Untuk Sebuah Cinta
 		
        		
 			oleh Mujahid Alamaya
 
 ===========
 
 				
 				Untuk
 sebuah cinta, ia rela menempuh perjalanan jauh. Berangkat dari
 Singkawang menuju Pontianak dengan menggunakan motor dan menempuh
 perjalanan selama 3,5 jam. Disambung dengan menggunakan pesawat
 Pontianak - Jakarta selama 1,5 jam. Lalu diteruskan dengan menggunakan
 bis dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandung selama 4 jam.
 Dan terakhir, menempuh perjalanan Bandung - Yogyakarta dengan
 menggunakan mobil selama 12 jam.
 
 Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan tenaga. Perjalanan
 Singkawang - Pontianak - Jakarta - Bandung - Yogyakarta, ia tempuh
 sekitar 30 jam. Satu hari penuh tanpa istirahat yang cukup, tentu
 menguras tenaga yang dapat membuat fisik drop. Belum lagi selama
 mengikuti kegiatan silaturrahim yang acaranya lumayan padat.
 
 Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan pekerjaan. Demi
 silaturrahim dengan rekan-rekannya sesama Klab Santri, ia berani
 mengajukan ijin meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari, padahal
 status kepegawaiannya masih terbilang baru.
 
 Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan biaya. Tidak sedikit biaya
 yang harus dikeluarkan untuk transportasi, akomodasi, dan lain
 sebagainya dalam perjalanan tersebut. Rejeki yang baru ia dapatkan,
 digunakannya untuk keperluan silaturrahim.
 
 Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan waktu yang selalu diisi
 dengan rutinitasnya. Ketika bersilaturrahim selama beberapa hari di
 Bandung, Yogyakarta, dan Solo, tentu ia meninggalkan beberapa
 rutinitasnya yang mungkin bisa dibilang penting.
 Itulah salah seorang sohib saya. Dalam waktu yang singkat, ia
 memutuskan untuk mengikuti silaturrahim Klab Santri Road to Jogja.
 Secara logika, untuk melakukan perjalanan jauh, tentu membutuhkan
 persiapan yang matang, waktu yang cukup, dan biaya yang tidak sedikit.
 Namun, karena ia melakukan semua itu untuk sebuah cinta; cinta akan
 silaturrahim, cinta akan kebersamaan, cinta akan ukhuwah, dan tentunya
 cinta karenaNya, maka semuanya terasa begitu mudah.
 
 Ya, dengan mudahnya ia mendapatkan rejeki dan mengeluarkan sejumlah
 biaya yang begitu besar. Dan dengan mudahnya pula ia mendapatkan ijin
 dari atasannya untuk meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari. Serta
 berbagai kemudahan lainnya yang ia dapatkan ketika bersilaturrahim.
 
 Ia yakin, dengan menjalin silaturrahim karenaNya, maka apa yang ia
 lakukan tidaklah sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tahukah
 kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun
 keburukan?" Sabda Rasulullah SAW, 
 "Sesuatu yang paling cepat
 mendatangkan kebaikan adalah balasan (pahala) orang yang berbuat
 kebaikan dan menghubungkan tali silaturrahim, sedangkan yang paling
 cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaan) bagi orang yang
 berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan.
 
 http://kotasantri.
 
 ...........sumber :eramuslim.com
 Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
 
 Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar