Senin, 26 Maret 2012

[daarut-tauhiid] Senyuman Dalam Kepedihan

 

Senyuman Dalam Kepedihan

By: Muhamad Agus Syafii

Siang itu saya mendapatkan janji untuk bertemu dengan seorang perempuan separuh baya di Rumah Amalia. Wajahnya nampak selalu tersenyum namun dalam hati tersimpan kepedihan yang mendalam. 'Saya sebenarnya sudah bercerai,' begitu tutur perempuan itu tentang perjalanan hidupnya. 'Saya menggugat cerai suami saya dalam proses yang panjang dan melelahkan. Orang tuanya dan dia sangat berharap bisa mengasuh Bima, putra kami sebab bagi mereka. Laki-laki adalah penerus keturunan. Perempuan hanyalah dianggap sebagai 'konco wingking' (teman dibelakang). ' Ucapnya menghela napas panjang. 'Kelima saudara laki-lakinya semuanya hanya memiliki anak perempuan. Satu-satunya garis keturunannya yang memiliki anak laki-laki hanyalah kami yaitu Bima.' Wajahnya terlihat tegar. 'Perempuan mana yang tidak ingin minta cerai? Setiap gajian, dia simpan sendiri. Sementara untuk kehidupan sehari-hari dari gaji saya, untuk membantu orang tua dan adik-adik, saya harus sembunyi-sembunyi
untuk mengirimkan pada mereka.' Tutur perempuan itu. Tak lama kemudian dia meminum teh hangat yang sudah sejak tadi telah disediakan. "Barangkali gaji bapak untuk keperluan yang lebih utama seperti rumah, peralatan?' tanya saya.

'Benar Mas Agus, gajinya memang buat bayar kreditan rumah. Rumah itu sekarang dia yang meninggalinya. Sementara saya dan Bima tinggal dikontrakan.Saya dan Bima kabur dari rumah. Sejak itu dia tidak pernah mau peduli terhadap nasib kami berdua. Bahkan setiap apapun yang hendak ingin dilakukan untuk kepentingan istri dan anaknya sendiri dia selalu meminta izin ibunya. Itulah yang tidak saya suka mas,' ucapnya. Air matanya mengalir tak mampu disembunyikan kesedihan hatinya. Dalam hati saya berpikir bahwa perempuan ini mengalami problem yang begitu berat. Problem klasik antara menantu dan mertua. Memang agak jarang saya mendengar menantu laki-laki bertengkar dengan mertua laki-laki atau menantu laki-laki bertengkar dengan mertua perempuannya namun saya hampir sering mendengar menantu perempuan bertengkar dengan mertua perempuannya. Mungkin alasan yang utama mertua perempuan merasa lebih tahu segalanya daripada menantu perempuannya, maka terlihatlah mertua
perempuan cerewet bila bertemu dengan menantu perempuannya. 'Apakah Ibu pernah kemukakan perasaan ibu pada bapak?' tanya saya. 'Sudah Mas Agus dan itu tak merubah apapun.' ucapnya. 'Apa yang membuat Ibu jatuh cinta pada beliau?' tanya saya kembali. 'Suami saya itu tipe ideal, ganteng, tinggi, besar. Sifatnya jujur dan setia. Saya teringat waktu kami berpacaran dia begitu sayang pada saya. Setiap kali datang selalu membawakan makanan kesukaan saya. Dia membantu tugas-tugas kuliah, juga pekerjaan rumah, dia tidak pernah menyalahkan saya, apa lagi mencela kekurangan saya. Dimata saya, dia begtiu sempurna sebagai suami namun begitu menikah semua yang terlihat sempurna itu menjadi hilang.' tuturnya.

Saya memahami apa yang diucapkan, cintanya telah melukai hatinya, cintanya telah menenggelamkan hidupnya. 'Alhamdulillah Mas Agus, hakim telah mengabulkan gugatan cerai saya dan Bima dalam pengawasan saya sebagai ibunya. Saya tidak berharap apapun pada mantan suami saya.  'Ah, bagaimana dengan Bima, Bu?' ucap saya terlontar tanpa tersadari. Apakah Sang Ibu menyadari bahwa anaknya suatu saat membutuhkan teladan dan kebanggaan dari seorang ayah. Seorang ayah yang memberikan kehangatan bagi Bima, putranya. Pelukan kasih sayang, menemaninya bermain, menjemputnya ke sekolah atau membantunya mengerjakan PR. 'Suami saya berpesan, bila nanti Bima telah besar dan menanyakan tentang bapaknya, bilang aja sudah mati!' Tutur Sang Ibu tanpa raut muka berubah, betapa tipisnya batas cinta dan benci. Saya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun tentang apa yang telah dikatakannya. Begitulah orang tua tidak pernah mau mengerti kondisi anak-anaknya. Mengorbankan anak-anak
yang tumbuh dan berkembang yang membutuhkan cinta kasih, pelukan hangat, dukungan dan rasa aman bagi dirinya. Sedemikian mudahkah cinta itu tenggelam dalam perceraian? Tidak adakah jalan yang lebih baik? Saya menyarankan kepada beliau agar memberikan ruang untuk islah atau rujuk kembali karena rujuk adalah perbuatan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ucapan saya telah mampu membuat beliau nampak berpikir lama dan akhirnya menyanggupinya untuk memikirkan kemungkinan untuk rujuk kembali demi masa depan Bima, putra tercintanya.

Sampailah sebulan kemudian Ibu minta ketemu kembali, Katanya ada penting yang ingin disampaikannya, saya menyarankan agar ke Rumah Amalia. Malamnya di Rumah Amalia, saya dikejutkan dengan mobil hitam, terlihat Sang Ibu keluar bersama Bima putranya dan wajah lelaki yang ganteng mirip artis film tempo doeole Robi Sugara. Bima digandengnya. Tak lama Sang Ibu memberikan salam dan memperkenalkan laki-laki sudah terlihat berumur sebagai ayah kandung Bima. 'Ooo..'Ucap saya tanpa sadar.  Beliau menyampaikan bahwa dirinya, Bima dan suami berkumpul kembali. 'Rujuk demi anak adalah pilihan terbaik Pak Agus,' ucapnya, wajahnya yang begitu tegar tak lagi bisa menyembunyikan air mata yang keluar. Suaminya membenarkan tentang kesepakatannya untuk rujuk kembali. 'Kami yakin inilah kesepakatan yang diridhoi oleh Allah seperti yang dianjurkan oleh Pak Agus. Kami rujuk kembali' tutur suaminya. Malam gelap terasa indah. Suara anak-anak Amalia terdengar melantunkan
ayat-ayat suci al-Quran. Kebahagiaan mereka memilih jalan yang diridhoi oleh Allah juga saya rasakan. Subhanallah. "Dan perlakukanlah istri kalian dengan baik, kemudian bila kamu tidak menyukainya, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak"(QS: An-Nisaa':19).

--
Sahabatku, aminkan doa ini memohon agar Allah meringankan beban dan masalah keluarga. "Robbana la tu-akhidzan innasin aw akhtha'na, robbana wala tahmil 'alaina ishronkama hamaltahu 'alal ladzina min qablina robbana wa la tuhamilna ma la thaqatalana bihi, wa'fu anna waghfirlana fansurna 'ala qaumil kafirina."Ya tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami, jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kamijanganklah Engkau bebankan kami beban yang berat sebagai mana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami . Ya Tuhan kami jangan lah Engkau pikul klami kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya . beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami . Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir."(QS Al baqarah [2]:286).

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
--
Sahabatku yang "single" ingin segera menikah. Jangan berputus asa, memohonlah pd Allah maka Allah akan kirimkan jodoh yg terbaik dari sisiNya untuk anda. yuk..hadir di kegiatan "Secercah Harapan Untuk Amalia (CERIA)", Ahad, 15 April 2012. Jam 8 s.d 12 pagi di Rumah Amalia. Bila berkenan berpartisipasi dlm bentuk buku bacaan, DVD IPTEK, baju baru, peralatan sekolah, paket sembako, konsumsi silahkan kirimkan ke Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussyafii@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, http://www.twitter.com/agussyafii, http://agussyafii.blogspot.com/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: