Selasa, 28 Juli 2009

[daarut-tauhiid] akhirnya, berakhir juga masa lajangnya

 



Akhirnya, Berakhir Juga Masa Lajangnya

oleh Fery Ramadhansyah

====================

Handphone ku berdering saat aku berjalan keluar dari bangunan fakultas
syariah di kampusku. ketika itu ada sedikit keperluan. Kata orang, kita yang
belajar di sini kebanyakan datang ke kampus kalau gak untuk ujian, ya ijraat
(urusan administrasi). Beda banget dengan kampus lain. Sebab, kalau di
kampus-kampus lain, ada istilah titip absen, tidak untuk di Azhar. Bukan karena
tidak ada kelas, tapi memang pihak universitas tidak memberlakukan wajib hadir
kepada mahasiswanya. Kalau pun ada, hanya beberapa fakultas saja seperti
ushuluddin dan lughah. Tidak untuk fakultas syariah yang kuambil sekarang ini.

Kata senioran dulu, Azhar nggak nerapin wajib hadir karena memang tidak
memungkinkan. Lihat aja nomor karneh (kartu mahasiswa), angkanya sampe puluhan
ribu. Itu baru satu fakultas, belum lagi yang laen. Waktu ujian juga, saking
banyaknya mahasiswa, wafidin (mahasiswa asing) mengambil tempat ujian di Jaraz
(parkiran yang d ipasang tenda). Sebagian lagi ditempatkan di Thurqah
(jalan-jalan kecil dalam gedung fakultas). Dan semua lokal/aula gedung yang ada
diperuntukkan bagi mahasiswa asal Mesir. Kupikir ,ada benarnya juga, kalau
hari-hari kampus seperti ujian, bakal kerepotan pihak universitas. Wallahu
a'alam pastinya.

Aku kesana memang untuk ijroat, tapi bukan urusan bayar-membayar melainkan
yang satu lagi. Ngambil jatah bulanan minhah azhar alias beasiswa. Lumayan lah,
walau jumlahnya nggak begitu besar tapi cukup buat bayar sewa flat dan makan.

"salam alaikum, gimana kabarnya fer, udah selesai belom ujiannya" tanya
irwan said membuka pembicaran di telepon selularku. "masih ada satu lagi,
syafahi" jawabku. Dia mengundangku datang kerumahnya di qatameya yang dulu juga
tempat tinggalku. Ada sedikit
hajatan, makan malam. "datang ya fer, acara walimahan Huzain" tegasnya.

Huzein nikah, waktu ujian gini. Pikirku agak heran. Tapi, ya kalau udah
jodoh, dan ada langkah menyempurnakan setengah agama (nisfuddin), kenapa harus
heran. Toh di sini biasa kok nikah sambil kuliah. Lagian, untuk usia Huzein,
nikah emang udah seharusnya. Dia yang kelahiran tujuh sembilan sering jadi
guyonan kami kalau sedang kumpul. Karena dia yang paling tua di rumah, dan
kalau berkaca dari usia nabi jatah bujangnya sudah kadaluarsa. Begitu canda
kami kepadanya, dan diapun Cuma bisa membalas dengan senyum.

Satu hal, yang paling berkesan bagiku saat tinggal bersama mereka adalah
puasa senin kamis yang selalu mereka jalanin. Kalau sudah dua hari itu, jadwal
makan berubah. Sesuai dengan jadwal sahur dan berbuka. dan bukan hanya itu,
yang lebih dahsyat lagi, adalah kawanku satu itu. Huzein, selain senin-kamis,
ternyata ia juga puasa Daud. Satu hari puasa, satu hari berbuka. begitu hari-harinya. Subhanallah, kupikir, mungkin itu salah satu cara yang
ditempuhnya untuk menjaga diri dari maksiat. Sebab, di usia belia yang sudah
pantas nikah, namun belum ada kemampuan biasanya lebih sering tergoda dalam
urusan syahwat. Oleh karenanya Nabi, menganjurkan untuk berpuasa, bagi pemuda yang
belum bisa nikah.

Dalam salah satu hadisnya rasulullah saw menganjurkan pada setiap
pemuda;bagi yang sudah memiliki kemampuan memberi mahar dan nafkah serta sehat
jasmaniah untuk segera menikah. Kalau belum mampu, maka dianjurkan untuk
berpuasa. Karena dengan puasa diharapkan bisa menjadi pelindung.

Sepintas, apasih hubungan puasa dengan nikah. Sehingga raslullah menawarkan
cara ini yang harus ditempuh. Pertanyaannya kenapa harus puasa? Kenapa tidak
ibadah yang lain, seperti sholat, zakat atau naik haji misalnya. Tentu ada
rahasia dibalik itu semua.

Orang sering bilang, kalau tak pandai-pandai membawa diri dan kuat iman,
manusia banyak celaka karena memikirkan urusan perut dan dibawah perut. Atau
pernah kita dengar "gara-gara urusan yang sejengkal itu orang bisa
bunuh-bunuhan" itu yang banyak terjadi ditengah kita. Dan sudah ma'ruf, kalau
mau dirunut menurut pandangan keduniawaiannya, orang bekerja kebanyakan untuk
memenuhi kedua hal itu. jadi wajar, sebegitu eratnya dua anggota tubuh (perut
dan kemaluan) itu, maka perlu dijaga dan diberdayakan dengan benar.

Pertama; nikah sebagaimana yang kita tahu salah satu tujuan disayariatkannya
adalah untuk menyalurkan hasrat seksual seseorang terhadap lawan jenisnya. Dan
Islam menganjurkan bagi umatnya, agar segera melaksanakanya agar menjadi sarana
penyaluran yang benar. Kalau tidak, dikhawatirkan banyak yang terjerumus pada
lembah nista zina.

Kedua; puasa adalah jalur alternatif yang harus ditempuh untuk
menetralisirkan gairah seksuil. Sebab, dengan sedikit asupan energi yang
diterima oleh tubuh, biasanya membuat diri lebih mampu mengontrol dorongan
seksuil. Kemudian juga dengan puasa, akan terasa pengawasan Allah secara lebih.
Sebab orang yang puasa, selalu ingat selama seharian penuh ia harus menjaga
kelengkapan ibadahnya. Sebisa mungkin ia akan menghindarkan diri dari dosa-dosa
kecil seperti memandang yang bukan mahram dengan syahwat dan lain sebagainya.
Dan jika ditinjau dari biaya yang dikeluarkannya, puasa termasuk ibadah yang
tak membutuhkan banyak biaya seperti haji, atau zakat. Sehingga setiap orang
bisa melaksanakannya. Juga, puasa adalah ibadah yang bisa dijalankan sambil
melakukan aktivitas lain. Beda halnya dengan shalat.

Begitulah anjuran nikah dan alternatifnya jika belum sanggup melaksanakan.
walau secara rukun sederhana, hanya ijab kabul
antara wali dan calon suami yang disaksikan dua orang disertai dengan mahar
seadanya, tapi disinilah bermula bangunan masyarakat. Berawal dari dua insan
yang diikat dengan janji setia, kan
terlahir generasi-generasi yang sah. Dari rumah tanggalah akan terwujud
masyarakat madani.

Suami yang berusaha keras mencari nafkah dan bertanggung jawab melindungi
anggota keluarga. Juga isteri yang menjadi pelipur lara bagi suami dalam suka
maupun duka sekaligus menjadi guru pertama bagi anak-anaknya untuk megajarkan
mana baik dan benar. Hingga terbangunlah tatanan masyarakat yang saling menjaga
satu kesatuan anggota keluarganya.

Mungkin, kalau tidak ada ikatan resmi ini, apa jadinya sebuah masyarakat.
Tanpa tanggung jawab, kepada siapa harus meminta kalau-kalau perkembangbiakan
manusia berlangsung begitu saja. maka pantas saja kalau nikah disebut
syathruddin atau nisfuddin.

Sumber:eramuslim.com

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: