Hari yang Lamanya Lima Puluh Ribu Tahun
http://www.eramusli
26 Mei 08 07:29 WIB
Oleh Ihsan Tandjung
Tokoh penuh hikmah Luqmanul Hakim pernah menasihati
anaknya. ��Anakku, hiduplah untuk duniamu sesuai
porsi yang Allah berikan. Dan hiduplah untuk akhiratmu
sesuai porsi yang Allah berikan.�� Tak seorangpun
tahu berapa lama jatah hidupnya di dunia fana ini. Ada
yang mencapai 60, 70 atau 80-an tahun. Ada yang bahkan
berumur pendek. Wafat saat masih muda beliau. Yang
pasti tak seorangpun bisa memastikan porsi umurnya di
dunia. Pendek kata Wallahu a'lam, Allah saja yang
Maha Tahu.
Adapun jatah hidup kita kelak di akhirat adalah tidak
terhingga. Kita insyaAllah bakal hidup kekal selamanya
di sana.
خَال��د��ينَ ����يهَا أَبَدًا
Alangkah senangnya bila hidup kekal tersebut dipenuhi
dengan kenikmatan surga. Namun, sebaliknya, alangkah
celakanya bila kehidupan abadi tersebut diisi dengan
siksa neraka yang menyala-nyala. ��Ya Allah, kami
mohon kepadaMu surgaMu dan apa-apa yang mendekatkan
kami kepadanya, baik ucapan maupun perbuatan. Ya
Allah, kami berlindung kepadaMu dari siksa nerakaMu
dan apa-apa yang mendekatkan kami kepadanya, baik
ucapan maupun perbuatan.��
Artinya, jika kita bandingkan lama hidup di dunia
dengan di akhirat, maka jatah hidup di dunia sangatlah
sedikit. Sedangkan hidup manusia di akhirat sangat
luar biasa lamanya. Praktis, hidup manusia di dunia
seolah zero time (nol masa waktu) dibandingkan hidup
di akhirat kelak. Wajar bila Nabi Muhammad shollallahu
'alaih wa sallam sampai mengibaratkan dunia bagai
sebelah sayap seekor nyamuk. Artinya sangat tidak
signifikan. Dunia sangat tidak signifikan untuk
dijadikan barang rebutan.
Orang beriman kalaupun turut berkompetisi atau
berjuang di dunia hanyalah sebatas mengikuti secara
disiplin aturan main yang telah Allah subhaanahu wa
ta'aala gariskan. Mereka tidak mengharuskan apalagi
memaksakan hasil. Sehingga bukanlah menang atau kalah
yang menjadi isyu sentral, melainkan konsistensi
(baca: istiqomah) di atas jalan Allah. Berbeda dengan
orang-orang kafir dan para hamba dunia lainnya. Mereka
tidak pernah peduli dengan aturan main Allah
subhaanahu wa ta'aala. Yang penting harus menang.
Prinsip hidup mereka adalah It's now or never (Kalau
tidak sekarang, kapan lagi...?!). Sedangkan prinsip
hidup orang beriman adalah If it's not now then it
will be in the Hereafter (Kalaupun tidak sekarang,
maka masih ada nanti di akhirat). Sehingga orang
beriman akan selalu tampil elegan, tidak norak ketika
terlibat dalam permainan kehidupan dunia. Sebab
kalaupun ia kalah di dunia, ia sadar dan berharap
segala usahanya yang bersih tersebut tidak menyebabkan
kekalahan di akhirat. Sementara kalau ia menang di
dunia ia sadar dan berharap segala amal ikhlasnya
bakal menyebabkan kemenangan di akhirat yang jauh
lebih menyenangkan.
Di antara perkara yang selalu membuat orang beriman
berlaku wajar di dunia adalah ingatannya akan hari
ketika manusia dibangkitkan. Saat mana setiap kita
bakal dihidupkan kembali dari kubur masing-masing lalu
dikumpulkan di Padang Mahsyar. Tanpa pakaian apapun di
badan dengan matahari yang jaraknya sangat dekat
dengan kepala manusia. Seluruh manusia bakal hadir
semua sejak manusia pertama, Adam alaihis-salaam,
hingga manusia terakhir. Semua menunggu giliran
diperiksa dan diadili orang per orang. Sebuah proses
panjang serta rangkaian episode harus dilalui sebelum
akhirnya tahu apakah ia bakal senang selamanya di
akhirat dalam surga Allah ataukah sengsara
berkepanjangan di dalam api neraka. Proses panjang
tersebut akan berlangsung lima puluh ribu tahun
sebelum jelas bertempat tinggal abadi di surgakah atau
neraka. Laa haula wa laa quwwata illa billah...!
Begitulah gambaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad
shollallahu 'alaih wa sallam:
عَنْ أَب��ي ه��رَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَس��ول�� اللَّه�� صَلَّى
اللَّه�� عَلَيْه�� وَسَلَّمَ
مَا م��نْ صَاح��ب�� كَنْز�� لَا
ي��ؤَدّ��ي حَقَّه�� إ��لَّا
ج��ع��لَ صَ��َائ��حَ ي��حْمَى
عَلَيْهَا ����ي نَار��
جَهَنَّمَ ��َت��كْوَى ب��هَا
جَبْهَت��ه�� وَجَنْب��ه��
وَظَهْر��ه�� حَتَّى يَحْك��مَ
اللَّه�� عَزَّ وَجَلَّ بَيْنَ
ع��بَاد��ه�� ����ي يَوْم�� كَانَ
م��قْدَار��ه�� خَمْس��ينَ أَلْ��َ
سَنَة�� م��مَّا تَع��دّ��ونَ
ث��مَّ ي��رَى سَب��يلَه�� إ��مَّا
إ��لَى الْجَنَّة�� وَإ��مَّا
إ��لَى النَّار�� (أحمد)
Abu Hurairah r.a.berkata bahwa, Rasulullah saw.
bersabda, "Tidak seorang pun pemilik simpanan yang
tidak menunaikan haknya (mengeluarkan hak harta
tersebut untuk dizakatkan) kecuali Allah akan
menjadikannya lempengan-lempengan timah yang
dipanaskan di neraka jahanam, kemudian kening dan dahi
serta punggungnya disetrika dengannya hingga Allah SWT
berkenan menetapkan keputusan di antara hamba-hambaNya
pada hari yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun
yang kalian perhitungkan (berdasarkan tahun dunia).
(Baru) setelah itu ia akan melihat jalannya, mungkin
ke surga dan mungkin juga ke neraka.�� (HR Ahmad
15/288)
Sungguh, suatu hari yang sulit dibayangkan! Apalagi
-karena matahari begitu dekat dari kapala manusia-
selama hari itu berlangsung manusia bakal basah dengan
keringat masing-masing sebanding dosa yang telah
dikerjakannya sewaktu di dunia. Ada yang keringatnya
hanya sampai mata kakinya. Ada yang mencapai
pinggangnya. Ada yang mencapai lehernya. Bahkan ada
yang sampai tenggelam dalam keringatnya. Hari itu
sedemikian menggoncangkan sehingga para sahabatpun
sempat resah. Mereka meminta kejelasan kepada Nabi
Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam. Mereka tidak
bisa membayangkan bagaimana akan sanggup melewati hari
yang begitu lamanya, yakni hingga lima puluh ribu
tahun. Maka Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa
sallam menenteramkan hati mereka dengan menjanjikan
adanya dispensasi khusus dari Allah subhaanahu wa
ta'aala bagi orang beriman pada hari itu:
ق��يلَ ل��رَس��ول�� اللَّه��
صَلَّى اللَّه�� عَلَيْه��
وَسَلَّمَ يَوْمًا كَانَ
م��قْدَار��ه�� خَمْس��ينَ أَلْ��َ
سَنَة�� مَا أَطْوَلَ هَذَا
الْيَوْمَ ��َقَالَ رَس��ول��
اللَّه�� صَلَّى اللَّه��
عَلَيْه�� وَسَلَّمَ وَالَّذ��ي
نَ��ْس��ي ب��يَد��ه�� إ��نَّه��
لَي��خَ��َّ���� عَلَى
الْم��ؤْم��ن�� حَتَّى يَك��ونَ
أَخَ��َّ عَلَيْه�� م��نْ
صَلَاة�� مَكْت��وبَة��
ي��صَلّ��يهَا ����يَّ
الدّ��نْيَا(أحمد)
Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw:��Sehari
seperti lima puluh ribu tahun… Betapa lamanya hari
itu!�� Maka Rasulullah saw bersabda:��Demi jiwaku
yang berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya hari
itu dipendekkan bagi mu'min sehingga lebih pendek
daripada sholat wajibnya sewaktu di dunia.�� (HR
Ahmad 23/337)
Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Ya Allah, masukkanlah
kami ke dalam golongan orang beriman sejati sehingga
kami sanggup menjalani hari yang tidak ada naungan
selain naunganMu. Amin.-
____________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar