Messages In This Digest (1 Message)
- 1a.
- Re: [OOT] Kisah Siti, penjual bakso berumur 7 tahun dengan upah 2.00 From: asma_h_1999
Message
- 1a.
-
Re: [OOT] Kisah Siti, penjual bakso berumur 7 tahun dengan upah 2.00
Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com asma_h_1999
Tue Mar 13, 2012 6:24 pm (PDT)
kemaren aku udah nonton kisahnya Mas Nur di Trans 7
Moga Siti jadi anak yang hebat nantinya.
Salam,
asma
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Nursalam AR <nursalam.ar@com ...> wrote:
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Ana.Osa <ana054@...>
> Date: 2012/3/9
> Subject: [pengusaha-muslim] Kisah Siti, penjual bakso berumur 7 tahun
> dengan upah 2.000 per hari
> To: pengusaha-muslim@yahoogroups. com
>
>
> **
> Dari milis: themanagers_indonesia@ yahoogroups. com
>
> Sore kemarin â" Selasa, 06 Maret 2012 â" saya pulang kantor rada âtenggoâ,
> jadi sampai di rumah jam 17.30-an, saya sempat nonton acara âOrang-Orang
> Pinggiranâ di Trans7.
>
> Dada saya sesak menyaksikannya, air mata saya meleleh tanpa bisa ditahan,
> tak mampu berkata-kata. Siti, seorang bocah yatim yang ditinggal mati
> ayahnya sejak usia 2 tahun. Kini Siti berumur 7 tahun.
>
> Sehari-hari sepulang sekolah Siti masih harus berkeliling kampung
> menjajakan bakso. Karena ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong
> rombong bakso.
>
> Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu
> besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat
> berat.
>
> Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam
> berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan
> terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk
> kampung, terkadang jalanannya menanjak naik.
>
> Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di
> lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli
> baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi.
>
> Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam
> berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis,
> upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali
> digulung-gulungnya.â¬
>
> âª
> Sampai di rumah, Siti tak mendapati siapapun. Ibunya jadi buruh mencangkul
> lumpur di sawah milik orang lain. Tak setiap hari ia mendapat upah uang
> tunai.
>
> Terkadang ia hanya dijanjikan jika kelak panenan berhasil ia akan
> mendapatkan bagi hasilnya. Setiap hari kaki Ibunda Siti berlumur lumpur
> sampai setinggi paha. Ia hanya bisa berharap kelak panenan benar-benar
> berhasil agar bisa mendapat bayaran.
>
> Hari itu Siti ingin bisa makan kangkung. Ia pergi ke rumah tetangganya,
> mengetuk pintu dan meminta ijin agar boleh mengambil kangkung. Meski
> sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan
> Ibunya untuk selalu minta ijin dulu pada pemiliknya.
>
> Setelah diijinkan, Siti langsung berkubang di empang untuk memetik
> kangkung, sebatas kebutuhannya bersama Ibunya. Petang hari Ibunya pulang.
> Siti menyerahkan 2000 perak yang didapatnya. Ia bangga bisa membantu Ibunya.
>
> Lalu Ibunya memasak kangkung hanya dengan garam. Berdua mereka makan di
> atas piring seng tua, sepiring nasi tak penuh sepiring, dimakan berdua
> hanya dengan kangkung dan garam. Bahkan ikan asin pun tak terbeli, kata
> Ibunda Siti.â¬
> âª
>
> Bayangkan, anak sekecil itu, pulang sekolah menenteng beban berat keliling
> kampung, tiba di rumah tak ada makanan. Kondisi rumahnya pun hanya sepetak
> ruangan berdinding kayu lapuk, atapnya bocor sana-sini.
>
> Sama sekali tak layak disebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian
> sendiri menunggu Ibunya pulang hingga petang hari.
>
> Sering Siti mengatakan dirinya kangen ayahnya. Ketika anak-anak lain di
> kampung mendapat kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja di kota, Siti
> suka bertanya kapan ia dapat kiriman.
>
> Tapi kini Siti sudah paham bahwa ayahnya sudah wafat. Ia sering mengajak
> Ibunya ke makam ayahnya, berdoa disana. Makam ayahnya tak bernisan, tak ada
> uang pembeli nisan. Hanya sebatang kelapa penanda itu makam ayah Siti.
>
> Dengan rajin Siti menyapu sampah yang nyaris menutupi makam ayahnya.
> Disanalah Siti bersama Ibunya sering menangis sembari memanjatkan doa.
>
> Dalam doanya Siti selalu memohon agar dberi kesehatan supaya bisa tetap
> sekolah dan mengaji. Keinginan Siti sederhana saja : bisa beli sepatu dan
> tas untuk dipakai sekolah sebab miliknya sudah rusak.
>
> Kepikiran dengan konsidi Siti, dini hari terbangun dari tidur saya buka
> internet dan search situs Trans7 khususnya acara Orang-Orang Pinggiran.
> Akhirnya saya dapatkan alamat Siti di Kampung Cipendeuy, Desa Cibereum,
> Cilangkahan, Banten dan nomor contact person Pak Tono 0858 1378 8136.
>
> Usai sholat Subuh saya hubungi Pak Tono, meski agak sulit bisa tersambung.
> Beliau tinggal sekitar 50 km jauhnya dari kampung Siti. Pak Tono-lah yang
> menghubungi Trans7 agar mengangkat kisah hidup Siti di acara OOP.
>
> Menurut keterangan Pak Tono, keluarga itu memang sangat miskin, Ibunda Siti
> tak punya KTP. Pantas saja dia tak terjangkau bantuan resmi Pemerintah yang
> selalu mengedepankan persyaratan legalitas formal ketimbang fakta
> kemiskinan itu sendiri.
>
> Pak Tono bersedia menjemput saya di Malimping, lalu bersama-sama menuju
> rumah Siti, jika kita mau memberikan bantuan. Pak Tono berpesan jangan bawa
> mobil sedan sebab tak bakal bisa masuk dengan medan jalan yang berat.
>
> Saya pun lalu menghubungi Rumah Zakat kota Cilegon. Saya meminta pihak
> Rumah Zakat sebagai aksi âtanggap daruratâ agar bisa menyalurkan kornet
> Super Qurban agar Siti dan Ibunya bisa makan daging, setidaknya
> menyelamatkan mereka dari ancaman gizi buruk.
>
> Dari obrolan saya dengan Pengurus Rumah Zakat, saya sampaikan keinginan
> saya untuk memberi Siti dan Ibunya âkailâ. Memberi âikanâ untuk tahap awal
> boleh-boleh saja, tapi memberdayakan Ibunda Siti agar bisa mandiri secara
> ekonomi tentunya akan lebih bermanfaat untuk jangka panjang.
>
> Saya berpikir alangkah baiknya memberi modal pada Ibunda Siti untuk
> berjualan makanan dan buka warung bakso, agar kedua ibu dan anak itu tidak
> terpisah seharian. Siti juga tak perlu berlelah-lelah seharian, dia bisa
> bantu Ibunya berjualan sambil belajar.â¬
>
> Mengingat untuk memberi âkailâ tentu butuh dana tak sedikit, pagi ini saya
> menulis kisah Siti dan memforward ke grup-grup BBM yang ada di kontak BB
> saya. Juga melalui Facebook.
>
> Alhamdulillah sudah ada beberapa respon positif dari beberapa teman saya.
> Bahkan ada yang sudah tak sabar ingin segera diajak ke Malimping untuk
> menemui Siti dan memeluknya. Bukan hanya bantuan berupa uang yang saya
> kumpulkan, tapi jika ada teman-teman yang punya putri berusia 7-8 tahun,
> biasanya bajunya cepat sesak meski masih bagus, alangkah bermanfaat kalau
> diberikan pada Siti.
>
> Adapula teman yang menawarkan jadi orang tua asuh Siti dan mengajak Siti
> dan Ibunya tinggal di rumahnya. Semua itu akan saya sampaikan kepada Pak
> Tono dan Ibunda Siti kalau saya bertemu nanti. Saya menulis artikel ini
> bukan ingin menjadikan Siti seperti Darsem, TKW yang jadi milyarder
> mendadak dan kemudian bermewah-mewah dengan uang sumbangan donatur pemirsa
> TV sehingga pemirsa akhirnya mensomasi Darsem.
>
> Jika permasalahan Siti telah teratasi kelak, uang yang terkumpul akan saya
> minta kepada Rumah Zakat untuk disalurkan kepada Siti-Siti lain yang saya
> yakin jumlahnya ada beberapa di sekitar kampung Siti.
>
> Mengetuk hati penguasa formal, mungkin sudah tak banyak membantu. Saya
> menulis shout kepada Ibu Atut sebagai âRatuâ penguasa Banten ketika
> kejadian jembatan ala Indiana Jones terekspose, tapi toh tak ada respon.
>
> Di media massa juga tak ada tanggapan dari Gubernur Banten meski kisah itu
> sudah masuk pemberitaan media massa internasional. Tapi dengan melalui grup
> BBM, Facebook dan Kompasiana, saya yakin masih ada orang-rang yang terketuk
> hatinya untuk berbagi dan menolong.
>
> Berikut saya tampilkan foto-foto Siti yang saya ambil dari FB Orang-Orang
> Pinggiran. Semoga menyentuh hati nurani kita semua.
>
> TAMBAHAN:Jika ada yang ingin langsung bertemu Siti, anda bisa menghubungi
> Pak Tono yang akan mengantar ke lokasi kampung Siti. No HP sudah saya tulis
> di atas, alamat lengkap ini : Kampung Cibobos 02/05, Desa Karangkamulyan,
> Kec. Cihara, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. Kode pos 42391.
>
> Semua kiriman paket, wesel, dll melalui Pak Tono, sebab Siti tidak bisa
> mengambil karena Ibunya tak punya KTP dan identitas diri lainnya sebagai
> bukti persyaratan pengambilan.
>
> Demikian info tambahannya.â¬
> ⪠â¬
> âªTolong disharekan kepada kawan-kawan anda. Makin banyak yang tau, makin
> banyak yang bantu...â¬
> ⪠â¬
> âª
> Dari milis themanagers_indonesia@ yahoogroups. com
>
> ----------------
>
> Dear all,
>
> Hanya meneruskan, mdh2an dg sentuhan Siti yg mencari sesuap nasi bisa
> membuat kita lebih menghayati masa puasa dan pantang serta membantu sesama
> yang berada di sekitar kita.
>
> Mungkin karyawan kita sendiri, mungkin tetangga sebelah rumah atau
> jangan-jangan ada di depan kita selama ini
>
>
> Semoga berkenan..
>
> âª
> Regards,
> Have Fun Do Good! Happy Investing!
> SeptriANA NOSArianti B.Arts QWP⢠Financologistâ¢
> twit: @ana054 | by ISAT
>
>
>
>
> --
> *www.nursalam.wordpress. com | www.akademipeduli. wordpress. com
> *
>
> ***"...your life, your choice." (Mastin Kipp)*
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar