Selasa, 27 Maret 2012

[daarut-tauhiid] Aqidah Para Ulama tentang turunnya Nabi Isa 'alaihissalam

 

Aqidah Para Ulama tentang turunnya Nabi Isa 'alaihissalam

Diangkatnya Nabi Isa dan akan turunnya beliau di akhir zaman merupakan aqidah
para shahabat, para tabi'in, para ulama serta para imam Ahlus Sunnah sepanjang
zaman.

Ibnu Katsir berkata: "Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah bahwa Nabi
Isa akan turun sebelum hari kiamat sebagai imam yang adil dan hakim yang
bijaksana (Tafsir Ibnu Katsier, juz 7 hal. 223)

Berkata Shiddiq Hasan Khan: "Hadits-hadits tentang turunnya Isa sangat banyak.
Telah disebutkan oleh Imam Asy-Syaukani, di antaranya ada 29 hadits antara
shahih, hasan dan hadits lemah yang terdukung. Di antaranya ada yang disebut
bersama kisah Dajjal, ada pula yang disebut bersama hadits-hadits tentang Imam
Mahdi, ditambah lagi atsar-atsar yang diriwayatkan oleh para shahabat yang tentunya
memiliki hukum marfu' sampai kepada Rasulullah, karena perkara Dajjal bukanlah
masalah ijtihad". Kemudian beliau menyebutkan semua hadits tentang Dajjal.
Setelah itu beliau berkata: "Seluruh apa yang kami nukilkan ini telah mencapai
derajat mutawatir sebagaimana dipahami oleh orang-orang yang memiliki ilmu"
(Al-Idza'ah, hal. 160, melalui nukilan Yusuf al-Waabil dalam Asyratu as-Sa'ah)

Telah ditulis oleh para ulama hadits tentang Isa, ternyata didapati dari 25
para shahabat dinukil dari mereka oleh 30 tabiin dan dinukil dari tabi'in oleh
atba'ut tabi'in lebih banyak lagi.

Berkata Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq al'Adhim Abadiy: "Telah mutawatir
berita-berita dari Nabi tentang turunnya Isa dari langit dengan jasadnya ke
bumi ketika telah dekat hari kiamat. Ini merupakan madzhab ahlus sunnah. (Aunul
Ma'bud, 11/457)

Berkata Syaikh Ahmad Syakir: "Turunnya Isa di akhir zaman adalah perkara yang
tidak diperselisihkan sedikit pun oleh kaum muslimin, karena tersebutnya
berita-berita yang shahih dari Nabi tentangnya. Ini perkara yang sudah
dimaklumi dalam agama secara aksiomatis, dan tidak beriman orang yang
mengingkarinya. (Footnote Tafsir ath-Thabari dengan tahqiq Mahmud Syakir, cet.
Daarul Ma'arif, Mesir, juz 6 hal. 460)

Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani: "Ketahuilah bahwa hadits-hadits
tentang Dajjal, dan turunnya Isa adalah berita-berita yang mutawatir, waka kita
wajib beriman dengannya. Jangan tertipu dengan orang-orang yang menyatakan
hadits-hadits tersebut adalah hadits ahad, karena mereka adalah orang-orang
yang bodoh tentang ilmu ini. Tidak ada di antara mereka yang menelusuri dan
meneliti hadits-hadits tersebut dengan jalan-jalannya. Kalau saja ada yang mau
menelitinya, niscaya dia akan mendapati hadits-hadits tentang ini mutawatir,
sebagaimana telah dipersaksikan oleh para ulama seperti Ibnu Hajar dan
lain-lainnya.

Sungguh sangat disayangkan munculnya orang-orang yang lancang, terlalu berani
berbicara pada perkara-perkara yang bukan pada bidangnya. Apalagi urusannya
adalah urusan aqidah dan agama. (Takhrij Syaikh al-Albani terhadap Syarh Aqidah
ath-Thahawiyah oleh Ibnu Abil Izzi al-Hanafi, hal. 501)

Para ulama memasukkan masalah turunnya Isa dalam kitab-kitab aqidah dan
prinsip-prinsip sunnah yang mereka susun seperti Abu Ja'far ath-Thahawi dalam
Aqidah ath-Thahawiyah, Abu Bakar Muhammad bin Husein al-Aajurri dalam
asy-Syari'ah dan Imam Ahmad dalam ushuulus Sunnahnya.

Berkata Qadli 'Iyad: "Turunnya Isa dan dibunuhnya Dajjal olehnya adalah haq dan
shahih menurut para ulama ahlus sunnah, karena hadits-hadits yang shahih dalam
masalah ini. Dan tidak ada sesuatu pun yang bisa diingkari dalam syari'at
maupun dalam akal yang sehat. Maka Wajib menetapkannya. (Lihat Syarh Shahih
Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 18, hal. 75)

Bantahan
terhadap para pengingkar dengan alasan bahwa Rasulullah adalah penutup para
nabi.

Berkata Imam Nawawi: "Perkara ini telah diingkari oleh sebagian mu'tazilah,
aliran Jahmiyah dan orang-orang yang mencocoki mereka dengan menganggap bahwa
hadits-hadits ini tertolak dengan ayat Allah:
 
Dan dia adalah penutup para nabi.
(al-Ahzaab: 40)

Dan dengan ucapan Nabi:

Tidak ada nabi setelahku. (HR. Muslim)

Dan dengan ijma' kaum muslimin bahwa tidak ada nabi setelah nabi kita Muhammad.
Dan bahwasanya syariat Islam ini kekal sampai hari kiamat dan tidak dimansuhkan
(tidak dibatalkan).

Ini adalah pendalilan yang rusak, karena tidaklah yang dimaksud dengan turunnya
Isa adalah turun sebagai Rasul yang membawa syariat yang baru, yang membatalkan
syariat kita. Tidak ada dalam hadits-hadits ini maupun yang lainnya dalil yang
menunjukkan hal tersebut. Bahkan telah shahih hadits-hadits tersebut dan dalam
Kitabul Iman dan lain-lainnya bahwa Nabi Isa turun sebagai hakim yang adil
dengan hukum syariat kita. Dan menghidupkan perkara-perkara syariat-syariat
kita yang sudah mulai ditinggalkan oleh manusia. (Syarh Shahih Muslim, Imam
Nawawi, juz 18, hal. 278)

Imam adz-Dzahabi memasukkan Isa dalam kitabnya Tajridu As-mai ash-Shahabah
(tentang nama-nama shahabat Nabi), kemudian beliau berkata: "Isa adalah seorang
shahabat dan sekaligus seorang nabi. Karena ia sempat bertemu dan melihat Nabi
pada malam Isra' dan Mi'raj. Maka beliau adalah shahabat Rasulullah yang paling
terakhir wafatnya. (Tajridu Asmai ash-Shahabah Hal. 432; melalui nukilan Yusuf
al-Waabil dalam Asyrathu as-Sa'ah, hal. 356)

Berkata Imam al-Qurthubi: "Suatu kaum berpendapat bahwa dengan turunnya Isa
berarti akan terangkat beban syariat (nabi Muhammad–pen.), karena Isa turun
sebagai Rasul yang terakhir di zaman tersebut, memerintahkan mereka dengan
wahyu dari Allah. maka tentunya yang ini adalah batil dan tertolak karena Allah
menyatakan bahwa Rasulullah adalah penutup para nabi (dalam Q.S. al-Ahzaab ayat
40). Dan juga terbantah dengan hadits: "Tidak ada nabi setelahku" (Shahih
Muslim) dan hadits: "Saya adalah penutup" (Shahih Bukhari). Yang dimaksud
adalah beliau adalah nabi terakhir dan penutupnya".

Oleh karena itu jangan dianggap bahwa Isa turun sebagai rasul dengan syariat
yang baru selain syariat Rasulullah. Bahkan beliau turun sebagai pengikut Nabi
Muhammad sebagaimana dikabarkan dalam hadits, ketika Rasulullah bersabda kepada
Umar:

"Jika saja Musa masih hidup, niscaya tidak ada pilihan lain baginya kecuali
mengikutiku".

Maka turunnya Isa dalam keadaan telah mengetahui perintah Allah sejak di langit
sebelum turunnya. Yaitu mengetahui ilmu syariat ini untuk menghukumi di antara
manusia dan beramal bagi dirinya. Maka berkumpullah orang-orang beriman
mengikutinya dan dia menghukumi mereka dengan syariat Islam. (at-Tadzkirah,
hal. 67-68, melalui nukilan Yusuf al-Waabil dalam Asyrathu as-Sa'ah, hal.
360-361).

Bantahan bagi para pengingkar dengan alasan ayat Allah dalam surat Ali Imran
ayat 55: Inni Mutawaffiika

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: "Adapun ucapan Allah yang menyatakan:
 
Ketika Allah berfirman kepada
Isa: "Aku me"wafat"kanmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta mensucikanmu dari
orang-orang kafir…(Ali Imran: 55)
bukanlah berarti mematikan Isa, karena kalau yang dimaksudkan adalah kematian,
maka berarti Isa sama dengan orang-orang mukmin lainnya, yakni dicabutnya ruh
mereka dan dibawanya ke langit. Hal ini berarti Nabi Isa tidak memiliki
keistimewaan apapun. Demikian pula ucapan Allah "wa muthahiruka minaladziina
kafaru", kalau ruhnya terpisah dari jasadnya berarti jasadnya tetap di bumi
seperti badannya para nabi yang lain…. (Majmu' Fatawa, juz IV hal. 322-323)

Berarti jasadnya tetap disalib dan dihinakan oleh orang-orang kafir, yang
tentunya berarti tidak disucikan dari orang-orang kafir dan ini adalah
mustahil. Karena Allah dalam ayat di atas menyatakan "Dan Aku mensucikanmu dari
orang-orang kafir".

Bahkan kalimat wafat dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, karena diambil
dari kata-kata qaabiduka yang bermakna menggenggam atau mengambil. Maka bisa
bermakna mengambil ruh dan jasadnya (seperti Isa), atau mengambil ruh tanpa
jasadnya (yaitu kematian) atau mengambil kesadarannya dalam keadaan ruh dan
jasadnya masih di tempatnya (yakni ketika tidur) sebagaimana Allah pergunakan
kalimat wafat dalam ayat-ayat berikut:

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya …(az-Zu-mar: 42)

Dan Dialah yang "menidurkan"mu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan pada siang hari… (al-An'aam: 60)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selanjutnya: "…Oleh karena itu berkata
para ulama bahwa makna mutawaffiika adalah qaabidluka (mengambil kamu), yakni
mengambil ruh dan jasadmu. Tidak mesti lafadz tuwaffa bermakna mengambil ruh
saja tanpa jasad. Tidak mesti pula jasad dengan ruh bersama-sama. Keduanya
harus dipahami sesuai dengan konteks kalimatnya. (Majmu' Fatawa, juz IV hal.
323)

Kita katakan: bahwa konteks kalimat dalam ayat tentang Isa di atas sangat
jelas. Karena Allah menyebut seiring dengan kalimat wafat kalimat raafi'uka
yang bermakna mengangkatmu.

Ibnu Jarir ath-Thabari menafsirkan makna wafat dalam ayat di atas sebagai
berikut: "Yang lebih utama dari pendapat-pendapat ini untuk dikatakan shahih
menurut kami adalah ucapan yang berkata bahwa makna mutawaffiika adalah "Aku
memegangmu dan mengangkatmu (ruh dan jasadnya) kepada-Ku", karena mutawatirnya
hadits-hadits dari Rasulullah yang memberitakan bahwa Isa akan turun dan
membunuh Dajjal. (Tafsir ath-Thabari, juz 3, hal. 291)

Sumber: www.salafy.or.id
 
Tambahan keterangan:
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Tidak akan terjadi hari kiamat
hingga Nabi Isa 'alaihissalam turun (ke bumi) menjadi seorang hakim yang
bijaksana dan pemimpin yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi-babi,
meletakkan upeti, harta melimpah-ruah hingga tidak ada seorangpun yang menerimanya."

Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya
no. 10001 dan 10522; Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Kitabul Buyu' bab
Qatlil Khinziri no. 2222, Kitabul Mazhalim bab Kasri Ash-Shalib wa Qatlil
Khinziri no. 2476, Kitab Ahaditsil Anbiya` bab Nuzuli 'Isa bin Maryam no. 3448,
3449; Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Kitabul Iman bab Nuzuli Isa bin Maryam
Hakiman Bisyariati Nabiyyina Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam no. 242;
Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu dalam Kitabul Fitan 'an Rasulillah, no. 2233;
Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu dalam Kitabul Malahim no. 3766; Ibnu Majah
rahimahullahu dalam Kitabul Fitan no. 6048. (CD Program Mausu'atul Hadits
Asy-Syarif Al-Kutubut Tis'ah, Fathul Bari, Syarh An-Nawawi cet. Darul Hadits)
 
Hikmah turunnya Nabi Isa
'alaihissalam pada waktu yang dekat dengan hari kiamat dan bukan waktu yang
lainnya.

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu dalam kitabnya At-Tadzkirah (hal.
562-563) menyebutkan beberapa kemungkinan:

Pertama: Keinginan
orang-orang Yahudi untuk membunuh dan menyalibnya. Dan perkara ini berjalan
sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'ala beritakan dalam Al-Qur`an, mereka
mengaku telah membunuh Nabi Isa 'alaihissalam, menisbahkan sihir dan perkara
yang Allah Subhanahu wa Ta'ala tiadakan (dan Allah Subhanahu wa Ta'ala sucikan
beliau dari semua itu), kepada beliau 'alaihissalam. Kemudian Allah Subhanahu
wa Ta'ala menurunkan kepada mereka kehinaan sejak mulia dan nampaknya Islam.
Hal ini berlanjut hingga saat dekatnya hari kiamat. Kemudian muncullah Dajjal
sebagai tukang sihir yang paling utama. Orang-orang Yahudi kemudian membaiatnya
hingga pada akhirnya kaum muslimin memerangi mereka dan tidak mereka dapati
tempat persembunyian hingga pohon, batu, maupun dinding pun menyerukan tempat
di mana mereka bersembunyi. Hingga mereka dihadapkan kepada dua perkara: masuk
Islam atau dibunuh. Dan begitulah yang berlaku atas setiap orang kafir dari
semua golongan, hingga tidak tertinggal di muka bumi ini seorang kafir pun.

Kedua: turunnya Nabi
Isa 'alaihissalam menunjukkan pada dekatnya ajal beliau, bukan dalam rangka
membunuh Dajjal. Karena tidak sepantasnya bagi makhluk yang diciptakan dari
tanah untuk meninggal di langit. Akan tetapi perkaranya berjalan sebagaimana
yang Allah Subhanahu wa Ta'ala firmankan:

"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya
Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada
kali yang lain." (Thaha: 55)

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan Nabi Isa 'alaihissalam
untuk dikuburkan di bumi sebagaimana para nabi yang lain. Itulah sebab
diturunkannya Nabi Isa 'alaihissalam, meskipun bersamaan di waktu itu muncul
Dajjal.

Ketiga: didapatkan
dalam Injil tentang keutamaan umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
sebagaimana yang tersebut dalam ayat:

"Demikianlah sifat-sifat mereka (umat Muhammad) dalam Taurat
dan sifat-sifat mereka dalam Injil." (Al-Fath: 29)

Kemudian Nabi Isa 'alaihissalam berdoa agar Allah Subhanahu wa
Ta'ala menjadikan dirinya termasuk dari umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala pun mengabulkan doanya, kemudian
mengangkatnya ke langit sampai diturunkannya kembali pada akhir zaman sebagai
seorang mujaddid (pembaharu) agama Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bersamaan itu pula muncullah Dajjal dan beliau pun membunuhnya.

Para ulama berselisih pendapat
dalam menanggapi lafadz Al-Masih hingga mencapai 23 pendapat. Di antaranya:

1. Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma menyatakan:
"Tidaklah beliau mengusap seseorang yang berpenyakit kecuali
sembuh. Tidak pula mayat kecuali hidup kembali."

2. Dinamai Al-Masih karena bagusnya wajah beliau (tampan)
karena kata Al-Masih secara bahasa bermakna wajah yang tampan.

3. Ada yang berpendapat dinamai Al-Masih karena beliau mengembara.
Kadang berada di Syam, di Mesir, menyusuri pantai dan lain-lain.

4. Al-Hafizh Abu Nu'aim rahimahullahu dalam kitabnya Dala`ilun
Nubuwwah menjelaskan:
"Ibnu Maryam dinamai Al-Masih, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala
menghapuskan dosa-dosa darinya."

Pada tempat lain beliau berkata: "Dinamai demikian karena Jibril
'alaihissalam mengusap beliau dengan barakah. Hal ini sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala:

"Dan Dia menjadikan aku sebagai seorang yang diberkati di mana
saja aku berada." (Maryam: 31)

Wallahu a'lam bish-shawab, wal 'ilmu 'indallah.
 
Sumber: www.asysyariah.com diringkas dari artikel berjudul "Isa Al-Masih 'alaihissalam
Mengikuti Syariah Islam dan Bukan Menghapusnya"

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: