Messages In This Digest (20 Messages)
- 1a.
- [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3 From: ukhti hazimah
- 1b.
- Re: [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3 From: fil_ardy
- 1c.
- Re: [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3 From: wiwiek sulistyowati
- 1d.
- Re: [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3 From: Hadian Febrianto
- 2.
- [Ruang Baca] King From: Rini Agus Hadiyono
- 3.
- (Catcil)Tinggalkan Nafsu Berebut Rezeki! From: galih@asmo.co.id
- 4.
- (catcil) The Leader In Amalia From: agussyafii
- 5a.
- Re: [Milad SK ke-3] Cerita di balik kehadiranku... From: fil_ardy
- 6a.
- Re: Ngambek diangkot...? Gak Lagi... From: fil_ardy
- 6b.
- Re: Ngambek diangkot...? Gak Lagi... From: Hadian Febrianto
- 7a.
- [catatankaki] Pengalaman Milad SK dibukukan? From: Kang Dani
- 7b.
- Re: [catatankaki] Pengalaman Milad SK dibukukan? From: Hadian Febrianto
- 8.
- (Catatan Milad SK-3) TELAH KUPETIK BINTANG ITU From: fiyan arjun
- 9.
- (Maklumat) QUIZ..QUIZ...BERBAGI BAHAGIA From: fiyan arjun
- 10a.
- [Catcil] Misteri Pesan Terakhir From: Nursalam AR
- 10b.
- Bls: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Misteri Pesan Terakhir From: bujang kumbang
- 10c.
- Re: [Catcil] Misteri Pesan Terakhir From: fil_ardy
- 11a.
- Re: [Milad SK ke-3] Dinginnya Lembang dan Hangatnya Persahabatan From: hariyanty thahir
- 12.
- (catcil) Kesalahan Itu Indah From: agussyafii
- 13.
- (catcil) Keajaiban Ketika Sakit From: agussyafii
Messages
- 1a.
-       [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimahThu Jul 23, 2009 9:01 pm (PDT)
 
 
 Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3Akhir-akhir ini tulisan tentang milad SK ke-3, bergulir dengan ramainya di milis. Sebuah perayaan sederhana milis SK, yang insyaALLAH memberi kenangan indah bagi semuanya. Persahabatan pun terjalin dan semakin dipererat lewat perhelatan yang berlangsung selama 2 hari di Lembang. Udara sejuk (a.k.a dingin) tidak menjadi penghalang teman-teman untuk menikmati suasana malam keakraban, ataupun menggerakkan badan di tengah hembusan angin pagi yang membekukan kulit. Menyenangkan dan bermakna…semoga kata-kata ini turut menjadi bekal pulang teman-teman ke kota masing-masing.Di sini saya tidak ingin bercerita tentang acara Milad itu sendiri--karena cukup terwakili dengan cerita-cerita dari teman-teman yang lain--tapi saya ingin sedikit mengingat tentang kerja keras di balik Milad SK ke-3. Sebuah cerita yang dilantunkan lewat kacamataku yang saat itu dipercaya untuk memegang satu amanah di dalamnya. Sepanjang bergelut di dunia 
 kepanitiaan SK, amanah kali ini terbilang cukup berat. Amanat sebagai sekretaris Milad acapkali membuat kepalaku stress. Bertugas mengkoordinasikan semua bidang yang ternyata tak semudah bayangan. Rapat pun sering kali tertunda. Perlu diketahui bahwa kami lebih banyak melakukan rapat offline dibandingkan online, hal ini dilakukan demi pertimbangan keefisienan. Kang Hadian, Budi dan Pak Teha adalah langganan setia rapat offline yang sedari awal memang kerap menyisakan perselisihan. Bukan hal mudah menyediakan kesabaran seusai kepenatan rutinitas harian untuk berdebat tentang acara Milad. Belum lagi saat kesibukan masing-masing personal yang padat seringkali menjadi pembatal rapat. Rapat online pun terkadang tidak berjalan sesuai harapan ketika sebagian besar panitia dihadang ngantuk, atau bahkan tertidur. Tak jarang ketika salah seorang dipanggil-panggil--dalam box conference-- untuk menyampaikan perkembangan bidang-nya namun yang bersangkutan tak 
 sengaja telah lelap bersama mimpi.Kekalutan memenuhi kepala saat menjelang acara, tempat yang awalnya telah fix ternyata dibatalkan secara sepihak oleh si pemilik. Kejadian ini sempat membuat panitia kelimpungan. Bukan hal mudah untuk mencari pengganti tempat, mengingat tanggal acara Milad sendiri ditetapkan saat long weekend. Dan hal ini berdampak banyaknya tempat yang sudah di booking. Salut saya acungkan kepada Budi, Mbak Asma dan Pak Teha yang rela menghabiskan malamnya untuk berkeliling Lembang dan Ciwidey untuk mencari alternatif lokasi, bahkan pencarian pun bersambung di keesokan harinya. Alhamdulillah, akhirnya pencarian pun tidak sia-sia dan membuahkan hasil walaupun tempat tersebut sudah pernah menjadi tempat pertemuan SK sebelumnya.
 Mungkin kestresanku tidak sebanding jika harus disejajarkan dengan beban pikiran dari sang Ketua. Bapak yang telah memiliki dua putri ini, harus dihadapkan dengan dua persiapan besar. Di satu sisi harus menajamkan indera untuk terus memantau perkembangan milad, dan di sisi lain juga harus jeli melihat perkembangan bayi dalam kandungan sang istrinya yang rupa-rupanya telah melewati masa 'eram'nya. Bahkan ketika menjelang hari H, koordinasi menjadi tumpang tindih, "Eh, ini lagi bukaan 9. Doain lancar. Pin dan gakun udah jadi, ditaruh di DPW"
 "Huaaa…udah mau bukaan 9! deg-degan donk. Btw ntar pin ma gakunnya bisa diambil kan?"
 Yah…itulah salah satu dari SMSku dengan Kang Hadian yang berisikan deg-deg-an proses kelahiran sang putri, Naysha, dikombinasi dengan keriweuh-an persiapan H-1 acara milad. Salut lagi, ketika beliau bersedia wira-wiri sepanjang acara antara Lembang dan RB Al-Islam, demi memenuhi tanggung jawab di dua tempat.Sesi Perkenalan, Acara Api Unggun, Teater Manohara, kehadiran Eko Ramaditya dan semua rangkaian acara terkemas dari kerja keras Tim Acara, Budi, Mbak Tya, Mbak Divin dan Mbak Novi. Dengan kelelahan yang mungkin tak terukur setelah memegang acara Rakor RZI, Budi masih berusaha maksimal meng-handle persiapan Milad. Masih terekam juga di kepala ketika di kosku Mbak Tya dan Mbak Divin berkali-kali menabuh perkusi sembari melafalkan skenario demi mempersiapkan acara malam keakraban, yang berakibat Ibu kos melakukan peninjauan karena suara tabuhnya yang terdengar sampai ke rumah beliau. Subhanallah, teater pun berlangsung semakin apik dengan dalang bodor
 Abu Nibras alias Kang Dani. Tim acara dilengkapi oleh Mbak Novi, sosok yang mempersiapkan gelaran Ngaku eSKa, menyediakan hadiah games—dengan MP toys-nya--, donasi buku, yang kemudian membawa SEMUANYA dari Jakarta ke Bandung! (berasa kayak pindahan). Tidak lupa kesiapan membantu serta sumbangsih pemikiran setiap saat dari Mbak Lia dan Retno yang semakin memantapkan kemarakan acara.Bagaimana kau tahu akan ada acara Milad SK? Woro-woro. Ya, bisa dilihat dari bejibunnya maklumat Milad SK. Nia dan Mbak Ugik. Dua orang yang bergabung di tim humas, setiap hari harus berkutat dengan update data peserta, menyampaikan informasi-informasi yang berkenaan dengan Milad, menyediakan waktu demi meladeni pertanyaan-pertanyaan yang tak hanya berasal dari satu atau dua orang. Di akhir minggu menjelang acara pun mereka masih harus membantu Kang Taufiq untuk mengkoordinasi pemberangkatan peserta, bahkan ketika hari H, Mbak Ugik yang notabene-nya berposisi di Negeri 
 Timur, Surabaya, masih juga membantu koordinasi panitia via telepon.Bolak-balik menyediakan keperluan panitia dan harus menjelma menjadi jasa ojek (punten mas!) pada hari H demi menjemput para peserta yang datang sendirian dilakoni Mas Zaenal sebagai sie perlengkapan. Dengan anggukan kepala tanpa penolakan beliau memenuhi permintaan setiap panitia, bahkan akan bergegas menuju motornya ketika kebutuhan panitia tidak tersedia di lokasi. Hanya sekali penolakan disampaikannya ketika pagi hari saya meminta tolong dibelikan kertas coklat untuk pembungkus doorprice, "Tapi Mbak, saya kan belum mandi"Laper? Panggil Mbak Lygia hehehehe…. Yup, mbak yang satu ini adalah orang yang berperan di balik makan malam, sarapan, makan siang dan snack. Anda kenyang, Mbak Gya senang hehehe…(berasa iklan). Mbak jurnalis yang rela menyediakan waktunya untuk berkumpul setelah berlarian mencari berita. Mbak yang selalu rela pulang malam ketika rapat offline terasa tak 
 berujung, padahal posisi rumahnya di ujung timur nan jauh di sana. Oiya, kalau ada yang membutuhkan navigator ketika di Bandung, Mbak Gya pantas dijadikan kandidat, mengingat beliau berhasil menjadi navigator Mbak Tya untuk penjemputan Eko Ramaditya.
 Satu lagi, posisi yang berperan penting dalam acara ini. Master of Ceremonial alias MC. Mbak Anty dan Mbak Nina, dua MC yang WOW! Ingin sekali saya menyalami mereka berkali-kali karena kelihaian mereka mengendalikan acara, kepiawaian mereka menghidupkan acara tahunan dengan canda dan permainan. Membuat acara semakin terasa bersemangat.Nah, bagaimana saya tidak ingin mengucapkan terima kasih berulang kali untuk setiap kerja keras mereka? Bagaimana saya tidak memandang kagum atas usaha mereka??Ya, dengan amat sangat tidak bosan saya mengucapkan Terima kasih, Terima kasih, Terima Kasih untuk kerja keras dan team work dari mereka. Sekaligus memohon maaf SEBESAR-BESARNYA atas kecerewetan saya sepanjang persiapan Milad SK yang mungkin membuat teman-teman menjadi gerah. Akhir cerita, salut dan applause-ku untuk semua orang-orang hebat di balik kemilau acara yang hebat, Milad ke-3 Sekolah Kehidupan ^_^Terima Kasih… 
 
 :sinta:
 
 "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
 
 BloG aKu & buKu
 http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com 
 
 BloG RaMe-RaMe
 http://sinthionk.multiply. com 
 
 BloG PenGuMPuL CataTaN
 http://sinthionk.rezaervani. com 
 
 YM : SINTHIONK
 
 
- 1b.
-       Re: [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardyThu Jul 23, 2009 11:37 pm (PDT)
 Mudah2an, stressnya Shinta dan dagdigdug plessnya kang hadian
 serta usaha dan kerja kerasnya panitia mendapatkan ganti berupa
 pahala dan kebahagiaan dunia akhirat. Karena seperti pak Sinang bilang
 waktu orasinya, dan saya terjemahkan secara bebas: " Bahagiakanlah
 orang lain, maka kau akan mendapatkan kebahagiaan". 
 
 Sepertinya, semua peserta Milad SK ke-3 tampak bahagia, Sin. Haturnuhun
 yang tak terhingga saya sampaikan kepada Panitia. Semoga kita bisa
 selalu
 menjadi team yang solid, sampai kapanpun.
 
 PS: Btw, adegan jatuh di turunan tangga pas mau ke kamar ga diceritain
 juga
 ya, Sin? [:D] , Piss ah. Hihihi, untung aja, keresek hitam berisi uang
 dan HP
 ga ilang.
 
 --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ukhti hazimahcom 
 <ukhtihazimah@...> wrote: 
 >
 > Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3Akhir-akhir ini tulisan tentang
 milad SK ke-3, bergulir dengan ramainya di milis. Sebuah perayaan
 sederhana milis SK, yang insyaALLAH memberi kenangan indah bagi
 semuanya. Persahabatan pun terjalin dan semakin dipererat lewat
 perhelatan yang berlangsung selama 2 hari di Lembang.
 
 
- 1c.
-       Re: [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3Posted by: "wiwiek sulistyowati" winiez15@yahoo.com winiez15Thu Jul 23, 2009 11:43 pm (PDT)
 Wow, hebat euy , ternyata 4 jempol ga cukup untuk mengapresiasi kerja keras panitia. Tambah 2 jempol lagi deh :D
 *bingung cari jempol tambahan*
 
 Wiwiek
 
 --- On Fri, 7/24/09, ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com > wrote:
 
 From: ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com >
 Subject: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3
 To: "milis SK" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com 
 Date: Friday, July 24, 2009, 12:00 AM
 
 Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3
 Akhir-akhir ini tulisan tentang milad SK ke-3, bergulir dengan ramainya di milis. Sebuah perayaan sederhana milis SK, yang insyaALLAH memberi kenangan indah bagi semuanya. Persahabatan pun terjalin dan semakin dipererat lewat perhelatan yang berlangsung selama 2 hari di Lembang.
 
 
- 1d.
-       Re: [Catcil] Kerja Keras di Balik Milad SK ke-3Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasepThu Jul 23, 2009 11:48 pm (PDT)
 mau pinjam jempol? jari saya jempol semua loh... hehehe
 
 --
 Regards,
 Hadian Febrianto, S.Si
 PT SAGA VISI PARIPURNA
 Jl. PHH Musthofa no.39
 Surapati Core Blok K-7 Bandung
 Ph: (+6222) 8724 1434
 Fax: (+6222) 8724 1435
 
- 2.
-       [Ruang Baca] KingPosted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com rinurbadThu Jul 23, 2009 9:11 pm (PDT)
 Penulis: Iwok Abqary
 Penerbit: Gradien Mediatama
 Cetakan: I, Juni 2009
 Tebal: 152 halaman
 
 Buku dan film jelas merupakan media yang berbeda. Apa yang terhidang dalam sebuah buku biasanya ditafsirkan secara bebas oleh pembaca dengan ekspektasi-ekspektasi tertentu. Akan tetapi karena film berformat visual, bisa dikatakan sutradara, penulis skenario, dan semua yang terlibat di dalamnya mempunyai cara tersendiri untuk menerjemahkan plot, perwatakan, dan unsur-unsur cerita. Wajar saja apabila kerap kali buku yang diadaptasi ke layar lebar menimbulkan kekecewaan penonton yang telah lebih dahulu membaca karya tertulisnya. 
 
 KING menawarkan sesuatu yang lain. Tidak sekadar menggunakan poster film bersangkutan sebagai sampul depan dan belakang, tetapi melalui tahapan produksi yang nyaris bersamaan antara film dan bukunya. Novel digarap berdasarkan naskah skenario dan jurang antara dua format tersebut sebisa mungkin dipersempit. Menurut Iwok Abqary, proses ini dipermudah dengan sedikitnya istilah teknis perfilman dalam naskah skenarionya. Cukup mendebarkan sekaligus mengagumkan karena penggodokan novelnya dilangsungkan dalam tempo relatif singkat, yaitu tidak sampai satu bulan. Itu sudah termasuk diskusi jarak jauh melalui telepon dan Yahoo! Messenger mengingat pihak Alenia Pictures yang diwakili Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale tengah berada di luar negeri, ditambah revisi sebanyak empat kali dan menonton filmnya untuk memastikan kedekatan pemahaman penulis dengan berbagai nuansa dan pesan yang ingin disampaikan kreator.
 
 KING bermuasal dari nama seorang juara bulu tangkis yang berjaya pada tahun 1970-an. Novel, dan juga filmnya, tidak mengetengahkan kisah hidup atlet kelahiran Kudus yang tersohor dengan jumping smash-nya tersebut. Semangat juang dan prestasinyalah yang menjadi saripati cerita, merasuk ke dalam hati dan pikiran seorang ayah kala melihat potensi pada putra semata wayangnya. Guntur, demikian nama bocah yang beranjak remaja itu, harus rela menerima perlakuan tangan besi ayahnya, Pak Tejo, yang sebentar-sebentar menyebut nama King. Tak bisa dipungkiri, bakatnya terlalu cemerlang untuk dibiarkan begitu saja. Terlepas dari keterbatasan Guntur dan lingkungannya, terutama Pak Tejo yang mencari nafkah dengan menjadi pemungut bulu angsa, banyak pihak menunjukkan kepedulian terhadap ayah-anak ini. Bahkan Raden, sahabat karib Guntur, nekat melakukan banyak hal yang dianggap membantu seperti menukar pemukul kasur Michelle dengan raket bekas ketika raket Guntur tidak lagi layak pakai.
 
 Latar yang relatif jarang ditengok masyarakat, yakni desa Jampit di Banyuwangi, merupakan kekuatan tersendiri cerita novel ini. Di tengah gempuran hingar-bingar program televisi yang menjanjikan mimpi indah mulai dari aneka iklan produk teknologi sampai yang `sepele' seperti makanan impor, KING justru memaparkan betapa Pak Tejo harus melepaskan benda segi empat yang telah lama menghuni rumah demi memuluskan cita-cita tanpa menanggung beban malu akibat terlalu sering dibantu. Melalui karakter Michelle, pembaca KING yang masih tergolong anak-anak dan pra remaja diajak menilik warna lain kehidupan yang tak selalu cerah. Menariknya lagi, konflik berlandaskan persaingan antara Guntur dan Arya tidak dieksploitasi berlebihan sehingga terbilang proporsional untuk kondisi anak-anak.
 
 Lumrah apabila profil ibu Guntur, yang entah mengapa kerap meletupkan amarah Pak Tejo jika putranya mengungkit-ngungkit, tidak dikupas terlalu banyak mengingat novel ini ditujukan untuk konsumen anak. Demikian pula ihwal ibu Michelle yang tidak diberi porsi terlalu banyak dalam cerita. Dihiasi foto-foto hitam putih yang dicuplik dari sejumlah adegan film, KING memperkaya pemahaman tentang makna sebuah pencapaian yang bukan semata berorientasi hasil. Tidak menjadi masalah bila kita memutuskan untuk menonton filmnya atau menyimak bukunya lebih dahulu. Sebuah karya fiksi yang perlu bagi peminat baca, bukan melulu untuk mengetahui apakah buku dan filmnya sama-sama mencerahkan dan menghibur, tetapi juga menyuburkan kembali rasa cinta pada tanah air, antara lain terhadap bulu tangkis yang sekarang ini tengah meredup. 
 
 
- 3.
-       (Catcil)Tinggalkan Nafsu Berebut Rezeki!Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.idThu Jul 23, 2009 9:21 pm (PDT)[Attachment(s) from galih@asmo.co.id included below]
 http://edukasi.kompas.com/ read/xml/ 2009/07/24/ 09140114/ Tinggalkan. Nafsu.Berebut. Rezeki 
 Tinggalkan Nafsu Berebut Rezeki!
 Oleh: ST SULARTO
 KOMPAS.com — Kebijakan sekolah gratis ibarat menu cuci mulut sehabis menu
 utama sekian kebijakan yang serba kontroversial. Iklan sekolah gratis yang
 menggebu-gebu ditayangkan dengan jargon "orangtua jadi loper koran anak
 jadi wartawan" dan "anak sopir angkot dapat jadi pilot" justru
 membingungkan masyarakat. Iklan boong-boongan!
 
 Rupanya ada perbedaan konsep antara pemerintah dan masyarakat. Menurut
 pemerintah, sekolah gratis artinya murid tidak dipungut sumbangan
 pembinaan pendidikan (SPP). Menurut masyarakat artinya gratis beneran,
 cuma-cuma, tak usah bayar.
 
 Untuk sekolah negeri, pemerintah menutup SPP lewat bantuan operasional
 sekolah (BOS). Siswa, murid, peserta didik memang tak dipungut SPP, tetapi
 diminta membayar uang kalau mau memperoleh fasilitas dan praksis
 pendidikan lebih baik. Alasannya, jumlah nominal BOS minim.
 
 Mana yang gratis? Gratis, kok, bayar! Ya bingung! Tentu lain cerita
 sekolah swasta, karena hidup-matinya tidak tergantung BOS.
 Kebijakan buku sekolah ibarat kopi panas atau teh panas sebelum jamuan
 makan berakhir. Kebijakan terakhir, ditabalkan lewat Peraturan Menteri
 Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008 mengenai buku
 elektronik, sebenarnya merupakan salah satu episode kebijakan buku sekolah
 selama ini.
 
 Dalam hal buku sekolah, terbentang beragam keputusan dan kebijakan, sistem
 dan pelaksanaan, mulai dari sekolah dipersilakan menentukan sendiri buku
 pendamping sementara buku wajib disediakan (diterbitkan) oleh pemerintah
 (Balai Pustaka), hingga yang terakhir demi ketersediaan buku dengan harga
 murah, diberlakukan kebijakan buku elektronik yang diawali dengan
 Permendiknas No 11/2005 mengenai masa berlaku buku sekolah lima tahun,
 dilanjutkan pembelian hak cipta oleh pemerintah.
 
 Alih-alih mengaitkan kurikulum atau penulis buku, akar masalah buku
 sekolah adalah rebutan rezeki. Bagi penerbit, ikut serta dalam penerbitan
 buku sekolah adalah rezeki besar untuk menutup kecilnya pemasukan dari
 penerbitan buku yang kurang laku di pasaran. Di kalangan penerbit, berlaku
 pula kebijakan biaya silang, bagian dari kiat menyelenggarakan paduan
 usaha idealisme dan bisnis.
 
 Buku elektronik, kebijakan terakhir mengatasi buku sekolah, dikonsep untuk
 mengatasi keluhan orangtua. Pemerintah membeli hak cipta sejumlah naskah
 buku berdasar hasil penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
 Buku yang disetujui kemudian diunggah dan masyarakat bisa mengunduhnya
 dari internet. Maksud kebijakan itu baik: harga buku murah, orangtua tidak
 usah repot setiap awal tahun ajaran.
 
 Kebijakan Gagal
 Rupanya tak disadari, Indonesia bukanlah Jakarta. Di daerah-daerah
 terpencil, terutama di luar Jawa, banyak yang belum bisa mengunduh bahan
 dari internet. Alih-alih luar Jawa, bahkan di sekitar Jakarta ada yang tak
 bisa mengunduh.
 
 Dalam hal ini, pemerintah bukannya tidak cerdas. Penerbit dipersilakan
 mengunduh, mencetak, dan menjual sesuai ketentuan harga patokan tertinggi.
 Penerbit sekaligus pencetak, yang kemudian disusul orang berinisiatif
 melakukan hal sama, termasuk guru, terakhir demi anak didik.
 
 Lain kebijakan lain pula pelaksanaan. Tidak hanya sulit diunduh, bahan
 buku yang diunggah pun belum lengkap. Belum semua buku mata pelajaran
 sudah diunggah oleh BSNP, padahal tahun ajaran sudah mulai. Keadaan ini
 membuat maksud membuat harga murah tidak terjadi. Harga buku jadi mahal
 (kembali). Orangtua dipaksa membeli karena didesak kebutuhan, karena buku
 adalah syarat integral praksis pendidikan.
 
 Kebijakan buku murah pun gagal. Kopi penutup jamuan makan pun terasa
 pahit. Namun, tidak kalah sigap, birokrasi penanggung jawab perbukuan pun
 mengelak. Jangan hanya dilihat kegagalan sekarang, tetapi lihatlah nanti.
 Sebab, dampak positif ini baru akan kelihatan beberapa tahun ke depan.
 
 Panorama selintas sejarah perbukuan sekolah hanyalah puncak dari sekian
 kegagalan kebijakan. Barangkali kesalahan tidak harus ditimpakan kepada
 departemen diknas yang eksis sekarang, tetapi kegagalan dari bercokolnya
 semangat "membisniskan" praksis pendidikan, lebih jauh lagi membisniskan
 anak didik.
 
 Telanjur semua dikalkulasi dengan uang, tak satu pun kebijakan berpihak
 kepada yang tidak beruang atau kurang beruang. Pendidikan gratis hanya
 riil dalam iklan, tetapi tidak riil di lapangan. Lebih jauh lagi, meskipun
 sektor lain bisa tertangani dengan baik, selama masalah buku sekolah tetap
 amburadul, selama itu sah-sah saja cap komersialisasi pendidikan.
 
 Benahi Bersama
 Eksistensi buku dalam praksis pendidikan sejajar dengan faktor guru dan
 kurikulum. Buku memang hanya salah satu subfaktor sarana, tetapi
 dibandingkan dengan sarana lain, seperti alat peraga dan gedung berikut
 perangkatnya, kehadiran buku tak sekadar menyediakan, tidak sekadar bisa
 membeli dengan adanya dana, tetapi bagian utuh dari terselenggaranya
 praksis pendidikan yang seharusnya.
 Buku sekolah terkait dengan kurikulum, terkait dengan penulis, terkait
 dengan penerbit, dan guru. Buku sekolah sebagai pelengkap dan penunjang
 silabus yang diturunkan dari kurikulum hakikatnya bagian utuh dari
 kurikulum. Ketersediaan buku tak bisa diatasi dengan kebijakan coba-coba,
 apalagi amatiran.
 
 
 Attachment(s) from galih@asmo.co.id 1 of 1 Photo(s) 
- 4.
-       (catcil) The Leader In AmaliaPosted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com agussyafiiThu Jul 23, 2009 9:37 pm (PDT)
 (catcil) The Leader In Amalia
 
 By: agussyafii
 
 Bagian yang paling saya suka di Rumah Amalia adalah bertanya untuk apa kalian belajar? Anak-anak Amalia akan menjawab 'untuk menjadi pemimpin.' karena saya mengajarkan mereka agar mereka memiliki kebiasaan seorang pemimpin. Dengan memulai memimpin dirinya sendiri kelak mereka juga mampu memimpin ditengah keluarga dan masyarakat.
 
 Pernah pada suatu malam, ketika saya bersama anak-anak Amalia belajar mengaji. Saya selalu mengajarkan 7 kebiasaan anak Amalia. 7 Kebiasaan Amalia saya peroleh dari buku 'The Leader In Me' Karya Stephen R. Covey. saya bertanya, apa kebiasaan pertama anak Amalia? Hampir semua angkat tangan. Duduk paling depan adalah Egga, kakaknya bernama Eggi. 'Ayo Eggi, apa kebiasaan pertama anak Amalia?' tanya saya.
 
 'Menjadi proaktif..kak.'jawab Egga. 'Coba beri contoh menjadi proaktif seperti apa?' tanya saya. 'Begini kak, menjadi proaktif, kalo saya habis makan saya mencuci piring sendiri tanpa disuruh oleh mamah.' jawab Egga dengan semangat. Anak-anak Amalia tertawa melihat wajah Egga yang terlihat lucu. 
 
 begitulah saya mengajarkan kepada anak-anak Amalia jiwa kepimpinan. Kepimpinan berarti bertanggungjawab. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan bertanggungjawab terhadap pilihan hidupnya. Anak-anak Amalia bertanggungjawab atas semua kegiatan di Rumah Amalia. Kami memfasilitasi untuk semua kegiatan. Untuk minum selalu disediakan tempat minum, anak-anak Amalia bertanggungjawab untuk mencuci gelasnya sendiri, dengan mempercayai mereka sekaligus memberikan mereka tanggungjawab atas semua kegiatan di Rumah Amalia membuat anak-anak menjadi bersemangat dan lebih giat melakukan semua aktifitas. Itulah yang kami sebuat sebagai 'The Leader In Amalia.'
 
 -
 Sebaik-baiknya pemimpin diantara kamu adalah mereka mencintai kamu dan kamupun mencintainya (al-hadist)
 
 Wassalam,
 agussyafii
 
 --
 Terima kasih atas dukungan dan partisipasi teman2 semua pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Teriring doa 'Semoga Alloh SWT membalas kebaikan teman2 semua' amin ya robbal alamin..info dan dukungan silahkan ke http://agussyafii.blogspot. http://www.facebookcom, .com/agussyafii atau sms 087 8777 12431
 
 
- 5a.
-       Re: [Milad SK ke-3] Cerita di balik kehadiranku...Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardyThu Jul 23, 2009 11:16 pm (PDT)
 Wah, mas Arif, ceritanya banyak mengandung hikmah
 sing sabar ae, mas. InsyaAlloh akan ada gantinya yang
 lebih baik. Mungkin nanti lulus tes masuk di di tempat lain.
 Amiiin. [:D]
 
 Dani
 
 --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "ariefakhirwijaya"com 
 <ariefakhirwijaya@...> wrote: 
 >
 >
 > Sejak mba Nia woro-woro di milis akan ada acara MILAD SK, aku seneng
 banget akhirnya ada kesempatan lagi untuk dapat bertemu dengan
 sahabat-sahabat eska yang lain (sebab beberapa kali kesempatan untuk
 hadir dalam acara eska selalu gagal terealisasi krn banyak hal..).
 
 
- 6a.
-       Re: Ngambek diangkot...? Gak Lagi...Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardyThu Jul 23, 2009 11:20 pm (PDT)
 Wah sepakat deh, kadang kalo naik angkot
 yang ngetem bikin mood jadi down. Mati gaya
 keringatan, dan BETE abis. Hiks, Abang angkot
 Anda perlu uang, kami perlu waktu. Susyeeh ye?
 
 Kalo saya, untuk menghindari kondisi ini, biasanya
 jalan dulu agak menjauh dari kerumunan angkot
 biar ada yang nyodok *jalan duluan*, atau yang
 sudah hampir penuh, biar ga usah nunggu lagi.
 
 Nuhun dah cerita, Pak:)
 
 DANI
 
 --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , rahmad nurdincom 
 <rahmad.aceh@...> wrote: 
 >
 > Assalamu'alaikum wr.wb
 >
 > Shahabat yang baik
 >
 > Tadi sore ada pengalaman menarik, mungkin andapun juga pernah
 mengalami
 > sebagaimana saya alami tadi. Bahkan mungkin tidak hanya pada konteks
 ini.
 > yang terkadang memang benar-benar membuat kita jengkel. Saya ingin
 tahu
 > bagaimana emosi dan perilaku anda jika mengalami hal itu? Sementara
 itu,
 > angkot yang saya tumpangi gak jalan-jalan. padahal sudah 8 orang
 didalam.
 > Ngetemnya minta ampun lamanya. saya lihat penumpang lain, mulai
 menunjukkan
 > wajah-wajah kesel, kecewa. Saya pun terbawa emosi hampir ngambek.
 
 
- 6b.
-       Re: Ngambek diangkot...? Gak Lagi...Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasepThu Jul 23, 2009 11:40 pm (PDT)
 betul sekali... sepakat binti setuju...
 kalo saya mah tanya dulu ke supir angkotnya...
 ga ada salahnya kan kita mengingatkan?
 
 jika masih tidak ada kabar, saya lebih baik pindah dan mengucapkan terima
 kasih ke supir angkot. karena ada hak orang lain juga ketika kita bisa
 datang tepat waktu bahkan lebih awal. Kalau memang waktunya agak luang,
 lebih enak sambil baca dan mendengarkan murattal...
 
 terima kasih ya pa rahmad...
 
 --
 Regards,
 Hadian Febrianto, S.Si
 PT SAGA VISI PARIPURNA
 Jl. PHH Musthofa no.39
 Surapati Core Blok K-7 Bandung
 Ph: (+6222) 8724 1434
 Fax: (+6222) 8724 1435
 
- 7a.
-       [catatankaki] Pengalaman Milad SK dibukukan?Posted by: "Kang Dani" fil_ardy@yahoo.com fil_ardyThu Jul 23, 2009 11:42 pm (PDT)
 Mungkinkah sahabat?
 
 Sebagai prasasti bahwa kita pernah bersama?
 
 Dani Ardiansyah
 www.sekolah-kehidupan. com 
 www.catatankecil.multiply. com 
 
 
- 7b.
-       Re: [catatankaki] Pengalaman Milad SK dibukukan?Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasepThu Jul 23, 2009 11:47 pm (PDT)
 tidak ada kata yang tidak mungkin...
 
 jika ada yang bersedia mengumpulkan dan me-layout bisa dikirim ke sayah...
 minimal bisa diprint dan digandakan oleh panitib (panitib itu setelah
 panitia... setelahnya lagi ada panitic-panitid hingga panitiz)
 
 --
 Regards,
 Hadian Febrianto, S.Si
 PT SAGA VISI PARIPURNA
 Jl. PHH Musthofa no.39
 Surapati Core Blok K-7 Bandung
 Ph: (+6222) 8724 1434
 Fax: (+6222) 8724 1435
 
- 8.
-       (Catatan Milad SK-3) TELAH KUPETIK BINTANG ITUPosted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com paman_sam2Fri Jul 24, 2009 12:55 am (PDT)
 
 
 Telah Kupetik Bintang Itu
 
 Fiyan 'Anju' Arjun
 
 
 
 Sambutannya sudah belum….
 
 Sebuah pesan singkat tiba-tiba menyapa disaat
 hatiku sedang tak menentu. Antara suka dan gelisah berbaur menjadi satu. Aku
 seakan-akan terpaku!
 
 
 
 ***
 
 
 
 Pagi itu udara Bandung masih dingin. Dingin,
 sedingin halimun yang masih tersisa di hamparan perkebunan teh. Begitu juga disaat
 aku ingin membasuh muka. "Ah, daripada mandi nanti mati kaku mending basuh muka
 aja," bathinku bergumam saat aku akan menuju kamar penginapan bernomor R.7 bersama
 kawan sekamarku R.Widhiatma a.k.a Uul. Ternyata ia juga sedang mandi.
 
 
 
 Sambil menunggu kawan sekamarku mandi aku
 berlari-lari kecil (sa'i) lebih dahulu di taman untuk mengusir rasa
 dingin yang masih menyelubungi tubuh lelah ini karena seharian dalam perjalanan
 jauh di dalam Avanza milik Bapak Diaz Rossano. Hingga akhirnya aku membatalkan
 niat awalku. Dan aku menuju kembali ke tempat semula. Tempat aku menggelar
 pasar kaget sendiri tanpa saingan...hehe. Alias, menjajakan buku-buku
 daganganku. Maklumlah sekarang aku sedang buka usaha kecil-kecilan. Anju
 Online Bookshop, begitu aku menamakan usaha kecil-kecilan itu. Ada yang mau
 memesan buku? Acungi tangan ya?
 
 
 
 Sambil menunggu dagangan mata minus ini
 kuarahkan lagi ke tempat yang—akan diselenggarakan milad komunitas yang
 sudah tiga tahun aku diami itu. Komunitas Sekolah Kehidupan. Ternyata masih
 kosong. Belum jua terlihat peserta acara untuk memasuki tempat itu. Padahal
 saat itu jamku sudah mengarah ke angka sembilan, eh, iya jamku kan digital ya?
 Pukul sembilan sudah menunjukan di tubuh ponselku.
 
 
 
 "Sudah mandi, Yan? Sebentar lagi acara akan
 dimulai. Nanti telat lho…Kan nanti ada acara penghargaan untuk Bintang SK,"
 tiba-tiba aku dingatkan oleh muslimah berpenampilan smart yang aktivitasnya
 tiap hari berkutat dengan aksara-aksara sampai mendesain buku pula disaat aku
 belum menuju ke tempat acara perayaan dimulai.
 
 
 
 "Belum! Abisnya, dingin banget airnya,"
 jawabku seadanya.
 
 
 
 "Cepatan lho acaranya mau dimulai."
 
 
 
 Akhirnya aku pun mencari-cari kamar mandi
 untuk mandi pagi. Dan itu pun aku paksakan juga daripada aku nanti tidak mandi,
 bisa-bisa orang yang berada disekitarku akan menutup hidungnya.
 
 
 
 "Coba aja cari di bawah kan banyak tuh,"
 lanjut muslimah yang biasa dipanggil Mbak Novi itu.
 
 
 
 Akhirnya aku pun menuruti perkataannya. Itu
 lebih baik dan harus dilanjutkan daripada tidak! Ternyata kamar mandi di
 bawah—yang belum aku ketahui keberadaannya kini tampak berderet cling dan
 sangat bersih berada di depanku.
 
 
 
 ***
 
 
 
 Tidak sampai 20 menit dengan menahan
 dinginnya air pegunungan Bandung aku pun usai membasuh seluruh badanku.
 Segerrrrr bangettt! Tidak seperti membasuh muka saja. Terasa lengket.
 Terlebih usai olah raga bersama-sama di
 lapangan. Seakan-akan burket menutupi seluruh tubuhku.
 
 
 
 
 
 Apalagi bila ada yang menyuruhku subuh-subuh
 untuk mandi. Eits, tunggu dulu! Diberi imbalan uang aku pun harus berpikir
 ulang lagi. Kecuali uangnya bisa untuk beli rumah di daerah Kemang atau di Segi
 Tiga Emas Kuningan itu sih GPP…hehe. Emang dikira enak mandi subuh-subuh
 pake air pegunungan Bandung. Nggak Cing…Dingin bangettt!!
 
 
 
 ***
 
 Beberapa lama kemudian berlanjut….
 
 
 
 "Nanti giliran kamu lho, Yan? Giliran kamu
 naik panggung untuk menerima penghargaan sebagai Bintang SK 2009." Aku yang
 sedang seksama memperhatikan Bapak Sinang Bulawan—dengan memberi motivasi
 secara singkat tapi mengena aku menjadi terkejut ketika muslimah yang
 pembawaannya pendiam. Entah pendiamnya ini diam-diam kentut atau sedang melamun
 aku tidak tahu. Tetapi saat muslimah yang setiap online-nya memakai nickname
 ukhti azimah membuat aku menjadi gelisah.
 
 
 
 "Lha, memangnya nanti giliran saya, ya,
 Mbak!" seruku. Antara rasa suka dan gelisah berbaur menjadi satu hingga hati
 menjadi tak menentu.
 
 
 
 "Ya, kamu siap-siap aja. Nanti kok setelah
 Pak Sinang memberi motivasi," katanya lagi. Dan aku sendiri tak tahu harus
 berbuat apa.
 
 
 
 "Oke, deh Mbak aku siap-siap ngapalin kata
 sambutannya dulu," jawabku lagi.
 
 
 
 Sambutannya sudah belum….
 
 
 
 Akhirnya aku diingatkan kembali dengan pesan
 singkat yang sudah sejak pagi masuk ke dalam tubuh ponsel mungilku. Menanyakan
 aku, apakah sudah memberi kata sambutan atau belum dari orang yang sangat aku
 kagumi dan aku hormati sejak aku mengenal sosoknya.
 
 
 
 Rasa suka dan gelisah pun terus membayangi
 aku. "Lebih baik di hafal atau pake teks ya?" gumamku menyeruak ke seluruh
 pori-pori tubuhku. Seakan-akan tempat acara yang aku pijak terasa mengambang
 seperti aku berada di luar angkasa. Tanpa oksigen. Tanpa udara. Melayang-layang
 bagai layangan yang pernah aku mainkan saat aku masih kecil. Indah sekali.
 
 
 
 Kalau bisa sih dihafal. Jangan kayak Pak RT
 ngasih sambutan….
 
 
 
 Lagi-lagi kata-kata itu mengiang di ekor
 telingaku. Menggelitik. Dan aku berusaha sebisa mungkin untuk mencobanya
 ternyata…aku terburu nervous. Dan apa yang sudah aku siapkan seketika
 itu buyar. Bablass. Tak bisa terkendali apa yang sudah aku hafal sejak aku
 belum memberikan sambutan hilang semua. Akhirnya mau tidak mau dan terpaksa aku
 membaca teks di secarik kertas dengan penuh corat-coretan tulisanku. Ya,
 layaknya Pak RT memberi sambutan saat peresmian masjid yang baru di bangun
 seperti itulah aku memberi sambutan sebagai Bintang SK 2009 saat perayaan milad
 komunitas Sekolah Kehidupan yang sudah berusia 3 tahun itu.
 
 
 
 ***
 
 "Ciee…ciee…pake batik nih, ye…"
 
 
 
 "Ada Pak RT mau memberi kata sambutan."
 
 
 
 "Mari beri tepuk tangan…"
 
 
 
 Begitulah sambutan-sambutan atas diriku saat
 aku ingin menaiki panggung acara milad komunitas Sekolah Kehidupan yang ke-tiga
 dari para peserta acara itu. Aku hanya bisa tergugu. Haru. Sekaligus tak
 percaya. Begitu juga mereka yang mungkin tak menduga kalau akulah orang
 yang—selama ini mengetik sering salah ketik ketika menulis dan juga asal
 mengirimkan tulisan ke milis harus terburu-buru karena melihat argo
 warnet berjalan terus hingga sering terjadi kesalahan. (Tapi sekarang masih ada
 nggak ya? Kalau ada aku minta maaf maklum aku manusia bukan malaikat yang
 sering disebut-sebut Dewi Lestari saat menembang Malaikat Pun Juga Tahu yang
 serba perfect. Sekali lagi aku minta maaf).
 
 
 
 ***
 
 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
 
 
 
 Selamat
 pagi semuaaa…
 
 
 
 Yang
 saya hormati Bapak Sinang Bulawan sebagai penggagas komunitas Sekolah Kehidupan
 serta para pengasuh Sekolah Kehidupan Bapak Teha, Bunda Icha dan Mba Indar
 tentunya.
 
 
 
 Sahabat
 SK, izinkanlah saya memberikan sepatah kata untuk mengucapkan rasa syukur
 terima kasih saya kepada Sahabat-sahabat
 SK semua di mana pun berada…
 
 
 
 Sahabat SK, saya selalu ingat kutipan dari
 Syaikh Hasan Al-Banna—yang sering dikobarkan oleh Bang Nursalam AR, mantan
 ketua SK Pertama periode tahun 2007-2008.
 
 
 
 "Angkatlah orang yang lemah di antaramu
 menjadi kuat dengan dukunganmu."
 
 
 
 Bagi saya dengan segala keterbatasan saya
 (keluarga dengan kehidupan sederhana, bukan dari pendidikan S1, tidak lihai
 bercas-cis-cus Inggris, anak yatim, belum menikah dan tidak punya komputer).
 Komunitas Sekolah Kehidupan adalah tempat belajar, berbagi dan berkeluh kesah.
 Adanya saya sebagai Bintang SK 2009—dengan keterkejutan dan tak disangka-sangka
 tentunya bagi mereka yang menganggap saya yang tadinya nothing sekarang menjadi
 something—dan itu juga karena Sahabat-sahabat SK semua yang masih percaya
 dengan kekuatan kebersamaan Komunitas Sekolah Kehidupan yang menjadikan orang
 lemah ini kuat. Saya yang sering kali gagal, patah semangat selalu dikuatkan
 oleh Sahabat-sahabat SK semua.
 
 
 
 Memang saya bukanlah Superman yang serba
 sempurna. Lagi-lagi saya diingatkan kembali dengan tagline yang digulirkan oleh
 Bang Nursalam AR. Tapi saya percaya, seperti halnya Spiderman, meskipun sering
 patah dan kalah, insya Allah, dengan
 izin-Nya, man jadda wa jadda. Siapa yang berusaha maka ia akan
 mendapatkan hasilnya. Inilah hasilnya, dan terima kasih atas kepercayaan
 Sahabat-sahabat SK semua.
 
 
 
 Ya,
 dengan terpilihnya saya sebagai Bintang SK 2009 bagi saya hal itu bukanlah yang
 penting. Terpenting bagi saya adalah kebersamaan saya kepada Sahabat-sahabat SK
 semua. Karena bagi saya Sahabat SK juga layak mendapatkan halnya saya bahkan
 lebih dari saya yakni bintang-bintang yang selalu menghiasi langit-langit di
 setiap sanubari Sahabat SK semua. Amin.
 
 
 
 Demikianlah sambutan yang saya sampaikan
 secara khusus kepada para Sahabat SK yang saya hormati dan saya cintai. Dari
 saya cukup sekian. Apabila ada kekurangannya tolong jangan dikurangkan bila ada
 kelebihan jangan dilebih-lebihkan dari saya sekali lagi mengucapkan banyak-banyak
 terima kasih untuk Sahabat SK semua. Sukses selalu buat Sahabat SK dimana pun
 berada. Terima kasih.
 
 
 
 Dengan membaca teks di secarik kertas
 sambutan itu meluncur dari mulutku. Ya, walau terbata-bata serta nervous
 menjadi satu akhirnya aku bisa juga memberi sambutan itu. Lagi-lagi dengan
 tangan gemetar.
 
 
 
 Plok…plokk…plokkk….
 
 
 
 Tiba-tiba suara tepukan tangan dan pemberian applaus
 membahana di tempat dilaksanakan milad Sekolah Kehidupan yang sedang
 diselenggarakan itu. Aku terharu. Tak menyangka. Suara tepukan dan pemberian
 applaus itu diarahkan untuk seorang aku. Aku si Fiyan Arjun. Si penulis yang
 sering gagal dan patah semangat. Tentunya sering salah ketik banget
 (typo)…hehe.
 
 
 
 Ternyata rasa keharuanku masih terus
 berlanjut.…
 
 
 
 "Sekarang ada pemberian dari Bapak Sinang
 Bulawan untuk Bintang SK 2009. Untuk Bapak Sinang Bulawan silakan untuk
 memberinya," duet MC antara Mbak Anty dan Mbak Diah membuat aku terkejut saat
 mereka berdua memberitahukan ada sesuatu yang akan diberikan oleh orang yang
 selama ini menjadi gurunya anak-anak di komunitas Sekolah Kehidupan.
 
 
 
 Saat itulah keharuanku bertambah lagi….
 
 
 
 Ya, aku diberi sebuah kejutan yang tak pernah
 aku bayangkan apalagi mengimpikannya sebelumnya. Mimpi yang pernah menggelayuti
 pundakku untuk mendapatkan sebuah laptop untuk melancarkan segala aktivitasku
 untuk menjadi seorang mujahid pena. Dan Allah Yang Maha Mendengar umatNya
 mendengar permintaan hambanya ini. Sebuah laptop yang pernah aku impikan kini
 menjadi kenyataan. Amazing! Thanks God! Thanks my Bro! Thanks my frends! And
 thanks my community. Thanks for all…
 
 
 
 Kini sebuah laptop baru berukuran 10 inch
 dan berkapisitas modern sudah berhijrah di pelukanku. Aku sekarang tidak perlu
 lagi repot-repot pergi ke rental komputer semata-mata untuk mengirim tulisan ke
 millis Sekolah Kehidupan sudah begitu salah ketik lagi. Merana banget ya? Itulah
 bila aku mem-flasback-an diriku. Ternyata perjuanganku untuk kecintaan 
 komunitas ini begitu mendarahdaging dan begitu banyak aku alami suka dukanya.
 Salah satunya ketika uang yang ada sakuku tak mencukupi untuk membayar sewa
 rental komputer. Dan yang menjadi korbannya adalah flasdisk-ku yang aku gandaikan.
 Toh, aku pikir nantinya juga aku ambil setelah aku kembali untuk membayar
 kekurangannya.
 
 
 
 Tapi aku enjoy dan menikmati hal itu. Toh,
 kalau aku tak mengalami itu semua bagaimana aku bisa menceritakan suka
 dukanya aku mengirimkan sebuah tulisan
 untuk komunitas ini dengan berbagai apa yang aku alami. Dan…itulah hidup yang
 pernah aku alami.
 
 
 
 Ingat kalau sudah jadi Bintang SK jangan
 sombong. Dan kalau sudah sukses jangan lupa sama yang di Atas…
 
 
 
 Lagi-lagi aku dingatkan oleh sebuah nasehat kurang
 lebih seperti itu—yang begitu menyejukan hatiku. Hingga hal itu mengingatkan
 aku akan kehidupan zaman Rasul kepada seorang sahabat. Ketika saat itu Rasul
 setiap usai shalat beliau sering melihat seorang sahabat yang tiap harinya
 shalat selalu terburu-buru. Dan Rasul pun menyelidiki kenapa dengan sahabat itu.
 Ternyata kain yang digunakan sahabat itu hanya satu dan itu sering bertukar
 pakai kepada istrinya. Rasul yang melihat hal itu sangat takjub kepada sahabat
 itu.
 
 
 
 Namun sungguh disayangkan saat Rasul
 memberikan sebuah penghargaan (atas kecintaannya pada Sang Khalik) sahabat itu
 lupa akan masa lalunya karena terlena akan kenikmatan duniawian. Sahabat itu
 jadi jarang menuju rumah Tuhan untuk mensujudkan keningnya kepada Sang Khalik.
 Ironis memang.
 
 
 
 Ya, aku harap hal itu tak terjadi pada
 diriku. Semoga.
 
 
 
 Hingga hal itu membuat aku merenung. Ternyata
 walau semua yang aku capai dengan segala daya upayaku. Doa serta ikhtiar.
 Tentunya tetap saja apa yang aku raih selama ini, rasa syukur tentu harus didengungkan
 dalam hati. Walau mimpi sudah aku raih dan terwujud tetap sebagai orang yang
 tahu diri aku harus ingat akan penciptaanNya. Layaknya padi yang menguning.
 Makin berisi makin merunduk. Halnya ketika aku akan memetik bintang aku harus
 ingat bumi yang sedang aku pijak.(fy)
 
 
 
 Ulujami—Jakarta, 23 Juli 2009
 
 Pukul 22.25 WIB
 
 Diremangnya suasana kamar tidur hanya nyamuk-nyamuk nakal yang
 menemani aku mengetik.
 
 Seperti biasa di temani tembangnya—Dawai Asmara-nya—Bang Ridho
 Irama dengan Sonet2-nya.
 
 Enak banget buat peneman tidur!
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 9.
-       (Maklumat) QUIZ..QUIZ...BERBAGI BAHAGIAPosted by: "fiyan arjun" paman_sam2@yahoo.com paman_sam2Fri Jul 24, 2009 1:05 am (PDT)
 
 
 
 
 QUIZ...QUIZ BERBAGI BAHAGIA
 
 
 
 Ada 2 buah buku yang akan saya bagikan—yang
 pertama: Bela diri for Muslimah. Kedua: Hikari No Michi-Catatan Muallaf Jepang.
 Hal ini saya lakukan sekaligus ajang promosi toko buku online: ANJU ONLINE
 BOOKSHOP yang sudah berjalan serta rasa syukur saya selama ini untuk berbagi
 kepada Sahabat SK semua.
 
 
 
 Tapi tak segampang itu. Ada pertanyaan-pertanyaan 
 yang perlu dijawab. Oya, yang diprioritaskan hanya untuk anggota Sekolah
 Kehidupan yang muka-muka baru atau yang kurang lebih sudah setahun berada di
 komunitas Sekolah Kehidupan atau juga yang selama ini pasif hanya
 membaca-membaca tulisan-tulisan Sahabat SK saja. Ayo, ikuti quis ini biar
 menambah persaudaraan….(Oya, siapa tau ada yang mau donator buku lagi…hehe)
 
 
 
 Oke, deh langsung dimulai saja:
 
 
 
 1. Bila Anda membaca tulisan saya yang
 berjudul "Telah Kupetik Bintang Itu" pasti Anda menemukan kalimat sepertI ini:
 
 Akhirnya aku diingatkan kembali dengan pesan
 singkat yang sudah sejak pagi masuk ke dalam tubuh ponsel mungilku. Menanyakan
 aku, apakah sudah memberi kata sambutan atau belum dari orang yang sangat aku
 kagumi dan aku hormati sejak aku mengenal sosoknya.
 
 
 
 Pertanyaan: Siapakah orang yand dimaksud? Dan
 apa profesinya?
 
 
 
 2. Bila Anda membaca tulisan saya yang
 berjudul "Telah Kupetik Bintang Itu" itu pasti Anda membaca kalimat seperti ini:
 
 Tetapi saat muslimah yang setiap
 online-nya memakai nickname ukhti azimah membuat aku menjadi gelisah.
 
 
 
 Pertanyaan: Siapakah orang yang dimaksud dan
 nickname apa yang pertama kali dipakai oleh orang tersebut di komunitas Sekolah
 Kehidupan ini?
 
 
 
 3. Sebutkan nama-nama Bintang SK serta
 tahunnya sejak berdirinya komunitas Sekolah Kehidupan ini diselenggarakan
 tentunya sebelum saya terpilih menjadi Bintang SK 2009?
 
 
 
 4. Kapan milad komunitas Sekolah Kehidupan
 lahir? Dan dimana miladnya yang pertama serta yang kedua diselenggarakan? Nah,
 kalau pertanyaan nih susah tanya deh sama yang sudah kawakan di komunitas
 Sekolah Kehidupan ini? Siapa tahu ada yang mau memberitahukannya…
 
 
 
 5. Siapa penggagas komunitas Sekolah
 Kehidupan serta siapa ketua komunitas Sekolah Kehidupan saat ini dan sampai
 tahun berapa ia menjabat?
 
 
 
 Jawaban saya tunggu paling lambat 30 Juli
 2009 dengan mencatumkan nama lengkap dan alamat lengkap serta no hape yang
 dapat dihubungi biar nanti saat saya mengirim hadiahnya tidak kembali ke rumah
 saya lagi…hehe. Jawaban dikirim melalui e-mail facebook saya: ((japri) bujangkumbang@yahoo..co. .id 
 Tentunya bagi yang sudah meng-add saya atau juga sudah menjadi anggota
 komunitas Sekolah Kehidupan.
 
 
 
 Ayo, apalagi jangan
 ditunda-tunda lagi. Sudah pertanyaan sangat mudah dapat buku gratis lagi…hehe.
 Terima kasih atas perhatian dan partisipasi beserta doa-doa Anda semua untuk
 saya. Sukses selalu buat Anda semua…Amin!
 
 
- 10a.
-       [Catcil] Misteri Pesan TerakhirPosted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.comFri Jul 24, 2009 1:16 am (PDT)
 *Misteri Pesan Terakhir*
 
 *Oleh Nursalam AR*
 
 Setiap Jumat kadangkala ada perasaan perih menyusup hatiku. Beratus Jumat
 sebelumnya pada September 2006, ayahku, yang aku memanggilnya *aba�*, wafat
 selepas sakit panas dua hari. Pada malam Kamis sebelum kematian, di tengah
 malam, ketika panasnya memuncak dan ia mendadak gagu, *aba�* menarik-narik
 tanganku dan menunjuk-nunjuk ke suatu arah. Mulutnya menceracau tak jelas.
 Seakan ia hendak mengatakan sesuatu.
 
 Aku yang saat itu sama sekali tak peka justru menenangkannya dan kembali
 mengompresnya agar ia kembali tidur. Namun matanya seakan hendak bercerita.
 Barangkali karena lelah dengan puteranya yang tak kunjung ngeh, ia tertidur.
 Esoknya, panas tubuhnya turun. Ia hanya masih lemas dan berbaring seharian.
 Juga tak berbicara seharian. Ucapannya kembali jelas. Naas, aku lupa
 menanyakan apa yang hendak ia katakan semalam. Hingga aku kembali teringat
 saat selepas Magrib esok Jumatnya dokter klinik dengan wajah sedih
 mengatakan kepada kami sekeluarga,�Maaf, Pak, sudah tidak ada.�
 
 Ya Allah, *aba�*, apa *sih* pesan terakhirmu itu? Saat itu aku baru sadar
 sesadar-sadarnya bahwa barangkali di malam Kamis itulah semestinya pesan
 terakhir *aba�* hendak diucapkan.
 
 Sembilan tahun sebelumnya, 1997, ketika ibuku meninggal dunia, rasanya tak
 ada pesan terakhir secara verbal yang ia ucapkan. Ibu, yang periang dan
 selalu optimis, memang sudah terbaring sakit sejak dua bulan sebelumnya.
 Kanker ginjal akibat pengapuran. Menurut diagnosis dokter, saluran darah ibu
 di sekitar bagian bawah tubuhnya tersumbat pengapuran akibat trauma tumpul
 di bagian tunggirnya. Belakangan, setelah dibawa berobat kemana-mana, ibu
 baru cerita bahwa sekitar dua bulan sebelum ia sakit, ia pernah terjatuh di
 kamar mandi. Namun, dasar ibu, ia tak pernah bercerita sebelumnya kepada *
 aba�* dan kami, putera-puterinya. Sikapnya yang pantang mengeluh dan selalu
 optimis memang tak bertepi. Rasanya ia memang jodoh sejati yang melengkapi *
 aba�* yang argumentatif dan pemikir namun, karena perfeksionis, kerap
 pesimis.
 
 Serangkaian dengan misteri pesan terakhir *aba�*, aku juga kerap
 bertanya-tanya dalam hati,�Apa ya pesan terakhir ibu?� Misteri pesan
 terakhir kedua orang tuaku sama menyesakkan dengan kenyataan bahwa aku hanya
 punya satu lembar foto yang ada *aba�* dan ibu. Hanya itu saja. Yang lain
 ludas ditelan banjir besar tahun 2007. Seperti kata orang bijak, tak punya
 kenangan sama saja tak punya akar sejarah.
 
 Yuni, sang mantu *aba�* dan ibu, pun baru tahu tampang kedua orang tuaku
 justru setelah kami menikah. Dan entah apa pula pertanyaan Alham jika kelak
 ia tahu bahwa ia hanya punya satu nenek tanpa seorang pun kakek. Ayah Yuni,
 yakni bapak mertua, wafat hanya berselang tiga jam setelah kematian
 *aba�*di tempat yang jauh berseberangan pulau. Lagi-lagi sebuah
 misteri Ilahi.
 
 Tapi aku rasanya sudah punya rancangan jawaban jika kelak Alham sudah dewasa
 untuk bertanya,�Persisnya seperti apa sih tampang kakek, *Abi*?�
 
 Foto *aba�* dan ibu yang tersisa selembar itu seukuran kartu pos dan tidak
 terlalu jelas karena diambil saat foto keluarga bersama waktu pernikahan
 abang keduaku pada 1997. Tiga bulan sebelum kematian ibu, dan tiga bulan
 saat kakak iparku mengandung cucu pertama ibu. Ironis memang karena
 bertahun-tahun lamanya ibu mendambakan punya cucu kendati ia tak pernah
 sekalipun mendesak-desak anak-anaknya untuk segera menikah. Ialah orang
 pertama yang mengajariku dan memberiku teladan soal kebebasan berpendapat
 dan berpikir kritis.
 
 Nah, kepada Alham yang sekarang baru berusia delapan bulan, aku, Insya
 Allah, akan mengajaknya bercermin dan mengatakan kepadanya,�Alham mau tahu
 muka Kakek Rahman seperti apa? Nih dia!� Akan aku tunjuk wajah Alham di
 cermin. Ya, wajah Alham memang mirip dengan wajah *aba�*. Terutama hidung
 mancung dan alis lebat khasnya. Sementara bulu mata lentik dan bibir merah
 mungil tipisnya warisan dari sang nenek, ibuku.
 
 Kembali ke soal pesan terakhir, hanya kakak sulungku, Bang Didin yang dengan
 jelas mengucapkan pesan terakhir. Yang sayangnya tidak aku dengar langsung
 dari lisannya tapi dari pengakuan abang keduaku yang saat itu hendak
 mengantarnya ke rumah sakit.
 
 Sama seperti *aba�* yang sakit panas mendadak kemudian wafat, Bang Didin
 juga demikian. Selepas ia lembur habis-habisan sebagai staf inti sebuah
 bimbingan belajar Islam � yang kini sangat terkemuka � yang masih baru
 dirintisnya bersama teman-teman kuliahnya, Bang Didin sakit panas dan demam
 tinggi. Keesokan harinya ketika pagi-pagi ia meminta dipanggilkan taksi
 untuk ke rumah sakit, Allah memanggilnya, pada tahun 1993, dalam kondisi
 duduk di sofa sambil tersenyum. Padahal baru saja taksi yang dibawa abang
 keduaku tiba. Abang keduaku, Kak Satiri, beruntung masih mendapati Bang
 Didin mengucapkan pesan terakhirnya.
 
 �Apa pesan terakhir Abang?� desakku ketika Kak Satiri mengutarakan
 detik-detik terakhir kakak kesayanganku itu. Saat itu aku masih kelas satu
 SMA dan sedang ada jadwal kursus bahasa Inggris.
 
 �Jangan jadi bebek.�
 
 �Maksudnya?�
 
 �Nggak tahu. Cuma itu,� jawab Kak Satiri. Memang cuma sesingkat itu namun
 tiga kata itu terus terngiang di telingaku. Tak ada penjelasan detil apa
 maksudnya karena selepas berucap itu Bang Didin menghembuskan nafas
 terakhir. Kami sekeluarga pun tak lagi membahas.
 
 Tapi bagiku, yang adik terdekat dengan Bang Didin karena faktor kegemaran
 membaca dan menulis yang sama di mana ia merupakan mentor menulisku sejak
 aku kelas tiga SD, tiga kata tersebut bagai kunci yang harus dicarikan
 jawabannya. Seperti misteri-misteri dalam novel *The Da Vinci Code*. Hingga
 sekitar 2004 atau 2005 (jika ingatanku tak bermasalah), aku menemukan
 jawabannya ketika menemukan buku *Jangan Jadi Bebek*-nya Oleh Solihin. Dua
 belas tahun aku butuhkan untuk menemukan makna pesan terakhir sang mentorku
 itu. Dengan latarbelakang Bang Didin yang aktivis dakwah kampus UI era
 1980-an dan mantan wartawan, aku tahu betul bahwa pesan �jangan jadi
 bebek�-nya simetris dengan apa yang ia ajarkan kepadaku selama tahun-tahun
 hidupnya.
 
 �Jangan ikut-ikutan gaya menulis orang lain!� Itu salah satu pesannya
 sebagai mentor menulis. Saat itu ia bagai Sean Connery yang sedang mengajari
 tentor kulit hitamnya belajar menulis dalam film *Finding Forrester*.
 
 �Jadilah ikan di lautan. Sekelilingnya asin tapi ia tidak asin,� itu
 pesannya yang lain sebagai guru ngajiku. Belakangan aku mengetahui bahwa
 pesannya itu disarikan dari ungkapan bahasa Arab, *yakhtalitun wa lakin
 yatamayyazun*. Bercampurlah tetapi jangan melebur dalam pergaulan sesama 
 manusia. Tetap punya prinsip dengan tidak meninggalkan keakraban sebagai
 sesama anggota masyarakat yang hidup bersama-sama. Perkataan itu diungkapkan
 Syaikh Sayyid Quthb, seorang sastrawan dan pemikir Mesir, yang syahid di
 tiang gantungan rezim Gamal Abdul Nasser -- serupa rezim Soeharto jaman
 Orde Baru -- karena dianggap musuh negara dengan tulisan-tulisannya yang
 kritis dan independen, tidak membebek atau membeo, terhadap dominasi
 kebijakan negara yang lalim.
 
 Berhasil mengungkap misteri pesan terakhir Bang Didin, bagiku, rasanya sama
 gembiranya seperti saat aku berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi
 negeri � waktu itu namanya UMPTN � di Universitas Indonesia (UI) pada 1996.
 Bagai kegembiraan seseorang yang merindukan miliknya yang lama hilang dan
 kembali menemukannya pada saat yang tepat.
 
 Ya, saat yang tepat. Pada saat yang tepat, ketika aku sudah terbebas dari
 depresi pascakematian ibu dan sudah ikhlas menerima wafatnya *aba�* serta
 tak lagi meratapi kehilangan Bang Didin, seiring asam-garam-pahit-manis 
 kehidupan yang disesap, aku kini insyaf bahwa pesan terakhir tak mesti
 selalu berupa ucapan verbal atau lisan. Adalah sebuah kisah sufi yang
 menyentakkanku.
 
 Alkisah, seorang sufi dalam doa-doanya khusyuk panjangnya di sepertiga malam
 memohon kepada Allah agar jelang kematiannya kelak ia diberikan tanda-tanda
 agar ia dapat mempersiapkan kematiannya dengan sebaik-baiknya.
 
 Tahun-tahun berlalu dan sang sufi tak kunjung mendapat tanda-tanda dari
 Allah kapan kematiannya akan tiba.
 
 Hingga suatu ketika datang malaikat maut hendak menjemput nyawa sang sufi.
 
 Ketika sang sufi protes mengapa ia tak diberikan tanda- tanda terlebih
 dahulu, apa kata sang malaikat maut?
 
 �Bukankah uban-uban di kepalamu sudah merupakan tanda?�
 
 Sang sufi tersentak sadar.
 
 �Bukankah tulang-tulang rentamu juga merupakan tanda?�
 
 Sang sufi kian terhenyak.
 
 �Bukankah kematian orang-orang di sekitarmu sudah cukup sebagai tanda-tanda
 bagimu?�
 
 Sang sufi akhirnya menangis dan bersujud kepada Allah. Ia memohon ampun
 kepada Allah atas prasangka buruknya kepada sang Khalik. Di akhir kisah,
 diceritakan kematian sang sufi yang *husnul khotimah*, tenang dan ikhlas.
 
 Ya, segenap tanda-tanda yang disebutkan sang maalaikat maut juga merupakan
 pesan terakhir bagi kita, para calon penghuni liang kubur yang juga akan
 bernasib seperti sang sufi. Mati.
 
 Dengan hikmah kisah sufi tersebut, aku me-*rewind *kenangan akhir bersama
 orang-orang terkasihku. Konon, termaktub dalam sebuah kitab, setahun sebelum
 kematian seseorang, Allah sudah memberikan tanda-tanda yang khusus.
 
 Bagiku, setelah tercerahkan, rasanya benderang sudah apa pesan terakhir
 kedua orangtuaku. Sebulan sebelum ibu jatuh sakit, ia kerap bilang ingin
 jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Saat itu kami
 menertawakan dan mengira ia bercanda seperti pembawaannya yang biasa.
 Beberapa kali permintaan itu ia ulang. Barangkali maknanya ia ingin kami
 yang saat itu sudah sibuk dengan kesibukan masing-masing agar tetap menjaga
 kebersamaan dan silaturahim.
 
 Sementara *aba�* beberapa bulan sebelum kematian sering bilang ingin ketemu
 dengan Muthi, salah satu cucunya, yang tinggal berjauhan. Memang ada
 persoalan keluarga yang cukup parah dengan orangtua Muthi hingga jarak yang
 jauh bertambah jauh dengan jauhnya kedekatan hati. Pada akhirnya Muthi
 memang hadir � bahkan ia dan ibunya yang sempat bermasalah dengan
 *aba�*menjadi orang-orang yang menyaksikan detik kematian
 *aba�* � ketika *aba�* tak lagi mampu menggendongnya atau mengajaknya
 berkeliling kampung dengan skuternya.
 
 Ah, kematian memang selalu saja menjadi pelajaran. Meski pahit. Dan
 sayangnya tak selalu pesan terakhir orang yang meninggal dunia langsung kita
 sadari dan pahami di detik yang bersamaan. Barangkali itulah salah satu
 misteri dan kekuasaan Allah, sang pencipta dan penguasa semesta.
 
 *Wallahu a�lam bisshawwab.*
 
 *Pengadegan, 24 Juli 2009*
 
 * *
 
 --
 "Open up your mind and fly!"
 
 Nursalam AR
 Penerjemah, Penulis & Editor
 0813-10040723
 021-92727391
 www.nursalam.multiply. com 
 www.facebook.com/nursalam. ar 
 
- 10b.
-       Bls: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Misteri Pesan TerakhirPosted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbangFri Jul 24, 2009 1:33 am (PDT)
 
 jadi kangen Baba aye yg sudah meninggal juga tahun 1991
 pas aye kelas 4 SD Baba aye meninggal karena stroke
 hik..hik..hik... 
 ya, namanya ajal kapan pun tak ada yang tahu.
 semoga almarhum/mah diberi keluasan kuburnya
 dan dimasukan dalam orang-orang yang shaleh/ha...
 amin!
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 "Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
 http://id.mail.yahoo.com& quot; 
- 10c.
-       Re: [Catcil] Misteri Pesan TerakhirPosted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardyFri Jul 24, 2009 2:23 am (PDT)
 Subhanallah, ikut berkaca-kaca rasanya membaca tulisan ini
 masih ingat betul saat malam meninggalnya sang Aba, saya
 bertakziyah ke tempat ente, brow. Waktu itu ente terlihat lelah
 meski saya ga bisa bertahan sampai pagi dan menghadiri pemakaman beliau.
 tapi tulisan ini betul2 menegur saya untuk bersiap-siap menyambutnya.
 
 Terimakasih untuk benar2 berbagi.
 
 DANI [:((]
 
 --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Nursalam AR <nursalam.ar@com ...> 
 wrote:
 >
 > *Misteri Pesan Terakhir*
 >
 > *Oleh Nursalam AR*
 
 > Setiap Jumat kadangkala ada perasaan perih menyusup hatiku. Beratus
 Jumat
 > sebelumnya pada September 2006, ayahku, yang aku memanggilnya
 *aba'*, wafat
 > selepas sakit panas dua hari. Pada malam Kamis sebelum kematian, di
 tengah
 > malam, ketika panasnya memuncak dan ia mendadak gagu, *aba'*
 menarik-narik
 > tanganku dan menunjuk-nunjuk ke suatu arah. Mulutnya menceracau tak
 jelas.
 > Seakan ia hendak mengatakan sesuatu.
 
 
- 11a.
-       Re: [Milad SK ke-3] Dinginnya Lembang dan Hangatnya PersahabatanPosted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com anty_thFri Jul 24, 2009 1:22 am (PDT)
 Mbak Retno ...
 Betapa aku ingin bertemu denganmu ^_*
 
 Btw ... emangnya mbak retno manjet pagar ???
 Wah iseng juga calon mama yang satu ini
 hehehe
 
 salam sayang
 anty
 
 
- 12.
-       (catcil) Kesalahan Itu IndahPosted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com agussyafiiFri Jul 24, 2009 4:28 am (PDT)
 (catcil) Kesalahan Itu Indah
 
 By: agussyafii
 
 Rabu malam kemaren ketika saya on air di Radio Bahana, bercerita kepada Mas Ruli dan Mbak tanti penyiar Radio Bahana. tema 'Power of Peace' malam itu tentang Kesalahan itu indah.
 
 Ada seorang anak muda yang sedang duduk, datanglah Sang Manajer perusahaan.
 
 'Gaji kamu berapa?' tanya manajer.
 
 'lima ratus ribu pak.' jawab anak muda.
 
 Sang manajer mengeluarkan uang lima ratus ribu dan mengatakan, 'ini uang lima ratus ribu sebagai pesangon dan mulai hari ini kamu saya pecat, besok tidak usah datang lagi ke kantor,'ucap manajer itu.
 
 Tak lama kemudian Pak manajer bertemu security dan bertanya, 'sudah berapa lama dia kerja diperusahaan kita?'
 
 'Maaf pak, anak muda tidak bekerja diperusahaan kita, dia hanya mengantarkan barang,'jawab security.
 
 Begitulah saya bercerita tentang kesalahan itu indah kepada Mas Ruli dan Mbak tanti pada acara 'Power of Peace' di radio Bahana. Ditengah kemarahan seringkali kita salah melangkahdan membuat kita terasa aneh sekaligus menjadi indah karena bagi anak muda itu keberuntungan dapat lima ratus ribu namun bagi Sang manajer lima ratus ribu itu telah mengantarkan ke depan pintu gerbang pembelajaran kesabaran, keikhlasan dan kearifan.
 
 Saya teringat ucapan Mbah Surip pelantun lagu 'Tak Gendong' (Tentunya teman2 sudah hapal lagunya, bahkan Hana sebelum berangkat sekolahpun suka menyanyikan lagu 'Tak gendong kemana-mana..' ^_^) disalahsatu koran Nasional menyebutkan bahwa hidupnya belajar salah, bukan belajar benar. Belakangan saya mengerti ternyata kesalahan adalah ibu kandung dari kesabaran. 
 
 Jadi tidak usah takut salah sebab kesalahan adalah pembelajaran kita untuk mencapai keberhasilan. Itulah makna yang saya temukan dari kata-kata Mbah Surip belajar salah dan kesalahan itu ternyata indah.
 
 ---
 Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan kepada Alloh dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS.2:153)
 
 Wassalam,
 agussyafii
 
 --
 Terima kasih atas dukungan dan partisipasi teman2 semua pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Teriring doa 'Semoga Alloh SWT membalas kebaikan teman2 semua' amin ya robbal alamin..info dan dukungan silahkan ke http://agussyafii.blogspot. http://www.facebookcom, .com/agussyafii atau sms 087 8777 12431
 
 
- 13.
-       (catcil) Keajaiban Ketika SakitPosted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com agussyafiiFri Jul 24, 2009 4:30 am (PDT)
 (catcil) Keajaiban Ketika Sakit
 
 By: agussyafii
 
 bila berkesempatan membezuk teman yang sakit Seringkali saya 'menasehatkan' agar kepada teman-teman yang datang membezuk untuk meminta doa orang yang sakit, biasanya doa orang yang sakit akan mudah dikabulkan oleh Alloh SWT dan bagi yang sakit hendaknya mendoakan yang baik-baik bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Mohon dihindarkan berdoa supaya cepat mati.
 
 Saya seringkali bertemu keajaiban ditengah orang yang sakit. Pernah satu ketika saya membezuk seorang teman yang sedang sakit, saya menyarankan agar tetap sholat dikala sakit dan tidak lupa berdoa agar diberikan kesembuhan.
 
 Teman itu mengatakan bahwa dirinya sudah lama tidak pernah sholat. kenapa mas agus mengingatkan agar saya sholat. 'Saya pikir mas agus nyindir saya,' katanya. 'Akhirnya saya beprasangka baik karena mas agus yang menyarankan saya terus sholat, dibimbing oleh istri saya bahkan saya juga meminta anak-anak membantu saya untuk membacakan surat yasin,' begitu tuturnya.
 
 'Saya mengidap sakit infeksi paru-paru, Awalnya Tubuh saya semakin terasa lemas dan jika batuk terasa sakit,' katanya. Subhanallah! Setelah saran Mas Agus saya jalankan dengan menjalankan ibadah sholat dan mendekatkan diri pada Alloh SWT, beberapa hari kemudian muncul perubahan. Dokterpun terheran, kesembuhan bisa lebih cepat,' tuturnya.
 
 'Bagaimana itu bisa terjadi mas?'tanya saya.
 
 'Wallahu a'lam mas agus syafii,' jawabnya.
 
 'Didalam sakit saya bisa belajar ikhlas dan bersabar. Saya merasakan nikmatnya berserah diri kepada Alloh SWT. Sewaktu saya sehat, betapa saya sangat sombong dan tidak pernah bersyukur,' tuturnya dengan penuh linangan air mata. 'La haula wala kuwata illa billah, tiada daya dan tiada upaya kecuali hanya Alloh semata, begitu berarti bagi saya,' ucapnya lirih penuh makna yang indah, pelajaran yang agung telah didapatnya ketika sahabat saya ini sedang sakit.
 
 Malam itu disaat anak-anak Amalia sedang mengaji. Air mata saya tak terasa menetes mendengar penuturannya dan ternyata dirinya sembuh dengan keajaiban. Bagi mereka yang pernah sakit akan tahu apa yang disebut dengan keajaiban. Keajaiban itu nyata didepan mata. betapa Maha BesarNya Alloh SWT dan betapa kecilnya diri kita.
 --
 
 'Obatilah orang-orang sakit dengan shodaqoh dan betengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bala' dengan doa' (H.R Muslim)
 
 Wassalam,
 agussyafii
 
 --
 Terima kasih atas dukungan dan partisipasi teman2 semua pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Teriring doa 'Semoga Alloh SWT membalas kebaikan teman2 semua' amin ya robbal alamin..info dan dukungan silahkan ke http://agussyafii.blogspot. http://www.facebookcom, .com/agussyafii atau sms 087 8777 12431
 
 
Need to Reply?
               Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE
             
 Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar