Selasa, 17 Juni 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2048

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (14 Messages)

Messages

1a.

Re: (CATHAR) Dingklik

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Tue Jun 17, 2008 1:30 am (PDT)

Mas Sis, kalo saya seorang prodeser film
minimal sinetron seperti keluarga Punjabi
maka saya akan buat cerita/film/sinetron berdasarkan
cerita dari Mas Sis ini.

Saya pikir Aji itu istimewa/unik/beda.
Terbukti dari tulisannya yang berbeda,
dan dia juga pemerhati
ketika semua orang tidak perduli
pada jalanan yang rusak
justru Aji berfikir ke sana

Saya yakin Aji punya bakat istimewa
sepertinya saya juga pernah
berinteraksi dengan anak2 yang berkarakter sama
seperti Aji ini (Psstt... gini2 saya pernah jadi guru, mas. Hehehe)

Terimaksih ya mas Sis
sudah berbagi

(padahal saya berharap, hadiah yang diterima Aji
lebih dari sekedar Dingklik) Hehehe

Salam Kehidupan
DANI

PS: Mungkin lain kali, lombanya bisa ditambah misalnya membaca arti
ayat2 Al Qur'an dengan bahasa Inggris, Mas ^_^

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "sismanto" <siril_wafa@...> wrote:
>
> Dingklik
> Penulis:
> Sismanto
> Email: sirilwafa @ gmail.com
>
> Di akhir tahun pembelajaran 2007/2008, sebagai seorang wali kelas tentu
> tidak berhenti pada pembagian rapor saja. Namun, ada beberapa hal yang
> membuat saya tetap tidak ingin begitu saja melepaskan anak didik saya ke
> kelas empat. Secara akademis, saya akui purna sudah tugas saya sebagai
> guru dan wali kelasnya. Namun, secara psikologis, seorang guru tidak
> akan begitu saja melupakan anak didik saya.
>

2a.

Re: CATATAN HATI SEORANG AYAH

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Tue Jun 17, 2008 1:40 am (PDT)

Cerita tentang anak-anak memang tak akan pernah habis untuk digali....
saya jadi inget hari Sabtu kemaren juga Ultahnya adek Gautama, saya juga bikin nasi kuning, didoain kami sekeluarga, dan nasinya dibagi-bagi sama Pak Becak di sekitar rumah,
tentang milad memang kami usahakan tak harus bikin pesta, tak harus tiup lilin, do'a mohon keberkahan bagi hidup mereka akan lebih berasa ya Udo, mendo'akan dengan selaksa cinta kita akan lebih terhayati maknanya...
Mas Gangga yang tahun kemaren ngundang temen2 ngajinya, tahun ini juga minta dibikinkan nasi kuning buat anak yatim aja katanya....
Sesungguhnya anak-anak memang lebih mudah untuk diberi contoh tentang kebaikan....
Terima kasih Udo sharingnya sangat mengena...

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

----- Original Message ----
From: # Udo Yamin Majdi # <udoyamin_majdi@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 17, 2008 1:17:12 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] CATATAN HATI SEORANG AYAH

CATATAN HATI SEORANG AYAH
Oleh: Udo Yamin Majdi

Dari
sudut manapun, setiap kali aku memandang tingkah laku kedua anakku,
seolah-olah aku melihat batu permata —semuanya berkilau dan cahayanya
berlapis-lapis. Dulu, ketika mereka lahir, aku seolah-olah mendapatkan
dunia beserta isinya. Pertama kali mereka tengkurap dan tangannya
menggapai-gapai udara, aku begitu bahagia, seperti sedang menonton
lomba renang kesukaanku. Saat baru merangkak, aku teriak-teriak tak
ubah men-support para pelari mendekati garis finish. Sewaktu belajar
berdiri, mereka bagaikan penari yang menghilangkan rasa penatku.
Tatkala mereka bisa berjalan, aku pun mendapatkan semangat bahwa aku
harus terus melangkah —sebab, sebesar apapun ujian dalam hidup ini,
jika aku terus berjalan, insya Allah, di tengah jalan, aku akan banyak
menemukan jalan (solusi).

Dan pagi tadi, bersamaan dengan
kicauan burung di atas pohon dekat apartemenku, aku benar-benar
merasakan bahwa anak-anak adalah qurratu a'yun (penyejuk mata). Betapa
tidak, di ruang tamu rumah, depan rak bukuku, kedua anakku —Aburrahman
Vira El-Fatih dan Fathin Vira Rahima— duduk berdamping dan di hadapan
mereka ada empat piring berisi nasi kuning buatan isteriku.

"Bunda", tanyaku heran saat keluar dari kamar, "ada apa nih?"

"Buya lupa ya, hari inikan Dedek Fathin, umurnya satu tahun!" jawab isteriku.

"Wah, dedek dengan gaun pink dan topi pink ini, kayak putri kerajaan aja!"

"Jelas dong, siapa dulu bundanya?"

"Yeee, yang betul, siapa dulu buyanya!"

"Udah ah, mendingan buya foto dedek dan Aa!"

Aku
pun beraksi seperti fotografer profesional. Aku suruh kedua anakku
berakting, mulai dari depan Nasi Kuning, di atas motor, di atas
jungkat-jangkit, dan seterusnya.

Selesai memotret kedua anakku,
tiba-tiba berkelebat dalam benakku saat putriku lahir. Aku pun menonton
kisah itu dalam layar di kepalaku.

* * *

15 Juni 2007

"Buya", kata isteriku sewaktu menghampiriku di depan komputer, "boleh minta sesuatu?"

"Minta apa?"

"Pengen Nasi Pattaya!"

"Lho, bukannya di dapur masih banyak makanan?"

"Iya
sih, tapi... dedek pengen Nasi Pattaya!" jawab isteriku sambil mengelus
perutnya yang sedang hamil sembilan bulan. Mendengar alasan isteriku
itu, aku langsung faham, bahwa aku harus memenuhinya, bila tidak, maka
urusannya jadi panjang. Aku menelpon Teguh Hudaya —adik kelasku di
pesantren dulu— yang sedang masak di Rumah Makan Az-Zahra di mahattoh
Gami'.

Tidak berapa lama, Teguh datang ke rumah dengan Nasi
Pattaya. Setelah Teguh pulang, isteriku langsung melahap nasi khas
Thailand —semacam nasi goreng yang dibungkus dengan dadar telor— itu.
Aku senang, sebab, selama hamil, isteriku sering malas makan.

Dalam hitungan menit, Nasi Pattaya itu ludes. Aku kembali menulis, sedangkan isteriku bermain dengan putraku.

Setengah jam kemudian isteriku berkata, "Buya, kok perut bunda sakit ya?"

"Mungkin gara-gara bunda terlalu banyak makan saus, atau karena kekenyangan! "

"Bukan..., sakitnya, kayak Aa mau lahir dulu!"

"Masa sih?"

"Iya, frekuensi sakitnya semakin cepat nih!"

Aku
kembali meraih Hp. Aku telpon dr. Aidha. Aku ceritakan rasa sakit
isteriku. Mendengar keteranganku, beliau memintaku segera datang ke
rumah sakit.

Aku telpon Fauzi, adik kelasku yang sering jadi
sopir dan guide tamu-tamu dari Indonesia untuk mencari mobil rental.
Aku nelpon teman dekatku Arif Rahman Hakim yang menikahi adik kelasku
Sarah Abdurrahmah. Mereka tinggal di Rab'ah El-'Adaweyah. Aku minta
mereka datang ke rumah di Nasr City. Aku telpon adik kelasku dan
temanku yang lain, Uci Supiani dan Herdi Nurmuharram.

Tidak
sampai 30 menit, mereka semua sudah ada di rumahku. Setelah kami sholat
Asar, kami turun dari flatku yang berada di lantai lima. Aku menuntun
isteriku. Arif membawa barang-barang —pakaian isteri dan anakku yang
akan lahir— yang telah aku persiapan seminggu yang lalu. Sarah membawa
anaknya, Dzakwan. Uci dan Herdi membawa kebutuhan kami yang lain.

Di
bawah apartemen, mobil sedan merah sudah menunggu. Fauzi memberitahuku
bahwa mobil hanya muat untuk lima orang. Akhirnya, aku, isteriku,
anakku, Sarah, Dzakwan, dan Uci, berangkat bersama Fauzi. Sedangkan
Arif dan Herdi menyusul lewat mobil umum.

Selama dalam
perjalanan, isteriku merintih sembari memegang perutnya. Dari kaca
spion, aku lihat wajahnya sedang menahan rasa sakit. Aku mencoba
menangkan hati dengan memeluk anak tertuaku.

Kami sampai di
Rumah Sakit El-Rahmah milik Jam'iyah Syar'iyyah. Fauzi langsung pulang,
sebab ada yang akan memakai mobil. Aku ke loket resepsionis. Yang lain
duduk di sofa ruang tunggu. Setelah registrasi, kami langsung ke kamar
302 di lantai tiga. Di dalam kamar itu, ternyata sudah ada dua pasien
yang masuk terlebih dahulu. Ranjang antara satu pasien yang lainnya,
hanya dibatasi dengan kain. Isteriku menempati ranjang dekat pintu dan
dekat kamar mandi.

Adzan maghrib mengumandang. Aku dan
teman-temanku sholat di mushalla lantai bawah. Selesai sholat, kami
menunggu isteriku masuk ruang operasi —isteriku operasi caesar, sebab
anak tertuaku operasi caesar dan jarak dengan adiknya hanya setahun
tiga bulan.

Ba'da Isya, isteriku masuk ruang operasi di lantai
dua. Aku tidak diperbolehkan masuk. Aku bergabung dengan beberapa tamu
yang menunggu keluarganya sedang dioperasi. Awalnya, hatiku begitu
tegar menunggu isteriku, namun karena diantara tamu itu ada yang
menangis, tak urung membuatku ikut menangis. Aku khawatir, perjuangan
antara hidup dan mati untuk melahirkan isteriku, berakhir dengan
kematian. Maka aku tinggalkan tempat itu, dan aku bantu perjuangan
isteri dengan sholat dan do'a di mushalla.

Dua jam kemudian, aku
kembali. Aku duduk di kursi depan pintu. Selama menunggu, aku melakukan
isi pesan yang tertempel di dinding depanku duduk. Pesan itu berbahasa
Arab, dengan arti ini: "PERGUNAKAN DETIK-DETIK ANDA UNTUK MINTA AMPUN"
Sambil beristighfar, aku mengirim SMS ke mertuaku, adik dan kakakku
agar mereka memberitahu ortuku di Lampung. Tiba-tiba pintu terkuak.
Seorang suster, memberitahuku, "Alhamdulilah, anak dan isteri Anda
selamat!"

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan, mari ikut saya untuk melihatnya!"

Dalam
ruangan itu, ada beberapa kamar. Aku masuk sebuah kamar besar, aku
tidak menemukan isteriku, tapi ada belasan bayi dalam inkubator. Suster
itu memperlihatkan putriku. Aku menangis bahagia. Aku memberikan popok
dan baju anakku.

Aku kemudian ke ruang tempat isteri melahirkan.
Isteriku belum sadar. Sesekali dari mulutnya keluar suara seperti
sedang menahan rasa sakit. Aku hanyut dalam lautan perasaan seorang ibu
yang berjuang demi anaknya.

Menjelang pukul 24:00 malam,
isteriku sadar dan kembali ke kamar di lantai tiga. Arif, Sarah,
Dzakwan, Herdi, dan anakku, Fatih, pulang. Uci menemani isteriku di
kamar. Sedangkan aku, setelah membantu isteriku membersihkan tubuhnya
di kamar mandi, membawa anakku ke isteriku, memperdengarkan adzan dan
iqomat serta do'a di dekat telingan anakku, aku langsung tidur di sofa
panjang di ruang tunggu di lantai pertama.

16 Juni 2007

Adzan
Shubuh membangunkanku dari tidur. Aku berwudlu dan sholat berjama'ah
bersama para tamu, dokter, dan pegawai rumah sakit. Dalam sujudku, aku
mengungkapkan rasa syukur atas kehadiran putriku.

Aku ke kamar
isteriku. Aku lihat mereka sedang tidur pulas. Aku kembali ke ruang
tamu. Setelah pintu gerbang rumah sakit dibuka, aku keluar mencari
makanan untuk sarapan pagi.

Beberapa menit setelah kami sarapan,
teman-teman isteriku dan ibu-ibu dari Bidang Kewanitaan PIP PKS Mesir,
datang menjenguk. Aku keluar untuk menjawab telpon dan SMS dari
teman-temanku yang mengucapkan selamat. Ternyata, dari beberapa orang
yang aku kirim SMS, berita kelahiran putri sudah menyebar lewat SMS dan
milis.

Ba'da Dhuhur, dokter Aidha datang dan membolehkan kami
untuk pulang. Sebelum meninggalkan rumah sakit, aku menyelesaikan
urusan administrasi sekaligus mengurus persyaratan untuk membuat akte
kelahiran.

Ba'da Asar, temanku Wawan datang menjemput kami
dengan mobil sedan. Kami pun pulang. Sesampai di rumah, adik-adik
kelasku sudah berkumpul. Ada yang masak. Ada yang menyiapkan minuman.
Ada yang membereskan rumah. Ada yang menyiapkan tempat tidur anak dan
isteriku.

Sejak kami pulang, baik temanku maupun teman isteriku, berdatangan ke rumah untuk ikut bersama-sama merasakan kebahagiaan kami.

17 Juni 2007

Pagi-pagi,
aku ditemani adik kelasku yang lain, Rashid Satari —Ketua Umum PII
Mesir 2006-2008— ke Rumah Sakit Jam'iyyah Syar'iyah di Hayyu Sadis.
Sudah menjadi aturan di Mesir, setiap bayi yang lahir, harus dicek lagi
ke rumah sakit di hari ketiga.

Sesampai di Hayyu Sadis, ternyata
sedang direnovasi dan pindah ke daerah Al-Madzah. Akhirnya, kami
kembali mencari taxi untuk ke Al-Madzah.

Rumah Sakit Al-Madzah,
masih di bawah Jam'iyyah Sayr'iyyah. Dari segi fisik rumah sakit ini
bagus, bersih, dan peralatan lengkap. Begitu juga dari segi
pelayanannya, ramah dan bersahabat. Di ruang tamu, tertulis: "RUMAH
SAKIT INI DIBANGUN DARI SHADAQOH UMAT DAN MELAYANI MASYARAKAT DENGAN
GRATIS".

Setelah di-cek, kadar "sakit kuning" anakku tinggi dan
harus dirawat selama tiga hari. Namun, setelah tiga hari kemudian aku
datang, belum juga boleh dibawa pulang. Selama 15 hari, setiap hari
Ahad dan Rabu, aku datang ke sana.

Minggu pertama, aku membesuk
tidak bersama isteriku, sebab dia belum kuat jalan. Aku bersama
teman-temanku. Dan selama minggu pertama ini, isteriku tabah berpisah
dengan anak kami.

Namun memasuki minggu kedua, hampir tiap hari
isteriku menangis karena rindu dengan anak kami. Makanya, setiap aku
menjenguk anak kami, isteri dan anakku aku bawa ke sana. Tatkala kami
melihat anak kami dalam inkubator, dengan berkaca-kaca isteriku
berkata, "Buya, kasihan dedek, mendingan kita bawa pulang aja, atau
bunda yang minap di sini!"

Aku mengerti perasaan isteriku. Aku
sudah berusaha meminta putriku agar kami bawa pulang. Namun, pihak
rumah sakit belum bisa memenuhi permintaan. Makanya, setiap keluar dari
ruang inkubator, isteriku tidak mau pulang, malah duduk di ruang tamu
dan ingin kembali melihat anak kami.

Selama seminggu kedua itu
pula, setiapkali malam isteriku menggelar kasur kecil di sampingnya. Di
atas kasur itu, isteriku meletakkan pakaian putri kami. Lalu, isteriku
elus-elus, seolah-olah anak kami ada di sana. Kadang-kadang, isteriku
mengajak baju dan celana putriku ngobrol. Bila aku dekati, isteriku
berkata, "Buya, bunda rindu sama dedek, kasihan ya dedek sendirian
diinkubator! "

Setelah itu isteriku menangis. Baru berhenti
setelah aku ajak bicara. Sambil memeluk isteriku, aku berkata, "Bunda,
serahkan dedek sama Allah saja, dan percayalah, apa yang terjadi,
inilah yang terbaik bagi kita. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika
dedek bersama kita saat ini, bukankah suhu udara kemarin saja 41
derajat?"

Walaupun sebenarnya, saat berkata seperti itu, hati
kecilku juga menangis, sebab khawatir terjadi apa-apa kepada anak kami.
Akan tetapi, aku berusaha menyembunyikan perasaanku di depan isteriku.

* * *

"Buya ayo makan, kok malah melamun!" suara isteriku membuyarkan bayangan kenanganku bersama putriku setahun yang lalu.

"Buya
bukan melamun, buya merasa bersyukur, setelah dedek masuk rumah sakit
di Al-Madzah, alhamdulillah sampai detik ini senantiasa sehat!"

"Makanya,
bunda buat Nasi Kuning ini, bukan mau Ultah, tapi hanya sekedar ucapan
tasyakur atas nikmat Allah, diantara nikmat umur dedek satu tahun!"

Kami
pun makan, tanpa ada acara apapun, tanpa nyanyian Happy Birthday, tanpa
tiupan lilin, tanpa tepukan tangan, tanpa ada pesta, dan tanpa
mengundang siapapun, melainkan hanya makan dengan nasi berwarna kuning,
dadar telor diris kecil-kecil, gorengan kacang kedelai, potongan tomat,
dan mentimun. Meskipun acara ini sangat sederhana, namun mampu
menggetarkan hatiku dan membuatku bertanya, "SUDAHKAH AKU MENJADI ORANG
TUA YANG BAIK BAGI ANAK-ANAKKU? "

"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu ceritakan sebagai ungkapan rasa syukur." (QS. Adh-Dhuha; 93:11)

* * *

Cairo, 15 Juni 2007

CATHAR ini sebagai kado pada TASYAKURAN SATU TAHUN putriku; Fathin Vira Rahima.

http://udoyamin. multiply. com/journal/ item/104/ Catatan_Hati_ Seorang_Ayah

============ ========= ========= ========= ========= ========= ========= ========= =======
Penulis buku Quranic Quotient: Menggali & Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Quran (Qultum Media, 2007)
Silahkan berkunjung ke http://udoyamin. multiply. com/ atau add YM: udoyamin_majdi Hp +20100380728
============ ========= ========= ========= ========= ========= ========= ========= =======



3a.

Re: SMS gak diundang, Udah gitu jayus lagi :-(

Posted by: "aisyah muchtar" myaisyah_mymuchtar@yahoo.co.id   myaisyah_mymuchtar

Tue Jun 17, 2008 2:07 am (PDT)

Hah?? Ganti nomor???. Hiksssss…:'(. Bisa-bisa saya ditinju sama
semua orang, (Hehe..Sok dramatis :D). Saya mau coba tempuh jalur
lain dulu mba (kayak kejahatan tingkat tinggi aja, pake jalur
lain. ..:D). Terimakasih ya mba Siwi, salam kenal juga ;). Oh iya,
gak usah panggil saya Aisyah, panggil Neneng aja:). Hihihi..g
nyambung; Nama Nurhasanah,Nama samaran; Aisyah, tapi maunya
dipanggil; neneg..:). Gak papa, suka-suak saya ya mba..:).

nurhasanah muchtar

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Siwi LH <siuhik@...> wrote:
>
> ganti nomor aja non.....hih jadi ikut geeeeeerrrrrraaaaaammmmmm,
(bisa gak bacanya....)
> saya pernah ngalamin yg kurlebnya begitu...sering dapet telpon gak
jelas...nelpon nyari Ina dengan suara bapak-bapak rada genit, bahkan
saking keselnya aku minta suamiku menjawabnya, eh org gak jelas tadi
malah marah-marah bilang anggota DPR, Jangan macem2, n so on, n tau
khan endingnya bikin suami jadi esmosi juga. Dia bilang gini, "Bah
bapak itu jenderal, kolonel, ato kopral saya ga takut, asal jangan
tentara!", hehehe yang ini asli ngaco kok..., (Ssssttttt kayaknya si
Ina yang dicari itu ga jauh-jauh dari TTM nya dilihat dari nada
bicara dan isi pembicaraan sekilas...n maksanya itu
lo!!..hiks..hiks..)
> Trus waktu saya tanyakan ke Grapari CS nya cuman bilang ganti
nomor aja Bu, trus waktu kukejar kayaknya nomor saya ini dulu pernah
dipake orang ya? dengan nada gak pernah berdosa si CS
jawab "Kayaknya iya Bu!" Coba apa ga gerrrraaaaammmmmm juga tuh!!!
Suami sih nyaranin juga buat ganti nomor, tapi itu nomor udah tak
pake lima tahunan...kan sayang ya...
>
> So kayaknya opsi ganti nomor memang perlu dipertimbangkan
deh...Buat Ais salam kenal ya...

4a.

Manajemen Pernikahan

Posted by: "Annisa Dereinda" feeling_secure06@yahoo.co.id

Tue Jun 17, 2008 2:07 am (PDT)

Trims ya..,
tambahan masukan dari teman nih... (Mas Pery Farouk, di forward commentnya ya,,,)
Dalam Islam, menikah bukanlah sakramen (apa yang dipersatukan Tuhan, tak boleh dipisahkan manusia!), melainkan kontrak. Mitsaqon Gholidho: perjanjian yang amat kukuh. Hanya saja kontrak yang model nikah ini hanya 3 x disebutkan alQur'an, yakni: (i) menikah; (ii) perjanjian Tuhan & para nabi; (iii) perjanjian Tuhan & orang dengan kecenderungan amat sangat pada kesalihan. So meskipun kontrak, yang bisa diputuskan dengan kesepakatan para pihak, tetap mengandung kesucian dan kehormatan sebagai mitsaqon gholidho. Oleh karenanya untuk perjanjian lain-lain yang lebih remeh statusnya kita selalu 'teliti sebelum membeli', maka pernikahan memerlukan manajemen persyaratan dan resiko yang harus jauh lebih banyak dipertimbangkan.
Pernikahan adalah juga persemaian cinta. Kesalahan orang adalah kepercayaannya bahwa pernikahan sepertinya penemuan sebuah cinta, sebuah akhir pencarian cinta... Sok romantis ya. BTW tidak! Pernikahan adalah penumbuhan cinta yang seharusnya sesungguhnya atau sungguh-sungguh...
Rgds,Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa
Mon Jun 16, 2008 4:19 pm (PDT)
forwarnya asyik dan �berbobot mbak, dengan� menggabungkan
teori-teori ekonomi dalam pernikahan, jadi berpikir juga nih . . .
apakah saya nanti akan menghitung BEP (Break Event Point) juga? Tentu
tidak mbak..

Saya sependapat dengan Bu Catur tentang paragraf terakir, sebenarnya
paragraf terakhirlah yang menjadi jawaban atas artikelnya. pun dengan
Mbak Fety, pernikahan adalah .. .�.�. (saya jadi ikut-ikutan sok
tau ... ^_^)
Pernikahan bukanlah teori-teori ekonomi,
Pernikahan bukanlah gugusan-gugusan masalah yang bisa dihitung secara
matematis.
Pernikahan bukanlah �. . .

Guyonannya para mubaligh ketika menyampaikan orasinya di depan para
jamaah pernikahan, "Ora ono joko sugih, yen kepingin sugih yo
rabi" Sejenak saya berpikir, opo maksude ini? Benar juga, jika kita
pegawai kantoran, bagi yang masih bujang ngitung slip gaji sendiri.
Kalau istrinya pegawai kantoran juga slipnya digabung,. *_* toh kalau
suami single gardan tetap saja bisa tercukupi, secara istri yang menjadi
manajer keuangannya.

Ketika masih bujang, jangankan berpikir beli tikar atau alat dapur.
Untuk jajan aja tetap saja kurang. Hhmmm...Saya jadi ingat pesan Bapak,
orang menikah itu akan membuat kita kaya. Kaya tidak hanya didefinisikan
dengan materi, kaya hati yang paling prinsip (ini sudah terjawab di
paragraf dua dari terakhir). .

Sis

--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, "inga_fety" <inga_fety@. ..>
wrote:
>
> pernikahan bukan perjanjian jual beli
> pernikahan bukan perjanjian perang
> pernikahan bukan perjanjian perdamaian
> pernaikahan bukan penandatanganan kontrak
> pernikahan bukan penyelesaian hutang piutang
> pernikahan bukan penyelesaian konflik, yang harus ada win win solution
dsb
> Tapi lebih dari itu, pernikahan adalah proses penyatuan dua insan yang
> compatible, sebagaimana kunci dan gemboknya, enzim dan substratnya.
> Oleh karena itu, saling mengerti, memahami, dan menerima apa adanya,
> kekurangan dan kelebihan adalah untuk menjembatani penyatuan keduanya,
> beserta keluarga besarnya...
>
> * dikutip dari biodata suami saat taaruf..
>
>
> yang baru belajar tentang pernikahan,
> fetty
>
> --- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Annisa Dereinda
> feeling_secure06@ wrote:
> >
> > semoga bermanfaat.. , mohon maaf jika tidak berkenanan.. .Manajemen
> PernikahanOleh Miryatie Altaf
>

Back to top Reply to sender | Reply to group | Reply via web post

Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga.
http://id.toolbar.yahoo.com/
5a.

BELAJAR DARI ORANG BUTA

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Tue Jun 17, 2008 2:19 am (PDT)



BELAJAR
DARI ORANG BUTA

 

     Hari Minggu kemarin (15 Juni 2008), saya menghadiri
sebuah acara pra manasik haji dan launching sebuah situs baru (www.kaunee.com)
yang diadakan secara bersamaan.  Acara
itu diadakan di Balai Kartini.  

            Acara
ini dimeriahkan oleh Ummi Maktum Voice.  Group ini merupakan bagian dari Yayasan Ummi
Maktum. Semula begitu mendengar group vokal Ummi Maktum Voice, saya mengira
terdiri dari 4 atau 5 personil. Ternyata hanya terdiri dari 2 orang saja, entah
mereka berdua hanya mewakili teman-temannya yang lain atau group vokal ini memang
hanya terdiri dari 2 orang saja, yaitu Mas Sholeh dan mas Yayan. Mereka berdua
adalah penyandang tuna netra.

            Sebelum
bernyanyi, Mas Sholeh menyampaikan sepatah dua patah katanya. "Alhamdulillah,
saya dapat bertemu dengan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, walaupun saya tidak
dapat melihat bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Jangankan melihat bapak dan ibu
sekalian, sejak kecil saya tidak pernah melihat orang tua sendiri."

            Suatu
ungkapan yang amat memiriskan hati. Di saat kita semua dapat melihat kedua
orang tua kita, mereka yang tuna netra sejak bayi, tidak atau belum pernah
melihat kedua orang tua mereka.  Mereka
hanya dapat mendengar suara orang tua mereka. Mereka hanya dapat meraba orang
tua mereka. Mereka hanya dapat mencium aroma tubuh orang tua mereka. Namun
mereka tidak dapat mengetahui (maksudnya dari melihat) apa warna kulit kedua
orang tua mereka.  Mereka tidak dapat
mengetahui (mengetahui dari melihat) bentuk hidung kedua orang tua mereka.

            Mas
Sholeh melanjutkan uraiannya, "Walaupun kami tidak dapat melihat, namun
Insya Allah di akhirat kelak, kami dapat melihat seperti bapak dan ibu sekalian
saat ini."

            Ungkapan
Mas Sholeh ini, nampaknya perlu kita perhatikan. Allah berfirman, "Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka
kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan
demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada
ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih
kekal." (QS Thaha (20):124-127)

            Jika
seseorang melupakan ayat-ayat atau berpaling dari peringatan Allah, maka dia
akan dibangkitkan dan dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan buta. Jika mas
Sholeh mengatakan bahwa Insya Allah, nanti kelak akan dibangkitkan dalam
keadaan melihat, itu berarti dia optimis demikian, selama dia tidak pernah
melanggar atau keluar dari jalan Allah. Selama dia taat kepada Allah, maka dia
yakin akan dibangkitkan dalam keadaan melihat.

            Dalam
uraian lainnya, mas Sholeh menjelaskan tentang Al-Qur'an dengan huruf Braille.
Satu juz Al-Qur'an berhuruf Braille dapat setebal 1/2 rim kertas. Mas Sholeh
menjelaskan bahwa tebal Al-Qur'an berhuruf Braille beda sekali dengan Al-Qur'an
yang biasa digunakan oleh kita. Al-Qur'an yang biasa ada dihadapan kita dapat
dibawa kemana-mana tanpa merasa keberatan dan dapat langsung dibawa lengkap 30
juz. Sedangkan Al-Qur'an berhuruf Braille, akan merasa keberatan bila membawa
Al-Qur'an Braille secara lengkap 30 juz.

            Harga
1 juz Al-Qur'an berhuruf Braille relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan harga
Al-Qur'an yang biasa kita gunakan.

            Mas
Sholeh berkata, "Melihat kemudahan yang ada pada Al-Qur'an yang biasa kita
gunakan, 'sungguh terlalu' (dengan gaya ucapan Rhoma Irama) bila masih
ada orang normal (dapat melihat) yang tidak dapat membaca Al-Qur'an. "

             Semua yang disampaikan oleh Mas Sholeh
disampaikan dengan lugas, komunikatif dan berisi. Melihat kemampuan mas Sholeh
dalam menyampaikan suatu topik, saya berpikir, "Masa sih kita yang normal
tidak dapat menyampaikan sesuatu yang haq, walau hanya dalam bentuk kultum
(Kuliah Tujuh Menit) saja?"

           

arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga.
http://id.toolbar.yahoo.com/
5b.

Re: BELAJAR DARI ORANG BUTA

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Tue Jun 17, 2008 3:48 am (PDT)

Subhanallah. Inspiratif sekali. Terima kasih, Maz. Membuat hati lebih bersyukur. Semoga mereka akan mendapat gantinya kelak di Jannatul Firdaus dalam kesabaran dan keikhlasan mereka.

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: arya noor amarsyah arya <arnabgaizir@yahoo.co.id>

BELAJAR
DARI ORANG BUTA

Hari Minggu kemarin (15 Juni 2008), saya menghadiri
sebuah acara pra manasik haji dan launching sebuah situs baru (www.kaunee.com)
yang diadakan secara bersamaan. Acara
itu diadakan di Balai Kartini.
Acara
ini dimeriahkan oleh Ummi Maktum Voice. Group ini merupakan bagian dari Yayasan Ummi
Maktum. Semula begitu mendengar group vokal Ummi Maktum Voice, saya mengira
terdiri dari 4 atau 5 personil. Ternyata hanya terdiri dari 2 orang saja, entah
mereka berdua hanya mewakili teman-temannya yang lain atau group vokal ini memang
hanya terdiri dari 2 orang saja, yaitu Mas Sholeh dan mas Yayan. Mereka berdua
adalah penyandang tuna netra.
Sebelum
bernyanyi, Mas Sholeh menyampaikan sepatah dua patah katanya. "Alhamdulillah,
saya dapat bertemu dengan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, walaupun saya tidak
dapat melihat bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Jangankan melihat bapak dan ibu
sekalian, sejak kecil saya tidak pernah melihat orang tua sendiri."
Suatu
ungkapan yang amat memiriskan hati. Di saat kita semua dapat melihat kedua
orang tua kita, mereka yang tuna netra sejak bayi, tidak atau belum pernah
melihat kedua orang tua mereka. Mereka
hanya dapat mendengar suara orang tua mereka. Mereka hanya dapat meraba orang
tua mereka. Mereka hanya dapat mencium aroma tubuh orang tua mereka. Namun
mereka tidak dapat mengetahui (maksudnya dari melihat) apa warna kulit kedua
orang tua mereka. Mereka tidak dapat
mengetahui (mengetahui dari melihat) bentuk hidung kedua orang tua mereka.
Mas
Sholeh melanjutkan uraiannya, "Walaupun kami tidak dapat melihat, namun
Insya Allah di akhirat kelak, kami dapat melihat seperti bapak dan ibu sekalian
saat ini."
Ungkapan
Mas Sholeh ini, nampaknya perlu kita perhatikan. Allah berfirman, "Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka
kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan
demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada
ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih
kekal." (QS Thaha (20):124-127)
Jika
seseorang melupakan ayat-ayat atau berpaling dari peringatan Allah, maka dia
akan dibangkitkan dan dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan buta. Jika mas
Sholeh mengatakan bahwa Insya Allah, nanti kelak akan dibangkitkan dalam
keadaan melihat, itu berarti dia optimis demikian, selama dia tidak pernah
melanggar atau keluar dari jalan Allah. Selama dia taat kepada Allah, maka dia
yakin akan dibangkitkan dalam keadaan melihat.
Dalam
uraian lainnya, mas Sholeh menjelaskan tentang Al-Qur'an dengan huruf Braille.
Satu juz Al-Qur'an berhuruf Braille dapat setebal 1/2 rim kertas. Mas Sholeh
menjelaskan bahwa tebal Al-Qur'an berhuruf Braille beda sekali dengan Al-Qur'an
yang biasa digunakan oleh kita. Al-Qur'an yang biasa ada dihadapan kita dapat
dibawa kemana-mana tanpa merasa keberatan dan dapat langsung dibawa lengkap 30
juz. Sedangkan Al-Qur'an berhuruf Braille, akan merasa keberatan bila membawa
Al-Qur'an Braille secara lengkap 30 juz.
Harga
1 juz Al-Qur'an berhuruf Braille relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan harga
Al-Qur'an yang biasa kita gunakan.
Mas
Sholeh berkata, "Melihat kemudahan yang ada pada Al-Qur'an yang biasa kita
gunakan, 'sungguh terlalu' (dengan gaya ucapan Rhoma Irama) bila masih
ada orang normal (dapat melihat) yang tidak dapat membaca Al-Qur'an. "
Semua yang disampaikan oleh Mas Sholeh
disampaikan dengan lugas, komunikatif dan berisi. Melihat kemampuan mas Sholeh
dalam menyampaikan suatu topik, saya berpikir, "Masa sih kita yang normal
tidak dapat menyampaikan sesuatu yang haq, walau hanya dalam bentuk kultum (Kuliah Tujuh Menit)saja?"

6a.

(Inspirasi) Jatuh Cinta Lagi

Posted by: "Jenny Jusuf" j3nnyjusuf@yahoo.com   j3nnyjusuf

Tue Jun 17, 2008 2:23 am (PDT)

Lebih dari 2 dekade saya mengenalmu. Bersamamu. Mengecap intisari keberadaan saya di dunia ini denganmu.

Kita begitu dekat. Kita tak terpisahkan. Kita adalah satu.

Kamu tahu? Saya pernah, lho, benci sama kamu. Kadang saya menganggapmu tak adil, karena kamu tidak selalu memberi apa yang saya inginkan. Beberapa kali (okay, sering malah) saya memakimu. Mengutukmu karena merasa tidak puas dengan apa yang saya dapatkan. Tapi kamu tak pernah marah. Kamu terus mengalir, dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mencaci dunia, kemudian ikut mengalir bersamamu.

Kamu tahu? Saya menikmati setiap detik kebersamaan kita. Sangat. Walaupun semua itu tak pernah terverbalkan dari bibir saya. Bukankah tidak semua perasaan di dunia ini perlu diungkapkan? Kadangkala kita hanya perlu menyimpannya dan menghayatinya, menikmatinya tanpa perlu kata-kata.

Kamu tahu? Saya sayang kamu. There, I said it. ;-)

Maafkan saya, ya, karena kemarin-kemarin sempat jenuh dengan kamu. Saya terjebak dalam kebosanan yang amat-sangat. Saya kehilangan rasa. Kehilangan makna. Kehabisan energi. Saya lelah melangkah dan hanya ingin duduk di pinggir jalan. Tidak menanti siapa-siapa. Saya hanya ingin berhenti berkejaran dengan waktu dan rehat sejenak. Tapi ternyata kamu punya kejutan lain untuk saya.

Saat saya berhenti, kamu justru menghampiri saya dengan sebuket keindahan yang tak pernah terduga. Keindahan yang tak terselami oleh akal yang selalu haus menilik dengan rasio dan mengukur kebahagiaan berdasar apa yang terlihat oleh mata lahiriah.

Dengan caramu sendiri, kamu mengingatkan bahwa saya sudah memiliki cukup. Berlari mengejar mimpi itu baik, namun ada kalanya saya perlu beristirahat. Bagaimanapun, yang terpenting adalah perjalanannya, bukan hasil akhirnya. Melalui berbagai peristiwa, kamu mengingatkan saya untuk bersyukur, lagi dan lagi.

Terima kasih, ya. Untuk keberadaanmu. Untuk setiap makna yang kamu berikan pada saya. Untuk setiap bahagia, tawa, tangis dan keluh yang kita bagi bersama. Untuk derai airmata yang menyimpan rangkaian makna: haru, gembira, senang, sedih, sakit. Terima kasih telah memberikan kesempatan pada saya untuk mengecap semuanya dan mensyukuri setiap detik yang begitu berharga dalam helaan nafas ini.

Kamu tahu? Tak pernah saya merasa begitu bersyukur dapat merasakan semilir angin dingin saat hujan lebat. Tak pernah saya begitu menikmati pagi hari di balkon sambil menonton anak tetangga bermain. Tak pernah saya mengira akan merasa nyaman mendengarkan gemercik air di kamar mandi pukul 6 pagi. Tak pernah saya menyangka akan senang mencium aroma terasi digoreng sambil mendengarkan celetukan-celetukan konyol sana-sini. Tak pernah saya menduga akan menemukan kehangatan di antara persona-persona yang jauh berbeda satu sama lain.

Terima kasih, ya. Untuk segala keindahan yang kamu beri. Untuk setiap bahagia yang kamu bawa. Untuk nikmat yang tersembunyi dalam tiap proses dan pembelajaran. Untuk secercah cahaya yang tak pernah berhenti menyinari hati ini. Sungguh, terima kasih.

Kamu tahu?

Saya jatuh cinta lagi. Dengan kamu. :-)

*Dipersembahkan untuk Kehidupan. Mari berhenti sejenak dan beristirahat di pinggir jalan. Resapi warna bunga, hayati semilir angin, nikmati hijau rerumputan, dengar kicau burung, dan bersahabatlah dengan mentari dan hujan. Life is beautiful. Indeed. ;-)

ROCK Your Life!
- Jenny Jusuf -
http://jennyjusuf.blogspot.com

6b.

Re: (Inspirasi) Jatuh Cinta Lagi

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Tue Jun 17, 2008 3:59 am (PDT)

Cantik sekali mbak Jenny. Saya bacanya sampai terpana, sambil berpikir, betapa bersyukurnya saya dalam hidup ini dikelilingi orang-orang yang begitu baik dan inspiratif.

terima kasih tuk tulisannya:D

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: Jenny Jusuf <j3nnyjusuf@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 17, 2008 4:23:38 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Inspirasi) Jatuh Cinta Lagi

Lebih dari 2 dekade saya mengenalmu. Bersamamu. Mengecap intisari keberadaan saya di dunia ini denganmu.

Kita begitu dekat. Kita tak terpisahkan. Kita adalah satu.

Kamu tahu? Saya pernah, lho, benci sama kamu. Kadang saya menganggapmu tak adil, karena kamu tidak selalu memberi apa yang saya inginkan. Beberapa kali (okay, sering malah) saya memakimu. Mengutukmu karena merasa tidak puas dengan apa yang saya dapatkan. Tapi kamu tak pernah marah. Kamu terus mengalir, dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mencaci dunia, kemudian ikut mengalir bersamamu.

Kamu tahu? Saya menikmati setiap detik kebersamaan kita. Sangat. Walaupun semua itu tak pernah terverbalkan dari bibir saya. Bukankah tidak semua perasaan di dunia ini perlu diungkapkan? Kadangkala kita hanya perlu menyimpannya dan menghayatinya, menikmatinya tanpa perlu kata-kata.

Kamu tahu? Saya sayang kamu. There, I said it. ;-)

Maafkan saya, ya, karena kemarin-kemarin sempat jenuh dengan kamu. Saya terjebak dalam kebosanan yang amat-sangat. Saya kehilangan rasa. Kehilangan makna. Kehabisan energi. Saya lelah melangkah dan hanya ingin duduk di pinggir jalan. Tidak menanti siapa-siapa. Saya hanya ingin berhenti berkejaran dengan waktu dan rehat sejenak. Tapi ternyata kamu punya kejutan lain untuk saya.

Saat saya berhenti, kamu justru menghampiri saya dengan sebuket keindahan yang tak pernah terduga. Keindahan yang tak terselami oleh akal yang selalu haus menilik dengan rasio dan mengukur kebahagiaan berdasar apa yang terlihat oleh mata lahiriah.

Dengan caramu sendiri, kamu mengingatkan bahwa saya sudah memiliki cukup. Berlari mengejar mimpi itu baik, namun ada kalanya saya perlu beristirahat. Bagaimanapun, yang terpenting adalah perjalanannya, bukan hasil akhirnya. Melalui berbagai peristiwa, kamu mengingatkan saya untuk bersyukur, lagi dan lagi.

Terima kasih, ya. Untuk keberadaanmu. Untuk setiap makna yang kamu berikan pada saya. Untuk setiap bahagia, tawa, tangis dan keluh yang kita bagi bersama. Untuk derai airmata yang menyimpan rangkaian makna: haru, gembira, senang, sedih, sakit. Terima kasih telah memberikan kesempatan pada saya untuk mengecap semuanya dan mensyukuri setiap detik yang begitu berharga dalam helaan nafas ini.

Kamu tahu? Tak pernah saya merasa begitu bersyukur dapat merasakan semilir angin dingin saat hujan lebat. Tak pernah saya begitu menikmati pagi hari di balkon sambil menonton anak tetangga bermain. Tak pernah saya mengira akan merasa nyaman mendengarkan gemercik air di kamar mandi pukul 6 pagi. Tak pernah saya menyangka akan senang mencium aroma terasi digoreng sambil mendengarkan celetukan-celetukan konyol sana-sini. Tak pernah saya menduga akan menemukan kehangatan di antara persona-persona yang jauh berbeda satu sama lain.

Terima kasih, ya. Untuk segala keindahan yang kamu beri. Untuk setiap bahagia yang kamu bawa. Untuk nikmat yang tersembunyi dalam tiap proses dan pembelajaran. Untuk secercah cahaya yang tak pernah berhenti menyinari hati ini. Sungguh, terima kasih.

Kamu tahu?

Saya jatuh cinta lagi. Dengan kamu. :-)

*Dipersembahkan untuk Kehidupan. Mari berhenti sejenak dan beristirahat di pinggir jalan. Resapi warna bunga, hayati semilir angin, nikmati hijau rerumputan, dengar kicau burung, dan bersahabatlah dengan mentari dan hujan. Life is beautiful. Indeed. ;-)

ROCK Your Life!
- Jenny Jusuf -
http://jennyjusuf. blogspot. com


7a.

Re: (catatanku) Hairul

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Tue Jun 17, 2008 2:26 am (PDT)

sama-sama, smangat ya sist

asma

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, dyah zakiati <adzdzaki@...>
wrote:
>
> Maz Sis, Mba' Asma:D Terima kasih atas masukan yang sangat berarti ini.
> Insya Allah akan saya coba. Mudah-mudahan setidaknya dapat membuat
dia punya semangat tuk sekolah dimanapun itu. Hairul sudah lebih dari
sebulan kini tidak masuk. Ulangan umum hari ini terakhir. Sayang
sekali dia melewatkan kesempatan itu. Mohon doanya yaaa.
>
> Salam
> Dyah
>
>
>
> ----- Original Message ----
> From: sismanto <siril_wafa@...>
>
>
> Hhmmmm, benar-benar testimony seorang guru …. Bener juga kata Mbak
Asma, saya pernah melakukannya. Sebelum Hairul pulang, coba sampeyan
datangi dia dan berikan amplop berisi surat ini ke dalam sakunya.
Mintalah Hairul untuk membacanya di rumah, tapi ingat surat ini jangan
sampai diketahui oleh teman-temannya.
>
> Sulit membayangkannya menjadi guru yang seperti sampeyan. Namun,
mengingatkan saya tujuh tahun yang lalu ketika kali pertama menjadi
guru. Kala itu, saya masih belum lulus kuliah, tapi panggilan untuk
menjadi guru pun mengemuka manakala salah satu ustadz di sekolah
pesantren resign lantaran menikah dengan sesorang dari luar daerah.
Kala itu, saya yang meenjadi badal nya.
>
> Menjadi guru di sekolah-sekolah marginal memang membutuhkan banyak
pengorbanan. Bisyarah yang tak seberapa pun tidak saya ambil, untuk
melunasi SPP anak-anak yang secara ekonomi kurang, dan siswa
kebanyakan mengalami hal serupa.
> Pun demikian dengan kondisi sekarang, meski secara ekonomi orang tua
di atas rata-rata mapan. Tapi anaknya juga nggak jauh beda dengan
sekolah-sekolah marginal. Kondisi yang paradok.
>
> Saya juga punya cerita versi lain. Mudah-mudahan bisa menambah
suasana segar di tengah teriknya Kota Sangatta.
> Anakku, hari ini engkau tak masuk sekolah, di saat teman-temanmu
yang lain berangkat pagi-pagi sekali sebelum guru-gurumu datang.
Mereka menabar senyum dan memberikan salam pada guru-gurumu. Dimana
senyummu anakku?
>
> Hari ini, teman-temanmu mengerjakan PR dan sudah mengumpulkannya
padaku, gurumu, wali kelasmu. Kau tak menampakkan batang hidungmu,
sudah kau kerjakan PR mu?
>
> Anakku, hari ini semua temanmu masuk kelas dengan membawa tas baru
warna hitam semua bertuliskan "RAT Koperasi", kau tidak membawa tas
itu. Lagi-lagi kau tak hadir hari ini. Apakah tasmu sudah tak bisa
digunakan lagi? Atau kau memang malas untuk tidak masuk sekolah?
>
> Anakku, ketika gurumu menanyakan "apa anak didik semua masuk hari
ini?" semua anak didik, temanmu di kelas serentak menjawab "masuk
semua, mister..!!" kau tetap tidak masuk, kemana engkau anakku?
> Sekali lagi aku bertanya pada teman-temanmu, "siapa yang tidak masuk
hari ini?" semua temanmu serentak menjawal "NIHIL, nihil tidak masuk
mister".
>
> (halahkkk... .nggak nyambung �)
>
> Salam,
> Sismanto
>
> --- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, "asma_h_1999"
<asma_h_1999@ ...> wrote:
> >
> > Hai Di....coba bawa tulisanmu ini pada Hairul dan minta ia
> > membacanya.. .(mungkin dengan memotong beberapa kalimat yang kira-kira
> > tidak terlalu sensitif bagi Hairul).
> >
> > Trus...kalo masih punya kesabaran untuk Hairul, bisa mengajaknya
> > melihat kehidupan para pengamen, anak-anak jalanan atau pengemis.
> > Trus tanyakan pada Hairul, apa cita-citanya kelak dan kalau dia masih
> > tetap seperti sekarang, maka kehidupannya mungkin tak akan berbeda
> > jauh dengan orang-orang yang baru saja ia lihat di depan matanya.
> >
> > Mudah-mudahan bermanfaat
> >
> > asma
>

8a.

Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] (Curhat) Ketika Aku Rindu Pada Dua

Posted by: "aisyah muchtar" myaisyah_mymuchtar@yahoo.co.id   myaisyah_mymuchtar

Tue Jun 17, 2008 2:31 am (PDT)

Wahhh Mba Dyah turun gunung.. (eh, turun tangga :D). Seneng banget
nih dikasih komen sama Mba Dyah.

Iya, benar-kalo gak ada aja baru terasa kehilangan :-(. Mba Dyah,
juga Pak Teha, ku beritahu ya.. Namaku bukan TEH OYA, OYA itu
adikku, jadi aku itu 'TETEHNYA OYA. Nah loh..bingung deh, masa sih?.
Kang Dani mana?, Kang Dani aja deh yang jelasin :D.

Truss nama daku Nurhasanah, panggilannya neneng, jadi kalau mau
manggil; Teh Neneng aja, hehe... Maksa, padahal kayaknya daku masih
ade-ade. Udah ah, jangan panggil teteh-tetehan, ntar malah kepengen
teh manis lagi (hihi.gak nyambung..).

Lha dari nama, ketebak toh; daku itu aslinya garut, sunda bangeeet
(Ssstt... tapi aku gak bisa bahasa sunda). Di Surabaya kuliah, ku
jatuh cinta pada Surabaya, secara..disana 5 tahun:). Begitu
ceritanya Mbak yu Dyah;)

Terimakasih Mba Dyah, salam untuk Ibu tercinta ya..
Terimakasih SK; selamat berbakti pada ibu, ibu, ibu, bapak..:-).
Hepy milad juga euuuy untuk semua SK-ers;).

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "adzdzaki" <adzdzaki@...>
wrote:
>
> Teh Oya yang baik (jadi ngikutin pak Teha yang baik juga:D)
> saya baru baca tulisan teteh (sebenarnya kalau Surabaya bukannya
Mbak
> ya?). Ibu juga baru tadi pagi bilang, kalau orang tua ndak ada baru
> terasa, ya.. katanya yang membuat saya kaget. Ya nggak lah bu. Ibu
> bicara seperti itu karena baru saja menjenguk keponakan saya. Ipar
> saya memang ayahnya sedang pergi berlayar dan ibunya sudah tidak
ada.
>
> Teteh. Perasaan ketakutan kehilangan itu memang kadang melanda.
> Makasih ya teteh, sudah membaginya. Jadi mensyukuri apa yang telah
> Allah berikan kepada kita.
>
> Oiya, nama teteh akan tercatat dengan indahnya dalam catatan
peserta
> Milad Eska:D
>
> Salam
> Dyah
>

8b.

Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] (Curhat) Ketika Aku Rindu Pada Dua

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Tue Jun 17, 2008 3:56 am (PDT)

Gyaaa, turun gunungnya mah udah lama atuh, akhir Mei kemarin dari gunung pananjakan deket Bromo. Cantik banget. Subhanallah. Hehehe. Duuh, justru saya teh yang seneng disambut sama teteh Neneng.

Heheehe, namanya salah ya? Jadi malu, kurang baca. Iya deh, tetehnya Oya. Teh Neneng.

Mudah-mudahan teh kita teh di milad teh bisa ketemu, teh. Nomor hapenya jadinya ndak jadi ganti nih? Iya sih, agak berat memang ganti nomor. Sayang karena sudah tersebar. Sayang juga, takutnya lepas kontak sama sahabat lama. Sebenarnya aku punya cara jitu lhooo. hehehe, aku ndak pernah dapat seperti itu karena pulsaku selalu kujaga maksimal 5000,- hehehe (ndak juga sih, tapi seringnya begitu).

Salam maniz
Dyah
Yang di rumah dan di sekolah ndak ada tangganya:D

----- Original Message ----
From: aisyah muchtar <myaisyah_mymuchtar@yahoo.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 17, 2008 4:24:46 PM
Subject: Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] (Curhat) Ketika Aku Rindu Pada Dua Sayapku

Wahhh Mba Dyah turun gunung.. (eh, turun tangga :D). Seneng banget
nih dikasih komen sama Mba Dyah.

Iya, benar-kalo gak ada aja baru terasa kehilangan :-(. Mba Dyah,
juga Pak Teha, ku beritahu ya.. Namaku bukan TEH OYA, OYA itu
adikku, jadi aku itu 'TETEHNYA OYA. Nah loh..bingung deh, masa sih?.
Kang Dani mana?, Kang Dani aja deh yang jelasin :D.

Truss nama daku Nurhasanah, panggilannya neneng, jadi kalau mau
manggil; Teh Neneng aja, hehe... Maksa, padahal kayaknya daku masih
ade-ade. Udah ah, jangan panggil teteh-tetehan, ntar malah kepengen
teh manis lagi (hihi.gak nyambung..).

Lha dari nama, ketebak toh; daku itu aslinya garut, sunda bangeeet
(Ssstt... tapi aku gak bisa bahasa sunda). Di Surabaya kuliah, ku
jatuh cinta pada Surabaya, secara..disana 5 tahun:). Begitu
ceritanya Mbak yu Dyah;)

Terimakasih Mba Dyah, salam untuk Ibu tercinta ya..
Terimakasih SK; selamat berbakti pada ibu, ibu, ibu, bapak..:-).
Hepy milad juga euuuy untuk semua SK-ers;).

9a.

Re: Berikan yang Terbaik... ya Allah...

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Tue Jun 17, 2008 3:29 am (PDT)

Columbus Noviiiiiiiii, bukan Nimbus. Aku mang dah tamat baca Harry Potter (hehehe bangganya, padahal buku-buku yang lebih bermanfaat masih pada diplastikin. hiks), tapi ndak segitunya ngefans sampe namanya jadi Nimbus. Sebenarnya Columbus penjajah ya? Tapi dia membuka dunia baru kan? Sebenarnya dia ngikutin ya? Dah ada kan sebelum dia yang berlayar sampai benua baru. Mo nyari nama lain sih. Tapi apa ya?

Kalau mo jalan-jalan ayuh atuh, ke toko buku yang mana? Gramedia Matraman, hehehe deket banget sama rumahku tuh. Kita ke bookfair aja yuks kapan-kapan.

Semoga selalu yang terbaik untuk ayah temanmu dan untukmu....

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: novi khansa <novikhansa@gmail.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 17, 2008 2:24:05 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Berikan yang Terbaik... ya Allah...

iyaaaaaaaa

makasi ya mbak qq
yuk jalan2 naik nimbus, ke toko buku aja gimana (lho kok request :D)

Aamiin, fet, makasi ya doanya...

Heeh, kejadiannya cepet banget, mas andri, baru aja....
pas paginya, bapak kasih naskah ke aku untuk diketik, eh sorenya.....

hehehe, emangnya nangis cuma boleh buat perempuan, tapi inget juga sih abangku yang datang dari Solo, paling telat, dia tuh banyak diamnya gitu...

Alhamdulillah, aku udah ga terlalu melow hari ini mas catur, hehe...
sesaat di rs itu sempet rada gimana gitu, tapi salah satu temenku mengalihkan perhatian terus, jadinya aku ga nangis bombay di situ :D

doain ya, yang terbaik buat ayah temenku itu........
doain ya....

2008/6/16 dyah zakiati <adzdzaki@yahoo. com>:

Noviiiiii. Aku mo nangis bacanya.... Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk mereka. Untukmu. Untuk sahabat semua....

----- Original Message ----
From: novi khansa' <novi_ningsih@ yahoo.com>

Aku sudah datang terlambat siang itu. Aku sudah hampir ragu untuk hadir di
sana. Mungkin juga aku hampir tertinggal kalau saja tak meng-sms salah satu
temanku. Aku pun sampai ketika semua teman
sudah ada di mobil.
Teteh mengatakan kalau kami akan menengok ayah dari seorang teman yang
masuk rumah sakit. Aku pun ingat sms dari temanku tentang dana, tapi saat aku
periksa dompet dan isi tasku, tak kutemukan juga uang tunai. Yah, aku lupa, aku
tak membawa sepeser uang pun. Kuperhatikan alas kaki pun hanya sendal jepit.
Aku memang tak siap untuk bepergian jauh. Aku sama sekali tak tahu menahu kalau hari ini juga kami akan menengok ke
rumah sakit. Alhamdulillah, dana yang akan digunakan menyumbang adalah uang kas
yang sudah terkumpul sebelumnya.

Sepanjang perjalanan sayup-sayup kudengar kecemasan teteh yang berbicara
pada suaminya yang tengah menyetir mobil. Aku bukannya tak peduli apa yang
tengah terjadi dengan ayah dari temanku itu, tapi aku hanya coba mendengar dan
menunggu penjelasan dari mereka. Entah kenapa, padahal itu bukan kebiasaanku.

Akhirnya, kami sampai di sebuah Rumah sakit sederhana dan ruang yang kami
tuju adalah ruang ICU. Kami bertemu dengan seorang akhwat berjilbab biru tua,
wajahnya terlihat lelah. Kemudian kami pun bertemu dengan ibu dari temanku, dan
saudara-sadauranya yang ikut menunggu.
Baru saat itu aku mulai bertanya, kenapa harus mendatangi ICU, separah
apakah....?

Kecelakaan motor, koma, kena bagian kepala!
Aaah..... tidak, andai aku tak di sini.
Rasanya, aku seperti merasakan dejavu.
Rasanya aku seperti dibawa pada kejadian empat tahun lampau.

=======
Aku mungkin yang datang terakhir malam itu ke rumah sakit. Ketika aku
lewati pintu depan, aku sudah bertemu dengan teman-teman kakak, saudara sepupu,
tetangga dan banyak lagi. Kalau saja ibu tak menyuruhku segera datang saat itu,
aku pun enggan untuk datang. Selama aku di rumah,
aku tak mendengar dengan jelas keadaan bapak saat itu. Aku hanya tahu bapak
kecelakaan dan dibawa ke RSCM. Aku hanya tahu, kakak akan membeli darah setelah
ibu dan kakak menyusul ke rumah sakit terlebih dulu. Aku hanya tahu bapak ada
di IGD. Kecemasanku benar-benar tak tertandingi, tapi entah kenapa aku tak mau
ada di sana.

Aku bersama keponakanku yang berumur 2 tahun ada di rumah. Aku benar-benar
tak tenang. Aku berusaha menahan tangis ini. Entahlah apa yang bisa aku rasakan
saat itu. Aku sama sekali tak menginginkan hal yang terburuk terjadi pada
bapakku. Hingga, akhirnya aku lihat sendiri keadaanya. Ketika berada di depan
pintu ruang resustasi IGD, aku langsung dihampiri seorang ibu yang langsung
memelukku.

Di sana terbaring sosok laki-laki yang sangat berpengaruh bagiku. Sosok
yang memiliki arti besar bagi kami. Beliau terbaring kaku, darah terus ke luar
dari pelipis matanya. Bapak seperti orang tidur, tenang. Namun, kulihat, air mengalir
dari mata bapak. Di sebelah kiri bapak, ibu berdiri mengusap darah di wajah
bapak. Tak jauh dari sana, ada saudara, tetangga, dan sayup-sayup kudengar
penjelasan dokter.

Aku ajak ibu menuju masjid untuk shalat isya. Alhamdulillah, ibu masih kuat
berjalan, mengingat tetangga-tetangga kami mencemaskan keadaan ibu saat itu.
Aku ingat, tak ada lagi yang bisa kami minta selain yang terbaik untuk bapak.
Yang terbaik, ya Allah... hanya itu yang bisa kami pinta.

Dokter yang memeriksa keadaan bapak, sudah meminta ibu untuk sabar. Entah
firasat apa, kami tak bisa membayangkan apa yang terjadi malam itu. Memindahkan
bapak ke ruang ICU, tidak bisa dilakukan karena penuh, memindahkannya ke rumah
sakit lain pun tak memungkinkan. Sudah hampir 12 jam ada di sana. Kami hanya
memohon yang terbaik dan bergantian melafalkan doa dan bacaan Al-Quran.

Hingga akhirnya... bapak pergi untuk selama-lamanya.

===
Aku tersadar. Ya Allah, aku benar-benar tak
kuat ada di sini. Kulihat wajah-wajah sedih,
bingung dan perasaan tak menentu. Kulihat seorang ibu yang tengah menangis. Kulihat
sosok anak laki-laki yang terus menundukkan kepala. Di sini aku teringat akan
bapak. Kematiannya yang diawali kecelakaan yang begitu mirip dengan apa yang
dialami ayah temanku.

Ya Allah, berikanlah yang terbaik buat ayah temanku itu
Ya Allah, berikanlah yang terbaik buat keluarga mereka...
Ya Allah, berikanlah yang terbaik.

Keadaannya sang ayah tidak bisa kami ketahui siang itu. Tapi, sayup-sayup
kudengar, mereka sangat kesulitan dana, hingga kemungkinan akan menjual rumah. Sementara
kemungkinan kesadaran sang ayah tak meyakinkan. Mereka hanya bisa pasrah...


--
novi_khansa'kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi. multiply. com
http://novikhansa. rezaervani. com/

10a.

Re: Biarlah Berlalu -> Re: Hairul

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Tue Jun 17, 2008 3:37 am (PDT)

Maz Diaz, Mbak Siwi.... makasih banyak...
Mental itu memang sangat berat dan sangat merusak. Pembentukan mental itu juga dimulai dari kecil dan akan sulit diubah ketika dewasa kelak. Saya juga khawatir Hairul dan mungkin banyak anak di Indonesia ini terpengaruh dan terusakkan. Yap, bagaimanapun benar maz dan mbak, Hidayah mutlak di tangan Allah. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa.

Terima kasih. Kata itu terlalu indah untuk disandang. Semoga Allah memuliakan hati-hati kita....
Semangat juga mbak dan maz:D

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: Siwi LH <siuhik@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 17, 2008 2:51:28 PM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Biarlah Berlalu -> Re: Hairul

setuju ama MAs Diaz...
tugas kita hanya menebar benih, benih kebaikan, urusan tumbuh dan tidaknya, hujan tidaknya, biarlah menjadi hak mutlak Allah...
Seperti Pak Teha bilang dimuliakanlah hatimu wahai Bu Guru...
Semangat ya Dyah....

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

----- Original Message ----
From: Diaz Rossano <dizzman@yahoo. com>
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Sent: Tuesday, June 17, 2008 12:39:06 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] Biarlah Berlalu -> Re: Hairul

Biarlah berlalu

Memang namanya kemiskinan cenderung kepada kemalasan, alias sudah menjadi kemiskinan kultural, bukan hanya struktural semata. saya sendiri selaku Ketua RW di lingkungan sering menghadapi kasus seperti itu. Beberapa kali kita coba bantu, mulai modal usaha, tempat usaha, alat usaha, namun semuanya hanya bertahan beberapa bulan, bahkan beberapa hari!!!
saya pernah ngobrol dgn salah satu dari mereka, kalo dengan ngamen atau mengemis di jalan, pendapatan sehari bisa bersih 20rb-50rb sehari. sementara kalo usaha belum tentu, apalagi jaman sekarang, dimana orang semakin irit membelanjakan uangnya. mereka lebih prefer minta atau pinjam daripada menjual sesuatu. di satu sisi memang kasihan melihat mereka, namun di sisi lain kita juga perlu membiarkan mereka mandiri tanpa belas kasihan kita, yang penting tidak menggangu lingkungan sekitar aja.
bagi saya sih, yang penting kita sudah berusaha membantu, selanjutnya terserah mereka. biarlah Alloh yang memberikan jalan rizkinya, kita hanya berusaha membantu semampu kita.

wassalam,

Diaz

11.

SELAMAT BUAT TERBITNYA BUKU PUISI  EPRI TSAQIB!!!!

Posted by: "Divin Nahb" divin_nahb_dn@yahoo.com   divin_nahb_dn

Tue Jun 17, 2008 4:20 am (PDT)

ALHAMDULILLAH ......
AKHIRNYA PAK EPRI MENYELESAIKAN PENYUNTINGAN PUISI-PUISI HANDALANNYA.

AKU, DIVIN PERWAKILAN DARI CADAR HITAM
MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS KEBERHASILAN PAK EPRI

SEMENJAK CADAR HITAM MEMBACAKAN PUISI PAK EPRI
YANG JUDULNYA "SURAT AYAH DARI JOGJA"
MAKA, ALHAMDULILLAH BANYAK TAWARAN CADAR HITAM TUK MANGGUNG
MULAI KE TIM ACARA "JOGJA" SENDIRI SAMPAI DIAMANATKAN MEMBACA PUISI PAK EPRI DI RADIO ONE KUNINGAN.
BERIKUTNYA, YA.... BEGITULAH....

POKOKNYA
PRIBADI AKU SALUT SAMA PAK EPRI
TETEP, PAK EPRI SALAH SATU SUHU PUISI DIVIN NAHB
HALAH!!!!!!

PAK EPRI, LAUNCHINGNYA UNDANG CADAR HITAM YA
PENGEN NIH BACAIN LAGI KARYA PAK EPRI. SELALU DAN SELALU

GO!!!! GO!!!! BUAT PAK EPRI YANG UHUY BANGET DI PERPUISIAN

SALAM PENYAIR

DIVIN NAHB (CADAR HITAM)

Recent Activity
Visit Your Group
Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

Special K Group

on Yahoo! Groups

Join the challenge

and lose weight.

Yahoo! Groups

w/ John McEnroe

Join the All-Bran

Day 10 Club.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

You rock! Blockbuster wants to give you a complimentary trial of - Blockbuster Total Access.

Tidak ada komentar: