Senin, 26 Maret 2012

[daarut-tauhiid] Kisah Seorang Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Orang

Kisah Seorang Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Orang

Kamis, 01 Maret 2012

Oleh: Mustamid

SI SUATU tempat di Prancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada
seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim. Ia
adalah orangtua yang menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko
tersebut terletak di sebuah apartemen di mana salah satu penghuninya
adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak bernama "Jad"
berumur 7 tahun.

Jad, si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi toko tempat di mana
Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah. Setiap kali hendak
keluar dari toko –dan Ibrahim dianggapnya lengah– Jad selalu mengambil
sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya.

Pada suatu hari usai belanja, Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika
mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim memanggilnya dan memberitahu
kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat sebagaimana kebiasaannya. Jad
kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak mengetahui apa yang ia
lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut jika saja
Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya.

"Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil sesuatu
tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah
sepotong cokelat, itu adalah milikmu", ujar Jad sebagai tanda
persetujun.

Waktu berlalu, tahun pun berganti dan Ibrahim yang seorang Muslim kini
menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab bagi Jad si anak Yahudi

Sudah menjadi kebiasaan Jad saat menghadapi masalah, ia selalu datang
dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan setiap kali Jad selesai
bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari laci,
memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya
secara acak. Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua
lembar darinya, menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi
dari permasalahan Jad.

Beberapa tahun pun berlalu dan begitulah hari-hari yang dilalui Jad
bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang tua dan tidak berpendidikan
tinggi.

14 Tahun Berlalu

Jad kini telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun,
sedangkan Ibrahim saat itu berumur 67 tahun.

Alkisah, Ibrahim akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah
menyimpan sebuah kotak yang dititipkan kepada anak-anaknya di mana di
dalam kotak tersebut ia letakkan sebuah buku yang selalu ia baca
setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya. Ibrahim berwasiat agar
anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai hadiah untuk Jad,
seorang pemuda Yahudi.

Jad baru mengetahui wafatnya Ibrahim ketika putranya menyampaikan
wasiat untuk memberikan sebuah kotak. Jad pun merasa tergoncang dan
sangat bersedih dengan berita tersebut, karena Ibrahim-lah yang selama
ini memberikan solusi dari semua permasalahannya, dan Ibrahim lah
satu-satunya teman sejati baginya.

Hari-haripun berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu
teringat Ibrahim. Kini ia hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang
selalu ia buka, di dalamnya tersimpan sebuah buku yang dulu selalu
dibaca Ibrahim setiap kali ia mendatanginya.

Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembaran buku itu, akan tetapi kitab
itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak bisa
membacanya. Kemudian ia pergi ke salah seorang temannya yang
berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar dari
kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang
selalu memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia
datang berkonsultasi.

Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan menerangkan makna dari
dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa yang dibaca oleh
temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang dialami Jad
kala itu. Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah
menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya
sesuai apa yang ia baca dari kitab tersebut.

Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa penasaran ini
bertanya, "Buku apa ini?"

Ia menjawab, "Ini adalah Al-Qur'an, kitab sucinya orang Islam!"

Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub,

Jad lalu kembali bertanya, "Bagaimana caranya menjadi seorang muslim?"

Temannya menjawab, "Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!"

Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu mengucapkan Syahadat,
ia pun kini memeluk agama Islam!

Islamkan 6 juta orang

Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti namanya
menjadi Jadullah Al-Qur'ani sebagai rasa takdzim atas kitab Al-Qur'an
yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya
selama ini. Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan menghabiskan sisa
hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur'an.

Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur'an serta memahami isinya,
dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa hingga berhasil mengislamkan
enam ribu Yahudi dan Nasrani.

Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur'an hadiah dari
Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta
dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua Afrika, nampak di
atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu
tertuliskan ayat :

((اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ...!!))

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik!!..." [QS. An-Nahl; 125]

Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan
untuk melaksanakannya.

Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi
berdakwah ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya,
Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani),
Uganda serta negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan
lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu
suku, belum dengan suku-suku lainnya.

Akhir Hayat Jadullah

Jadullah Al-Qur'ani, seorang Muslim sejati, da'i hakiki, menghabiskan
umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di negara-negara
Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang.

Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya sempat sakit. Kala itu
beliau berumur 45 tahun, beliau wafat dalam masa-masa berdakwah.

Kisah pun belum selesai

Ibu Jadullah Al-Qur'ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia
adalah wanita berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi.
Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal
Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.

Sang ibu bercerita bahwa –saat putranya masih hidup– ia menghabiskan
waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan
putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam cara,
dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan
tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi
Yahudi. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan
tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak
lain karena Islamlah satu-satunya agama yang benar.

Yang menjadi pertanyaannya, "Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?"

Jadullah Al-Qur'ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17
tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: "Hai orang kafir!"
atau "Hai Yahudi!" bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berucap:
"Masuklah agama Islam!"

Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya
tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua
Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah agama.
Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar
terikat dengan akhlak Al-Qur'an.

Kemudian dari kesaksian Dr. Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang
Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di London dalam
membahas problematika Darfur serta solusi penanganan dari
kristenisasi, beliau berjumpa dengan salah satu pimpinan suku Zolo.
Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur'ani?, ia
menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan
oleh Jadullah Al-Qur'ani.

Subhanallah, akan ada berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam
melalui orang-orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani. Dan
Jadullah Al-Qur'ani sendiri memeluk Islam melalui tangan seorang
muslim tua berkebangsaan Turki yang tidak berpendidikan tinggi, namun
memiliki akhlak yang jauh dan jauh lebih luhur dan suci.

Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur'ani, kisah ini merupakan
kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis terjemahkan dari
catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki sebagai "Syaikh Kaum
Revolusioner Mesir". Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar dan anggota
Lembaga Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah insiden di Kairo
pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam.

Kisah nyata ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh
fitnah seperti ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan
lagi cara dakwah Qur'ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim
sesat, menyatakan bid'ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah
sesama muslim.

Dulu da'i-da'i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan
mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah
Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik? Bukankah kita
hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja? Sedangkan
masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali
tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui
kadar iman yang dimiliki setiap orang.

Mari kita renungi kembali surat Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah
swt. kepada Nabi Musa dan Harun –'alaihimassalam– saat mereka akan
pergi mendakwahi fir'aun. Allah berfirman,

((فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى))

"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut."

Bayangkan, Fir'aun yang jelas-jelas kafir laknatullah, namun saat
dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang
lemah lembut, tanpa menyebut dia Kafir Laknatullah! Lalu apakah kita
yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa
dan Nabi Harun? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari
Fir'aun, di mana Al-Qur'an pun merekam kekafirannya hingga kini?

Lantas alasan apa bagi kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan
metode Al-Qur'an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi
menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?

Maka dalam dakwah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara
kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini.

Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa
jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga
ia masuk Islam.

Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun
Allah berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat hidayah dan
akhirnya memeluk Islam. Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi
di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati
dalam keadaan kafir. Na'udzubillah tsumma Na'udzubillahi min Dzalik.

Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong
dan angkuh serta merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau
menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam
–'alaihissalam–. Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah
dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang
kafir yang rendah hati. Segalanya tiada yang mustahil bagi Allah!

Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah kita peluk ini, dan
jangan pernah mencibir ataupun "menggerogoti" akidah orang lain yang
juga telah memeluk Islam serta bertauhid. Kita adalah saudara seislam
seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling melindungi akidah
sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa berjuang
bahu-membahu demi perkara yang baik-baik saja. Wallahu Ta'ala A'la Wa
A'lam Bis-Shawab.*


Penulis adalah mahasiswa Program Licence Universitas Al-Azhar Kairo
Konsentrasi Hukum Islam. Facebook; Mustamid

sumber;
http://www.hidayatullah.com/read/21434/01/03/2012/kisah-seorang-yahudi-yang-mengislamkan-jutaan-orang.html#.T25Gg_Hm3fs.mailto


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: