Kamis, 15 Maret 2012

[daarut-tauhiid] Disiksa, Anak Palestina Trauma Penjara Israel

 

Disiksa, Anak Palestina Trauma Penjara Israel
Rabu, 14 Maret 2012

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kondisi psikologis anak-anak Palestina semakin mengkhawatirkan. Laporan Save the Children mengatakan, dari ratusan anak-anak Palestina yang dipenjara setiap tahunnya, sebagian besar menderita mimpi buruk, mengompol dan mengalami kecemasan setelah mereka dibebaskan.

Organisasi amal tersebut mengatakan, sejak tahun 2000, tentara Israel menahan lebih dari 8.000 anak-anak Palestina di Tepi Barat. Israel menuntut anak-anak yang berada di kisaran 12 tahun itu di pengadilan militer hanya karena mereka melempar batu kepada tentara Israel.

Ahmad Dsouqi (16 tahun) misalnya, ditangkap di rumahnya di kamp pengungsi Jalazon dekat Ramallah tahun lalu. "Sekelompok besar tentara Israel bersenjata menerobos masuk ke rumah kami, membangunkan saya dan menyeret saya dari tempat tidur. Mereka memborgol saya, dan menutup mata saya. Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil," kata Dsouqi kepada Reuters.

Dsouqi dipukuli selama interogasi, tidak diperbolehkan keluar dan dipaksa mengaku bahwa ia melempar batu ke tentara Israel. "Para interrogator meninggalkan saya di ruang interogasi, memborgol dan memukuli agar saya mengaku telah melempar batu," kata Dsouqi.

Dengan semena-mena Israel menjatuhi hukuman 18 bulan penjara kepadanya. Dsouqi kini telah dibebaskan selama pertukaran tahanan. "Saya mencoba untuk tidak tidur sepanjang hari seperti di penjara, dan mengingatkan diri sendiri bahwa saya harus membuat sebagian besar waktu untuk memastikan masa depan saya," katanya.

Israel juga tampaknya tidak mendengar seruan Kepala Program Perlindungan Anak-anak UNICER, Saudamini Siegrist yang mengkritik mereka secara keras. "Pengadilan militer dan pengadilan tidak cocok dengan perlindungan hak-hak anak," tegasnya.

Sementara itu, sekitar 98 persen anak-anak yang ditahan dilaporkan menjadi sasaran kekerasan baik fisik maupun verbal oleh tentara Israel. "Lebih dari 90 persen anak-anak ini menderita post-traumatic stress disorder," kata penasihat program Save the Children, Eyad al-Araj pada konferensi pers di Tepi Barat. Menurutnya, tindakan Israel tersebut meninggalkan luka psikologis hampir di semua anak-anak.

Laporan badan amal ini berdasarkan survey terhadap 292 anak-anak yang ditahan Israel dan telah dibebaskan. Mereka berusia dibawah 18 tahun.

Tahun lalu, sebanyak 2.301 anak-anak ditahan oleh Israel. Meskipun turun dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 3.470 pada tahun 2010. "Penahanan memiliki dampak buruk kepada anak-anak, keluarga dan masyarakat mereka,"kata data yang dikumpulkan olek kelompok hak Pertahanan untuk Anak Internasional (DCI).

Saat ini, tambah laporan tersebut, sekitar 179 anak-anak masih ditahan di penjara-penjara Israel. "Anak-anak mengalami penderitaan termasuk post-traumatic stress disorder, takut meninggalkan rumah, cemas dan mimpi buruk. Keluarga menjadi overprotective dan melarang mereka keluar rumah," katanya.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: