Minggu, 11 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Tentang Waktu Yang Berlalu, Untuk Apa Kita Pergunakan…?

Tentang Waktu Yang Berlalu, Untuk Apa Kita Pergunakan…?
Oleh Muhaimin Iqbal
Kamis, 08 December 2011 06:57

Dahulu di pekerjaan saya yang lama, saya banyak sekali kenal,
berhubungan dan bekerjasama dengan sejumlah besar eksekutif perusahaan
dari berbagai jenis industry. Karena usia mereka yang rata-rata lebih
tua, saya menyaksikan satu demi satu mereka pensiun. Bila ditanya
hendak melakukan apa mereka setelah pensiun, jawaban yang paling umum
adalah pingin bertani, beternak, memelihara ikan, berkebun, pindah ke
kota kecil dan sejenisnya.

Mengapa saya ambil contoh cita-cita tersebut adalah cita-cita para
eksekutif ?, karena bila Anda masih berstatus karyawan di awal karir –
kemungkinan besarnya cita-cita Anda ingin berkarir sampai puncak dan
menjadi eksekutif di perusahaan atau instansi tempat Anda bekerja !.
Justru setelah sampai puncak cita-cita Anda, Anda akan kembali
memiliki cita-cita yang lebih sederhana.

Cita-cita sederhana ingin menjadi petani, nelayan dan sejenisnya
tersebut ternyata bukan hanya milik para eksekutif di negeri kepulauan
yang agraris ini, di dunia kapitalisme barat – cita-cita sederhana
tersebut rupanya juga umum di kalangan para eksekutif dan bahkan
entrepreneur-nya. Berikut saya share cerita popular yang saya bawa
dari dunia saya yang lama.

Suatu saat seorang top executive di public company sedang berlibur di
pulau kecil yang pekerjaan satu-satunya penduduk disitu adalah
sebagai nelayan. Ketika dia lagi berada di dermaga, dia melihat
seorang nelayan yang datang berlabuh dengan sekeranjang ikan.

Dia datangi nelayan tersebut dan bertanya : "Berapa lama Anda
menangkap sekeranjang ikan ini ?" nelayan tersebut menjawab : "cuma
sebentar saja saya melaut, menangkap ikan dan setelah keranjang ini
penuh saya pulang…".

Penasaran si eksekutif ini bertanya lagi : "Lantas apa yang engkau
lakukan dengan sisa waktumu ?" si nelayan menjawab : "sebentar saya
akan menjual sebagian besar ikan ini untuk keperluan saya yang lain,
sebagian saya konsumsi bersama keluarga…".

Si eksekutif mulai berhitung, betapa waste-nya waktu si nelayan ini.
Sebentar menangkap ikan, sebentar pula menjualnya. Lantas dia bertanya
lagi : "terus setelah itu apa yang akan engkau lakukan ?" si nelayan
menjawab "saya pulang ke rumah bersenang-senang bersama istri dan
anak –anak sampai larut …dan besuk mulai lagi mencari ikan sebentar ,
menjualnya sebentar…bersenang-senang lagi sampai larut…".

Si eksekutif yang MBA dari sekolah bisnis top dunia ini mulai sok tahu
ingin mengajari si nelayan mengoptimalkan waktu, dia bicara : "mengapa
engkau tidak membawa keranjang yang banyak, menangkap ikan lebih lama
untuk memenuhi keranjang-keranjang tersebut, kemudian menjualnya juga
lebih lama sampai seluruh ikan yang tidak engkau konsumsi terjual
semua…".

Si nelayan yang tidak pernah berpikir sejauh itu, merasa kaget dengan
saran si eksekutif yang dari raut mukanya tampak seperti orang kota
yang pinter, dia pikir benar juga ya saran orang ini. Dengan penasaran
dia ingin diperjelas : "lantas setelah itu apa ?". Si eksekutif
melanjutkan "Setelah engkau punya uang banyak, engkau bisa membeli
kapal yang besar untuk menangkap ikan". Tambah penasaran si nelayan :
"setelah itu apa lagi …?", si eksekutif yang merasa nasihatnya di
dengar kini menjadi antusias untuk memberi nasihat yang komplit ke
nelayan yang lugu ini.

"dari kapal yang besar ini, engkau akan memiliki uang yang semakin
banyak. Setelah itu engkau akan bisa membeli kapal lain yang lebih
besar lagi, uang semakin banyak lagi, membeli kapal lagi dan
seterusnya. Setelah kapal dan uangmu sangat banyak, engkau bisa
mendirikan perusahaan dan perusahaan ini engkau jual ke publik – dari
penjualan ini engkau akan memiliki uang yang sangat-sangat banyak saat
itu".

Seolah mudah, si nelayan bertanya lagi ke si eksekutif : "berapa lama
waktu yang saya perlukan untuk itu ?" si eksekutif yang sangat
berpengalaman ini menjawab berdasarkan pengalamannya : "yah sekitar 15
– 20 tahun".

Si nelayan yang tidak pernah membayangkan butuh uang yang sangat
sangat banyak masih penasaran meskipun dia mulai ragu, dia bertanya
lagi : "setelah itu apa yang saya lakukan ?". Kini ganti si eksekutif
yang kaget dengan pertanyaan ini, dia bingung juga untuk apa ya si
nelayan punya uang yang sangat-sangat banyak, dalam keraguannya dia
menjawab : "Setelah uangmu sangat-sangat banyak, engkau bisa hidup
santai dan bersenang-senang dengan keluargamu sampai larut".

Si nelayan yang sudah sempat terpengaruh oleh nasihat si eksekutif,
kini sadar bahwa nasihat tersebut ternyata tidak cukup menarik untuk
dia, setengah menyesal telah dengan antusias mendengarkan panjang
lebar nasihat si seksutif, nelayan tersebut berkata : "yee, kalau
begitu mengapa saya harus cape-cape bekerja keras mencari uang yang
sangat-sangat banyak 15-20 tahun, bila hanya untuk bisa
bersenang-senang sampai larut dengan anak dan istri saya – saat inipun
saya sudah bisa bersenang-senang dengan anak istri saya sampai larut.
Kalau saya harus menunggu 15-20 tahun untuk tujuan yang sama tersebut
– apa menariknya ?, lagi pula saat itu istri saya sudah tua, anak-anak
saya mungkin sudah pada pergi dengan keluarganya masing-masing…".

Si eksekutif tersadar, bahwa apa yang disampaikan nelayan tersebut
adalah benar adanya. Dan itulah yang tepatnya terjadi pada dia, dalam
hatinya dia bicara : "saya bekerja keras 15-20 tahun sampai eksekutif
puncak, saat inipun punya uang yang banyak, tetapi ketika saya ingin
menikmatinya dengan berlibur di pulau kecil ini, tidak ada satu-pun
anak-anak saya yang bisa menemaninya karena sudah sibuk dengan
urusannya sendiri-sendiri, istriku-pun sudah terlalu tua untuk aku
ajak jalan sampai dermaga ini…".

Dalam hidup, kebanyakan kita adalah salah satu dari dua orang tersebut
diatas. Seperti si eksekutif yang bekerja keras, mencari uang yang
banyak – tetapi setelah itupun uang itu tidak ada gunanya karena dia
sudah tidak bisa menikmatinya lagi ketika uang terkumpul. Atau
sebaliknya seperti si nelayan, yang bekerja secukupnya setelah itu
hanya bersenang-senang yang banyak.

Si eksekutif maupun si nelayan keduanya adalah orang yang tertipu
dengan waktu, usia dan hartanya. Keduanya bukan contoh yang baik untuk
kita, kita diberi waktu, diberi usia, diberi harta semuanya untuk
dipertanggung jawabkan. Kita akan ditanya untuk ini, untuk apa waktu
kita, usia kita dan harta kita. Dapatkah kelak kita menjawabnya dengan
PD ? semoga kita bisa !. Amin.


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: