Kamis, 29 Maret 2012

[daarut-tauhiid] Hadits Terpelihara Sebagaimana Al-Qur'an

 

Hadits Terpelihara
Sebagaimana Al-Qur'an
 
"Sesungguhnya Kamilah
yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."
(Al-Hijr: 9)
 
Al-Qur'an
Selalu Terpelihara Lafadz dan Maknanya
 
Asy-Syinqithi (2/225) berkata,
"Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menurunkan
Al-Qur'an dan memeliharanya dari penambahan, pengurangan, maupun pengubahan.
Ayat lain yang semakna di antaranya firman Allah:
 
"Yang tidak datang kepadanya
(Al-Qur'an) kebatilan[1], baik dari depan maupun dari belakangnya."
(Fushshilat: 42)
 
Juga firman Allah:
 
"Janganlah kamu gerakkan lidahmu
(membaca) Al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka itulah bacaannya itu.
Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya." (Al-Qiyamah:
16—19)
 
Al-Qurthubi (10/5) mengatakan,
Allah memelihara Al-Qur'an dari penambahan dan pengurangan. Lalu beliau
menyebutkan ucapan Qatadah dan Tsabit al-Bunani, "Allah memelihara Al-Qur'an
dari upaya setan yang ingin menambahkan kebatilan ke dalamnya dan mengurangi
kebenarannya, sehingga Al-Qur'an tetap terpelihara."
 
Al-Imam Al-Baidhawi (3/362)
mengatakan, "Pada ayat ini terdapat bantahan terhadap sikap orang-orang kafir
yang senantiasa mengingkari dan memperolok-olok Al-Qur'an. Oleh karena itu,
Allah menguatkannya (Al-Qur'an) dengan firman-Nya:
 
"Dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya."
 
Maksudnya, memeliharanya dari
penyimpangan, baik huruf maupun makna, dan penambahan maupun pengurangan. Allah
menjadikan Al-Qur'an sebagai suatu keajaiban (mukjizat), guna membedakan apa
yang tertera padanya dengan ucapan manusia."
 
"Dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya."
 
Maknanya, kata asy-Syaikh
as-Sa'di, "Al-Qur'an terpelihara saat diturunkan maupun setelahnya. Saat
diturunkan, Allah memeliharanya dari upaya setan yang ingin mencuri-curi
beritanya. Adapun setelah diturunkan, Allah menyimpannya di hati Rasulullah,
kemudian di hati umatnya. Allah menjaga lafadz-lafadznya dari perubahan, baik
penambahan maupun pengurangan. Allah juga menjaga makna-maknanya dari perubahan
dan penggantian. Tidak seorang pun yang berusaha memalingkan salah satu makna
pada Al-Qur'an, melainkan Allah pasti mendatangkan orang yang akan menjelaskan
kebenaran yang nyata. Ini merupakan salah satu tanda keagungan ayat-ayat Allah
dan kenikmatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin. Di antara bentuk
pemeliharaan Allah terhadap Al-Qur'an juga adalah Dia memelihara ahlul Qur'an
dari musuh-musuh mereka. Allah menyelamatkan mereka dari gangguan musuh."
 
Ath-Thabari (14/8) berkata,
"Allah memelihara Al-Qur'an dari penambahan kebatilan yang bukan bagian
darinya, atau pengurangan hukum, batasan, dan kewajiban yang seharusnya ada
padanya."
 
Hadits
Terpelihara Sebagaimana Al-Qur'an
 
Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi
al-Madkhali hafizhahullah berkata, "Sunnah (hadits) Rasulullah dan Al-Qur'anul
Karim berasal dari sumber yang sama. Hilang (tersia-siakan)nya sebagian
hadits—yang merupakan penjelas bagi Al-Qur'an—bertentangan dengan janji Allah
untuk memeliharanya."
 
Dengan demikian, sunnah
Rasulullah yang suci termasuk bagian dalam janji Allah yang benar, yaitu
benar-benar terpelihara dan terjamin. (Lihat An-Nukat 'ala Kitab Ibni Shalah
1/9)
 
Asas agama kita yang hanif adalah
Al-Qur'anul Karim dan sunnah (hadits) Nabi Al-Amin. Al-Qur'an adalah kitab yang
terpelihara dari sisi Allah yang Mahatinggi dan Agung. Al-Qur'an dihafal dalam
dada dan tertulis dalam tulisan. Allah berfirman:  
 
"Sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."
(Al-Hijr: 9)
 
Adapun sunnah (hadits Rasulullah),
keberadaannya, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Imam al-Baihaqi, berkedudukan
sebagai penjelas yang berasal dari Allah. Sebagaimana firman Allah:
 
"Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka." (An-Nahl: 44)
 
Oleh karena itu, sunnah secara
keseluruhan terpelihara dengan pemeliharaan-Nya, karena ia termasuk peringatan
(zikir) dari peringatan (Al-Qur'an). (Tahqiq Al-Ba'its al-Hatsits, 1/7)
 
Upaya
Umat Memelihara Al-Qur'an dan Hadits
 
Asy-Syaikh Ahmad Syakir
mengatakan, "Kaum muslimin sejak generasi pertama sangat memerhatikan
pemeliharaan sanad-sanad syariat mereka dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hal ini
tidak dilakukan oleh umat sebelumnya.
 
Mereka menghafal dan meriwayatkan
Al-Qur'an dari Rasulullah secara mutawatir. Ayat demi ayat, kalimat demi
kalimat, huruf demi huruf, terpelihara dalam dada dan dikukuhkan dengan tulisan
pada mushaf (Al-Qur'an). Sampai-sampai mereka meriwayatkan berbagai sisi
pengucapannya berdasarkan dialek qabilah. Mereka juga meriwayatkan jalan
penulisan (bentuk huruf) dalam mushaf. Mereka menulis kitab yang panjang lagi
sempurna dalam hal ini.
Mereka juga menghafal dari Nabi
mereka, Muhammad, semua ucapan, perbuatan, dan keadaan beliau. Beliau adalah
penyampai (syariat) dari Rabbnya, penjelas syariat-Nya. Beliau diperintahkan
untuk melaksanakan agama-Nya. Setiap ucapan dan keadaan beliau adalah penjelas
bagi Al-Qur'an. Beliau adalah seorang rasul yang ma'shum dan menjadi suri
teladan yang baik bagi umatnya. Allah menerangkan sifat beliau:
 
"Dan tiadalah yang diucapkannya
itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)." (An-Najm: 3—4).
 
Juga firman Allah:
 
"Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Qur'an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan." (An-Nahl: 44)
 
Juga firman Allah:
 
"Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian." (Al-Ahzab: 21)
 
Abdullah bin 'Amr bin 'Ash
menulis segala sesuatu yang dia dengarkan dari Rasulullah. Orang-orang Quraisy
pun melarangnya. Akhirnya, Abdullah bin Amr mengadukan hal itu kepada
Rasulullah. Beliau pun bersabda, "Tulislah! Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, tidaklah terucap dariku kecuali semata-mata kebenaran."[2]
 
Pada haji wada', Rasulullah
memerintahkan kaum muslimin secara umum untuk menyampaikan dari beliau,
sebagaimana sabda beliau:
 
"Hendaknya yang hadir menyampaikan
kepada yang tidak hadir, karena orang yang hadir bisa jadi dia menyampaikan
kepada orang lain, namun orang lain tersebut lebih memahami hadits itu daripada
dirinya."[3]
 
Demikian pula sabda beliau:
 
"Hendaknya orang yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena bisa jadi orang yang disampaikan
(hadits kepadanya) lebih memahami daripada orang yang mendengar (hadits itu
secara langsung)."[4]
 
Dari penjelasan ini, kaum
muslimin memahami bahwa mereka wajib memelihara segala sesuatu yang datang dari
Rasul mereka. Mereka pun melakukannya serta menunaikan amanah sesuai yang
diminta. Mereka meriwayatkan hadits-hadits dari Rasulullah, baik secara
mutawatir dari sisi lafadz dan makna, atau dari sisi makna saja, atau secara
masyhur dengan sanad-sanad yang sahih (yang kukuh), yang diistilahkan oleh
ulama ahli hadits dengan hadits sahih atau hasan…." (Lihat Al-Ba'its
Al-Hatsits, 1/70—71)
 
Sanad,
Kekhususan Umat Ini
 
Sanad merupakan kekhususan yang
mulia yang dimiliki umat ini. Kekhususan ini tidak diberikan kepada umat-umat
sebelumnya. Sanad termasuk bagian agama yang agung kedudukannya.
 
Dalam kitab Tarikh Baghdad,
al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi meriwayatkan dengan sanadnya, pada biografi
Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad al-Amin al-Bukhari, sampai kepada Abdan, salah
seorang murid Abdullah bin al-Mubarak. Beliau berkata, "Aku mendengar Abdullah
bin al-Mubarak berkata:
 
'Sanad itu menurutku termasuk
bagian agama. Kalau bukan karena sanad, semua orang bisa berkata apa pun yang
dia kehendaki'."
 
Ucapan Al-Imam Ibnul Mubarak ini
termasuk kalimat yang terbaik dan terbagus untuk menunjukkan kedudukan sanad
dalam agama.
 
Al-Hakim Abu Abdillah
an-Naisaburi mengatakan dalam kitabnya, Ma'rifat Ulumul Hadits, setelah
menyebutkan ucapan Abdullah bin al-Mubarak di atas, "Kalau bukan karena sanad,
upaya para ulama hadits mencarinya, dan ketekunan mereka menghafalnya, akan
hilanglah panji-panji Islam. Para pelaku kesyirikan dan kebid'ahan akan semakin
kokoh memalsukan hadits-hadits dan memutarbalikkan sanad, karena apabila
hadits-hadits Rasulullah kosong dari sanad, jadilah ia sebagai hadits yang
terputus."
 
Ketika menafsirkan ayat:
 
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu
benar-benar adalah suatu kemuliaan besar dan bagi kaummu." (Az-Zukhruf: 44)
 
Al-Imam Malik berkata, "Maknanya
adalah ucapan seorang rawi, 'Ayahku telah menyampaikan kepadaku dari kakekku'."
 
Abdullah bin Mubarak juga
berkata, "Permisalan seseorang yang mencari urusan agamanya tanpa sanad seperti
orang yang memanjat atap tanpa tangga."
 
Beliau berkata juga, "Pembeda
antara kita dengan kaum itu adalah qawain."
 
'Qawain' adalah sanad sedangkan
'kaum itu' ialah ahlul bid'ah dan yang menyerupai mereka.
 
Sufyan ats-Tsauri mengatakan,
"Sanad itu senjata orang mukmin. Apabila seorang mukmin tidak memiliki senjata,
dengan apa dia melawan musuh?"
 
Beliau juga berkata, "Sanad itu
perhiasan bagi hadits. Barang siapa yang memerhatikannya, ia telah beruntung.
(lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, tahqiq Khalil Makmun Syiha 1/28—30)
 
Wallahu a'lam bish-shawab.
 
Footnote:
[1] Qatadah berkata, "Kebatilan
di sini adalah Iblis. Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan kemudian
memeliharanya, sehingga Iblis tidak mampu menambahkan kebatilan dan mengurangi
kebenaran darinya. (Lihat Tafsir Ad-Durrul Mantsur 5/66)
[2] HR. Al-Imam Ahmad dalam
Al-Musnad (2/162) dengan sanad yang sahih. Abu Dawud, Al-Hakim, dan yang
lainnya juga meriwayatkan yang semakna dengan hadits ini.
[3] HR. Al-Imam Al-Bukhari dan
lainnya.
[4] HR. Al-Imam Al-Bukhari dan
lainnya.
 
Sumber: ringkasan dari www.asysyariah.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: