam tulisan. Kadang kita menceritakan suatu adegan dengan apa adanya yang terlihat oleh mata, diselingi dengan apa yang menurut persepsi kita yang perlu dimasukkan dalam cerita. Untuk mengurangi kebosanan membaca suatu cerita searah yang monoton, tidak menutup kemungkinan perlu adanya dialog dalam tulisan baik sipelaku dalam cerita terhadap orang sekitar, atau dialog dua arah di dalam dirinya sendiri. Ekspresi penting juga dimuculkan dalam tulisan, apakah suara derit mobil, jeritan atau teriakan dalam panggilan. Perlu diingat tulisan itu untuk enak dibaca dan bermakna, jadi bagaimana kita bisa memindahkan suatu bunyi dalam tulisan, dan itu bersuara yang kuat bagi si pembaca. Yang terakhir, masukkan pesan-pesan khusus yang berkaitan dengan kehidupan. Sesuaikan dengan topik tulisan.

6. Buatlah judul dan nama pengarang di awal tulisan. Untuk lebih bernuansa menarik, gunakan tipe huruf dan warna pilihan. Kirimkan tulisan/artikel tersebut ke alamat sekolah-kehidupan@yahoogroups.com


Ketentuan tambahan:
1. Gunakan kata tambahan "Artikel" untuk mengirim tulisan, diikuti judul tulisan. Sebagai contoh, (Artikel): Dilarang Merokok
2. Hindari dan batasi chatting dan ngerumpi dalam milis, kecuali untuk hal-hal yang perlu; seperti kritik, nasehat, tips, tambahan wawasan dan ilmu dalam dunia tulis-menulis, info, atau pengumuman.
3. Bila terpaksa mengirim untuk butir no. 2 di atas, gunakan kata tambahan "OOT" atau Out Of Topic. Sebagai contoh. (OOT): Dilarang Merokok

Please, ajak teman dan siapa saja ikutan dalam milis ini.

Besar keinginan kami agar milis ini tetap akan eksis selamanya, tetapi Allah SWT menentukan segala-galanya. Dengan demikian bila ada perubahan-perubahan situasi yang tidak dapat dielakkan maka apa yang tersurat pada baris-baris di atas setiap saat dapat ditinjau kembali. Koreksi dan saran dari anggota lainnya kami tunggu.

Terima kasih.

Salam hormat,

Moderator Bersama:

Nursalam AR
Afriandi
Febty Febriani
Yon's Revolta
Ugik Madyo
Suhadi
Nia Robiatun
Epri
Fiyan Arjun
Retno
Dani
Novingsih
Sismanto

3a.

Re: Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 1, 2008 8:32 am (PDT)

Semoga lahir Hatta Hatta baru. Semoga... semoga....
Baca tulisan ini jadi mengharubirukan perasaan
Di manakah engkau, wahai jiwa-jiwa Hatta?

----- Original Message ----
From: abe setiawan <setyawan_abe@yahoo.com>

Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally

PADA tahun 1950-an,
Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah.
Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian
menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung
agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang
tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk
keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang
datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally
idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat
mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta
wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta.
Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi
Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan
Bung Hatta.

"Namun, di
sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk
kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama,
yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya
sendiri," kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung
Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut
zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan
lain-lain.

Bung Hatta meninggalkan
teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari
meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau
belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang
lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator
kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa
dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan
nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.

Sumber : http://hisyambasyeb an.wordpress. com/2007/ 11/20/bung- hatta-dan- kisah-sepatu- bally/

3b.

Re: Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Sun Jun 1, 2008 7:11 pm (PDT)

Waah, referensi langka nih
Apa saya yang kurang gaul kali ya.
Bagus tulisannya, Bro

Keep wririting
Ke**n. Heuheuheu

DANI

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, abe setiawan <setyawan_abe@...>
wrote:
>
>
>
>
>
> Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally
>
> &nbsp;
>
> PADA tahun 1950-an,
> Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak
murah.
> Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally.
Ia kemudian
> menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu
berusaha menabung
> agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.
>
> &nbsp;

4.

Antara Tuhan dan tuhan - oleh Soe Tjen Marching

Posted by: "Sekolah Mandala" sekolahmandala@yahoo.com   sekolahmandala

Sun Jun 1, 2008 4:21 pm (PDT)

Ini adalah artikel "God" yang ditulis oleh DR Soe Tjen Marching & sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Beliau adalah penasehat sekolah Mandala di Surabaya.

Beliau akan mengadakan seminar tentang "Pornografi & anak-anak" di
Sekolah Mandala (Potro Agung II no.6 Surabaya) pada tanggal 15 Juni,
jam 14.00.

Sekolah Mandala
Potro Agung II no.6 Surabaya
--------------------------------------------
TUHAN
Soe Tjen Marching**

Kalau Tuhan benar-benar ada, maka sudah seharusnya dia dimusnahkan,
kata seorang filsuf Rusia Mikhail Bakunin. Tuhan yang menyerang Jemaah
Ahmadiyah dan Tuhan yang saya pelajari di bangku sekolah membuat saya
mengamini Bakunin. Tuhan, yang harus ditulis dengan huruf besar
sebagai tanda keagungan-Nya. Tuhan yang lelaki, atau paling tidak yang
mempunyai kekuasaan patriarki, dan yang membuat mulut bocah saya
terbungkam ketika hendak melontarkan pertanyaan: "Mengapa perempuan
tidak bisa menjadi pastor?"

Namun, mengapa manusia mempercayai Tuhan yang seperti ini?
Ketercengangan, kebingungan dan keresahan manusia akan alam terkadang
menuntunnya untuk mencari Yang Maha Kuasa. Karena itulah, manusia
sempat menyembah gunung, matahari atau cahaya apa saja dari langit.
Karena bagi mereka, Tuhan tidak lain dan
tidak bukan adalah Yang paling ditakuti. Kepercayaan pada yang maha
kuasa memang sering didasarkan pada ke-egoisan.

Karena manusia ingin diselamatkan, diberkahi dan diberi rejeki yang
melimpah dari yang disembah, mereka bahkan mencoba menyogok Tuhan
dengan sesaji. Tidaklah heran bagi manusia seperti ini, Tuhan adalah
diktator yang selalu menuntut.
Tuhan yang pencemburu, yang begitu murka ketika manusia melupakanNya.
Keberadaan Tuhan seperti ini begitu tergantung pada manusia. Dengan
kata lain, dia serupa dengan manusia yang menyembahNya: sebuah
keberadaan yang menuntut dan tidak mandiri. Yang tak rela diduakan. Yang selalu tergantung pada elu-eluan penyembahnya. Tuhan dengan krisis identitas.

Dan tidaklah heran, bila Tuhan semacam ini dapat ditemukan dalam sosok
pemerintah otoriter: pada Firaun Mesir yang mengaku sebagai utusan
Tuhan, dalam sosok Kaisar Jepang yang menjadi wakil Yang Maha Tinggi,
atau pada pemerintah Kerajaan Inggris kuno. Bahkan juga dalam pejabat tinggi negara kita yang memaksa para warganya untuk menulis agama mereka. Dan dalam keroyokan yang mengamuk, merusak dan
menyerang insan-insan yang tak mempercayai Tuhan tertentu.

Tuhan seperti ini menjadi simbol patriarki, yang melahirkan dualisme
tajam: Yang Kuasa dan pengikutNya. Namun, ambisi manusia untuk memuja
terkadang sama besarnya dengan ambisinya untuk dipuja. Karena itulah,
Tuhan dan pengikutnya seringkali menjadi cermin yang memantulkan
persona yang sama. Dan karena itu pula, si pengikut dapat berlaku
seperti Tuhan mereka: penghukum yang tak kenal
ampun. Bahkan lebih parah, karena dalam si pengikut, apa yang abstrak
dan menjadi metafor, dapat menjadi nyata dalam tindakan mereka. Apa
yang menjadi kata, tiba-tiba menjadi kekejaman yang mengakibatkan
tangis dan membawa mangsa.

Penggambaran Tuhan sebagai Yang Maha Tinggi, Yang Maha Esa, seakan
tidak lain adalah cara manusia untuk menjadi narsis. Karena gambaran
seperti inilah yang
memberi kesempatan manusia untuk memahkotai diri mereka sendiri dengan
gambaran yang begitu melambung dan dilambungkan.
Kemarahan para pengeroyok terkadang disebabkan oleh kekecewaan narsis
mereka. Ketika Tuhan mereka digambarkan berbeda, ketika kelompok lain
menawarkan interpretasi yang berlawanan dari ide mereka, ketika
manusia layaknya Musdah Mulia (yang membela LGBT) atau Ahmadiyah yang
mempunyai pandangan baru tentang Tuhan, ego pengeroyok inilah yang
telah tersakiti. Karena pada saat
itu, para narsis ini tiba-tiba menghadapi kenyataan bahwa harapan
mereka tak akan pernah sampai. Narsis yang tidak siap untuk merombak
keyakinan mereka atau
paling tidak mendengar keyakinan yang lain. Namun, narsis yang marah
karena kekecewaan. Karena Tuhan mereka tidaklah selalu benar, besar,
dan kekar.

Inilah salah satu alasan yang membuat atheis meninggalkan Tuhan. Bagi
banyak atheis, hanyalah dalam sains-lah kebenaran dapat diungkap.
Dengan bukti dan akal. Namun, sains sendiripun seringkali relatif dan
dapat disanggah: Teori Newton dipatahkan oleh Einstein yang menawarkan
teori relativitas. Teori Einstein ditentang lagi oleh Neils Bohr yang
menyatakan bahwa teori Einstein tidak cukup relative karena Einstein
luput mengindahkan karakter kuantum mekanik
yang tak pernah konstan, dan yang selalu terpengaruh oleh
subyektifitas sang peneliti. Neils Bohr-pun disanggah lagi oleh
Everett, dan seterusnya dan
seterusnya. Memang, dalam pencariannya akan kebenaran, manusia tak
pernah dapat menemukan jawaban akhir yang pasti.

Dan bukankah pencarian akan Tuhan dapat dibandingkan dengan pencarian
dalam sains? Karena keduanya menyiratkan pertanyaan-pertanyaan akan
keberadaan, kehidupan dan asal galaksi kita, dan asal kita sebagai
manusia.

Karena bila kita berani untuk mencari dan mencari lagi akan kebenaran,
kita akan ditarik pada labirin yang berlapis dan tiada habisnya. Dalam
pusaran-pusaran teori, tanya, jawab dan kebimbabangan, yang di
dalamnya selalu ada jurang begitu
dalam yang belum pernah kita lihat. Yang tak akan dapat kita kunjungi.
Namun, hal inilah yang terkadang membuat saya terus mencari dan mencari.

Pada suatu renungannya akan Tuhan, Einstein menyatakan bahwa ada suatu
keindahan yang tiada tara, yang tak pernah dapat kita mengerti.
Sesuatu yang membuat kita tersentuh dan beriman. Dan karena
ketidak-mengertian inilah, Einstein terus mencari.
Memang, ketidak sabaran akan jawaban yang serba cepat, keinginan untuk
mengambil jalan pintas dan ambisi akan kekuasaanlah yang dapat
menuntun manusia untuk
merumuskan Tuhan yang satu, yang kaku. Walaupun di dunia ini, terdapat
bermacam-macam Tuhan. Beberapa teks bahkan sempat menyebut lebih dari
200 tuhan dalam sejarah dunia.
Dan di dunia yang serba dinamik, yang terus bergerak dan menari dalam
segala getarannya, bagaimana Tuhan dapat menjadi begitu statik:
berhenti dan terpaku dalam suatu zona tempat dan waktu? Dalam sebuah
dogma yang membuahkan amarah? Tuhan yang dilahirkan oleh dogma adalah
Tuhan yang mati. Tuhan yang dapat dibunuh oleh para atheis. Tuhan yang
telah saya bunuh.

Karena seharusnya, pencarian akan Tuhan selalu membawa kita pada
ketidak-tahuan. Pada pertanyaan. Dan terkadang, kebingungan. Karena
itu, kita harus siap tidak
saja untuk menemukan keindahan yang tiada tara, namun juga kekecewaan..
Karena pencarian akan Tuhan adalah tidak lain dan tidak bukan
pencarian akan esensi kita, keberadaan kita. Esensi kita yang tak
terlihat namun ada. Esensi
yang begitu dekat, namun tak dapat dimengerti. Karena itulah Chuan Tzu
berkata: "Kita berkata ~aku~, namun tahukah kita siapa dan apa artinya
~aku?".

Dan segala kebingungan, segala tanya, di antara yang ada dan tanpa,
saya dapat berkata: Saya tidak percaya akan Tuhan. Namun saya percaya
akan tuhan. tuhan yang tak berkelamin, yang tak semena-mena, yang tak
maha tinggi dan yang tak maha Esa. Dalam tuhan yang seperti ini, saya
dapat bertakwa.

(**Soe Tjen Marching, penulis buku The Discrepancy between the Public
and the Private Selves of Indonesian Women diterbitkan oleh the Edwin
Mellen Press).

Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga.
http://id.toolbar.yahoo.com/

5a.

Re: Cuap-cuap [Ngikutin gaya Fiyan]

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Jun 1, 2008 6:09 pm (PDT)

yay! congrats kang dani!
emang cihuy, deh!

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "asma_h_1999"
<asma_h_1999@...> wrote:
>
> Kang Dani Hebaaat
>
> Slamaattt
>
> asma
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Adjie" <inner_coach@> wrote:
> >
> > Selamat buat Kang Dani
> >
> > H***TH euy !!!!
> >
> > adjie -
> >
> >
> > --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Dani Ardiansyah
> > <fil_ardy@> wrote:
> > >
> > > Sumber Asli:
> > > http://www.golagong.com/2008/05/25/tiga-pemenang-yang-mendapatkan-
> > novel-%e2%80%9ccinta-mu-seluas-samudra%e2%80%9d-karya-gola-gong/
> > >
> > > TIGA PEMENANG YANG MENDAPATKAN NOVEL "CINTA-MU SELUAS SAMUDRA"
> > KARYA GOLA GONG:
> > >
> > > Teman-teman, akhirnya setelah melalui rapat melelahkan bersama
> > istri tercinta, maka terpilihlah 3 puisi di bawah ini untuk
> > mendapatkan novel "Cinta-Mu Seluas Samudra" karya Gola Gong. Yang
> > belum beruntung, jangan sedih dan bimbang. Masih banyak buku Gola
> > Gong yang akan dibagi-bagikan gratis. Jadi bukan hanya Andy F Noya
> > di "Kick Andy" Metro TV saja yang bagi-bagi buku gratis. Ayo, rebut
> > sekarang 2 buku "The Journey"!
> > >
> > >
> > > 1. RINDUKU PADA LANGIT BERPELANGI
> > > Pecah tangis dan tubuh rapuh selimut darahku
> > > Ternyata tak mampu ketuk dan hangatkan relung jiwamu
> > > Kau biarkan kelam mencengkeram rapuhku
> > > Kau biarkan maut mengintipku dalam dingin
> > > Namun penguasa langit telah menemukanku !
> > > Meski hadir di langitmu tak pernah kuminta
> > > Meski pelangi tak pernah jelma di taman hatiku
> > > Meski kau campakkan aku dalam samudera keputusasaan
> > > Namun kurindukan bias mentarimu di asaku
> > > Kuharapkan kau sebar warna-warni indah pada lembaran jiwaku
> > > Kucari engkau disetiap jengkal tanah yang kujejak
> > > Kucari engkau di sisa-sisa daya sayap patahku
> > > Adakah ritmik yang sama beresonansi di segumpal daging milikmu?
> > > Putri Madona
> > > dhona@, putrimadona.multiply.com
> > > d/a Politeknik Caltex Riau
> > > JL Umbansari no 1 Rumbai
> > > Pekanbaru-Riau
> > > 28265
> > > 2. KURAJUT SEBAIT RINDU
> > > atas dosa apa aku dilempar dari bumi?
> > > bukankah hadirku bagai bulan baginya???
> > > dalam sepi kurajut sebait rindu
> > > untuk seseorang bernama ibu,
> > > yang rupanya pun aku tak tahu
> > > Yuni Astuti
> > > Alamat: Jl. Raya Cilegon Km 8
> > > Kp. Pengarengan Ds Pejaten RT 02/04
> > > Kramatwatu Serang Banten-42161
> > > e-mail: neiji_0324@
> > >
> > >
> > > 3. NYARIS NISKALA (Aslinya tanpa judul)
> > >
> > > akhirnya matahari menjadi niscaya ketika hangatmu menjelma siasia
> > > mencari ketiakmu dalam setiap lipatan malam yang selalu saja tiada
> > > aku menggapai, meronta, menelisik setiap kali anyir payudara
> > menyapa
> > > dan inilah aku, fragmen nyawa dan nyaris niskala
> > > : sunyi
> > > Dani Ardiansyah
> > > fil_ardy@, catatankecil.multiply.com
> > > Jl. Radio Dalam No. H5
> > > Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
> > >
> > >
> > > Dani Ardiansyah
> > > HP : 085694771764
> > > http://edumuslim.org
> > > http://catatankecil.multiply.com
> > > http://hamasahputri.multiply.com
> > >
> >
>

6a.

Re: (Diary Pekerja)Seandainya kita yang jadi Boss*

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Jun 1, 2008 6:11 pm (PDT)

nice :)
..dan kocak :)
thanks for sharing, mas budi...

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, budi santoso
<magnifico_99@...> wrote:
>
> *(inspirasi karya Yosep Iswadi)
>
> Bila boss tetap pada pendapatnya, itu berarti beliau konsisten
> Bila staff tetap pada pendapatnya, itu berarti dia keras kepala !
>
> Bila boss berubah-ubah pendapat, itu berarti beliau fleksibel.
> Bila staff berubah-ubah pendapat, itu berarti dia plin-plan !
>
> Bila boss bekerja lambat, itu berarti beliau teliti.
> Bila staff bekerja lambat, itu berarti dia tidak perform !
>
> Bila boss bekerja cepat, itu berarti beliau smart.
> Bila staff bekerja cepat, itu berarti dia terburu-buru !
>
> Bila boss lambat memutuskan, itu berarti beliau hati-hati.
> Bila staff lambat memutuskan, itu berarti dia telmi !
>
> Bila boss mengambil keputusan cepat,
> itu berarti beliau berani mengambil keputusan.
> Bila staff mengambil keputusan cepat, itu berarti dia gegabah !
>
> Bila boss terlalu berani mengambil resiko, itu berarti beliau risk
taking.
> Bila staff terlalu berani mengambil resiko, itu berarti dia sembrono !
>
> Bila boss tidak berani mengambil resiko, itu berarti beliau prudent.
> Bila staff tidak berani mengambil resiko, itu berarti dia tidak
berjiwa bisnis !
>
> Bila boss mem-by pass prosedur, itu berarti beliau proaktif-innovatif.
> Bila staff mem-by pass prosedur, itu berarti dia melanggar aturan !
>
> Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti beliau waspada.
> Bila staff curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti dia negative
thinking !
>
> Bila boss menyatakan sulit, itu berarti beliau prediktif-antisipatif.
> Bila staff menyatakan sulit, itu berarti dia pesimistik !
>
> Bila boss menyatakan mudah, itu berarti beliau optimis.
> Bila staff menyatakan mudah, itu berarti dia meremehkan masalah !
>
> Bila boss sering keluar kantor, itu berarti beliau rajin ke customer.
> Bila staff sering keluar kantor, itu berarti dia sering kelayapan !
>
> Bila boss sering entertainment, itu berarti beliau rajin me-lobby
customer.
> Bila staff sering entertainment, itu berarti dia menghamburkan
anggaran !
>
> Bila boss sering tidak masuk, itu berarti beliau kecapaian karena
kerja keras.
> Bila staff sering tidak masuk, itu berarti dia pemalas !
>
> Bila boss minta fasilitas mewah, itu berarti beliau menjaga citra
perusahaan.
> Bila staff minta fasilitas mewah, itu berarti dia banyak menuntut !
>
> ...........dan masih banyak lagi.
>
> Bila boss membuat tulisan seperti ini, itu berarti beliau humoris.
> Bila staf membuat tulisan seperti ini, itu berarti dia :
> frustasi
> iri terhadap karir orang lain
> negative thinking
> barisan sakit hati
> provokasi
> tidak tahan banting
> berpolitik di kantor
> tidak produktif
> tidak sesuai dengan budaya perusahaan
> ..........dan masih banyak lagi
>
> ....... Ha ha ha ha ..........
>
>
> Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download
sekarang juga.
> http://id.toolbar.yahoo.com/
>

6b.

Re: (Diary Pekerja)Seandainya kita yang jadi Boss*

Posted by: "ani erlina" ani_rln@yahoo.com   ani_rln

Sun Jun 1, 2008 7:06 pm (PDT)

curhatan nih mas budi?? :)

punya_retno <punya_retno@yahoo.com> wrote:
nice :)
..dan kocak :)
thanks for sharing, mas budi...

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, budi santoso
<magnifico_99@...> wrote:
>
> *(inspirasi karya Yosep Iswadi)
>
> Bila boss tetap pada pendapatnya, itu berarti beliau konsisten
> Bila staff tetap pada pendapatnya, itu berarti dia keras kepala !
>
> Bila boss berubah-ubah pendapat, itu berarti beliau fleksibel.
> Bila staff berubah-ubah pendapat, itu berarti dia plin-plan !
>
> Bila boss bekerja lambat, itu berarti beliau teliti.
> Bila staff bekerja lambat, itu berarti dia tidak perform !
>
> Bila boss bekerja cepat, itu berarti beliau smart.
> Bila staff bekerja cepat, itu berarti dia terburu-buru !
>
> Bila boss lambat memutuskan, itu berarti beliau hati-hati.
> Bila staff lambat memutuskan, itu berarti dia telmi !
>
> Bila boss mengambil keputusan cepat,
> itu berarti beliau berani mengambil keputusan.
> Bila staff mengambil keputusan cepat, itu berarti dia gegabah !
>
> Bila boss terlalu berani mengambil resiko, itu berarti beliau risk
taking.
> Bila staff terlalu berani mengambil resiko, itu berarti dia sembrono !
>
> Bila boss tidak berani mengambil resiko, itu berarti beliau prudent.
> Bila staff tidak berani mengambil resiko, itu berarti dia tidak
berjiwa bisnis !
>
> Bila boss mem-by pass prosedur, itu berarti beliau proaktif-innovatif.
> Bila staff mem-by pass prosedur, itu berarti dia melanggar aturan !
>
> Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti beliau waspada.
> Bila staff curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti dia negative
thinking !
>
> Bila boss menyatakan sulit, itu berarti beliau prediktif-antisipatif.
> Bila staff menyatakan sulit, itu berarti dia pesimistik !
>
> Bila boss menyatakan mudah, itu berarti beliau optimis.
> Bila staff menyatakan mudah, itu berarti dia meremehkan masalah !
>
> Bila boss sering keluar kantor, itu berarti beliau rajin ke customer.
> Bila staff sering keluar kantor, itu berarti dia sering kelayapan !
>
> Bila boss sering entertainment, itu berarti beliau rajin me-lobby
customer.
> Bila staff sering entertainment, itu berarti dia menghamburkan
anggaran !
>
> Bila boss sering tidak masuk, itu berarti beliau kecapaian karena
kerja keras.
> Bila staff sering tidak masuk, itu berarti dia pemalas !
>
> Bila boss minta fasilitas mewah, itu berarti beliau menjaga citra
perusahaan.
> Bila staff minta fasilitas mewah, itu berarti dia banyak menuntut !
>
> ...........dan masih banyak lagi.
>
> Bila boss membuat tulisan seperti ini, itu berarti beliau humoris.
> Bila staf membuat tulisan seperti ini, itu berarti dia :
> frustasi
> iri terhadap karir orang lain
> negative thinking
> barisan sakit hati
> provokasi
> tidak tahan banting
> berpolitik di kantor
> tidak produktif
> tidak sesuai dengan budaya perusahaan
> ..........dan masih banyak lagi
>
> ....... Ha ha ha ha ..........
>
>
> Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download
sekarang juga.
> http://id.toolbar.yahoo.com/
>

7a.

Re: PASANG BANNER SK DI BLOG KAMU!! (Teteup ^_^ ) --> Hary JKT

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun Jun 1, 2008 6:53 pm (PDT)

Kalau kita ketik sekolah kehidupan di paman google, emang urutan yang pertama web eska yang lagi ofline, bro. coba deh. Gimana cara menghilangkannya ya?

----- Original Message ----
From: fil_ardy <fil_ardy@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, May 29, 2008 10:24:17 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: PASANG BANNER SK DI BLOG KAMU!! (Teteup ^_^ ) --> Hary JKT

Baca yang teliti atuh, Bro. Web SKnya ga offline kok Nih klik yang
ini: http://sekolah- kehidupan. com/

In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, hary <hary_jkt@.. .> wrote:
>
> Bro... web SK nya lagi offline sampai kapan? mo lihat baner n pasang
link nya di blog nih

8.

Re: PASANG BANNER SK DI BLOG KAMU!! (Teteup ^_^ ) --> Dyah & Admin W

Posted by: "Andri Pranolo" apranolo@gmail.com   and_pci

Sun Jun 1, 2008 7:15 pm (PDT)

Mbak dyh & Admin Web sekolahkehidupan.com

Untuk mudahnya (kalo menggunakan *cpanel *untuk administrasi server web),
dapat menggunakan fasilitas *Redirects* pada halaman utama *cpanel*. Misal,
agar client (user) yang mengakses http://sekolahkehidupan.com (tanpa strip)
*otomatis *menuju halaman http://sekolah-kehidupan.com, caranya sebagai
berikut:
1. Admin http://sekolahkehidupan.com (tanpa strip) login ke cpanel
(biasanya url-nya http://nama_domain/cpanel dalam hal ini
http://sekolahkehidupan.com)
2. Klik menu *Redirects
*3. Isikan *redirected to* dengan alamat web yang akan dituju (dalam hal ini
*http://sekolah-kehidupan.com*)
4. Klik tombol *Add*
Selesai...

Salam,
Apranolo-Jogja

2008/6/2 dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>:

> Kalau kita ketik sekolah kehidupan di paman google, emang urutan yang
> pertama web eska yang lagi ofline, bro. coba deh. Gimana cara
> menghilangkannya ya?
>
> ----
>

--
Andri Pranolo
Gendeng GK IV/953, Yogyakarta 55225
Telp. (+62)274-547015/ (+62)81392554050)
http://apranolo.staff.ugm.ac.id
9a.

(esai) dan 30 hari kemudian...

Posted by: "retnadi aini" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Jun 1, 2008 7:37 pm (PDT)



Dan, 30 Hari
Kemudian...

Oleh: Retnadi
Nur´aini

&nbsp;

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Beberapa bulan sebelum menikah, saya
bertengkar dengan sahabat saya, Citra. Pertengkaran yang merupakan pertengkaran
terhebat, sekaligus juga pertengkaran perdana selama rentang waktu lima tahun persahabatan
kami.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; &nbsp;Pertengkaran
itu dimulai dari satu esai saya tentang suatu pernikahan impian. Saat makan
malam di GulTik (Gulai Tikungan) Blok M dekat SMUN 70, kami pun membahasnya. Dan
komentar Citra sungguh-sungguh di luar dugaan saya.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; "You
know what, No? Untuk ukuran seorang yang akan menikah, ekspektasi lo kelewat tinggi. Lo kelewat banyak masukin cinta dan romantisme berkilauan. Itu nggak fair untuk kehidupan yang akan lo jalani nantinya," ujarnya sambil
menatap tajam mata saya.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Mendengar komentar sepedas itu, awalnya saya cuma sanggup terperangah. Dilanjutkan
dengan debat panjang selama hampir dua jam lamanya. Yang berujung pada saya
menangis karena marah-ya, reaksi katarsis saya untuk banyak emosi memang
menangis-selama hampir satu jam lamanya di hadapan Citra.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; "I know you hate me right now, Sweetie. Tapi
gua percaya bahwa adakalanya cinta
tidak dikatakan, tapi ditunjukkan dengan perbuatan. Gua sayang sama lo, dan gua harus bilang
itu. Maaf, ya, Sayang..." ujar Citra lembut.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ya,
waktu itu saya memang marah sekali pada Citra. Di antara seluruh orang di
dunia, dialah yang paling paham segala ketakutan saya tentang pernikahan. Dan
saat saya berusaha memerangi ketakutan saya dengan menuliskan suatu esai romantis
tentangnya-dalam pandangan saya yang sedang marah saat itu-Citra jugalah yang
paling tidak suportif.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Toh
sehebat apapun pertengkaran kami malam itu, tiga jam kemudian kami kembali
berbaikan. "Meski gua masih sebel sama lo, ya, Neng. Tapi besok udah nggak, kok. Love you, Cit," ujar saya sambil mencoba tersenyum dengan mata
sembab. Yang dibalas dengan bercanda oleh Citra. "Iyalah, you love me, don´t you? Hehehe, love
you, No," ujarnya sambil memeluk saya malam itu sebelum kami berpisah.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dengan
pernyataan Citra yang terus terngiang-ngiang di kepala dan telinga saya.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ***&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 30
hari setelah menikah, pernyataan Citra tak juga henti bergema di kepala dan
telinga saya. Namun untuk pertama kalinya, saya mulai menganggapnya masuk akal.
Untuk pertama kalinya, saya juga mulai belajar tentang suatu konsep pernikahan.
Dan untuk pertama kalinya, saya bersyukur, bahwa Citra pernah melempar komentar
pedas itu ke hadapan saya dulu.

Well, ada banyak
hal yang saya pelajari untuk pertama kalinya, setelah menikah. Dan dalam kurun
30 hari, berikut beberapa di antaranya:

Saya belajar untuk menyiapkan
minuman hangat bagi suami setiap pagi dan petang. Saya belajar untuk menyiapkan
segelas air putih di samping piring suami saat sarapan, makan siang, atau makan
malam. Saya belajar untuk menggandeng tangannya di jalan.

Saya belajar untuk melarutkan dulu deterjen
ke dalam ember air selama setengah jam. Saya belajar untuk menyeterika pakaian
suami sebelum ia berangkat kerja. Saya belajar untuk merendam bilasan terakhir
cucian ke dalam larutan pewangi dan pelembut pakaian.

Saya belajar, bahwa tak semua
keinginan saya bisa dipenuhi. Saya belajar, bahwa saat menangis, saya tak harus
melulu dihibur. Ada kalanya, saya harus belajar untuk paham, bahwa kekecewaan
suami jugalah merupakan suatu bentuk hukuman. Dan saat sumur air mata sudah
habis ditimba, saya belajar untuk minta maaf.

Saya belajar bahwa perasaan cemburu memang
kerap kali tak masuk akal. Pun sangat irasional, saya belajar untuk jujur, pada
apa yang saya rasakan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk menerima kecemburuannya
berdasarkan hal-hal yang menurutnya signifikan. Dengan demikian, saya belajar
untuk menempatkan diri dalam sepatunya, dan merasakan apa yang ia rasakan.

Saya belajar untuk berempati.

Saya belajar bahwa kami dibesarkan
dari keluarga yang berbeda, dengan kebiasaan dan selera yang berbeda pula. Sehingga,
saya belajar untuk bertanya sebelum mulai membelikannya sesuatu.

Saya juga belajar untuk bertanya
sebelum mulai membeli makanan ringan dalam jumlah banyak. &nbsp;Saya juga belajar untuk bertanya, sebelum
mulai memindahkan televisi dan menata ruangan. Saya belajar untuk berdiskusi.
Saya belajar untuk berkompromi.

Saya belajar bahwa cinta tak lantas
membuat kami jadi dukun yang bisa saling membaca pikiran. Karenanya, saya
belajar untuk menggunakan kata sifat untuk menjelaskan kata "sayur", sehingga
saat saya meng-sms suami dan minta tolong dibelikan sayur matang, suami tidak
malah membelikan sayur mentah untuk dimasak.

Begitu juga saat kami bertengkar.

Saya belajar untuk menjelaskan penyebab
kekecewaan secara rasional. Untuk efek emosional yang disebabkan oleh
kekecewaan, saya belajar untuk mengunyahnya lumat-lumat, sebelum dilontarkan. Dari
sana, saya belajar, bahwa dengan kepala dingin, segala bentuk kemarahan, kesedihan,
dan kekecewaan, bisa didiskusikan.

Saya
belajar untuk memijiti kaki dan tangan suami. Saya belajar untuk menghapalkan
jenis sayur kesukaannya, merk kopi yang biasa diminumnya, berapa jumlah telur
yang ditambahkannya untuk sepiring mi goreng, berapa sendok susu dan madu yang
pas di lidahnya untuk segelas susu madu. Saya belajar untuk menyenangkannya.

Saya
belajar untuk tidak berlama-lama menerima telepon di kala malam atau di akhir
pekan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk tak meng-sms teman kantor menanyakan
masalah pekerjaan saat mereka sudah berada di rumah. Karena seperti halnya saya
yang juga ingin beristirahat di rumah, mereka juga pasti demikian.

Saya
belajar bahwa menunggu pasangan pulang itu menyesakkan.

Kita bisa dihantui sejuta kekhawatiran,
saat ia tak kunjung datang. Dan karena pada akhirnya saya belajar bahwa
khawatir merupakan suatu bentuk emosi yang cukup melelahkan, maka saya pun belajar
untuk tidak lagi pulang kerja larut malam.

Saya belajar membiasakan diri
membawa oleh-oleh saat berkunjung ke rumah saudara ataupun teman. Saya belajar
untuk berusaha selalu membalas sms dan mengangkat telpon. Saya belajar untuk
lebih peduli.

Saya belajar membiasakan diri
mengucapkan salam. Saya belajar untuk menambahkan kata "Mas" dan "Mbak" pada orang
yang lebih tua, pun itu adalah kepada ketiga abang saya yang tak terlalu peduli
pada bentuk nama panggilan. Saya belajar untuk menghormati orang lain.

Saya belajar membiasakan diri untuk
menggunakan kata "kami".

Saya belajar untuk selalu menyiapkan
uang receh. Saya belajar untuk mengambil uang di ATM dalam jumlah besar
ketimbang dalam jumlah sedikit tapi sering. Karena kita tak selalu menemukan
ATM. Saya belajar untuk selalu punya stok "keperluan wanita". Sehingga kali
lain saya tiba-tiba "kedatangan tamu", suami tak perlu jalan kaki ke warung yang
cukup jauh pada tengah malam buta. Saya belajar untuk selalu punya antisipasi
dan persiapan dalam segala hal.

Saya belajar bahwa toh, pada
akhirnya, tak semua ketakutan saya itu terbukti. Beberapa di antaranya ternyata
hanyalah kecemasan berlebihan terhadap keengganan akan suatu perubahan. Dan
mengutip kata Citra, saya juga belajar bahwa cinta tak melulu harus dikatakan. Melainkan
berwujud nyata dalam suatu perbuatan.

Kini, 30 hari lewat sudah, sejak kami
berjanji. Semua pelajaran ini juga tak lantas berhenti sampai di sini. Karena masih
panjang perjalanan hari. Dan dalam perjalanan itu, kami akan kembali membuat
beragam kesalahan. Kami akan kembali berdebat. Kami akan kembali salah paham.
Kami akan kembali bertengkar. Pun, kami akan kembali berdiskusi. Kami akan
kembali saling minta maaf. Kami akan kembali berkompromi.

Tentu saja, tak semua kompromi punya
solusi melegakan. Pun, tak semua hari berhiaskan romantisme berkilauan. Dan tak
semua pelajaran ini juga sempurna hasilnya. Namun, dari sana, saya belajar satu
hal. &nbsp;

Bahwa
kami, tak akan berhenti untuk terus belajar.

&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ***

(Persembahan
untuk: Diani Citra-sahabat yang menepati janjinya menjadi Mata, Telinga, dan
Suara. Juga untuk seseorang yang khilaf menerima saya sebagai istri -Mas Catur Sukono-suami
terhebat yang tak pernah lelah untuk menunggu saya belajar menjadi dewasa. Thank God I found you. Semoga khilafmu
permanen ya, AyangJ) &nbsp;&nbsp;

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
9b.

Re: (esai) dan 30 hari kemudian...

Posted by: "ukhtihazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Jun 1, 2008 7:57 pm (PDT)

Dan aku belajar dari tulisanmu no ^_^

tfs sist

salam,
sinta

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, retnadi
aini <punya_retno@...> wrote:
>
>
>
> Dan, 30 Hari
> Kemudian...
>
> Oleh: Retnadi
> Nur'aini
>
> &nbsp;
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; Beberapa bulan sebelum menikah,
saya
> bertengkar dengan sahabat saya, Citra.
Pertengkaran yang merupakan pertengkaran
> terhebat, sekaligus juga pertengkaran perdana
selama rentang waktu lima tahun persahabatan
> kami.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; &nbsp;Pertengkaran
> itu dimulai dari satu esai saya tentang suatu
pernikahan impian. Saat makan
> malam di GulTik (Gulai Tikungan) Blok M dekat SMUN
70, kami pun membahasnya. Dan
> komentar Citra sungguh-sungguh di luar dugaan
saya.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; "You
> know what, No? Untuk ukuran seorang yang akan
menikah, ekspektasi lo kelewat tinggi. Lo kelewat
banyak masukin cinta dan romantisme berkilauan. Itu
nggak fair untuk kehidupan yang akan lo jalani
nantinya," ujarnya sambil
> menatap tajam mata saya.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; Mendengar komentar sepedas itu,
awalnya saya cuma sanggup terperangah. Dilanjutkan
> dengan debat panjang selama hampir dua jam
lamanya. Yang berujung pada saya
> menangis karena marah-ya, reaksi katarsis saya
untuk banyak emosi memang
> menangis-selama hampir satu jam lamanya di hadapan
Citra.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; "I know you hate me right now,
Sweetie. Tapi
> gua percaya bahwa adakalanya cinta
> tidak dikatakan, tapi ditunjukkan dengan
perbuatan. Gua sayang sama lo, dan gua harus bilang
> itu. Maaf, ya, Sayang..." ujar Citra lembut.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ya,
> waktu itu saya memang marah sekali pada Citra. Di
antara seluruh orang di
> dunia, dialah yang paling paham segala ketakutan
saya tentang pernikahan. Dan
> saat saya berusaha memerangi ketakutan saya dengan
menuliskan suatu esai romantis
> tentangnya-dalam pandangan saya yang sedang marah
saat itu-Citra jugalah yang
> paling tidak suportif.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; Toh
> sehebat apapun pertengkaran kami malam itu, tiga
jam kemudian kami kembali
> berbaikan. "Meski gua masih sebel sama lo, ya,
Neng. Tapi besok udah nggak, kok. Love you, Cit,"
ujar saya sambil mencoba tersenyum dengan mata
> sembab. Yang dibalas dengan bercanda oleh Citra.
"Iyalah, you love me, don't you? Hehehe, love
> you, No," ujarnya sambil memeluk saya malam itu
sebelum kami berpisah.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dengan
> pernyataan Citra yang terus terngiang-ngiang di
kepala dan telinga saya.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ***&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp; 30
> hari setelah menikah, pernyataan Citra tak juga
henti bergema di kepala dan
> telinga saya. Namun untuk pertama kalinya, saya
mulai menganggapnya masuk akal.
> Untuk pertama kalinya, saya juga mulai belajar
tentang suatu konsep pernikahan.
> Dan untuk pertama kalinya, saya bersyukur, bahwa
Citra pernah melempar komentar
> pedas itu ke hadapan saya dulu.
>
> Well, ada banyak
> hal yang saya pelajari untuk pertama kalinya,
setelah menikah. Dan dalam kurun
> 30 hari, berikut beberapa di antaranya:
>
> Saya belajar untuk menyiapkan
> minuman hangat bagi suami setiap pagi dan petang.
Saya belajar untuk menyiapkan
> segelas air putih di samping piring suami saat
sarapan, makan siang, atau makan
> malam. Saya belajar untuk menggandeng tangannya di
jalan.
>
> Saya belajar untuk melarutkan dulu deterjen
> ke dalam ember air selama setengah jam. Saya
belajar untuk menyeterika pakaian
> suami sebelum ia berangkat kerja. Saya belajar
untuk merendam bilasan terakhir
> cucian ke dalam larutan pewangi dan pelembut
pakaian.
>
> Saya belajar, bahwa tak semua
> keinginan saya bisa dipenuhi. Saya belajar, bahwa
saat menangis, saya tak harus
> melulu dihibur. Ada kalanya, saya harus belajar
untuk paham, bahwa kekecewaan
> suami jugalah merupakan suatu bentuk hukuman. Dan
saat sumur air mata sudah
> habis ditimba, saya belajar untuk minta maaf.
>
> Saya belajar bahwa perasaan cemburu memang
> kerap kali tak masuk akal. Pun sangat irasional,
saya belajar untuk jujur, pada
> apa yang saya rasakan. Sebaliknya, saya juga
belajar untuk menerima kecemburuannya
> berdasarkan hal-hal yang menurutnya signifikan.
Dengan demikian, saya belajar
> untuk menempatkan diri dalam sepatunya, dan
merasakan apa yang ia rasakan.
>
> Saya belajar untuk berempati.
>
> Saya belajar bahwa kami dibesarkan
> dari keluarga yang berbeda, dengan kebiasaan dan
selera yang berbeda pula. Sehingga,
> saya belajar untuk bertanya sebelum mulai
membelikannya sesuatu.
>
> Saya juga belajar untuk bertanya
> sebelum mulai membeli makanan ringan dalam jumlah
banyak. &nbsp;Saya juga belajar untuk bertanya,
sebelum
> mulai memindahkan televisi dan menata ruangan.
Saya belajar untuk berdiskusi.
> Saya belajar untuk berkompromi.
>
> Saya belajar bahwa cinta tak lantas
> membuat kami jadi dukun yang bisa saling membaca
pikiran. Karenanya, saya
> belajar untuk menggunakan kata sifat untuk
menjelaskan kata "sayur", sehingga
> saat saya meng-sms suami dan minta tolong
dibelikan sayur matang, suami tidak
> malah membelikan sayur mentah untuk dimasak.
>
> Begitu juga saat kami bertengkar.
>
> Saya belajar untuk menjelaskan penyebab
> kekecewaan secara rasional. Untuk efek emosional
yang disebabkan oleh
> kekecewaan, saya belajar untuk mengunyahnya
lumat-lumat, sebelum dilontarkan. Dari
> sana, saya belajar, bahwa dengan kepala dingin,
segala bentuk kemarahan, kesedihan,
> dan kekecewaan, bisa didiskusikan.
>
> Saya
> belajar untuk memijiti kaki dan tangan suami. Saya
belajar untuk menghapalkan
> jenis sayur kesukaannya, merk kopi yang biasa
diminumnya, berapa jumlah telur
> yang ditambahkannya untuk sepiring mi goreng,
berapa sendok susu dan madu yang
> pas di lidahnya untuk segelas susu madu. Saya
belajar untuk menyenangkannya.
>
> Saya
> belajar untuk tidak berlama-lama menerima telepon
di kala malam atau di akhir
> pekan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk tak
meng-sms teman kantor menanyakan
> masalah pekerjaan saat mereka sudah berada di
rumah. Karena seperti halnya saya
> yang juga ingin beristirahat di rumah, mereka juga
pasti demikian.
>
> Saya
> belajar bahwa menunggu pasangan pulang itu
menyesakkan.
>
> Kita bisa dihantui sejuta kekhawatiran,
> saat ia tak kunjung datang. Dan karena pada
akhirnya saya belajar bahwa
> khawatir merupakan suatu bentuk emosi yang cukup
melelahkan, maka saya pun belajar
> untuk tidak lagi pulang kerja larut malam.
>
> Saya belajar membiasakan diri
> membawa oleh-oleh saat berkunjung ke rumah saudara
ataupun teman. Saya belajar
> untuk berusaha selalu membalas sms dan mengangkat
telpon. Saya belajar untuk
> lebih peduli.
>
> Saya belajar membiasakan diri
> mengucapkan salam. Saya belajar untuk menambahkan
kata "Mas" dan "Mbak" pada orang
> yang lebih tua, pun itu adalah kepada ketiga abang
saya yang tak terlalu peduli
> pada bentuk nama panggilan. Saya belajar untuk
menghormati orang lain.
>
> Saya belajar membiasakan diri untuk
> menggunakan kata "kami".
>
> Saya belajar untuk selalu menyiapkan
> uang receh. Saya belajar untuk mengambil uang di
ATM dalam jumlah besar
> ketimbang dalam jumlah sedikit tapi sering. Karena
kita tak selalu menemukan
> ATM. Saya belajar untuk selalu punya stok
"keperluan wanita". Sehingga kali
> lain saya tiba-tiba "kedatangan tamu", suami tak
perlu jalan kaki ke warung yang
> cukup jauh pada tengah malam buta. Saya belajar
untuk selalu punya antisipasi
> dan persiapan dalam segala hal.
>
> Saya belajar bahwa toh, pada
> akhirnya, tak semua ketakutan saya itu terbukti.
Beberapa di antaranya ternyata
> hanyalah kecemasan berlebihan terhadap keengganan
akan suatu perubahan. Dan
> mengutip kata Citra, saya juga belajar bahwa cinta
tak melulu harus dikatakan. Melainkan
> berwujud nyata dalam suatu perbuatan.
>
> Kini, 30 hari lewat sudah, sejak kami
> berjanji. Semua pelajaran ini juga tak lantas
berhenti sampai di sini. Karena masih
> panjang perjalanan hari. Dan dalam perjalanan itu,
kami akan kembali membuat
> beragam kesalahan. Kami akan kembali berdebat.
Kami akan kembali salah paham.
> Kami akan kembali bertengkar. Pun, kami akan
kembali berdiskusi. Kami akan
> kembali saling minta maaf. Kami akan kembali
berkompromi.
>
> Tentu saja, tak semua kompromi punya
> solusi melegakan. Pun, tak semua hari berhiaskan
romantisme berkilauan. Dan tak
> semua pelajaran ini juga sempurna hasilnya. Namun,
dari sana, saya belajar satu
> hal. &nbsp;
>
> Bahwa
> kami, tak akan berhenti untuk terus belajar.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ***
>
> (Persembahan
> untuk: Diani Citra-sahabat yang menepati janjinya
menjadi Mata, Telinga, dan
> Suara. Juga untuk seseorang yang khilaf menerima
saya sebagai istri -Mas Catur Sukono-suami
> terhebat yang tak pernah lelah untuk menunggu saya
belajar menjadi dewasa. Thank God I found you.
Semoga khilafmu
> permanen ya, AyangJ) &nbsp;&nbs

9c.

Re: (esai) dan 30 hari kemudian...

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun Jun 1, 2008 9:30 pm (PDT)

Retno....
baca tulisan ini, aku jadi mikir... Lho, mikir kalau mau nikah...
halah... :D

Hmm, jadi ingat obrolan-obrolan soal nikah, ya... hehehe, ga nyangka
juga dirimu "meninggalkanku", hehehe, ga ada perjanjian an, retno yang
nikah duluan :D, hihihihi

TFS, Retno yang cantik... yang tulisannya memberi pencerahan... ;)

Aku juga belajar, No...
untuk terus bersyukur :)

halah...

See ya...

SemanGAATTTT :D

*enaknya, ge nelpon lo jam berapa, ya ;p

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, retnadi aini
<punya_retno@...> wrote:
>
>
>
> Dan, 30 Hari
> Kemudian…
>
> Oleh: Retnadi
> Nur̢۪aini
>
> &nbsp;
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Beberapa bulan sebelum menikah, saya
> bertengkar dengan sahabat saya, Citra. Pertengkaran yang merupakan
pertengkaran
> terhebat, sekaligus juga pertengkaran perdana selama rentang waktu
lima tahun persahabatan
> kami.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;Pertengkaran
> itu dimulai dari satu esai saya tentang suatu pernikahan impian.
Saat makan
> malam di GulTik (Gulai Tikungan) Blok M dekat SMUN 70, kami pun
membahasnya. Dan
> komentar Citra sungguh-sungguh di luar dugaan saya.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
“You
> know what, No? Untuk ukuran seorang yang akan menikah, ekspektasi lo
kelewat tinggi. Lo kelewat banyak masukin cinta dan romantisme
berkilauan. Itu nggak fair untuk kehidupan yang akan lo jalani
nantinya,” ujarnya sambil
> menatap tajam mata saya.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Mendengar komentar sepedas itu, awalnya saya cuma sanggup terperangah.
Dilanjutkan
> dengan debat panjang selama hampir dua jam lamanya. Yang berujung
pada saya
> menangis karena marahâ€"ya, reaksi katarsis saya untuk banyak emosi
memang
> menangisâ€"selama hampir satu jam lamanya di hadapan Citra.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
“I know you hate me right now, Sweetie. Tapi
> gua percaya bahwa adakalanya cinta
> tidak dikatakan, tapi ditunjukkan dengan perbuatan. Gua sayang sama
lo, dan gua harus bilang
> itu. Maaf, ya, Sayang…” ujar Citra lembut.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ya,
> waktu itu saya memang marah sekali pada Citra. Di antara seluruh
orang di
> dunia, dialah yang paling paham segala ketakutan saya tentang
pernikahan. Dan
> saat saya berusaha memerangi ketakutan saya dengan menuliskan suatu
esai romantis
> tentangnyaâ€"dalam pandangan saya yang sedang marah saat ituâ€"Citra
jugalah yang
> paling tidak suportif.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Toh
> sehebat apapun pertengkaran kami malam itu, tiga jam kemudian kami
kembali
> berbaikan. “Meski gua masih sebel sama lo, ya, Neng. Tapi besok
udah nggak, kok. Love you, Cit,” ujar saya sambil mencoba tersenyum
dengan mata
> sembab. Yang dibalas dengan bercanda oleh Citra. “Iyalah, you love
me, don̢۪t you? Hehehe, love
> you, No,” ujarnya sambil memeluk saya malam itu sebelum kami berpisah.
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Dengan
> pernyataan Citra yang terus terngiang-ngiang di kepala dan telinga
saya.
>
>
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
***&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 30
> hari setelah menikah, pernyataan Citra tak juga henti bergema di
kepala dan
> telinga saya. Namun untuk pertama kalinya, saya mulai menganggapnya
masuk akal.
> Untuk pertama kalinya, saya juga mulai belajar tentang suatu konsep
pernikahan.
> Dan untuk pertama kalinya, saya bersyukur, bahwa Citra pernah
melempar komentar
> pedas itu ke hadapan saya dulu.
>
> Well, ada banyak
> hal yang saya pelajari untuk pertama kalinya, setelah menikah. Dan
dalam kurun
> 30 hari, berikut beberapa di antaranya:
>
> Saya belajar untuk menyiapkan
> minuman hangat bagi suami setiap pagi dan petang. Saya belajar untuk
menyiapkan
> segelas air putih di samping piring suami saat sarapan, makan siang,
atau makan
> malam. Saya belajar untuk menggandeng tangannya di jalan.
>
> Saya belajar untuk melarutkan dulu deterjen
> ke dalam ember air selama setengah jam. Saya belajar untuk
menyeterika pakaian
> suami sebelum ia berangkat kerja. Saya belajar untuk merendam
bilasan terakhir
> cucian ke dalam larutan pewangi dan pelembut pakaian.
>
> Saya belajar, bahwa tak semua
> keinginan saya bisa dipenuhi. Saya belajar, bahwa saat menangis,
saya tak harus
> melulu dihibur. Ada kalanya, saya harus belajar untuk paham, bahwa
kekecewaan
> suami jugalah merupakan suatu bentuk hukuman. Dan saat sumur air
mata sudah
> habis ditimba, saya belajar untuk minta maaf.
>
> Saya belajar bahwa perasaan cemburu memang
> kerap kali tak masuk akal. Pun sangat irasional, saya belajar untuk
jujur, pada
> apa yang saya rasakan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk menerima
kecemburuannya
> berdasarkan hal-hal yang menurutnya signifikan. Dengan demikian,
saya belajar
> untuk menempatkan diri dalam sepatunya, dan merasakan apa yang ia
rasakan.
>
> Saya belajar untuk berempati.
>
> Saya belajar bahwa kami dibesarkan
> dari keluarga yang berbeda, dengan kebiasaan dan selera yang berbeda
pula. Sehingga,
> saya belajar untuk bertanya sebelum mulai membelikannya sesuatu.
>
> Saya juga belajar untuk bertanya
> sebelum mulai membeli makanan ringan dalam jumlah banyak. &nbsp;Saya
juga belajar untuk bertanya, sebelum
> mulai memindahkan televisi dan menata ruangan. Saya belajar untuk
berdiskusi.
> Saya belajar untuk berkompromi.
>
> Saya belajar bahwa cinta tak lantas
> membuat kami jadi dukun yang bisa saling membaca pikiran. Karenanya,
saya
> belajar untuk menggunakan kata sifat untuk menjelaskan kata
“sayur”, sehingga
> saat saya meng-sms suami dan minta tolong dibelikan sayur matang,
suami tidak
> malah membelikan sayur mentah untuk dimasak.
>
> Begitu juga saat kami bertengkar.
>
> Saya belajar untuk menjelaskan penyebab
> kekecewaan secara rasional. Untuk efek emosional yang disebabkan oleh
> kekecewaan, saya belajar untuk mengunyahnya lumat-lumat, sebelum
dilontarkan. Dari
> sana, saya belajar, bahwa dengan kepala dingin, segala bentuk
kemarahan, kesedihan,
> dan kekecewaan, bisa didiskusikan.
>
> Saya
> belajar untuk memijiti kaki dan tangan suami. Saya belajar untuk
menghapalkan
> jenis sayur kesukaannya, merk kopi yang biasa diminumnya, berapa
jumlah telur
> yang ditambahkannya untuk sepiring mi goreng, berapa sendok susu dan
madu yang
> pas di lidahnya untuk segelas susu madu. Saya belajar untuk
menyenangkannya.
>
> Saya
> belajar untuk tidak berlama-lama menerima telepon di kala malam atau
di akhir
> pekan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk tak meng-sms teman kantor
menanyakan
> masalah pekerjaan saat mereka sudah berada di rumah. Karena seperti
halnya saya
> yang juga ingin beristirahat di rumah, mereka juga pasti demikian.
>
> Saya
> belajar bahwa menunggu pasangan pulang itu menyesakkan.
>
> Kita bisa dihantui sejuta kekhawatiran,
> saat ia tak kunjung datang. Dan karena pada akhirnya saya belajar bahwa
> khawatir merupakan suatu bentuk emosi yang cukup melelahkan, maka
saya pun belajar
> untuk tidak lagi pulang kerja larut malam.
>
> Saya belajar membiasakan diri
> membawa oleh-oleh saat berkunjung ke rumah saudara ataupun teman.
Saya belajar
> untuk berusaha selalu membalas sms dan mengangkat telpon. Saya
belajar untuk
> lebih peduli.
>
> Saya belajar membiasakan diri
> mengucapkan salam. Saya belajar untuk menambahkan kata “Mas”
dan “Mbak” pada orang
> yang lebih tua, pun itu adalah kepada ketiga abang saya yang tak
terlalu peduli
> pada bentuk nama panggilan. Saya belajar untuk menghormati orang lain.
>
> Saya belajar membiasakan diri untuk
> menggunakan kata “kami”.
>
> Saya belajar untuk selalu menyiapkan
> uang receh. Saya belajar untuk mengambil uang di ATM dalam jumlah besar
> ketimbang dalam jumlah sedikit tapi sering. Karena kita tak selalu
menemukan
> ATM. Saya belajar untuk selalu punya stok “keperluan wanita”.
Sehingga kali
> lain saya tiba-tiba “kedatangan tamu”, suami tak perlu jalan
kaki ke warung yang
> cukup jauh pada tengah malam buta. Saya belajar untuk selalu punya
antisipasi
> dan persiapan dalam segala hal.
>
> Saya belajar bahwa toh, pada
> akhirnya, tak semua ketakutan saya itu terbukti. Beberapa di
antaranya ternyata
> hanyalah kecemasan berlebihan terhadap keengganan akan suatu
perubahan. Dan
> mengutip kata Citra, saya juga belajar bahwa cinta tak melulu harus
dikatakan. Melainkan
> berwujud nyata dalam suatu perbuatan.
>
> Kini, 30 hari lewat sudah, sejak kami
> berjanji. Semua pelajaran ini juga tak lantas berhenti sampai di
sini. Karena masih
> panjang perjalanan hari. Dan dalam perjalanan itu, kami akan kembali
membuat
> beragam kesalahan. Kami akan kembali berdebat. Kami akan kembali
salah paham.
> Kami akan kembali bertengkar. Pun, kami akan kembali berdiskusi.
Kami akan
> kembali saling minta maaf. Kami akan kembali berkompromi.
>
> Tentu saja, tak semua kompromi punya
> solusi melegakan. Pun, tak semua hari berhiaskan romantisme
berkilauan. Dan tak
> semua pelajaran ini juga sempurna hasilnya. Namun, dari sana, saya
belajar satu
> hal. &nbsp;
>
> Bahwa
> kami, tak akan berhenti untuk terus belajar.
>
>
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
***
>
> (Persembahan
> untuk: Diani Citraâ€"sahabat yang menepati janjinya menjadi Mata,
Telinga, dan
> Suara. Juga untuk seseorang yang khilaf menerima saya sebagai istri
â€"Mas Catur Sukonoâ€"suami
> terhebat yang tak pernah lelah untuk menunggu saya belajar menjadi
dewasa. Thank God I found you. Semoga khilafmu
> permanen ya, AyangJ) &nbsp;&nbsp;
>
>
>
> Send instant messages to your online friends
http://uk.messenger.yahoo.com
>

9d.

Re: (esai) dan 30 hari kemudian...

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Sun Jun 1, 2008 9:42 pm (PDT)

Huaaaaaaa
Keren, welcome the world couple.
Seperti dirimu dan dirinya
dirikupun belajar banyak hal tentang itu
dan tulisanmu cukup meresensi
apa yang ingin diucapkan
oleh kebanyakan pasangan yang baru menikah.

Tentu saja dengan segala pernak-pernik perasaannya.
Dan, pelajaran itu akan tambah berat,
sekaligus tambah menyenangkan di kemudian hari.

Seumur hidup, saya tidak pernah belajar bagaimana memasang popok dan
bedong bayi.. but you know what?? Saya bisa melakukannya dengan
sukses. Fyuuuh... ^_^

Ditunggu kisah2 selanjutnya mbak Retno, Mas Catur ^_^
Salam Pembelajaran
DANI

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, retnadi aini <punya_retno@...>
wrote:
>
>
>
> Dan, 30 Hari
> Kemudian…
>
> Oleh: Retnadi
> Nur̢۪aini
>
> &nbsp;
>
> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Beberapa bulan sebelum menikah, saya
> bertengkar dengan sahabat saya, Citra. Pertengkaran yang merupakan
pertengkaran
> terhebat, sekaligus juga pertengkaran perdana selama rentang waktu
lima tahun persahabatan
> kami.

9e.

Re: (esai) dan 30 hari kemudian...

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Sun Jun 1, 2008 10:17 pm (PDT)

cekokan dan masukkan dari retno&catur, juga kang Dhani dan mba Endah, ngena
banget...
dan aku berfikir apapun itu harus disiapkan dengan matang ya penganten baru?
hmmm...
walaupun aku gak selama Citra untuk mengenal kamu, tapi dari beberapa kali
pertemuan aku melihat ada yang berbeda dengan kamu setelah menikah... kadang
pernikahan membuat seseorang menjadi orang yang baru... aku belajar banyak
dari kalian
kalo soal yang ini :

Saya belajar untuk berusaha selalu membalas sms dan mengangkat telpon. Saya
belajar untuk lebih peduli.
pantes catur protes mulu kalo aku jarang bales sms catur, taufik, mba
asma... hi..hi.. salam buat mas mu...
btw pas kamu menyiapkan sepatu sehabis sholat di UIn, itu romantis low, dari
situ terbukti bahwa, cinta tidak melulu harus diucapkan...
kangeun..
-mpok-

Pada 2 Juni 2008 09:37, retnadi aini <punya_retno@yahoo.com> menulis:

> *Dan, 30 Hari Kemudian…*
>
> *Oleh: Retnadi Nur'aini*
>
> * *
>
>
>
>
10a.

Re: (Diary Pekerja) Today & Tomorrow

Posted by: "ratihjussac" ratihjussac@yahoo.com   ratihjussac

Sun Jun 1, 2008 7:59 pm (PDT)

Benar, jangan bebani pikiran dengan sesuatu yang belum ada dalam
gengaman kita. Syukuri apa yang sudah ada .Kadang apa yang kita tidak
mendapatkan apa yang kita inginkan. Bahagia bukan terletak pada apa
yang kita inginkan tercapai atau tidak, tetapi bagaimana sikap kita
mensyukuri apa yang sudah kita terima.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, galih@... wrote:
>
> Sorry, harusnya kemarin dipostingnya, lagi mumet ^_^
>
>
>
----------------------------------------------------------
>
> Jika datang waktu pagi janganlah memikirkan tentang waktu sore
> Jika waktu sore tiba janganlah memikirkan tentang waktu pagi
>
> Sebuah obrolan makan siang menguburkan rasa bt yang sempat
menyelimuti awal hari ini.
> Betapa tidak, seharusnya hari sabtu ini jadwal bermain futsal bersama
> teman-teman kerja
> batal sudah karena harus piket di kantor. Saat ini saya kurang begitu
> bersemangat jika hari
> kerja sebanyak 6 hari/minggu, cukuplah 5 hari saja. Selain untuk
> menghilangkan kejenuhan
> saya pikir pribadi dan keluarga juga mempunyai hak untuk diberikan
waktu
> secara khusus.
>
> Tapi rasa bt itu sirna sudah pada saat jam makan siang tadi. Sebuah
obrolan yang
> kembali
> mengingatkan saya untuk kembali menjalani kehidupan ini dengan lebih
> nyaman. Jika terke-
> na jadwal piket saya memang sering makan siang di luar, selain untuk
> mencari atmosfir yang
> lebih segar juga saya, juga teman-teman yang lain, memanfaatkan
waktu ini
> untuk dapat sa-
> ling mengenal lebih jauh lagi.
>
> Siang ini saya dengan Pak Windy-teman di bagian exim-makan siang di
rumah
> makan Padang
> langganannya Pak Windy. Sebenarnya saya pernah beberapa kali makan di
> tempat ini tetapi
> belum pernah bersamanya. Seperti biasa kami berdua memesan makanan
sesuai
> dengan selera
> yang kami rasa waktu itu. Kami duduk di meja paling depan. Pesanan pun
> tiba dan mulailah kami
> mengisi perut yang sudah terasa kosong.
>
> Percakapan ringan pun mengiringi santap siang kami. Entah kenapa
terpikir
> olehku untuk mena-
> nyakan sesuatu kepada Pak Windy.
>
> "Pak Win." Begitu saya memanggil namanya.
> "Lima tahun kedepan atau sepuluh tahun lah, punya rencana atau
cita-cita
> apa baik untuk pribadi
> ataupun keluarga?" Tanya saya kepada Pak Windy.
> "Ngga ada, Gal." Jawabnya singkat.
> "Masa sih ngga punya planning ke depan?" Tanya saya sambil merasa
heran. Karena saya pikir Pak
> Windy itu termasuk orang yang segala sesuatunya terkonsep.
> "Menurut Aidh Al Qarni jangan terlalu memikirkan hari esok."
> "Jadi, jalani saja.?" Potong saya.
> "Iya, Gal. Saya tidak punya rencana mau ngapain atau mau punya ini,
itu.
> Ya, jalani saja kayak air
> mengalir. Cukup berbuat yang terbaik untuk hari ini. Kita hidup hari
ini,
> ya, berbuatlah yang terbaik
> untuk hari ini."
>
> Saya manggut-manggut mendengar jawaban dari Pak Windy. Pikir saya ada
> benarnya juga.
>
> "Begini Pak Win, saya setuju kalau kita harus melakukan yang terbaik
untuk
> hari ini, sebab hari
> ini akan menjadi modal buat kita untuk malangkah esok. Hasil dari usaha
> terbaik yang kita lakukan
> kita sesuaikan dengan rencana-rencana hidup kita di masa yang akan
> datang."
>
> "Saya sih simple saja, hari ini, ya, hari ini. Cukup lakukan yang
terbaik dan berbuat baik
> kepada
> semua orang maka dengan sendirinya kebaikan itu akan datang. Banyak
memang
> orang tua yang
> mulai dari sekarang melakukan proteksi bagi keluarganya seperti
asuransi
> pendidikan selama sekian
> tahun. Namun masalahnya apakah sudah pasti pada waktu mendatang itu
anak
> kita masih hidup?
> Beberapa diantara orang yang sibuk memikirkan hari esok lebih terkesan
> memaksa dan menjalani
> hidup ini seperti dikejar setoran. Saya sekarang punya motor, gak
pernah
> sebelumnya punya rencana
> untuk membeli motor. Pas waktu itu ada uang, ya sudah saya gunakan
untuk
> DP. Jangan terlalu pusing,
> jalani saja seperti air mengalir. Jika kita punya air sekarang jangan
> tunggu sampai air menjadi asin.
> Sekarang, ya, sekarang. Besok, ya, besok dan segala sesuatunya sudah
> ditentukan. Saya tidak punya tuh
> rencana nanti punya rumah seperti ini atau harus punya itu, capek Gal,
> karena belum tentu kita
> umur kita sampai."
>
> "Bapak yang bijaksana." Saya berujar kemudian kami pun tertawa.
>
> Setelah semuanya selesai kami pun kembali ke kantor. Sepanjang
perjalanan
> dan ketika menulis ini
> pun apa yang diutarakan oleh Pak Windy masih terngiang di telinga.
> Berbuatlah yang terbaik hari ini
> dan berbuat baik pula kepada sesama. Ah... terkadang saya selalu
> disibukkan dengan banyak mimpi
> sehingga waktu pun habis untuk merumuskan mimpi bahkan menjadi budak
> mimpi. Ya, karena
> kebanyakan yang menjadi impian adalah segala sesuatu yang berbentuk
> materi, kebendaan dan
> pengakuan. Berbuatlah yang terbaik untuk hari ini dan berbuat baik
untuk
> sesama.
>
> Bagaimana dengan teman-teman semuanya? Apakah sependapat dengan
pernyataan
> teman saya ini?
> Saya tunggu komentarnya.
>
>
> Salam
>

11.

Fw: [tangandiatas] BBM Naik Berhadiah Buku

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Sun Jun 1, 2008 8:59 pm (PDT)

nerusin aja program temen di TDA semoga ada manfaatnya....

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

----- Forwarded Message ----
From: jamil azzaini <jamil_azzaini@yahoo.com>
To: tangandiatas@yahoogroups.com
Sent: Friday, May 30, 2008 9:04:34 AM
Subject: [tangandiatas] BBM Naik Berhadiah Buku

BBM Naik Berhadiah Buku

Banyak cara untuk mengekspresikan harga BBM yang naik.&nbsp; Ada yang turun ke jalan,
ke istana negara, gedung dewan, orasi di kampus dan juga berdoa bersama.&nbsp;
Sebagian ekspresi itu berisi keluhan dan protes kepada pemerintah.&nbsp; Nah,
saya ingin menawarkan hal yang lain. Dalam waktu satu pekan ini, saya ingin mengadakan lomba "Menikmati
Hidup".

Caranya mudah, buat usulan/gagasan/ide
tentang bagaimana kita tetap bisa "Menikmati Hidup" di tengah harga
BBM dan harga-harga lain yang terus naik.&nbsp; Gagasan ditulis cukup satu
halaman atau paling banyak 3 halaman. Gagasan Anda dikirimkan ke
http://jamil.niriah.com dimasukkan ke dalam kotak Leave a Reply di bawah judul
BBM Naik Berhadiah Buku.

Saya akan memilih lima
ide/gagasan terbaik dan pemenangnya akan mendapat buku kedua saya, Menyemai
Impian Meraih Sukses Mulia, terbitan Gramedia. Lima pemenangnya akan diumumkan tanggal 08
Juni 2008.&nbsp; Buruan, waktunya hanya satu minggu.&nbsp; Keputusan saya tidak
bisa diganggu gugat ya.&nbsp; Saya tunggu ide/gagasan Anda yang bisa
mencerahkan orang sehingga bisa tetap "Menikmati Hidup".&nbsp;

Tolong informasi ini
disebarluaskan ya, terima kasih atas kesediannya. Mari kita selalu "Menikmati
Hidup" dan berjuang agar kita bisa "Menikmati Hidup" yang lebih baik dan
berkah. &nbsp;

Salam Sukses Mulia

Jamil Azzaini&nbsp;

12a.

[puisi] Waktu Bermuka Pucat

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 1, 2008 9:43 pm (PDT)

*Waktu Bermuka Pucat*

waktu bermuka pucat berteriak tadi malam

lakon baru sudah disiapkan

bagi yang resah dan tenggelam

dalam mimpi yang tak terungkapkan

tirai panggung telah diturunkan

lampu sorot telah dinyalakan

harap cemas penonton di kejauhan

kali ini siapakah yang berperan

kartu apa yang akan dimainkan

topeng mana yang akan dikenakan

siapa yang jadi korban

siapa yang jadi pahlawan

siapa yang jadi tuan

siapa yang jadi pelayan

waktu bermuka pucat berteriak tadi malam

ketika epiosdepisode terlempar

babakbabak tertabrak kalimatkalimat

para pelakon larut dalam tariannya

hingga penonton bersorak:

sekali lagi! sekali lagi!

kami suka yang terkapar

kami suka yang terdampar

kami suka yang menggampar

kami suka yang menggelepar

waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam

ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam

kali ini tak ada pertunjukan ulang

:semua penonton telah dipanggil pulang!

Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10 a.m – 3 p.m.

http://mutiaracinta.multiply.com
12b.

Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat

Posted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com   paman_sam2

Sun Jun 1, 2008 9:54 pm (PDT)

deulieh terinspirasi waktu workshop teater ya sama mbak Asma Nadia...hehehe
mbak ternyata pintar akting ya...hehehe
sukses ya?

--- On Mon, 6/2/08, Lia Octavia &lt;liaoctavia@gmail.com&gt; wrote:

From: Lia Octavia &lt;liaoctavia@gmail.com&gt;
Subject: [sekolah-kehidupan] [puisi] Waktu Bermuka Pucat
To: "FLP" &lt;forum_lingkarpena@yahoogroups.com&gt;, "FLP DKI" &lt;flpdki@yahoogroups.com&gt;, flpwilayah_jabedeci@yahoogroups.com, flp_jabar@yahoogroups.com, komunitaspuisi_flp@yahoogroups.com, "sekolah kehidupan" &lt;sekolah-kehidupan@yahoogroups.com&gt;
Date: Monday, June 2, 2008, 12:43 AM

Waktu Bermuka Pucat
&nbsp;
&nbsp;
waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
lakon baru sudah disiapkan
bagi yang resah dan tenggelam
dalam mimpi yang tak terungkapkan
&nbsp;
tirai panggung telah diturunkan
lampu sorot telah dinyalakan
harap cemas penonton di kejauhan
kali ini siapakah yang berperan
kartu apa yang akan dimainkan
topeng mana yang akan dikenakan
&nbsp;
siapa yang jadi korban
siapa yang jadi pahlawan
siapa yang jadi tuan
siapa yang jadi pelayan
&nbsp;
waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
ketika epiosdepisode terlempar
babakbabak tertabrak kalimatkalimat
para pelakon larut dalam tariannya
&nbsp;
hingga penonton bersorak:
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sekali lagi! sekali lagi!
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kami suka yang terkapar
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kami suka yang terdampar
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kami suka yang menggampar
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kami suka yang menggelepar
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam
ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam
kali ini tak ada pertunjukan ulang
:semua penonton telah dipanggil pulang!
&nbsp;
&nbsp;
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10 a.m – 3 p.m.
&nbsp;http://mutiaracinta .multiply. com

12c.

Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Sun Jun 1, 2008 11:28 pm (PDT)

Ah nggak kok, nggak terinspirasi dari situ. Aku emang mau nulis aja kok.
Pintar akting? Bukankah kita semua pemain-pemain sandiwara di atas panggung
kehidupan bernama dunia? :-)
Nggak lah.. biasa aja kok...

Makasih ya, Mas Fiyan

Salam
Lia

On Mon, Jun 2, 2008 at 11:53 AM, fiyan arjun <paman_sam2@yahoo.com> wrote:

> deulieh terinspirasi waktu workshop teater ya sama mbak Asma
> Nadia...hehehe
>
> mbak ternyata pintar akting ya...hehehe
>
> sukses ya?
>
> --- On *Mon, 6/2/08, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>* wrote:
>
> From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
> Subject: [sekolah-kehidupan] [puisi] Waktu Bermuka Pucat
> To: "FLP" <forum_lingkarpena@yahoogroups.com>, "FLP DKI" <
> flpdki@yahoogroups.com>, flpwilayah_jabedeci@yahoogroups.com,
> flp_jabar@yahoogroups.com, komunitaspuisi_flp@yahoogroups.com, "sekolah
> kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Date: Monday, June 2, 2008, 12:43 AM
>
>
> *Waktu Bermuka Pucat*
>
>
>
>
>
> waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
>
> lakon baru sudah disiapkan
>
> bagi yang resah dan tenggelam
>
> dalam mimpi yang tak terungkapkan
>
>
>
> tirai panggung telah diturunkan
>
> lampu sorot telah dinyalakan
>
> harap cemas penonton di kejauhan
>
> kali ini siapakah yang berperan
>
> kartu apa yang akan dimainkan
>
> topeng mana yang akan dikenakan
>
>
>
> siapa yang jadi korban
>
> siapa yang jadi pahlawan
>
> siapa yang jadi tuan
>
> siapa yang jadi pelayan
>
>
>
> waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
>
> ketika epiosdepisode terlempar
>
> babakbabak tertabrak kalimatkalimat
>
> para pelakon larut dalam tariannya
>
>
>
> hingga penonton bersorak:
>
> sekali lagi! sekali lagi!
>
> kami suka yang terkapar
>
> kami suka yang terdampar
>
> kami suka yang menggampar
>
> kami suka yang menggelepar
>
>
>
> waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam
>
> ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam
>
> kali ini tak ada pertunjukan ulang
>
> :semua penonton telah dipanggil pulang!
>
>
>
>
>
> Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10 a.m – 3 p.m.
>
>
> http://mutiaracinta .multiply. com <http://mutiaracinta.multiply.com/>
>
>
>
>
12d.

Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat

Posted by: "ukhtihazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Jun 1, 2008 11:45 pm (PDT)

Setiap membaca puisi mbk lia, mbk divin dan lainnya,
sering kali aku sulit memahami apa yang terkandung
di dalamnya.

Tapi yang selalu buat aku tertarik untuk membaca
puisi adalah permainan kata-katanya. Terkadang
terasa mengalun sendu, kadang berteriak marah, dan
terasa sbuah teks menjadi lebih berjiwa. Dan yang
sering kepalaku bertanya, koq bisa y? Hehe...

Great! untuk semua penulis SK ^_^

salam,
sinta

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia
Octavia" <liaoctavia@...> wrote:
>
> *Waktu Bermuka Pucat*
>
>
>
>
>
> waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
>
> lakon baru sudah disiapkan
>
> bagi yang resah dan tenggelam
>
> dalam mimpi yang tak terungkapkan
>
>
>
> tirai panggung telah diturunkan
>
> lampu sorot telah dinyalakan
>
> harap cemas penonton di kejauhan
>
> kali ini siapakah yang berperan
>
> kartu apa yang akan dimainkan
>
> topeng mana yang akan dikenakan
>
>
>
> siapa yang jadi korban
>
> siapa yang jadi pahlawan
>
> siapa yang jadi tuan
>
> siapa yang jadi pelayan
>
>
>
> waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
>
> ketika epiosdepisode terlempar
>
> babakbabak tertabrak kalimatkalimat
>
> para pelakon larut dalam tariannya
>
>
>
> hingga penonton bersorak:
>
> sekali lagi! sekali lagi!
>
> kami suka yang terkapar
>
> kami suka yang terdampar
>
> kami suka yang menggampar
>
> kami suka yang menggelepar
>
>
>
> waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam
>
> ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam
>
> kali ini tak ada pertunjukan ulang
>
> :semua penonton telah dipanggil pulang!
>
>
>
>
>
> Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10
a.m - 3 p.m.
>
>
> http://mutiaracinta.multiply.com
>

12e.

Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Jun 2, 2008 12:00 am (PDT)

beautifully written, mbak lia.
like usual.
thansk for writing, ya

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@...> wrote:
>
> Ah nggak kok, nggak terinspirasi dari situ. Aku emang mau nulis aja kok.
> Pintar akting? Bukankah kita semua pemain-pemain sandiwara di atas
panggung
> kehidupan bernama dunia? :-)
> Nggak lah.. biasa aja kok...
>
> Makasih ya, Mas Fiyan
>
> Salam
> Lia
>
> On Mon, Jun 2, 2008 at 11:53 AM, fiyan arjun <paman_sam2@...> wrote:
>
> > deulieh terinspirasi waktu workshop teater ya sama mbak Asma
> > Nadia...hehehe
> >
> > mbak ternyata pintar akting ya...hehehe
> >
> > sukses ya?
> >
> > --- On *Mon, 6/2/08, Lia Octavia <liaoctavia@...>* wrote:
> >
> > From: Lia Octavia <liaoctavia@...>
> > Subject: [sekolah-kehidupan] [puisi] Waktu Bermuka Pucat
> > To: "FLP" <forum_lingkarpena@yahoogroups.com>, "FLP DKI" <
> > flpdki@yahoogroups.com>, flpwilayah_jabedeci@yahoogroups.com,
> > flp_jabar@yahoogroups.com, komunitaspuisi_flp@yahoogroups.com,
"sekolah
> > kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> > Date: Monday, June 2, 2008, 12:43 AM
> >
> >
> > *Waktu Bermuka Pucat*
> >
> >
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
> >
> > lakon baru sudah disiapkan
> >
> > bagi yang resah dan tenggelam
> >
> > dalam mimpi yang tak terungkapkan
> >
> >
> >
> > tirai panggung telah diturunkan
> >
> > lampu sorot telah dinyalakan
> >
> > harap cemas penonton di kejauhan
> >
> > kali ini siapakah yang berperan
> >
> > kartu apa yang akan dimainkan
> >
> > topeng mana yang akan dikenakan
> >
> >
> >
> > siapa yang jadi korban
> >
> > siapa yang jadi pahlawan
> >
> > siapa yang jadi tuan
> >
> > siapa yang jadi pelayan
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
> >
> > ketika epiosdepisode terlempar
> >
> > babakbabak tertabrak kalimatkalimat
> >
> > para pelakon larut dalam tariannya
> >
> >
> >
> > hingga penonton bersorak:
> >
> > sekali lagi! sekali lagi!
> >
> > kami suka yang terkapar
> >
> > kami suka yang terdampar
> >
> > kami suka yang menggampar
> >
> > kami suka yang menggelepar
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam
> >
> > ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam
> >
> > kali ini tak ada pertunjukan ulang
> >
> > :semua penonton telah dipanggil pulang!
> >
> >
> >
> >
> >
> > Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10 a.m – 3 p.m.
> >
> >
> > http://mutiaracinta .multiply. com <http://mutiaracinta.multiply.com/>
> >
> >
> >
> >
>

13a.

Re: HELP...HELP.....ME PLEASE?

Posted by: "ukhtihazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Jun 1, 2008 11:06 pm (PDT)

Kenapa gak ajuin contoh terjemahan ke penerbit2?
Kali aja ada yg butuh jasa penerjemah. Lumayan kan,
buat nambah duit
saku.

salam,
sinta

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com,
"endut_wrah2" <endut_wrah2@...> wrote:
>
> pengin tau gimana cara nih...
> adikku pinter bahasa inggris, bahasa prancis juga
bisa.
> dia pengin nyalurin hobinya. terjemahin gitu dari
bahasa asing ke
> indonesia. dia nggak tau gimana caranya. tadinya
aku bilang aja,
> ikutan milist SK kayak aku, siapa tau ada yang
butuh. yaaa terjemahin
> skrip film, dialog.
> aku sendiri kebetulan juga suka terjemahin, yang
lebih sering si dari
> Indonesia ke Inggris...heheheeee...jadi malu.
>
> ada yang tau nggak caranya promosi atau ada yang
butuh. tolong aku ya?
> thank you....
> email bisa juga di endut.wrah2@...
>
> Salam SK
>

Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: