Messages In This Digest (4 Messages)
- 1.
- LCTF From: mercy_ning
- 2a.
- Re: Bls: [INFO] Jupiter (kembali) Dihantam Komet/Asteroid? From: tom anto
- 3.
- WORKSHOP METROLOGI : Pemberdayaan Metrologi Nasional Pada Bidang Pen From: amel chantique
- 4a.
- tanya graphene From: imam baihaki
Messages
- 1.
-       LCTFPosted by: "mercy_ning" mercy_ning@yahoo.com mercy_ningWed Jul 29, 2009 7:27 pm (PDT)
 Insyaallah FISIKA Universitas Andalah akan mengadakan LCTF (lomba cerdas tangkas Fisika) di bulan November. Acara yang diadakan setiap tahun oleh HIMAFI ini merupakan salah satu alek gadangnyo urang Fisika Unand.
 Rangkaian acaranya di konsep selama 3 hari dimana dalam 3 hari itu ada lomba Fisika, Lomba cerdas tangkas, seminar Guru dan Open laboratorium.
 Acara ini memberikan apresiasi bagi Adek2 siswa/ siswi SMA dan SMP yang tertarik dan menyukai fisika. Buat yang ingin menjajal kompetensinya dibidang Fisika silahkan mengikuti acara ini dengan hadiah senilai 10 jt rupiah bagi pemenang pertama.
 
 
- 2a.
-       Re: Bls: [INFO] Jupiter (kembali) Dihantam Komet/Asteroid?Posted by: "tom anto" tomi_as3@yahoo.com tomi_as3Wed Jul 29, 2009 9:33 pm (PDT)
 SubhanaLLah....Saya terkesima dengan penjelasan Pak Ma'rufin Sudibyo. ternyata Allah merancang segala sesuatunya dengan sangat akurat. Terlebih lagi untuk melindungi Bumi dari benda2 langit yang memiliki kemungkinan besar "nyasar ke Bumi" 
 
 Berdasarkan citra inframerah yang diambil Teleskop Keck II di Mauna Kea
 (Hawaii), bintik hitam yang memiliki ciri-ciri tumbukan benda langit di
 hemisfer selatan Jupiter itu memiliki luas 190 juta km persegi. Jika
 dianggap lingkaran sempurna, maka bintik itu memiliki diameter 15.550
 km. Ini 22 % lebih besar ketimbang Bumi yang 'hanya' berdiameter 12.756
 km sehingga secara harfiah Bumi bisa dimasukkan ke dalam bintik
 tersebut.
 
 Namun jika semata melihat ukuran bintiknya, kita akan terkecoh karena
 sejatinya "permukaan" Jupiter sangatlah berbeda dengan permukaan Bumi.
 Bila muka Bumi didominasi batuan padat yang kompak dan rigid, maka
 wajah Jupiter sepenuhnya berupa gas dalam bentuk awan-awan gas. Citra
 yang diambil dari teleskop ruang angkasa Hubble (dengan kamera WFPC
 3-nya yang baru dipasang kemarin) menunjukkan, jika digunakan kasus
 tumbukan komet Shoemaker-Levy 9 (SL-9) dengan Jupiter pada 15 tahun
 silam sebagai pembanding, maka bintik hitam di Jupiter kali ini
 disebabkan oleh tumbukan benda langit yang melepaskan energi 'hanya'
 sekitar 20.000 megaton TNT alias sejuta kali lipat kekuatan bom
 Hiroshima. Energi ini tergolong moderat dan bisa disetarakan dengan
 ledakan yang dihasilkan oleh seluruh hululedak nuklir yang ada pada
 puncak perang dingin jika didetonasikan secara bersama-sama di satu
 tempat. Sebagai pembanding, letusan katastrofik Gunung Tambora yang
 ultraplinian itu
 
 pada April 1815 melepaskan energi total sebesar 34.000 megaton TNT.
 Meski begitu, dengan energi 20.000 megaton TNT tersebut, andaikata
 tumbukan di Jupiter itu terjadi di Bumi, maka ia sudah cukup mampu
 untuk menimbulkan bencana lingkungan dalam bentuk musim dingin nuklir
 yang kemudian disusul dengan pemanasan global. Skenario bencana
 lingkungan ala hipotesis TTAPS (Turco, Toon, Pollack, Ackerman and
 Sagan) menunjukkan bencana lingkungan bisa dimulai ketika energi
 ledakan (ledakan apa saja, baik dari letusan gunung berapi, perang
 nuklir maupun tumbukan benda langit) mencapai minimal 1.000 megaton TNT.
 
 Dengan asumsi kasus SL-9, maka tumbukan Jupiter kali ini disebabkan
 oleh komet (ditandai dengan adanya jejak uap air di bintik) dengan
 diameter 562 m, densitas 0,5 gram per sentimeter kubik dan kecepatan
 tumbuk 60 km/detik. Dengan diameter komet sebesar 562 m itu, maka jika
 dilihat dari Bumi, komet ini memiliki magnitude visual +25 sehingga
 sama sekali tak bisa dilihat bahkan dengan alat optik paling baik
 sekalipun. Sebagai gambaran, teleskop ruang angkasa Hubble hanya
 sanggup meneropong benda-benda dengan magnitude maksimum +22 atau 15
 kali lebih terang ketimbang komet ini.
 
 Kalo dalam kasus SL-9 pada 15 tahun silam, komet itu terlebih dulu
 ditangkap oleh gravitasi Jupiter dan dipaksa mengedarinya ketika
 melintas di dekat Jupiter pada akhir dekade 1960-an (semula SL-9 adalah
 komet berperiode pendek yang mengedari Matahari dengan periode 9 tahun
 dan eksentrisitas orbit 0,2). Setelah ditangkap Jupiter, ia beredar
 dengan orbit yang sangat lonjong (eksentrisitas 0,99 dan periode orbit
 2 tahun) dan sangat takstabil hingga terus mendekat ke planet itu dan
 akhirnya dipecah belah menjadi 21 fragmen oleh kekuatan gaya pasang
 surut Jupiter ketika komet SL-9 melintas di perijove-nya pada 7 Juli
 1992. Seluruh fragmen ini kemudian menghantam Jupiter 2 tahun kemudian,
 tepatnya pada 17 - 25 Juli 1994. Sementara dalam tumbukan Jupiter 2009
 ini, komet yang terlibat nampaknya tidak mengedari Jupiter terlebih
 dahulu, melainkan langsung menumbuknya setelah datang dari tepi tata
 surya. Sebab jika komet itu ditangkap terlebih dahulu oleh
 
 gravitasi Jupiter dan dipaksa mengedarinya, maka seharusnya ia
 membentuk orbit yang sangat lonjong (dengan apojove 1,39 juta km dari
 pusat Jupiter dan eksentrisitas 0,91) sehingga seharusnya ia dipecah
 belah dulu oleh gaya pasang surut Jupiter dan implikasinya bintik
 tumbukan yang kita lihat seharusnya lebih dari satu. Komet ini mungkin
 baru saja akan "berkunjung" ke perihelionnya setelah terlepas dari
 kawasan asteroid transneptunik Kuiper-Edgeworth ataupun awan komet
 Oort. Dan komet-komet yang baru pertama kali meluncur ke tata surya
 bagian dalam umumnya memiliki orbit mendekati parabola dan sangat
 takstabil, mudah sekali dipengaruhi gravitasi benda massif seperti
 Jupiter.
 
 Btw, kasus tumbukan ini sebenarnya wajar saja terjadi. Mayoritas
 anggota tata surya adalah asteroid dan komet yang punya orbit sangat
 takstabil sehingga hanya sanggup bertahan 10 - 100 juta tahun di
 lingkungan tata surya sebelum bertabrakan dengan anggota tata surya
 yang lain atau malah dilempar keluar dari tata surya oleh gravitasi
 Matahari. Jupiter sebagai anggota terbesar di tata surya menjadi
 "magnet" pemikat asteroid dan komet. Selain SL-9, ada beberapa komet
 lain yang dikenali mengorbit Jupiter. Jejak tumbukan, selain pada tahun
 1994 sebagai kasus SL-9 dan 2009 ini, juga pernah terjadi ribuan tahun
 silam yang meninggalkan jejak berupa untaian kawah di Callisto, salah
 satu satelit Galilean Jupiter. Dengan massa-nya yang paling besar,
 Jupiter berfungsi sebagai "cosmic vacuum cleaner" yang membersihkan
 orbitnya dan lingkungan tata surya bagian dalam (termasuk Bumi) dari
 benda langit yang siap menumbuk seperti komet dan asteroid. So, Jupiter
 berfungsi
 
 sebagai pelindung. Namun perlindungan ini tidak tepat 100 %, karena
 masih ada peluang asteroid atau komet untuk lolos dan mengarah ke Bumi
 sebagaimana ditunjukkan oleh jejak-jejak kawah tumbukan yang bertebaran
 di segenap penjuru permukaan Bumi (dan juga Bulan).
 
 Dampak pada Bumi? Sejauh ini tidak ada. Demikian juga pada keseimbangan
 di dalam tata surya. Sejauh ini cuman ada satu kasus ini. Jika ada
 instabilitas dalam tata surya kita, maka kasus tumbukan semacam ini
 mustinya terjadi secara beruntun dalam selang waktu yang pendek.
 Tumbukan Jupiter ini sekaligus menjadi bukti bahwa planet X/Nibiru itu
 tidak ada.
 
 Salam,
 
 Ma'rufin
 
 
- 3.
-       WORKSHOP METROLOGI : Pemberdayaan Metrologi Nasional Pada Bidang PenPosted by: "amel chantique" amelchan_tique@yahoo.com amelchan_tiqueWed Jul 29, 2009 11:34 pm (PDT)[Attachment(s) from amel chantique included below]
 WORKSHOP METROLOGI
 Pemberdayaan Metrologi Nasional Pada Bidang Pendidikan,
 Penelitian dan Penerapan Untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa
 5 Agustus 2009
 Campus Center ITB Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
 PENYELENGGARA
 :
 PROGRAM
 STUDI MAGISTER INSTRUMENTASI DAN KONTROL
 FAKULTAS
 TEKNOLOGI INDUSTRI
 INSTITUT
 TEKNOLOGI BANDUNG
 Dan
 DIREKTORAT
 METROLOGI
 DEPARTEMEN
 PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
 
 Workshop ini akan membahas beberapa topik, antara lain :
 Kebijakan dan regulasi
 Pengembangan Sistem Instrumentasi
 di Industri
 Nasional
 Metrology Institute
 Transfer
 of Authority
 Hasil Penelitian bidang Metrologi
 
 SEKRETARIAT & PENDAFTARAN
 Lina / Hesty SusantiST
 linagani@tf.itb.ac.id /
 hesty_billiton@yahoo.com 
 Telp :
 022-250-4424
 Fax : 022-250-6281
 Biaya
 Pendaftaran :
 Umum /
 instansi : Rp. 150.000,00
 Mahasiswa : Rp. 75.000,00
 Pembayaran
 biaya pendaftaran dapat ditransfer ke :
 No. Rek :
 0901012015 BNI ITB
 a.n.
 Penampungan PPM FTI
 Atau
 Langsung
 di tempat acara
 
 Regards,
 Amalia
 Rakhmawati
 PINK
 ITB - DEPDAG
 
 Attachment(s) from amel chantique 1 of 1 File(s) 
- 4a.
-       tanya graphenePosted by: "imam baihaki" amibee1st@yahoo.com amibee1stThu Jul 30, 2009 5:22 am (PDT)
 ada yang tau tentang graphene g?
 soalnya, da berita klo dia itu bahan yang tipis n kuat banget...
 
 trims before...
 
 _____________________ _________ _________ _________ _________ _ 
 Dapatkan nama yang Anda sukai!
 Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. 
 http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/ 
Need to Reply?
               Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
       ===============================================================
** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/
** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
<fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================
     
                  ** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/
** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
<fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================
MARKETPLACE
             
 Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
 
  
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar