Messages In This Digest (22 Messages)
- 1a.
- Re: (Diary Pekerja)Seandainya kita yang jadi Boss* From: sismanto
- 2a.
- Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? From: fil_ardy
- 2b.
- Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? From: intan_723
- 2c.
- Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? From: Hadian Febrianto
- 3a.
- Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat From: Lia Octavia
- 3b.
- Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat From: sasa909691
- 4a.
- Re: (esai) dan 30 hari kemudian... From: sasa909691
- 4b.
- Re: (esai) dan 30 hari kemudian... From: Nursalam AR
- 5.
- Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat--TUK SINTA From: Divin Nahb
- 6a.
- [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? --- TUK REZA ERVANI From: Divin Nahb
- 6b.
- Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? --- TUK REZA ERVANI From: Andri Pranolo
- 7a.
- Mimpi yang Tergapai Re:(Diary Pekerja) Today & Tomorrow From: Diaz Rossano
- 7b.
- Re: Mimpi yang Tergapai Re:(Diary Pekerja) Today & Tomorrow From: galih@asmo.co.id
- 8a.
- [coretan] belum ada bedanya From: Afriandi EP
- 8b.
- Re: [coretan] belum ada bedanya From: Nursalam AR
- 9a.
- RM19800 In 8 Week!! From: Powerfull Income
- 9b.
- Re: RM19800 In 8 Week!! From: Nia Robiatun Jumiah
- 9c.
- Re: RM19800 In 8 Week!! From: Hadian Febrianto
- 10a.
- Re: (Diary Pekerja) Today & Tomorrow From: galih@asmo.co.id
- 11a.
- (CERPEN) AKU TAK BOLEH BERJILBAB From: Arrizki Abidin
- 11b.
- Re: (CERPEN) AKU TAK BOLEH BERJILBAB From: Andri Pranolo
- 12.
- Krisis Identitas Diri Siapa Sih Loe? From: dkadarusman
Messages
- 1a.
-
Re: (Diary Pekerja)Seandainya kita yang jadi Boss*
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Mon Jun 2, 2008 12:25 am (PDT)
Makasih inspirasinya, jadi buat saya berpikir. apakah ingin jadi
cutomer, Bos, atau tetap jadi anak nlayan saja?
HHmm......tetap enak jadi anak nelayan.
Salam,
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "punya_retno"com
<punya_retno@...> wrote:
>
> nice :)
> ..dan kocak :)
> thanks for sharing, mas budi...
>
> salam,
>
> -retno-
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , budi santosocom
> magnifico_99@ wrote:
> >
> > *(inspirasi karya Yosep Iswadi)
> >
> > Bila boss tetap pada pendapatnya, itu berarti beliau konsisten
> > Bila staff tetap pada pendapatnya, itu berarti dia keras kepala !
> >
> > Bila boss berubah-ubah pendapat, itu berarti beliau fleksibel.
> > Bila staff berubah-ubah pendapat, itu berarti dia plin-plan !
> >
> > Bila boss bekerja lambat, itu berarti beliau teliti.
> > Bila staff bekerja lambat, itu berarti dia tidak perform !
> >
> > Bila boss bekerja cepat, itu berarti beliau smart.
> > Bila staff bekerja cepat, itu berarti dia terburu-buru !
> >
> > Bila boss lambat memutuskan, itu berarti beliau hati-hati.
> > Bila staff lambat memutuskan, itu berarti dia telmi !
> >
> > Bila boss mengambil keputusan cepat,
> > itu berarti beliau berani mengambil keputusan.
> > Bila staff mengambil keputusan cepat, itu berarti dia gegabah !
> >
> > Bila boss terlalu berani mengambil resiko, itu berarti beliau risk
> taking.
> > Bila staff terlalu berani mengambil resiko, itu berarti dia sembrono
!
> >
> > Bila boss tidak berani mengambil resiko, itu berarti beliau prudent.
> > Bila staff tidak berani mengambil resiko, itu berarti dia tidak
> berjiwa bisnis !
> >
> > Bila boss mem-by pass prosedur, itu berarti beliau
proaktif-innovatif.
> > Bila staff mem-by pass prosedur, itu berarti dia melanggar aturan !
> >
> > Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti beliau waspada.
> > Bila staff curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti dia negative
> thinking !
> >
> > Bila boss menyatakan sulit, itu berarti beliau
prediktif-antisipatif.
> > Bila staff menyatakan sulit, itu berarti dia pesimistik !
> >
> > Bila boss menyatakan mudah, itu berarti beliau optimis.
> > Bila staff menyatakan mudah, itu berarti dia meremehkan masalah !
> >
> > Bila boss sering keluar kantor, itu berarti beliau rajin ke
customer.
> > Bila staff sering keluar kantor, itu berarti dia sering kelayapan !
> >
> > Bila boss sering entertainment, itu berarti beliau rajin me-lobby
> customer.
> > Bila staff sering entertainment, itu berarti dia menghamburkan
> anggaran !
> >
> > Bila boss sering tidak masuk, itu berarti beliau kecapaian karena
> kerja keras.
> > Bila staff sering tidak masuk, itu berarti dia pemalas !
> >
> > Bila boss minta fasilitas mewah, itu berarti beliau menjaga citra
> perusahaan.
> > Bila staff minta fasilitas mewah, itu berarti dia banyak menuntut !
> >
> > ...........dan masih banyak lagi.
> >
> > Bila boss membuat tulisan seperti ini, itu berarti beliau humoris.
> > Bila staf membuat tulisan seperti ini, itu berarti dia :
> > frustasi
> > iri terhadap karir orang lain
> > negative thinking
> > barisan sakit hati
> > provokasi
> > tidak tahan banting
> > berpolitik di kantor
> > tidak produktif
> > tidak sesuai dengan budaya perusahaan
> > ..........dan masih banyak lagi
> >
> > ....... Ha ha ha ha ..........
> >
> >
> > Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download
> sekarang juga.
> > http://id.toolbar.yahoo.com/
> >
>
- 2a.
-
Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ?
Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Mon Jun 2, 2008 12:30 am (PDT)
Wah, ada miripnya dengan istrikuh, Kang.
Endah kalo kemana2 pake sendal jepit. Meskipun bukan swallow
atau sendal jepit dari karet.
Yga pasti sendalnya dijepit
Kurang lebih alasannya sama
Sepertinya harus di beliin sepatu jepit nih.
Hihihi
DANI
In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Rumah Ilmucom
Indonesia" <rezaervani@...> wrote:
>
> Apa Salahnya Sandal Jepit ?
> Oleh : Reza Ervani
>
> Setelah menikah, hal yang paling sering membuat istri penulis protes
> adalah tentang penampilan sehari-hari penulis.
>
> "Mas, bajunya ganti dong "
> "Mas, rambutnya rapihin dong "
> "Mas, kumisnya cukur dong "
>
- 2b.
-
Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ?
Posted by: "intan_723" intan_723@yahoo.com intan_723
Mon Jun 2, 2008 1:30 am (PDT)
HA HA HA
Membaca tulisan ini saya jadi tertawa sendiri mengenang
beberapa "kenangan manis" saya bersama sandal jepit. Dulu Zaman saya
SMA saya pernah disuruh pake sepatunya pak satpam gedung kursus
bahasa inggris saya, karena saya tak tahu ada peraturan yang melarang
menggunakan sendal jepit. Kemudian semasa kuliah di bandung saya
pernah di usir ruangan kuliah karena lagi2 sendal jepit kesayangan
saya ( Waktu itu saya sempat beragumen dengan ibu dosen bahwa saya
berfikir pakai otak bukan pakai sendal saya) tapi tetap saja saya
diusir ke luar ruangan. Kemudian diawal2 saya bekerja di kantor saya
yang sekarang ini saya pernah di panggil manager saya karena saya
memakai "sepatu sendal" bukan "sepatu" akhirnya sekarang saya
memiliki stok 4 sepatu di kantor ini, dan tetap sendal jepit
kesayangan yang menemani perjalanan pulang dan pergi saya. Moga2
nanti pasangan saya bisa menerima saya lengkap dengan "sendal
jepitnya"
salam
Intan
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "ukhtihazimah"com
<ukhtihazimah@...> wrote:
>
> Iya, apa salahnya sandal jepit? Sandal jepit kan gak
> melakukan pencurian, perampokan, apa sandal jepit
> punya catatan kriminal?Sampe dilarang segala hehe...
>
> Tapi ternyata ada juga orang yang merasa diremehkan
> saat kita memakai sandal jepit. Terbukti saat aku
> masuk ruang sekjur kuliah pake sandal jepit,
> walaupun akhirnya gak pa pa karena kondisi terdesak,
> tapi tetap, ketidak apa2an harus melalui proses
> ceramah yang panjang dari bu sekjur.
>
> Tfs pak reza
>
> Salam,
> sinta
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Rumahcom
> Ilmu Indonesia" <rezaervani@> wrote:
> >
> > Apa Salahnya Sandal Jepit ?
> > Oleh : Reza Ervani
> >
> > Setelah menikah, hal yang paling sering membuat
> istri penulis protes
> > adalah tentang penampilan sehari-hari penulis.
> >
> > "Mas, bajunya ganti dong ..."
> > "Mas, rambutnya rapihin dong ..."
> > "Mas, kumisnya cukur dong ..."
> >
> > Tidak, penulis tidak sedang membahas protes-protes
> itu, karena
> > alhamdulillah semuanya terdengar indah. Tapi ada
> satu kalimat yang hari
> > ini selepas maghrib menjadi hal yang menggelitik
> untuk dibahas, yakni :
> >
> > "Mas, jangan pakai sandal jepit dong ..."
> >
> > Penulis termasuk golongan orang-orang yang sangat
> tidak betah memakai
> > sepatu. Selain ribet, juga rasanya canggung.
> Karenanya, setiap bepergian
> > memenuhi undangan, hampir dapat dipastikan penulis
> juga membawa cadangan
> > sandal jepit. Sepatupun dapat dipastikan hanya
> menghiasi kaki ketika
> > acara resmi, selepas itu, setelah pintu mobil
> ditutup, atau angkot mulai
> > berjalan, seeet ... berubah !!! Sepatupun berganti
> sandal jepit yang
> > lebih nyaman ... adeeemmm ...
> >
> > Hari ini penulis menemukan sebuah artikel di salah
> satu harian surat
> > kabar nasional, betapa seorang anggota partai
> politik begitu
> > memperhatikan penampilannya. Bahkan ada yang semua
> koleksi bajunya
> > berasal dari Jepang. Menurut mereka, hal itu
> perlu, karena performance
> > sangat berpengaruh pada dukungan politik. Allahu
> `Alam.
> >
> > Dulu, hampir setahun yang lalu, ketika di kampung,
> penulis kedatangan
> > seorang fotografer freelance dari Singapura.
> Lelaki muda yang cuma bisa
> > bahasa Mandarin dan Inggris ini bermaksud membuat
> semacam sketsa tentang
> > kehidupan Muslim Tionghoa di Pulau Bangka. Satu
> hal yang membuat kami
> > tercengang adalah ... dia cuma memakai Celana
> Pendek
> !!
> >
> > Penulis sendiri menikmati saat diundang mengisi
> pelatihan atau seminar
> > yang bertempat di masjid. Salah satu alasannya ...
> ya itu tadi ...
> > tidak perlu pakai sepatu. Datang pakai sandal
> jepit juga ndak masalah,
> > tokh nanti ditinggal di tangga masjid, atau
> dititip ke penjaga sepatu
> > (ini jarang, karena memang jarang ada penitipan
> sandal jepit ...).
> > Setelah pulang, tinggal pakai sendal jepit lagi ..
> .
> kalau peserta
> > protes, kok trainernya pakai sandal jepit ... tokh
> materinya sudah
> > selesai dan mengesankan. Penting mana ? Materinya
> atau sandal jepitnya ?
> >
> > Penulis membayangkan, kalau saja ada pejabat
> tinggi yang datang ke
> > daerah pakai sandal jepit, rasa-rasanya ia tidak
> akan dipecat atau
> > berkurang karisma kepemimpinannya. Tapi jangan
> pula dibuat-buat ...
> > menjelang PEMILU baru pakai sandal jepit. Tulus
> saja, atau malah hobi
> > saja pakai sandal jepit. Lebih enak dan aman.
> Sholat jumat juga tidak
> > khawatir berubah wujud menjadi lebih murah.
> Bahkan, dalam bahasa politik
> > bisa disebut `lebih merakyat'.
> >
> > Jadi coba katakan ...
> > Apa Salahnya Sandal Jepit ?
> >
> > Salam,
> > komunitas : http://groups.yahoo.
> com/group/rezaervani
> > <http://groups.yahoo.com/ >group/rezaervani
> >
>
- 2c.
-
Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ?
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Mon Jun 2, 2008 4:13 am (PDT)
Sandal Jepit???
Ada hal baru di sandal jepit...
Ternyata, sandal jepit juga punya NAMA tidak hanya merk saja.
Coba lihat kalo di masjid, sandal jepit selain merk ada tulisan HADI atau
ARIF atau DANI. dll
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123
Ph/fax: (+6222) 2507537
- 3a.
-
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Mon Jun 2, 2008 12:55 am (PDT)
iya. itu namanya irama dan suasana dalam puisi, mbak shinta. pemilihan
kata-kata dalam puisi itulah yang membentuk feel dan jiwa puisi tersebut.
punten ya kalau ada kata-kata yang kurang berkenan. maklum aku masih
belajar.
oh iya, aku juga belajar mengeksplorasi puisi dan kutuliskan versi short
story-nya (dlm bhs inggris) dan alhamdulillah short story-ku dimuat di
annida edisi bulan juni 2008. judulnya runaway train.
short story itu aku buat inspired and based on a poem, puisinya kang lian yg
judulnya stasiun terakhir.
kalau teman-teman ada waktu, silakan baca ya hasil eksplorasiku itu ^_^
makasih ya mbak shinta, mbak retno. thanks for your support.
salam
lia
2008/6/2 ukhtihazimah <ukhtihazimah@yahoo.com >:
> Setiap membaca puisi mbk lia, mbk divin dan lainnya,
> sering kali aku sulit memahami apa yang terkandung
> di dalamnya.
>
> Tapi yang selalu buat aku tertarik untuk membaca
> puisi adalah permainan kata-katanya. Terkadang
> terasa mengalun sendu, kadang berteriak marah, dan
> terasa sbuah teks menjadi lebih berjiwa. Dan yang
> sering kepalaku bertanya, koq bisa y? Hehe...
>
> Great! untuk semua penulis SK ^_^
>
> salam,
> sinta
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia
> Octavia" <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *Waktu Bermuka Pucat*
>
> >
> >
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
> >
> > lakon baru sudah disiapkan
> >
> > bagi yang resah dan tenggelam
> >
> > dalam mimpi yang tak terungkapkan
> >
> >
> >
> > tirai panggung telah diturunkan
> >
> > lampu sorot telah dinyalakan
> >
> > harap cemas penonton di kejauhan
> >
> > kali ini siapakah yang berperan
> >
> > kartu apa yang akan dimainkan
> >
> > topeng mana yang akan dikenakan
> >
> >
> >
> > siapa yang jadi korban
> >
> > siapa yang jadi pahlawan
> >
> > siapa yang jadi tuan
> >
> > siapa yang jadi pelayan
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
> >
> > ketika epiosdepisode terlempar
> >
> > babakbabak tertabrak kalimatkalimat
> >
> > para pelakon larut dalam tariannya
> >
> >
> >
> > hingga penonton bersorak:
> >
> > sekali lagi! sekali lagi!
> >
> > kami suka yang terkapar
> >
> > kami suka yang terdampar
> >
> > kami suka yang menggampar
> >
> > kami suka yang menggelepar
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam
> >
> > ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam
> >
> > kali ini tak ada pertunjukan ulang
> >
> > :semua penonton telah dipanggil pulang!
> >
> >
> >
> >
> >
> > Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10
> a.m - 3 p.m.
> >
> >
> > http://mutiaracinta.multiply. com
> >
>
>
>
- 3b.
-
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat
Posted by: "sasa909691" sasa909691@yahoo.com sasa909691
Mon Jun 2, 2008 1:04 am (PDT)
puisinya mbak Lia bagus banget. yang kuherankan cuma satu. aku kok
nggak pernah bisa buat puisi ya? hehehe...
Anisakuffa
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> Ah nggak kok, nggak terinspirasi dari situ. Aku emang mau nulis aja kok.
> Pintar akting? Bukankah kita semua pemain-pemain sandiwara di atas
panggung
> kehidupan bernama dunia? :-)
> Nggak lah.. biasa aja kok...
>
> Makasih ya, Mas Fiyan
>
> Salam
> Lia
>
> On Mon, Jun 2, 2008 at 11:53 AM, fiyan arjun <paman_sam2@...> wrote:
>
> > deulieh terinspirasi waktu workshop teater ya sama mbak Asma
> > Nadia...hehehe
> >
> > mbak ternyata pintar akting ya...hehehe
> >
> > sukses ya?
> >
> > --- On *Mon, 6/2/08, Lia Octavia <liaoctavia@...>* wrote:
> >
> > From: Lia Octavia <liaoctavia@...>
> > Subject: [sekolah-kehidupan] [puisi] Waktu Bermuka Pucat
> > To: "FLP" <forum_lingkarpena@yahoogroups. >, "FLP DKI" <com
> > flpdki@yahoogroups.com >, flpwilayah_jabedeci@yahoogroups. ,com
> > flp_jabar@yahoogroups.com , komunitaspuisi_flp@yahoogroups. ,com
"sekolah
> > kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
> > Date: Monday, June 2, 2008, 12:43 AM
> >
> >
> > *Waktu Bermuka Pucat*
> >
> >
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
> >
> > lakon baru sudah disiapkan
> >
> > bagi yang resah dan tenggelam
> >
> > dalam mimpi yang tak terungkapkan
> >
> >
> >
> > tirai panggung telah diturunkan
> >
> > lampu sorot telah dinyalakan
> >
> > harap cemas penonton di kejauhan
> >
> > kali ini siapakah yang berperan
> >
> > kartu apa yang akan dimainkan
> >
> > topeng mana yang akan dikenakan
> >
> >
> >
> > siapa yang jadi korban
> >
> > siapa yang jadi pahlawan
> >
> > siapa yang jadi tuan
> >
> > siapa yang jadi pelayan
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat berteriak tadi malam
> >
> > ketika epiosdepisode terlempar
> >
> > babakbabak tertabrak kalimatkalimat
> >
> > para pelakon larut dalam tariannya
> >
> >
> >
> > hingga penonton bersorak:
> >
> > sekali lagi! sekali lagi!
> >
> > kami suka yang terkapar
> >
> > kami suka yang terdampar
> >
> > kami suka yang menggampar
> >
> > kami suka yang menggelepar
> >
> >
> >
> > waktu bermuka pucat tersenyum dingin tadi malam
> >
> > ujung jubahnya berkibarkibar diterpa kelam
> >
> > kali ini tak ada pertunjukan ulang
> >
> > :semua penonton telah dipanggil pulang!
> >
> >
> >
> >
> >
> > Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 Juni 2008 at 10 a.m 3 p.m.
> >
> >
> > http://mutiaracinta .multiply. com <http://mutiaracinta.multiply. >com/
> >
> >
> >
> >
>
- 4a.
-
Re: (esai) dan 30 hari kemudian...
Posted by: "sasa909691" sasa909691@yahoo.com sasa909691
Mon Jun 2, 2008 1:01 am (PDT)
Memahami pasangan adalah proses seumur hidup.
itu persiapanku jelang pernikahan 14 bulan yang lalu. tulisan mbak
Retno bagus banget. menyentuh hati kita. memang kurasakan juga sejak
menikah, banyak sekali ilmu yang kudapat. walau ilmu itu didapat tidak
dengan mudah dan terkadang diiringi air mata atau omelan panjang.
namun itulah indahnya pernikahan. ketika dua hati (dengan segala
perbedaannya) bersatu seutuhnya. ketika kita tidak mempersiapkan diri
untuk selalu ikhlas dan menjalani semuanya dengan cinta, pasti semua
akan terasa berat.
cinta membuat semuanya jadi ringan..
dengan cinta, aku yang dulu super duper egois (karena sebelum menikah
hidup sendiri sejak SMA-S2 dan bekerja) ternyata bisa perlahan
mengurangi egois itu.
dengan cinta, aku yang dulu sama sekali tidak pernah memasak selain
masak mie dan air panas, ternyata sekarang sudah bisa memasak setiap
hari. bahkan diakhir pekan ketika kami berdua di rumah, aku bisa masak
berkali-kali dan mencoba resep-resep baru.
dengan cinta, aku yang dulu maunya apa-apa dilayani -ngepel ogah,
nyuci berat-berat ogah,dll- sekarang tanpa diminta aku akan dengan
senang hati menyiapkan segala keperluan suamiku.
dengan cinta, banyak hal yang dulu terasa tak mungkin kulakukan, pada
akhirnya tanpa kusadari sekarang telah kulakukan.
dan apa respon suamiku?
cinta di balas dengan cinta.
karena cinta, dia begitu memperhatikanku, memenuhi segala kebutuhanku
hingga dalam 14 bulan pernikahan kami aku merasa semua kebutuhanku
terpenuhi.
karena cinta, dia rela mengantar jemput aku pulang pergi kerja padahal
itu menumpuk kelelahan di badannya.
karena cinta, tak diijinkannya seorangpun melihatku tanpa jilbab,
bahkan tak diijinkannya aku keluar rumah dengan jilbab kecil yang
melilit leher seperti yang dulu sering kukenakan sebelum menikah.
karena cinta, dia tak beranjak menungguiku 3 hari di ruang bersalin
karena keguguran yang pertama. bahkan sebelumnya, dia juga yang
membawaku ke beberapa rumah sakit demi menyelamatkan janin 4 bulan
yang kukandung. walau pada akhirnya tetap aku keguguran, dia juga yang
mencuci seluruh pakaianku yang terkena darah dan air ketuban.
karena cinta, dia juga yang mengajakku berkunjung ke teman-teman
lamaku saat melihatku depresi setelah keguguran itu.
karena cinta, dia membersihkan gumpalan-gumpalan darah di lantai rumah
kami saat aku keguguran untuk kedua kalinya.
semua kami lakukan dengan cinta. dan memahami pasangan akan terasa
indah dan mudah jika dilakukan dengan cinta.
wassalam
anisakuffa
buat yang belum menikah, segeralah menikah. karena semua akan terasa
lebih indah dalam naungan cintaNya....:-)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , retnadi ainicom
<punya_retno@...> wrote:
>
>
>
> Dan, 30 Hari
> Kemudianâ¦
>
> Oleh: Retnadi
> Nurâaini
>
>
>
>
Beberapa bulan sebelum menikah, saya
> bertengkar dengan sahabat saya, Citra. Pertengkaran yang merupakan
pertengkaran
> terhebat, sekaligus juga pertengkaran perdana selama rentang waktu
lima tahun persahabatan
> kami.
>
>
Pertengkaran
> itu dimulai dari satu esai saya tentang suatu pernikahan impian.
Saat makan
> malam di GulTik (Gulai Tikungan) Blok M dekat SMUN 70, kami pun
membahasnya. Dan
> komentar Citra sungguh-sungguh di luar dugaan saya.
>
>
âYou
> know what, No? Untuk ukuran seorang yang akan menikah, ekspektasi lo
kelewat tinggi. Lo kelewat banyak masukin cinta dan romantisme
berkilauan. Itu nggak fair untuk kehidupan yang akan lo jalani
nantinya,â ujarnya sambil
> menatap tajam mata saya.
>
>
Mendengar komentar sepedas itu, awalnya saya cuma sanggup terperangah.
Dilanjutkan
> dengan debat panjang selama hampir dua jam lamanya. Yang berujung
pada saya
> menangis karena marahâ"ya, reaksi katarsis saya untuk banyak emosi
memang
> menangisâ"selama hampir satu jam lamanya di hadapan Citra.
>
>
âI know you hate me right now, Sweetie. Tapi
> gua percaya bahwa adakalanya cinta
> tidak dikatakan, tapi ditunjukkan dengan perbuatan. Gua sayang sama
lo, dan gua harus bilang
> itu. Maaf, ya, Sayangâ¦â ujar Citra lembut.
>
> Ya,
> waktu itu saya memang marah sekali pada Citra. Di antara seluruh
orang di
> dunia, dialah yang paling paham segala ketakutan saya tentang
pernikahan. Dan
> saat saya berusaha memerangi ketakutan saya dengan menuliskan suatu
esai romantis
> tentangnyaâ"dalam pandangan saya yang sedang marah saat ituâ"Citra
jugalah yang
> paling tidak suportif.
>
> Toh
> sehebat apapun pertengkaran kami malam itu, tiga jam kemudian kami
kembali
> berbaikan. âMeski gua masih sebel sama lo, ya, Neng. Tapi besok
udah nggak, kok. Love you, Cit,â ujar saya sambil mencoba tersenyum
dengan mata
> sembab. Yang dibalas dengan bercanda oleh Citra. âIyalah, you love
me, donât you? Hehehe, love
> you, No,â ujarnya sambil memeluk saya malam itu sebelum kami berpisah.
>
>
Dengan
> pernyataan Citra yang terus terngiang-ngiang di kepala dan telinga
saya.
>
>
***
>
> 30
> hari setelah menikah, pernyataan Citra tak juga henti bergema di
kepala dan
> telinga saya. Namun untuk pertama kalinya, saya mulai menganggapnya
masuk akal.
> Untuk pertama kalinya, saya juga mulai belajar tentang suatu konsep
pernikahan.
> Dan untuk pertama kalinya, saya bersyukur, bahwa Citra pernah
melempar komentar
> pedas itu ke hadapan saya dulu.
>
> Well, ada banyak
> hal yang saya pelajari untuk pertama kalinya, setelah menikah. Dan
dalam kurun
> 30 hari, berikut beberapa di antaranya:
>
> Saya belajar untuk menyiapkan
> minuman hangat bagi suami setiap pagi dan petang. Saya belajar untuk
menyiapkan
> segelas air putih di samping piring suami saat sarapan, makan siang,
atau makan
> malam. Saya belajar untuk menggandeng tangannya di jalan.
>
> Saya belajar untuk melarutkan dulu deterjen
> ke dalam ember air selama setengah jam. Saya belajar untuk
menyeterika pakaian
> suami sebelum ia berangkat kerja. Saya belajar untuk merendam
bilasan terakhir
> cucian ke dalam larutan pewangi dan pelembut pakaian.
>
> Saya belajar, bahwa tak semua
> keinginan saya bisa dipenuhi. Saya belajar, bahwa saat menangis,
saya tak harus
> melulu dihibur. Ada kalanya, saya harus belajar untuk paham, bahwa
kekecewaan
> suami jugalah merupakan suatu bentuk hukuman. Dan saat sumur air
mata sudah
> habis ditimba, saya belajar untuk minta maaf.
>
> Saya belajar bahwa perasaan cemburu memang
> kerap kali tak masuk akal. Pun sangat irasional, saya belajar untuk
jujur, pada
> apa yang saya rasakan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk menerima
kecemburuannya
> berdasarkan hal-hal yang menurutnya signifikan. Dengan demikian,
saya belajar
> untuk menempatkan diri dalam sepatunya, dan merasakan apa yang ia
rasakan.
>
> Saya belajar untuk berempati.
>
> Saya belajar bahwa kami dibesarkan
> dari keluarga yang berbeda, dengan kebiasaan dan selera yang berbeda
pula. Sehingga,
> saya belajar untuk bertanya sebelum mulai membelikannya sesuatu.
>
> Saya juga belajar untuk bertanya
> sebelum mulai membeli makanan ringan dalam jumlah banyak. Saya
juga belajar untuk bertanya, sebelum
> mulai memindahkan televisi dan menata ruangan. Saya belajar untuk
berdiskusi.
> Saya belajar untuk berkompromi.
>
> Saya belajar bahwa cinta tak lantas
> membuat kami jadi dukun yang bisa saling membaca pikiran. Karenanya,
saya
> belajar untuk menggunakan kata sifat untuk menjelaskan kata
âsayurâ, sehingga
> saat saya meng-sms suami dan minta tolong dibelikan sayur matang,
suami tidak
> malah membelikan sayur mentah untuk dimasak.
>
> Begitu juga saat kami bertengkar.
>
> Saya belajar untuk menjelaskan penyebab
> kekecewaan secara rasional. Untuk efek emosional yang disebabkan oleh
> kekecewaan, saya belajar untuk mengunyahnya lumat-lumat, sebelum
dilontarkan. Dari
> sana, saya belajar, bahwa dengan kepala dingin, segala bentuk
kemarahan, kesedihan,
> dan kekecewaan, bisa didiskusikan.
>
> Saya
> belajar untuk memijiti kaki dan tangan suami. Saya belajar untuk
menghapalkan
> jenis sayur kesukaannya, merk kopi yang biasa diminumnya, berapa
jumlah telur
> yang ditambahkannya untuk sepiring mi goreng, berapa sendok susu dan
madu yang
> pas di lidahnya untuk segelas susu madu. Saya belajar untuk
menyenangkannya.
>
> Saya
> belajar untuk tidak berlama-lama menerima telepon di kala malam atau
di akhir
> pekan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk tak meng-sms teman kantor
menanyakan
> masalah pekerjaan saat mereka sudah berada di rumah. Karena seperti
halnya saya
> yang juga ingin beristirahat di rumah, mereka juga pasti demikian.
>
> Saya
> belajar bahwa menunggu pasangan pulang itu menyesakkan.
>
> Kita bisa dihantui sejuta kekhawatiran,
> saat ia tak kunjung datang. Dan karena pada akhirnya saya belajar bahwa
> khawatir merupakan suatu bentuk emosi yang cukup melelahkan, maka
saya pun belajar
> untuk tidak lagi pulang kerja larut malam.
>
> Saya belajar membiasakan diri
> membawa oleh-oleh saat berkunjung ke rumah saudara ataupun teman.
Saya belajar
> untuk berusaha selalu membalas sms dan mengangkat telpon. Saya
belajar untuk
> lebih peduli.
>
> Saya belajar membiasakan diri
> mengucapkan salam. Saya belajar untuk menambahkan kata âMasâ
dan âMbakâ pada orang
> yang lebih tua, pun itu adalah kepada ketiga abang saya yang tak
terlalu peduli
> pada bentuk nama panggilan. Saya belajar untuk menghormati orang lain.
>
> Saya belajar membiasakan diri untuk
> menggunakan kata âkamiâ.
>
> Saya belajar untuk selalu menyiapkan
> uang receh. Saya belajar untuk mengambil uang di ATM dalam jumlah besar
> ketimbang dalam jumlah sedikit tapi sering. Karena kita tak selalu
menemukan
> ATM. Saya belajar untuk selalu punya stok âkeperluan wanitaâ.
Sehingga kali
> lain saya tiba-tiba âkedatangan tamuâ, suami tak perlu jalan
kaki ke warung yang
> cukup jauh pada tengah malam buta. Saya belajar untuk selalu punya
antisipasi
> dan persiapan dalam segala hal.
>
> Saya belajar bahwa toh, pada
> akhirnya, tak semua ketakutan saya itu terbukti. Beberapa di
antaranya ternyata
> hanyalah kecemasan berlebihan terhadap keengganan akan suatu
perubahan. Dan
> mengutip kata Citra, saya juga belajar bahwa cinta tak melulu harus
dikatakan. Melainkan
> berwujud nyata dalam suatu perbuatan.
>
> Kini, 30 hari lewat sudah, sejak kami
> berjanji. Semua pelajaran ini juga tak lantas berhenti sampai di
sini. Karena masih
> panjang perjalanan hari. Dan dalam perjalanan itu, kami akan kembali
membuat
> beragam kesalahan. Kami akan kembali berdebat. Kami akan kembali
salah paham.
> Kami akan kembali bertengkar. Pun, kami akan kembali berdiskusi.
Kami akan
> kembali saling minta maaf. Kami akan kembali berkompromi.
>
> Tentu saja, tak semua kompromi punya
> solusi melegakan. Pun, tak semua hari berhiaskan romantisme
berkilauan. Dan tak
> semua pelajaran ini juga sempurna hasilnya. Namun, dari sana, saya
belajar satu
> hal.
>
> Bahwa
> kami, tak akan berhenti untuk terus belajar.
>
>
***
>
> (Persembahan
> untuk: Diani Citraâ"sahabat yang menepati janjinya menjadi Mata,
Telinga, dan
> Suara. Juga untuk seseorang yang khilaf menerima saya sebagai istri
â"Mas Catur Sukonoâ"suami
> terhebat yang tak pernah lelah untuk menunggu saya belajar menjadi
dewasa. Thank God I found you. Semoga khilafmu
> permanen ya, AyangJ)
>
>
>
> Send instant messages to your online friends
http://uk.messenger.yahoo.com
>
- 4b.
-
Re: (esai) dan 30 hari kemudian...
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Mon Jun 2, 2008 3:57 am (PDT)
Hehe....betulkan kataku, Retno? Pernikahan adalah gerbang menuju
kedewasaan:). Insya Allah kita semua belajar menjadi dewasa. Termasuk saya
di usia kehamilan istri yg 4 bulan, yang mendadak ia luarbiasa manja dengan
segudang permintaan ngidam (baca: beli es krim di malam hujan dingin atau
petik mangga di halaman rumah Megawati Soekarnoputri:). Karena seperti kata
orang bijak (entah siapa namanya yang saya lupa), kita memang tak pernah
diajar kedewasaan selain oleh pengalaman dan diri kita sendiri. Itulah
kenapa kita ada di sini, di milis Eska, untuk berbagi. Yuk, berbagi! Berbagi
cerita dan asa, berbagi empatidan berbagi peduli.
Tabik hormat,
Nursalam AR
- orang yang katamu suhu tapi sebenarnya ia muridmu:) -
On 6/1/08, retnadi aini <punya_retno@yahoo.com > wrote:
>
> *Dan, 30 Hari Kemudian *
>
> *Oleh: Retnadi Nur'aini*
>
> * *
>
> Beberapa bulan sebelum menikah, saya bertengkar dengan sahabat
> saya, Citra. Pertengkaran yang merupakan pertengkaran terhebat, sekaligus
> juga pertengkaran perdana selama rentang waktu lima tahun persahabatan kami.
>
> Pertengkaran itu dimulai dari satu esai saya tentang suatu
> pernikahan impian. Saat makan malam di GulTik (Gulai Tikungan) Blok M dekat
> SMUN 70, kami pun membahasnya. Dan komentar Citra sungguh-sungguh di luar
> dugaan saya.
>
> "*You know what*, No? Untuk ukuran seorang yang akan menikah,
> ekspektasi *lo *kelewat tinggi. *Lo kelewat* banyak masukin cinta dan
> romantisme berkilauan. Itu *nggak fair* untuk kehidupan yang akan *lo*jalani nantinya," ujarnya sambil menatap tajam mata saya.
>
> Mendengar komentar sepedas itu, awalnya saya cuma sanggup
> terperangah. Dilanjutkan dengan debat panjang selama hampir dua jam lamanya.
> Yang berujung pada saya menangis karena marahya, reaksi katarsis saya untuk
> banyak emosi memang menangisselama hampir satu jam lamanya di hadapan
> Citra.
>
> "*I know you hate me right now, Sweetie*. Tapi *gua* percaya
> bahwa adakalanya cinta tidak dikatakan, tapi ditunjukkan dengan perbuatan.
> *Gua* sayang sama *lo*, dan *gua* harus bilang itu. Maaf, ya, Sayang "
> ujar Citra lembut.
>
> Ya, waktu itu saya memang marah sekali pada Citra. Di antara
> seluruh orang di dunia, dialah yang paling paham segala ketakutan saya
> tentang pernikahan. Dan saat saya berusaha memerangi ketakutan saya dengan
> menuliskan suatu esai romantis tentangnyadalam pandangan saya yang sedang
> marah saat ituCitra jugalah yang paling tidak suportif.
>
> Toh sehebat apapun pertengkaran kami malam itu, tiga jam
> kemudian kami kembali berbaikan. "Meski *gua* masih *sebel* sama lo, ya,
> Neng. Tapi besok *udah nggak*, kok. *Love you*, Cit," ujar saya sambil
> mencoba tersenyum dengan mata sembab. Yang dibalas dengan bercanda oleh
> Citra. "Iyalah, *you love me, don't you*? Hehehe, *love you*, No," ujarnya
> sambil memeluk saya malam itu sebelum kami berpisah.
>
> Dengan pernyataan Citra yang terus terngiang-ngiang di kepala
> dan telinga saya.
>
>
> ***
>
> 30 hari setelah menikah, pernyataan Citra tak juga henti
> bergema di kepala dan telinga saya. Namun untuk pertama kalinya, saya mulai
> menganggapnya masuk akal. Untuk pertama kalinya, saya juga mulai belajar
> tentang suatu konsep pernikahan. Dan untuk pertama kalinya, saya bersyukur,
> bahwa Citra pernah melempar komentar pedas itu ke hadapan saya dulu.
>
> *Well*, ada banyak hal yang saya pelajari untuk pertama kalinya, setelah
> menikah. Dan dalam kurun 30 hari, berikut beberapa di antaranya:
>
> Saya belajar untuk menyiapkan minuman hangat bagi suami setiap pagi dan
> petang. Saya belajar untuk menyiapkan segelas air putih di samping piring
> suami saat sarapan, makan siang, atau makan malam. Saya belajar untuk
> menggandeng tangannya di jalan.
>
> Saya belajar untuk melarutkan dulu deterjen ke dalam ember air selama
> setengah jam. Saya belajar untuk menyeterika pakaian suami sebelum ia
> berangkat kerja. Saya belajar untuk merendam bilasan terakhir cucian ke
> dalam larutan pewangi dan pelembut pakaian.
>
> Saya belajar, bahwa tak semua keinginan saya bisa dipenuhi. Saya belajar,
> bahwa saat menangis, saya tak harus melulu dihibur. Ada kalanya, saya harus
> belajar untuk paham, bahwa kekecewaan suami jugalah merupakan suatu bentuk
> hukuman. Dan saat sumur air mata sudah habis ditimba, saya belajar untuk
> minta maaf.
>
> Saya belajar bahwa perasaan cemburu memang kerap kali tak masuk akal. Pun
> sangat irasional, saya belajar untuk jujur, pada apa yang saya rasakan.
> Sebaliknya, saya juga belajar untuk menerima kecemburuannya berdasarkan
> hal-hal yang menurutnya signifikan. Dengan demikian, saya belajar untuk
> menempatkan diri dalam sepatunya, dan merasakan apa yang ia rasakan.
>
> Saya belajar untuk berempati.
>
> Saya belajar bahwa kami dibesarkan dari keluarga yang berbeda, dengan
> kebiasaan dan selera yang berbeda pula. Sehingga, saya belajar untuk
> bertanya sebelum mulai membelikannya sesuatu.
>
> Saya juga belajar untuk bertanya sebelum mulai membeli makanan ringan dalam
> jumlah banyak. Saya juga belajar untuk bertanya, sebelum mulai
> memindahkan televisi dan menata ruangan. Saya belajar untuk berdiskusi. Saya
> belajar untuk berkompromi.
>
> Saya belajar bahwa cinta tak lantas membuat kami jadi dukun yang bisa
> saling membaca pikiran. Karenanya, saya belajar untuk menggunakan kata sifat
> untuk menjelaskan kata "sayur", sehingga saat saya meng-sms suami dan minta
> tolong dibelikan sayur matang, suami tidak malah membelikan sayur mentah
> untuk dimasak.
>
> Begitu juga saat kami bertengkar.
>
> Saya belajar untuk menjelaskan penyebab kekecewaan secara rasional. Untuk
> efek emosional yang disebabkan oleh kekecewaan, saya belajar untuk
> mengunyahnya lumat-lumat, sebelum dilontarkan. Dari sana, saya belajar,
> bahwa dengan kepala dingin, segala bentuk kemarahan, kesedihan, dan
> kekecewaan, bisa didiskusikan.
>
> Saya belajar untuk memijiti kaki dan tangan suami. Saya belajar untuk
> menghapalkan jenis sayur kesukaannya, merk kopi yang biasa diminumnya,
> berapa jumlah telur yang ditambahkannya untuk sepiring mi goreng, berapa
> sendok susu dan madu yang pas di lidahnya untuk segelas susu madu. Saya
> belajar untuk menyenangkannya.
>
> Saya belajar untuk tidak berlama-lama menerima telepon di kala malam atau
> di akhir pekan. Sebaliknya, saya juga belajar untuk tak meng-sms teman
> kantor menanyakan masalah pekerjaan saat mereka sudah berada di rumah.
> Karena seperti halnya saya yang juga ingin beristirahat di rumah, mereka
> juga pasti demikian.
>
> Saya belajar bahwa menunggu pasangan pulang itu menyesakkan.
>
> Kita bisa dihantui sejuta kekhawatiran, saat ia tak kunjung datang. Dan
> karena pada akhirnya saya belajar bahwa khawatir merupakan suatu bentuk
> emosi yang cukup melelahkan, maka saya pun belajar untuk tidak lagi pulang
> kerja larut malam.
>
> Saya belajar membiasakan diri membawa oleh-oleh saat berkunjung ke rumah
> saudara ataupun teman. Saya belajar untuk berusaha selalu membalas sms dan
> mengangkat telpon. Saya belajar untuk lebih peduli.
>
> Saya belajar membiasakan diri mengucapkan salam. Saya belajar untuk
> menambahkan kata "Mas" dan "Mbak" pada orang yang lebih tua, pun itu adalah
> kepada ketiga abang saya yang tak terlalu peduli pada bentuk nama panggilan.
> Saya belajar untuk menghormati orang lain.
>
> Saya belajar membiasakan diri untuk menggunakan kata "kami".
>
> Saya belajar untuk selalu menyiapkan uang receh. Saya belajar untuk
> mengambil uang di ATM dalam jumlah besar ketimbang dalam jumlah sedikit tapi
> sering. Karena kita tak selalu menemukan ATM. Saya belajar untuk selalu
> punya stok "keperluan wanita". Sehingga kali lain saya tiba-tiba "kedatangan
> tamu", suami tak perlu jalan kaki ke warung yang cukup jauh pada tengah
> malam buta. Saya belajar untuk selalu punya antisipasi dan persiapan dalam
> segala hal.
>
> Saya belajar bahwa toh, pada akhirnya, tak semua ketakutan saya itu
> terbukti. Beberapa di antaranya ternyata hanyalah kecemasan berlebihan
> terhadap keengganan akan suatu perubahan. Dan mengutip kata Citra, saya juga
> belajar bahwa cinta tak melulu harus dikatakan. Melainkan berwujud nyata
> dalam suatu perbuatan.
>
> Kini, 30 hari lewat sudah, sejak kami berjanji. Semua pelajaran ini juga
> tak lantas berhenti sampai di sini. Karena masih panjang perjalanan hari.
> Dan dalam perjalanan itu, kami akan kembali membuat beragam kesalahan. Kami
> akan kembali berdebat. Kami akan kembali salah paham. Kami akan kembali
> bertengkar. Pun, kami akan kembali berdiskusi. Kami akan kembali saling
> minta maaf. Kami akan kembali berkompromi.
>
> Tentu saja, tak semua kompromi punya solusi melegakan. Pun, tak semua hari
> berhiaskan romantisme berkilauan. Dan tak semua pelajaran ini juga sempurna
> hasilnya. Namun, dari sana, saya belajar satu hal.
>
> Bahwa kami, tak akan berhenti untuk terus belajar.
>
>
> ***
>
> (Persembahan untuk: Diani Citrasahabat yang menepati janjinya menjadi
> Mata, Telinga, dan Suara. Juga untuk seseorang yang khilaf menerima saya
> sebagai istri Mas Catur Sukonosuami terhebat yang tak pernah lelah untuk
> menunggu saya belajar menjadi dewasa. *Thank God I found you*. Semoga
> khilafmu permanen ya, AyangJ)
>
> Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
>
>
--
-"When there's a will there's a way"
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-91477730
http://nursalam.multiply. com
YM ID: nursalam_ar
- 5.
-
Re: [puisi] Waktu Bermuka Pucat--TUK SINTA
Posted by: "Divin Nahb" divin_nahb_dn@yahoo.com divin_nahb_dn
Mon Jun 2, 2008 1:32 am (PDT)
Ah.... bisa saja Sinta
Jadi enak nih kite.
Jadi kapan balas puisi yang tersebar di ESKA
He... he.... he....
Pan Kite juga mau bagi-bagi kata sama Mpok Sinta
Mpok Sinta? Mbak Sinta? Ape Uni Sinta?
Wis, apa aja yang penting SINTA CUANTIK
Salam
Divin Nahb
- 6a.
-
[CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? --- TUK REZA ERVANI
Posted by: "Divin Nahb" divin_nahb_dn@yahoo.com divin_nahb_dn
Mon Jun 2, 2008 1:41 am (PDT)
Ada benernya sih enakan pake sendal jepit
Tapi kalo aku
Kalo aku ya....
Em.... enakkan pake sepatu.
Kenapa?
Karena kakiku nggak lecet
Abisan udah kebiasaan pake sepatu.
Terus waktu lari ngejar bis, rasanya sepatu nempel di kaki
Kalo pake sendal jempit suka ketinggalan gitu
He... he.... he....
Ternyata kenyamanan seseorang itu beda ya
Terus masukan aja bagi para SANDAL JEPITER
Em... sandalnya harus bagus tuh. Biar Oke gitu
Em... biar pake sendal jempet tapi kagak lusuh
Jangan sendal jepit yang udah item-item dan tipis
Bahaya buat jalan, bisa terjengkang nanti kalo licin
Whatever!!!
Aku kalo ke warung pake sendal jepit
Kalo ke warnet pake sendal jepit
Jadi sendal jepit itu asyik dan enak.
Salam
Divin Nahb
- 6b.
-
Re: [CATHAR] Apa Salahnya Sandal Jepit ? --- TUK REZA ERVANI
Posted by: "Andri Pranolo" apranolo@gmail.com and_pci
Mon Jun 2, 2008 3:59 am (PDT)
Salam buat pencinta sandal njepiter..!
Iya, enakan pake sendal jepit..
Dulu pas zamannya SMA,
saya dan beberapa teman..
Ke kamar mandi,
ke toko buku,
ke warnet,
ke mall,
ke masjid,
Ngapel.. (he...2x)
Nonton bisokop...
*de el el*..,
Kami semua pake sendal jepit, karena lebih enak dipakai, nyaman, dan aman
(terutama dari incaran sandal 'mahal' dan sepatu garong...!), serta populer
juga lho (mudah didapatkan dimana-mana)...!. he...2x.
Seingat saya, sampe sekarang, sering juga saya pake sendal jepit pit
(termasuk kalo sedang di ruang kerja, seperti sekarang saat menulis
*mail*ini.. he..2x).. ^;^
Selamat menggunakan sendal jepit..!
Salam,
Apranolo-Jogja
(yang sedang menggunakan sendal jepit SWALLOW warna hijau)
2008/6/2 Divin Nahb <divin_nahb_dn@yahoo.com >:
> Ada benernya sih enakan pake sendal jepit
> Tapi kalo aku
> Kalo aku ya....
> Em.... enakkan pake sepatu.
> Kenapa?
> Karena kakiku nggak lecet
> Abisan udah kebiasaan pake sepatu.
> Terus waktu lari ngejar bis, rasanya sepatu nempel di kaki
> Kalo pake sendal jempit suka ketinggalan gitu
>
> He... he.... he....
> Ternyata kenyamanan seseorang itu beda ya
> Terus masukan aja bagi para SANDAL JEPITER
> Em... sandalnya harus bagus tuh. Biar Oke gitu
> Em... biar pake sendal jempet tapi kagak lusuh
> Jangan sendal jepit yang udah item-item dan tipis
> Bahaya buat jalan, bisa terjengkang nanti kalo licin
>
> Whatever!!!
> Aku kalo ke warung pake sendal jepit
> Kalo ke warnet pake sendal jepit
> Jadi sendal jepit itu asyik dan enak.
>
>
> Salam
>
>
>
> Divin Nahb
>
> _
>
- 7a.
-
Mimpi yang Tergapai Re:(Diary Pekerja) Today & Tomorrow
Posted by: "Diaz Rossano" dizzman@yahoo.com Dizzman
Mon Jun 2, 2008 1:54 am (PDT)
Mimpi yang Tergapai
mencermati tulisan mas Galih, cukup menarik untuk dicermati. hidup memang seperti air mengalir, jalanlah apa adanya, toh Alloh SWT tidak akan menciptakan kita hidup hanya untuk sengsara, kecuali karena ulah kita sendiri.
Namun bermimpi juga perlu, selama tetap linier dengan kemampuan yang ada pada diri kita dan kondisi eksternal di sekitar kita. Sebagai PNS dengan gaji pas-pasan, boro-boro bisa bermimpi punya rumah, mobil, apalagi kaya. Banyak memang yang menggapai mimpi dengan jalan pintas, seperti korupsi, baik waktu maupun uang, dlsb modusnya. Bagi kami, sebisa mungkin hal tersebut dihindari, minimal tidak secara langsung terlibat di dalamnya, karena hukum alam tetap berlaku, cepat atau lambat. Banyak orang yang melalui jalan pintas tersebut, tumbuh berbagai penderitaan, mulai dari penyakit kronis, anak yang bandel, bahkan beberapa dikirim ke hotel prodeo. Lebih baik tetap berjalan seperti air mengalir, namun tetap berikhtiar menggapai mimpi.
Beberapa kali saya pernah mengalami hal tersebut, salah satunya seperti ketika melamar menjadi PNS, saya bercita-cita dapat bekerja di pusat, namun karena saat itu tidak ada lowongan, saya 'hanya' diterima sebagai CPNS di daerah. Lama mimpi tersebut terpendam, hampir 7 tahun, ketika secara tidak diduga, teman lama mengontak saya untuk ikut pindah ke pusat, karena ada beberapa lowongan yang belum terisi.
Hidup itu bertahap, dan tidak setiap tahapan itu sama kepada setiap orang pada usia atau level yang sama. Ketika masih baru awal menjadi PNS, beli HP baru masih merupakan impian, buat makan aja susah. Tetapi lama kelamaan, seiring dengan perkembangan waktu, HP yang relatif mahalpun terbeli, tanpa harus melalui jalan pintas.
Hidup itu pas-pasan, pas butuh pas ada. Ketika masih belum punya anak, naik motor sudah terasa cukup, lagipula terlalu bermimpi seorang PNS pemula punya mobil, bisa-bisa malah dicurai orang, duitnya dari mana? Mau kredit, takut ditolak karena gaji gak cukup. Tetapi seiring dengan membesarnya keluarga, motor sudah tidak cukup lagi menampung 4 orang. Mulailah bermimpi untuk punya mobil, tetapi darimana uangnya? Tuhan Maha Adil, ketika sedang butuh2nya, ada aja temen yang menawari pekerjaan sampingan, di luar jam kantor. Alhamdulillah, hasil dari pekerjaan tersebut cukup buat beli mobil, walaupun bekas dan dah agak tua usianya. Yang penting tetap nyaman dan tidak banyak rewel.
Satu demi satu mimpi tergapai, meskipun harus dilalui dengan banyak rintangan dan halangan.
Masih banyak mimpi yang (belum) tergapai, tapi percayalah, Alloh itu bagaimana persangkaan hambaNya. Apabila kita berprasangka baik, Insya Alloh mimpi demi mimpi kita akan tercapai, tentunya sekali lagi, sesuai dengan kemampuan kita dan kondisi eksternal di sekitar kita. Alloh tidak akan memberi sesuatu di luar kemampuan hambaNya.
Wassalam,
Diaz
Alumni CPNS
http://dizzman.wordpress. com
- 7b.
-
Re: Mimpi yang Tergapai Re:(Diary Pekerja) Today & Tomorrow
Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id
Mon Jun 2, 2008 4:48 am (PDT)
Mimpi yang Tergapai,
Menarik juga pengalamannya, saya banyak dapat ilmu dari tulisan Pak Diaz.
Sungguh bahagianya ketika Allah mengabulkan apa yang menjadi mimpi kita.
Terima kasih atas komentarnya,
dan salam kenal.
galih
Diaz Rossano <dizzman@yahoo.com >
Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
06/02/2008 03:41 PM
Please respond to sekolah-kehidupan
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
cc:
Subject: [sekolah-kehidupan] Mimpi yang Tergapai Re:(Diary Pekerja) Today &
Tomorrow
Mimpi yang Tergapai
mencermati tulisan mas Galih, cukup menarik untuk dicermati. hidup memang
seperti air mengalir, jalanlah apa adanya, toh Alloh SWT tidak akan
menciptakan kita hidup hanya untuk sengsara, kecuali karena ulah kita
sendiri.
Namun bermimpi juga perlu, selama tetap linier dengan kemampuan yang ada
pada diri kita dan kondisi eksternal di sekitar kita. Sebagai PNS dengan
gaji pas-pasan, boro-boro bisa bermimpi punya rumah, mobil, apalagi kaya.
Banyak memang yang menggapai mimpi dengan jalan pintas, seperti korupsi,
baik waktu maupun uang, dlsb modusnya. Bagi kami, sebisa mungkin hal
tersebut dihindari, minimal tidak secara langsung terlibat di dalamnya,
karena hukum alam tetap berlaku, cepat atau lambat. Banyak orang yang
melalui jalan pintas tersebut, tumbuh berbagai penderitaan, mulai dari
penyakit kronis, anak yang bandel, bahkan beberapa dikirim ke hotel
prodeo. Lebih baik tetap berjalan seperti air mengalir, namun tetap
berikhtiar menggapai mimpi.
Beberapa kali saya pernah mengalami hal tersebut, salah satunya seperti
ketika melamar menjadi PNS, saya bercita-cita dapat bekerja di pusat,
namun karena saat itu tidak ada lowongan, saya 'hanya' diterima sebagai
CPNS di daerah. Lama mimpi tersebut terpendam, hampir 7 tahun, ketika
secara tidak diduga, teman lama mengontak saya untuk ikut pindah ke pusat,
karena ada beberapa lowongan yang belum terisi.
Hidup itu bertahap, dan tidak setiap tahapan itu sama kepada setiap orang
pada usia atau level yang sama. Ketika masih baru awal menjadi PNS, beli
HP baru masih merupakan impian, buat makan aja susah. Tetapi lama
kelamaan, seiring dengan perkembangan waktu, HP yang relatif mahalpun
terbeli, tanpa harus melalui jalan pintas.
Hidup itu pas-pasan, pas butuh pas ada. Ketika masih belum punya anak,
naik motor sudah terasa cukup, lagipula terlalu bermimpi seorang PNS
pemula punya mobil, bisa-bisa malah dicurai orang, duitnya dari mana? Mau
kredit, takut ditolak karena gaji gak cukup. Tetapi seiring dengan
membesarnya keluarga, motor sudah tidak cukup lagi menampung 4 orang.
Mulailah bermimpi untuk punya mobil, tetapi darimana uangnya? Tuhan Maha
Adil, ketika sedang butuh2nya, ada aja temen yang menawari pekerjaan
sampingan, di luar jam kantor. Alhamdulillah, hasil dari pekerjaan
tersebut cukup buat beli mobil, walaupun bekas dan dah agak tua usianya.
Yang penting tetap nyaman dan tidak banyak rewel.
Satu demi satu mimpi tergapai, meskipun harus dilalui dengan banyak
rintangan dan halangan.
Masih banyak mimpi yang (belum) tergapai, tapi percayalah, Alloh itu
bagaimana persangkaan hambaNya. Apabila kita berprasangka baik, Insya
Alloh mimpi demi mimpi kita akan tercapai, tentunya sekali lagi, sesuai
dengan kemampuan kita dan kondisi eksternal di sekitar kita. Alloh tidak
akan memberi sesuatu di luar kemampuan hambaNya.
Wassalam,
Diaz
Alumni CPNS
http://dizzman.wordpress. com
- 8a.
-
[coretan] belum ada bedanya
Posted by: "Afriandi EP" afriandie@gmail.com afriandie
Mon Jun 2, 2008 2:19 am (PDT)
di tengah pertikaian antara pro dan kontra kenaikan BBM, saya gak mau
ikut ambil bagian ah... bagi saya keputusan pemerintah, apapun di luar
jangkauan kemampuan saya. toh di akhirat nanti para pembuat kebijakan
itu yang akan ditanyakan oleh Tuhan. sebagai rakyat, saya hanya butuh
jaminan kehidupan saya dilindungi secara hukum :)
tapi, lucu juga ya... kenaikan BBM ternyata tidak mengubah gaya hidup
perkotaan yang doyan mobil maupun motor. setiap pagi, para pengendara
kendaraan bermotor itu rela antri menghabiskan BBM dalam meneruskan
parade kemacetan. sepertinya ini semakin membuktikan bahwa subsidi BBM
selama ini hanya dinikmati oleh orang-orang tingkat menengah ke atas.
lalu ke mana kalangan rakyat miskin?
selanjutnya di http://pondokecil.wordpress. com/2008/ 06/02/belum- ada-bedanya/
--
Afriandi Eka Prasetya
be learning and be living
http://pondokecil.wordpress. com
- 8b.
-
Re: [coretan] belum ada bedanya
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Mon Jun 2, 2008 4:05 am (PDT)
Sebetulnya dampak kenaikan BBM lebih terasa pada masyarakat pengguna
angkutan umum,Mas. Yah, seperti saya ini:(. Mesti debat keras dgn sopir
angkot soal besaran tarif yang mereka naikkan seenaknya atau pikir-pikir
naik jenis angkot apa yang tak menguras cadangan uang samai akhir
bulan,hehe...
Thanks,udah coba angkat isu ini.Maaf, belum baca lengkapnya di blognya. Baru
baca prolognya eh terasa kok "saya banget",hehe..
Tabik,
Nursalam AR
On 6/2/08, Afriandi EP <afriandie@gmail.com > wrote:
>
> di tengah pertikaian antara pro dan kontra kenaikan BBM, saya gak mau
> ikut ambil bagian ah... bagi saya keputusan pemerintah, apapun di luar
> jangkauan kemampuan saya. toh di akhirat nanti para pembuat kebijakan
> itu yang akan ditanyakan oleh Tuhan. sebagai rakyat, saya hanya butuh
> jaminan kehidupan saya dilindungi secara hukum :)
>
> tapi, lucu juga ya... kenaikan BBM ternyata tidak mengubah gaya hidup
> perkotaan yang doyan mobil maupun motor. setiap pagi, para pengendara
> kendaraan bermotor itu rela antri menghabiskan BBM dalam meneruskan
> parade kemacetan. sepertinya ini semakin membuktikan bahwa subsidi BBM
> selama ini hanya dinikmati oleh orang-orang tingkat menengah ke atas.
> lalu ke mana kalangan rakyat miskin?
>
> selanjutnya di
> http://pondokecil.wordpress. com/2008/ 06/02/belum- ada-bedanya/
>
> --
> Afriandi Eka Prasetya
>
> be learning and be living
> http://pondokecil.wordpress. com
>
>
--
-"When there's a will there's a way"
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-91477730
http://nursalam.multiply. com
YM ID: nursalam_ar
- 9a.
-
RM19800 In 8 Week!!
Posted by: "Powerfull Income" gilberti80@yahoo.com gilberti80
Mon Jun 2, 2008 3:00 am (PDT)
Adakah Anda Kini Sedang Menikmati Kehidupan? ATAU semata-mata untuk meneruskan kehidupan semata-mata?
Jangan Buang Masa Lagi!! Bertindak Segera dengan memulakan sesuatu yang mampu merealisasikan impian anda & Keluarga!!
Ayuh bersama kami menyertai satu revolusi perniagaan yang telah melahirkan ramai usahawan serta jutawan!!
Kami yakin anda juga mampu melakukankannya kerana kami telah pun melakukanya!!
Bimbingan Akan Diberi Untuk Pendapatan RM19800 Anda Dalam Masa 8 Minggu!!
Segera Layari atau Hubungi:
www.diwaris.com/?ref= bert
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com - 9b.
-
Re: RM19800 In 8 Week!!
Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com
Mon Jun 2, 2008 3:05 am (PDT)
mohon maaf aku gak sengaja mengaprove email ini
nia
(salah satu moderator)
Pada 2 Juni 2008 16:46, Powerfull Income <gilberti80@yahoo.com > menulis:
> *Adakah Anda Kini Sedang Menikmati Kehidupan? ATAU semata-mata untuk
> meneruskan kehidupan semata-mata?
> *
> Jangan Buang Masa Lagi!! Bertindak Segera dengan memulakan sesuatu yang
> mampu merealisasikan impian anda & Keluarga!!
>
> Ayuh bersama kami menyertai satu revolusi perniagaan yang telah melahirkan
> ramai usahawan serta jutawan!!
>
> Kami yakin anda juga mampu melakukankannya kerana kami telah pun
> melakukanya!!*
> *
> *Bimbingan Akan Diberi Untuk Pendapatan RM19800 Anda Dalam Masa 8 Minggu!!
>
> Segera Layari atau Hubungi:*
>
> *www.diwaris.com/?ref= bert*
> **
>
> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert
> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert01
> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert
> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert02
> <http://www.diwaris.com/?ref= > <http://www.diwaris.bert02 com/?ref= ><http://www.diwaris.bert03 com/?ref= >bert
>
> Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
>
>
- 9c.
-
Re: RM19800 In 8 Week!!
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Mon Jun 2, 2008 3:37 am (PDT)
Silahkan saja semua MENGHAPUS email ini.
On 6/2/08, Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com > wrote:
>
> mohon maaf aku gak sengaja mengaprove email ini
> nia
> (salah satu moderator)
>
> Pada 2 Juni 2008 16:46, Powerfull Income <gilberti80@yahoo.com > menulis:
>
>> *Adakah Anda Kini Sedang Menikmati Kehidupan? ATAU semata-mata untuk
>> meneruskan kehidupan semata-mata?
>> *
>> Jangan Buang Masa Lagi!! Bertindak Segera dengan memulakan sesuatu yang
>> mampu merealisasikan impian anda & Keluarga!!
>>
>> Ayuh bersama kami menyertai satu revolusi perniagaan yang telah melahirkan
>> ramai usahawan serta jutawan!!
>>
>> Kami yakin anda juga mampu melakukankannya kerana kami telah pun
>> melakukanya!!*
>> *
>> *Bimbingan Akan Diberi Untuk Pendapatan RM19800 Anda Dalam Masa 8
>> Minggu!!
>>
>> Segera Layari atau Hubungi:*
>>
>> *www.diwaris.com/?ref= bert*
>> **
>>
>> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert
>> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert01
>> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert
>> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert02
>> <http://www.diwaris.com/?ref= > <http://www.diwaris.bert02 com/?ref= >bert03
>> <http://www.diwaris.com/?ref= >bert
>>
>> Send instant messages to your online friends
>> http://uk.messenger.yahoo.com
>>
>
>
>
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123
Ph/fax: (+6222) 2507537
- 10a.
-
Re: (Diary Pekerja) Today & Tomorrow
Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id
Mon Jun 2, 2008 4:51 am (PDT)
Nasihat yang dalam,'syukuri apa yang sudah ada.'
Saya seringkali memikirkan apa-apa yang bemum saya punya.
Tetapi sangat jarang sekali mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya
kepada saya.
Terima kasih atas komentarnya
salam,
galih
"ratihjussac" <ratihjussac@yahoo.com >
Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
06/02/2008 09:56 AM
Please respond to sekolah-kehidupan
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
cc:
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: (Diary Pekerja) Today & Tomorrow
Benar, jangan bebani pikiran dengan sesuatu yang belum ada dalam
gengaman kita. Syukuri apa yang sudah ada .Kadang apa yang kita tidak
mendapatkan apa yang kita inginkan. Bahagia bukan terletak pada apa
yang kita inginkan tercapai atau tidak, tetapi bagaimana sikap kita
mensyukuri apa yang sudah kita terima.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , galih@... wrote:com
>
> Sorry, harusnya kemarin dipostingnya, lagi mumet ^_^
>
>
>
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
>
> Jika datang waktu pagi janganlah memikirkan tentang waktu sore
> Jika waktu sore tiba janganlah memikirkan tentang waktu pagi
>
> Sebuah obrolan makan siang menguburkan rasa bt yang sempat
menyelimuti awal hari ini.
> Betapa tidak, seharusnya hari sabtu ini jadwal bermain futsal bersama
> teman-teman kerja
> batal sudah karena harus piket di kantor. Saat ini saya kurang begitu
> bersemangat jika hari
> kerja sebanyak 6 hari/minggu, cukuplah 5 hari saja. Selain untuk
> menghilangkan kejenuhan
> saya pikir pribadi dan keluarga juga mempunyai hak untuk diberikan
waktu
> secara khusus.
>
> Tapi rasa bt itu sirna sudah pada saat jam makan siang tadi. Sebuah
obrolan yang
> kembali
> mengingatkan saya untuk kembali menjalani kehidupan ini dengan lebih
> nyaman. Jika terke-
> na jadwal piket saya memang sering makan siang di luar, selain untuk
> mencari atmosfir yang
> lebih segar juga saya, juga teman-teman yang lain, memanfaatkan
waktu ini
> untuk dapat sa-
> ling mengenal lebih jauh lagi.
>
> Siang ini saya dengan Pak Windy-teman di bagian exim-makan siang di
rumah
> makan Padang
> langganannya Pak Windy. Sebenarnya saya pernah beberapa kali makan di
> tempat ini tetapi
> belum pernah bersamanya. Seperti biasa kami berdua memesan makanan
sesuai
> dengan selera
> yang kami rasa waktu itu. Kami duduk di meja paling depan. Pesanan pun
> tiba dan mulailah kami
> mengisi perut yang sudah terasa kosong.
>
> Percakapan ringan pun mengiringi santap siang kami. Entah kenapa
terpikir
> olehku untuk mena-
> nyakan sesuatu kepada Pak Windy.
>
> "Pak Win." Begitu saya memanggil namanya.
> "Lima tahun kedepan atau sepuluh tahun lah, punya rencana atau
cita-cita
> apa baik untuk pribadi
> ataupun keluarga?" Tanya saya kepada Pak Windy.
> "Ngga ada, Gal." Jawabnya singkat.
> "Masa sih ngga punya planning ke depan?" Tanya saya sambil merasa
heran. Karena saya pikir Pak
> Windy itu termasuk orang yang segala sesuatunya terkonsep.
> "Menurut Aidh Al Qarni jangan terlalu memikirkan hari esok."
> "Jadi, jalani saja.?" Potong saya.
> "Iya, Gal. Saya tidak punya rencana mau ngapain atau mau punya ini,
itu.
> Ya, jalani saja kayak air
> mengalir. Cukup berbuat yang terbaik untuk hari ini. Kita hidup hari
ini,
> ya, berbuatlah yang terbaik
> untuk hari ini."
>
> Saya manggut-manggut mendengar jawaban dari Pak Windy. Pikir saya ada
> benarnya juga.
>
> "Begini Pak Win, saya setuju kalau kita harus melakukan yang terbaik
untuk
> hari ini, sebab hari
> ini akan menjadi modal buat kita untuk malangkah esok. Hasil dari usaha
> terbaik yang kita lakukan
> kita sesuaikan dengan rencana-rencana hidup kita di masa yang akan
> datang."
>
> "Saya sih simple saja, hari ini, ya, hari ini. Cukup lakukan yang
terbaik dan berbuat baik
> kepada
> semua orang maka dengan sendirinya kebaikan itu akan datang. Banyak
memang
> orang tua yang
> mulai dari sekarang melakukan proteksi bagi keluarganya seperti
asuransi
> pendidikan selama sekian
> tahun. Namun masalahnya apakah sudah pasti pada waktu mendatang itu
anak
> kita masih hidup?
> Beberapa diantara orang yang sibuk memikirkan hari esok lebih terkesan
> memaksa dan menjalani
> hidup ini seperti dikejar setoran. Saya sekarang punya motor, gak
pernah
> sebelumnya punya rencana
> untuk membeli motor. Pas waktu itu ada uang, ya sudah saya gunakan
untuk
> DP. Jangan terlalu pusing,
> jalani saja seperti air mengalir. Jika kita punya air sekarang jangan
> tunggu sampai air menjadi asin.
> Sekarang, ya, sekarang. Besok, ya, besok dan segala sesuatunya sudah
> ditentukan. Saya tidak punya tuh
> rencana nanti punya rumah seperti ini atau harus punya itu, capek Gal,
> karena belum tentu kita
> umur kita sampai."
>
> "Bapak yang bijaksana." Saya berujar kemudian kami pun tertawa.
>
> Setelah semuanya selesai kami pun kembali ke kantor. Sepanjang
perjalanan
> dan ketika menulis ini
> pun apa yang diutarakan oleh Pak Windy masih terngiang di telinga.
> Berbuatlah yang terbaik hari ini
> dan berbuat baik pula kepada sesama. Ah... terkadang saya selalu
> disibukkan dengan banyak mimpi
> sehingga waktu pun habis untuk merumuskan mimpi bahkan menjadi budak
> mimpi. Ya, karena
> kebanyakan yang menjadi impian adalah segala sesuatu yang berbentuk
> materi, kebendaan dan
> pengakuan. Berbuatlah yang terbaik untuk hari ini dan berbuat baik
untuk
> sesama.
>
> Bagaimana dengan teman-teman semuanya? Apakah sependapat dengan
pernyataan
> teman saya ini?
> Saya tunggu komentarnya.
>
>
> Salam
>
- 11a.
-
(CERPEN) AKU TAK BOLEH BERJILBAB
Posted by: "Arrizki Abidin" arrizki_abidin@yahoo.com arrizki_abidin
Mon Jun 2, 2008 5:11 am (PDT)
Ini adalah "kisah nyata" dari penyampaian berita seorang teman. Begitu terharu dan akhirnya aku tersenyum menanggapinya. Oleh karena itu, aku kembangkan dalam bentuk cerpen yang sangat sederhana. Semoga dapat menikmati.
AKU TAK BOLEH BERJLBAB
By : Riz-Q
Bandung, 2 Juni 2008
Untuk
Abi dan Umi tercinta
Salam Sayang,
Maar, aku sudah tidak kuat lagi dengan segala penolakan yang Abi dan Umi lakukan. Aku ini sudah menyerah. Mungkin inilah jalan yang paling tepat saat ini. Abi dan UMi tidak perlu khawatir karena aku ini tetap anak Abi dan Umi yang akan selalu menyayangi kalian. Selamanya. Sekali lagi maaf, aku harus pergi untuk selama-lamanya dan tak kembali lagi.
Salam Sayang,
Manda
Begitulah isi dari surat pendek yang ditulis dengan linangan air mata oleh Manda. Begitu terpukulnya Manda, sehingga ia terpaksa memilih jalan terakhir untuk menunjukan tekadnya. Bantuan yang tak kunjung dating dari orang-orang yang diharapkannya, seakan menjadi alas an tepat baginya untuk melakukan bunuh diri. Hanya satu keinginannya, yaitu bisa mengenakan jilbab.
Entah mendapatkan ilham darimana, cerita bermula ketika Manda ingin sekali mengenakan jilbab. Layaknya orang yang pertama kali hendak memakai jilbab, Manda kemudian curhat dengan Abi dan Umi nya. Dengan bangga ia tunjukan kalau ia bisa juag berubah. Sayangnya, kedua orangtuanya tidak menyetujui alas an Manda. Sikap keras kedua orangtuanya memaksa Manda untuk berbalik menyerang dengan sikpa keras kepala juga.
Tak mendapat restu dari orangtuanya, Manda kemudian berharap bisa mendapatkan bantuan dari gurunya dahulu sewaktu SMU. Guru tersebut bernama Pak Ahmad. Pak Ahmad memang dikenal bijak dalam membimbing murid-muridnya. Tak perlu waktu yang lama bagi Manda untuk bertemu dengan gurunya. Hal ini dikarenakan kedekatan yang sudah terjalin cukup lama antar keduanya. Tetapai setelah berkonsultasi, ternyata perasaan Manda luluh lantah. Ia tak menyangka gurunya itu tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Tak ada bantuan untuk Manda. Pak Ahmad hanya menyarankan MAnda untuk mengikuti apa yang sudah diperintahkan oleh kedua orantuanya. Manda pun menangis. Ia tak menyangka kebijakan sang guru yang ia kagumi selama ini, bisa berubah hanya karena masalah prinsip. Pak Ahmad memang mengajarkan murid-muridnya untuk selalu mematuhi kedua orantua mereka.
TAk mau menyerah, Manda pun pergi untuk menemui Ustad Soleh di Masjid tempat biasanya ia mengaji. Berharap ini adalah jalan terakhir baginya untuk bisa mendapatkan tempat yang bisa menerimanya dan bisa membantunya untuk berbicara langsung dengan kedua orantuanya. Akhirnya, jalan itu hamper terbuka setelah Ustad SOleh mau membantunya, tetapi ia meminta satu syarat, yaitu tidak boleh melakukan niat ini jika hal tersebut bisa merusak hubungan Manda dengan Sang Khalik. Manda pun terdiam sejenak. Ia berpikir ulang. Dan akhirnya ia sadar bahwa Ustad Soleh tidak serius untuk mebantunya. "Mengapa niatnya ini bisa meruska hubungannya dengan Sang Khalik?" gumamnya dalam hati. Akhirnya, Manda pun memutuskan untuk tidak memakia jasa Ustad Soleh.
Pada akhirnya, Manda kembali kerumah dengan wajah yang pucat akibat terlalu banyaknya tekanan yang ia dapatkan. Orangtuanya mentah-mentah menolak keinginannya, Pak Ahamd sama sekali tidak ingin menbantunya, sedangkan Ustad Soleh sengaja menyentilnya dengan meminta syarat yang belum bisa dipahaminya. Setelah air mata menetes begitu deras, dikamarnya, Manda pun menulis surat untuk melakukan bunuh diri. Hanya inilah jalan satu-satunya untuk menunjukan kebulatan tekadnya. "Inilah jalaj terkahirku!" ucapnya dengan pelan sambil menulis diatas secarik kertas polos A4. Sesudahnya, ia jatuhkan tulisan itu dari lantai dua rumahnya tepat diatas kepala ayahnya yang sedang menonton televisi. Seketika itu pula, ayahnya bergegas naik ke lantai dua. Sayang, kamar Manda terkuknci rapat.
"Mandaaa Mandaaa, dengarkan Abi! Kamu jangan nekad!" seru sang ayah.
"Kenapa? Kenapa harus dilarang? Apa Abi dan Umi sudah tidak saying algi dengan Manda?" ucap Manda sembari terus menangis. Kegaduhan terdengar sampai ke lantai satu dimana ibunya sedang memasak didapur.
"Tapi tidak harus bunuh dirikan?" tanya ayahnya.
"Ta ta .tapi jelaskan dulu, kenapa Abi dan Umi terlalu membenci keinginan Manda ini? Manda cumin ingin memakai jilbab. Itu saja! Apanya yang salah Abi? tanya Manda membalas.
"Mandaaaa Manda. Masak kamu mau pakai jilbab. Lha, kamu itukan cowok. Apa kata tetangga nanti? Cukup istrimu saja yang pakai. Hayo, cepat keluar. Umi sudah masak makanan kesukaanmu. Istrimu juga sudah menunggu dibawah. Hayo cepat!" seru sang ayah dengan lembutnya.
Serius amat bacanya .hehehe
Tersenyumlah sebelum ada UU anti-senyum .hehehehehehe :)
Salam
Riz-Q
- 11b.
-
Re: (CERPEN) AKU TAK BOLEH BERJILBAB
Posted by: "Andri Pranolo" apranolo@gmail.com and_pci
Mon Jun 2, 2008 5:20 am (PDT)
Wak.. kak.. kak..!.
He...2x.. lucu juga..^;^.
On Mon, Jun 2, 2008 at 5:08 PM, Arrizki Abidin <arrizki_abidin@yahoo.com >
wrote:
> Ini adalah "kisah nyata" dari penyampaian berita seorang teman. Begitu
> terharu dan akhirnya aku tersenyum menanggapinya. Oleh karena itu, aku
>
>
- 12.
-
Krisis Identitas Diri Siapa Sih Loe?
Posted by: "dkadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Mon Jun 2, 2008 5:13 am (PDT)
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Sering kali kita menganggap bahwa krisis identitas diri hanya
menjangkiti kaum remaja. Kita mengira usia remaja adalah masa-masa
labil setiap jiwa. Sehingga begitu banyak pertanyaan yang
membingungkan dibenak kaum muda. Sedangkan jawabannya tidak selalu
bisa ditemukan dengan mudah. Apalagi ketika kebingungan itu sampai
kepada pertanyaan tentang mengapa kita ini dilahirkan? Tetapi,
apakah benar bahwa krisis identitas diri itu hanya menjangkiti
mereka yang masih belia? Betulkah kita yang merasa diri sudah dewasa
ini sudah tidak lagi digerayangi oleh krisis semacam itu? Atau,
jangan-jangan; bagi orang-orang dewasa seperti kita, krisis itu
sudah menjangkit secara kronik? Dan menjelma menjadi derita yang
tiada kentara?
"Jadi kita mau nonton apa, nih?" Tanya saya. "Emh ." Istri saya
masih menimbang-nimbang. "Kalau Ayah maunya apa?" katanya. Kami
kurang antusias karena film baru yang ingin ditonton ternyata belum
diputar dibioskop itu. Maklum, kami langsung menuju ketempat itu
tanpa survey terlebih dahulu. Sayangnya, tak satupun dari sederet
film yang sedang diputar menggugah selera saya. Biarpun begitu,
akhirnya kami sepakat juga untuk memilih The Nanny Diaries. Tidak
ada ruginya juga, kan? Kalau ternyata filmnya tidak menarik, ya
tinggal keluar saja nantinya.
Ternyata saya salah. Film itu sangat memikat sejak awal hingga
akhir. Dan bagian paling mengesankan bagi saya adalah segmen awal
ketika Annie Braddock yang baru menyelesaikan kuliah itu menjalani
interview di sebuah perusahaan keuangan terkemuka di Amerika. Sang
pewawancara membuka percakapan dengan mengatakan bahwa perusahaan
menerima delapan ribu surat lamaran; padahal hanya ada sepuluh
lowongan kerja yang tersedia. Jadi, pasti orang terbaik sajalah yang
mendapatkan kesempatan itu. Dan perusahaan ingin mengetahui,
siapakah orang terbaik itu. "Now," katanya, "Can you explain who
Annie Braddock really is?"
Jika anda sudah menonton film itu, anda tentu masih ingat bagaimana
raut wajah Annie mendengar pertanyaan sederhana itu. Dia bilang; itu
pertanyaan yang sangat mudah untuk dijawab. "I am Annie. Annie
Braddock." Lanjutnya. Masih dengan percaya diri yang tinggi. Namun,
pada detik berikutnya "I am ehm " dia mulai tergagap. "I h ". Sang
pewawancara menatapnya sambil tersenyum. Dia tahu anak itu tidak
akan bisa menjawab pertanyaannya. "I em, execuse me .." Annie
bangkit dari kursi; lalu pergi meninggalkan sang pewawancara. Dalam
perjalanan pulang Annie masih tidak mengerti; jawaban apa yang harus
diberikan atas pertanyaan itu. Who Annie Braddock really is?
Annie Braddock adalah potret kita dimasa lalu. Ketika baru lulus
sekolah, kurang lebih seperti itulah diri kita. Polos. Lucu. Dan
lugu. Mungkin juga agak dungu. Anehnya, meski itu sudah bertahun-
tahun lamanya berlalu; ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa
setelah dewasapun kita masih membawa-bawa krisis itu. Untuk
mengujinya, mari kita bercermin barang sesaat. Jika kita masih
mengharapkan pujian atas kebajikan-kebajikan yang kita lakukan; maka
itu adalah salah satu indikasi bahwa kita masih terjangkiti krisis
percaya diri. Berapa banyak orang yang merasa kesal hanya karena
orang lain lupa memberi pujian? Betapa banyak orang baik yang kapok
memberikan bantuan hanya gara-gara orang yang dibantunya tidak
mengucapkan kata `terimakasih'. Betapa banyak dermawan yang
mengharuskan namanya untuk disebutkan melalui pengeras suara atau
dituliskan disurat kabar untuk sejumlah sumbangan yang diberikannya.
Orang-orang yang tidak mengalami krisis identitas diri tidak
mengkhawatirkan pujian orang lain. Mereka yang identitas dirinya
sudah jelas, tidak silau dengan ucapan terimakasih. Dan mereka yang
sudah menemukan identitas dirinya; bahkan tidak mengharapkan orang
menyebut namanya ketika sejumlah sumbangan diberikan. Sebab, orang-
orang seperti itu memahami benar bahwa identitas diri sama sekali
bukanlah label yang diberikan oleh orang lain kepada dirinya;
sehingga dia menjadi sosok yang begitu terkenal. Bagi mereka,
identitas diri adalah atribut yang mereka tabungkan sehingga ketika
suatu saat kelak sang pewawancara mengatakan; "Can you explain who
Annie Braddock really is?" mereka bisa menjawabnya dengan baik. Dan,
kali ini; wawancara itu bukan untuk mencari pekerjaan, melainkan
mencari jalan untuk pulang. Sedangkan sang pewawancara itu tiada
lain kecuali wakil yang ditunjuk oleh sang Tuhan.
Bisakah anda membayangkan, seandainya kita datang menghadap sang
khalik kelak? Dipintu gerbang rumahNya yang maha indah Dia mengirim
utusan untuk bertanya kepada anda; `maaa anta?' Siapa sih loe? Lalu,
seperti Annie Braddock, kita gelagapan untuk mencari jawaban.
Seorang Annie Braddock, masih bisa pulang dan mencari pekerjaan lain
meskipun itu berarti dia harus menjadi seorang nanny. Tetapi, adakah
U-turn sesudah melewati pintu mati? Kita semuanya tahu bahwa disana,
konon hanya ada dua pilihan tempat untuk bermukim. Yaitu; tempat
yang sangat menyenangkan dan yang amat menyakitkan. Ketempat
menyenangkan itulah kita hendak bermukim saat kembali pulang.
Masalahnya, tempat itu diperuntukkan hanya bagi orang-orang yang
memiliki identitas diri yang jelas. Yaitu, mereka yang memiliki
jawaban atas pertanyaan itu. Maka dari itu, orang-orang yang sadar
akan hari setelah kematian sangat berhati-hati dengan setiap bisikan
hati. Sebab, mereka tahu bahwa bisikan hatilah yang menentukan
antara benar dan salah. Hitam dan putih. Rahmat dan siksa. Misalnya,
ketika mereka hendak bersedekah, hatinya berkata; berikanlah hak
mereka tanpa syarat. Tak lama kemudian hatinya kembali berbisik;
eit, tunggu dulu. Ini kesempatan bagimu untuk dikenal orang sebagai
sang dermawan. Hasil akhir kedua bisikan itu sama; tindakan
memberikan derma. Namun, nilai keduanya berbeda.
Jaman sekarang, krisis identitas diri itu sudah menjadi semakin aneh
saja. Pada musim-musim terntentu; sering sekali muncul wajah-wajah,
dan nama-nama pembawa kebajikan. Penyeru pebaharuan. Dan segala
macam gerakan kemanusiaan lainnya. Tidak cukup sampai disitu,
manusia dewasa seperti kita; sering merasa tidak puas dengan
ketenaran yang kita miliki. Sehingga, saat menolong orang lainpun
kita masih bisa sambil terkekeh-kekeh. Kita senang melihat orang-
orang berlarian untuk berebut recehan yang kita lemparkan. Semakin
itu heboh, semakin itu indah. Sekarang, untuk mendapatkan sedekah
seribu rupiah saja orang harus saling menginjak. Berlari dari ujung
lapangan yang satu keujung lapangan yang lainnya. Sementara sang
penderma berada dikendaraan yang berputar-putar sambil terus menerus
melemparkan lembaran demi lembaran uang untuk diperebutkan. Maka,
acara berderma berubah menjadi iklan sekaligus tontonan.
Ketika saya kecil dulu, guru ngaji saya pernah bilang; "Kalau
berbuat kebajikan itu tidak perlu ribut-ribut. Bahkan, ketika tangan
kanan engkau memberi sedekah, tangan kirimu tidak perlu tahu."
Sekarang, banyak orang yang merasa dermanya kurang afdhal jika tidak
disertai kehebohan, liputan media masa, atau upacara.
Orang-orang yang mengharapkan pujian; pasti akan mendapatkan pujian.
Jika mereka mengharapkan pujian dari sesama manusia; pasti akan
mereka dapatkan. Memangnya siapa sih orang yang tidak bersedia
memuji orang-orang dermawan yang sudah memberinya sejumlah
sumbangan? Sedangkan orang-orang yang mengharapkan pujian Tuhan,
pasti Tuhan tidak akan membiarkannya bertangan hampa. Dan itu, sudah
cukup untuk mengumpulkan jawaban ketika Dia bertanya; `maaa anta?'
Siapa sih loe?
Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://dizhang.multiply. com/
http://www.dadangkadarusman. com/
Catatan Kaki:
`Siape sih Loe?' bukanlah pertanyaan tentang data diri seperti yang
tertera dalam akte kelahiran. Melainkan tentang atribut kepribadian
sang pemilik nama; atas seberapa berkualitas, dan seberapa ikhlasnya
dia.
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar