Kamis, 29 Maret 2012

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3577

Messages In This Digest (1 Message)

1.
(no subject) From: Elisa Koraag

Message

1.

(no subject)

Posted by: "Elisa Koraag" elisa201165@yahoo.com   elisa201165

Wed Mar 28, 2012 7:19 am (PDT)





SUKA DUKA PUNYA ASISTEN RUMAH TANGGA

 

Saat ini saya tidak mempunyai asisten rumah tangga alias
pembantu. Sebelumnya kalau di total-total, saya pernah mempunya  6 pembantu silih berganti dengan rentang usia
antara 16 th sd 42 th. Saya memutuskan menggunakan jasa asisten RT setelah
melahirkan anak ke-2. Saat cuti melahirkan anak kedua selesai, sulung saya
sudah berusia 3 tahun dan anak kedua berusia 3 bulan, saya memerlukan asisten
RT.

Tidak mudah menentukan kriteria pembantu yang saya inginkan
dengan gaji yang sanggup saya bayarkan. Apalagi ketika pertama kali mencari
pembantu. Saya memilih yang masih remaja dan belum berpengalaman. Karena saya
berniat mendidik dari awal. Celakanya yang muda-muda ini, entah sudah termakan
cerita apa dari kampungnya, bersikeras tidak mau bekerja sendiri. (Atau
jangan-jangan tekanan dari agen penyalur) Jadi saya ambil 2 pembantu.

Hal pertama yang saya lakukan adalah memeriksa identitas, KTP
dan surat jalan dari kampong. Saya copy untuk saya pegang. Saya minta kontak  dan alamat /tlp keluarga di kampung yang bisa
di hubungi.  Lalu saya photo. Saya
jelaskan aturan bekerja. Karena baru pertama kali punya pembantu, punya 2
batita dan saya ibu bekerja, maka saya memberikan kebebasan buat pembantu alias
nyaris tanpa aturan.  Dan saya  dipermainkan pembantu.

Kedua pembantu saya berdusta ketika bilang belum pernah ke
Jakarta. Karena keduanya punya banyak kawan dan Sabtu atau minggu acapkali
minta ijin main. Awalnya saya memberikan karena saya juga ingin santai di rumah
saat tidak kekantor tanpa ada orang lain. Tapi lama-lama jadi semacam keharusan
karena sebelum saya mengatakan rencana saya di akhir pekan, mereka sudah lebih
dulu minta ijin main. Ketika saya tidak memberi ijin karena saya akan mengajak
mereka berpergian mereka cemberut.

Berikutnya saya dapat laporan dari sulung saya kalau ia
ditendang sama si pembantu, waduh marahnya saya nyaris kalap. Anak 3 tahun di tendang?
Saya yakin anak saya tidak bohong. Dengan menahan gemetar karena marah, saya
langsung menanyakan pada si pembantu. Si pembantu mengakui dengan alasan,
sulung saya lebih dulu menendang.

Si sulung langsung saya tanya, "Mengapa kakak menendang mbak?"

 "Aku minta susu tapi
mba nonton tv aja." Jawab si sulung.

Panjang lebar saya menegur si mba. Pertama, saya
mempekerjakan kamu bukan buat nonton tv. Kedua, kalau anak saya menendang atau
memukul, jangan sesekali membalas. Tapi pegang kakinya atau  tangannya dan katakan, Tidak boleh berbuat
seperti itu!. Kedua pembantu pertama saya hanya bertahan enam bulan, minta
berhenti dengan alasan ingin pulang kampung. Saya keberatan mereka berhenti
karena saya bekerja, siapa yang akan menjaga anak-anak? Tapi keduanya berulah
dengan menunjukan pusing/sakit kepala berhari-hari akhirnya saya
memberhentikan.

Belajar dari pengalaman pertama, saya mengevaluasi
kesepakatan dan aturan kerja dengan dua pembantu kedua. Pertama soal gaji. Saya
tidak langsung membayar setiap bulan tapi saya  menahan 30 % dari gajinya, sebagai jaminan
agar si pembantu tetap bekerja  sampai
lebaran. Nah saat lebaran, semua yang saya tahan saya kembalikan plus THR
sebesar 1 bulan. Tapi jika sebelum Lebaran si pembantu sudah minta berhenti,
yang saya tahan tidak saya berikan. Dari mulia bekerja hingga lebaran hanya 10
bulan.

Kedua, aturan pulang kampung hanya menjelang Lebaran atau
situasi darurat. Ada keluarga yang sakit atau meninggal. Saya akan mengijinkan
pulang 3 hari dan memberikan transport pulang-pergi. Tapi hanya 1 kali. Kalau
ada situasi darurat lagi, saya tidak memberikan transport lagi.

Setelah sepakat, saya mengajarkan kebersihan, sopan santun
dan cara berpakaian. Pentingnya mandi, gosok gigi, cuci rambut dan cuci tangan
dengan sabun. Biasanya pembantu berambut panjang, selalu saya bawa ke salon dan
minta di potong pendek agar praktis. (Mungkin melanggar hak asazi karena saya
mengharuskan) tapi tujuannya baik. Dua pembantu pertama berambut panjang, saya
lihat sangat mengganggu mereka bekerja. Maka pada dua pembantu kedua saya
mengharuskan potong rambut. Sama seperti dua pembantu pertama. Saya membelikan  kebutuhan mereka, mulai dari perangkat mandi,
baju dalam, baju kerja tiap-tiap hari, baju pergi, penghilang bau badan,pembalut,
bedak sampai bodylotion.

Agar mereka berhati-hati dan tahu menghargai barang (karena
biasanya mereka belum mempunyai kesadaran menjaga barang-barang) belajar dari
dua pembantu pertama yang memecahkan lebih dari setengah lusin gelas dan
piring, saya tidak tahu alasannya. Saya tegaskan  akan minta ganti jika yang bersangkutan
memecahkan/merusak barang baik sengaja atau tidak sengaja. (Kenyataanya saya
tidak pernah meminta ganti.)

Sebagai ibu bekerja yang terikat dengan aturan perusahaan dan
tidak banyak memberi toleransi terlambat atau tidak masuk, ketergantungan saya
pada pembantu sangat tinggi. 2 pembantu   untuk menjaga 2 anak. Saat anak-anak tidur ada
adik saya yang mengawasi, barulah kedua pembantu saya mengerjakan pekerjaan
rumah. Bersih-bersih. Tanpa memasak. Kecuali memasak untuk mereka sendiri. Saya
selalu memberikan uang belanja. Dan kedua pembantu memilih tidak masak tapi
jajan dengan uang belanja yang saya berikan karena mereka tahu saya dan suami
tidak makan masakan di rumah. Begitu juga adik saya.

Kalau adik saya tidak ada, salah satu pembantu menjaga
anak-anak yang tidur dan yang satu mengerjakan pekerjaan rumah. Pokoknya
bergantian. Masalah mulai timbul ketika orang tua salah satu pembantu sakit. Saya
ijinkan pulang 3 hari dan memberi transport PP. kenyataannya 5 hari baru
kembali, alasannya ditahan tidak boleh pulang.

Satu bulan kemudian orang tua pembantu yang bulan lalu sakit,
bulan ini meninggal. Karena kedua pembantu saya sepupu, keduanya minta pulang. Dengan
harapan mereka kembali, saya memberikan keduanya transport PP. lagi-lagi ijin 3
hari, 7 hari baru kembali. Tapi tidak apa-apa yang penting mereka kembali.

Menjelang pertengahan tahun, sulung saya sudah duduk di TK.
Masa liburan sekolah. Saya berencana cuti. Para pembantu mendengar rencana cuti
saya, mereka minta ijin pulang dengan alasan kan ibu cuti. Karena memang kalau
saya di rumah akhir pekan. Semua pekerjaan saya ambil alih yang berkaitan
dengan mengurus anak, mulai dari 
memandikan, memberi makan, mengasuh, bermain. Pokoknya sesudah
membereskan pekerjaan rumah kedua pembantu tidak bekerja apa,-apa selain nonton
tv.

Setelah saya pikir-pikir, akhirnya saya ijinkan dengan
catatan hanya 5 hari. Sabtu sore sudah harus kembali karena Senin si sulung
sudah sekolah. Senang juga sih menghabiskan cuti dengan keluarga tanpa orang
lain. Pada dasarnya saya tidak pernah berkeberatan dengan semua pekerjaan
rumah. Mulai dari mencuci, memasak, mengepel, mengganti seprei. semua saya
nikmati. Saat saya melakukan semua itu anak-anak kalau tidak tidur, yang di
asuh bapaknya.

Kesabaran saya di uji lagi. Kedua pembantu saya kembali Senin
pagi. Minggu malam, semua pakaian dan perkakas mereka sudah saya masukkan dalam
kardus indomie dan saya letakan di teras. Saya tidak mau menerima mereka
kembali dan mereka tidak saya ijinkan masuk ke rumah saya lagi. Jadi waktu
Senin pagi di saat saya pontang panting meyiapkan sulung untuk sekolah,
persiapan saya menitipkan si bungsu ke kakak saya, saya sudah tidak mau
memperpanjang urusan dengan mereka. Keduanya datang dengan mengajak laki-laki
yang diaku kakaknya karena ingin menagih uang gaji  30 % yang saya tahan.

Saya tanya uang apa?  masih
ingat kesepakatan kerja? Belum lagi 4 bulan sudah 3 kali pulang kampung dengan transport
dari saya? Saya tidak tahu kedua pembantu menceritakan apa,  si laki-laki yang diakui sebagai kakak
meradang. Menuduh saya memakan uang keringat kedua adiknya.

Saya balik marah dan saya katakan, Salah besar! Kedua
pembantu ini yang memakan uang keringat saya. Apa yang mereka kerjakan tidak
sebanding dengan uang yang saya bayarkan. Bagaimana kamu bisa menuduh saya
makan keringat mereka? Yang punya uang saya.

Si laki-laki itu mengatakan akan membawa hal ini ke polisi
dan akan memasukkan ke Koran. Saya tertawa, saya bilang tidak usah repot-repot,
sekarang juga kita ke kantor polisi dan saya laporkan balik kalau kalian
memeras saya. Laki-laki itu diam dan akhirnya mengajak dua pembantu saya dan
bungkusannya pergi meninggalkan rumah saya.

Saya memilih berhenti bekerja daripada tidak ada yang
mengurus anak-anak. Karena kasihan kalau yang mengurus mereka berganti-ganti.
Saat saya mempertimbangkan berhenti kerja, supir bos saya dikantor
memberitahukan kalau kakaknya ibu rumah tangga, biasa mengasuh anak dan
tinggalnya tidak jauh dari rumah saya.

Singkat cerita, sayapun mempekerjakan kakak dari supir bos
saya di kantor. Sampai bungsu saya sekolah. Hampir tiga setengah tahun. Lalu
saya berhenti berkerja sebagai karyawan tetap. Anak-abak saya asuh sendiri, tapi
tidak sampai setahun karena  saya mulai
kerja part time, saya memerlukan juga orang untuk menjaga anak-anak saat saya
tidak di rumah walau cuma sebentar. Akhirnya saya memperkerjakan pembantu
pulang hari. Pembantu datang jam 12 dan pulang setelah saya tiba di rumah.
Antara pukul 18.00-19.00 atau sampai salah satu,  saya atau suami tiba di rumah lebih dulu.

Sekarang anak saya sudah kelas 3 dan 6 SD. Saya masih kerja
part time tapi tidak lagi menggunakan pembantu. Karena keduanya sudah bisa di
tinggal di rumah berdua. Ketika mereka pulang sekolah, makan siang sudah
tersedia. Mereka tahu apa yang harus dilakukan setiap pulang sekolah, mandi,
ganti baju, makan lalu tidur. Biasanya saya pulang saat mereka masih tidur. Ketika
keduanya bangun tidur sore, saya sudah di rumah mempersiapkan makan malam buat
mereka, menemani mereka belajar, saat 
sauami saya pulang, kita makan malam sama-sama. Lalu istirahat
bersama-sama.

Lewat tulisan ini saya cuma ingin berbagi pengalaman
mempunyai asisten RT. Harus diakui keberadaan asisten RT sangat membantu
terutama saat bekerja fulltime. Mereka
memang diperlukan tapi perlu ketegasan dari kita yang menggunakan jasa mereka. Kondisi
mereka yang sekarang sudah menggunakan HP, ambil positifnya. Kita mudah
menghubungi mereka. Tapi tekankan tidak boleh bermain HP saat bekerja yang
memerlukan konsentrasi, seperti memasak dan mencuci. Boleh ngobrol lewat HP
pada jam-jam tidak bekerja alias jam istirahat. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Icha Koraag Jakarta 29 Maret 2012.

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Parenting Zone

Family and home

Tips for mom

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Learn about issues

Find support

Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: