Senin, 02 Juni 2008

[daarut-tauhiid] Menjauhi Dosa Besar, Bagian ke-1 (Oleh: Tim dakwatuna.com)

http://www.dakwatuna.com/2007/menjauhi-dosa-besar/

Tazkiyatun Nafs
24/9/2007 | 12 Ramadhan 1428 H | Hits: 1.816

Menjauhi Dosa Besar (Bagian 1)

Oleh: Tim dakwatuna.com


Rasulullah saw. bersabda:

"Jauhilah kalian tujuh dosa besar; syirik kepada Allah, sihir,
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan cara yang benar,
memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang,
menuduh berzina terhadap wanita yang suci." (Muttafaqun alaih)

Hadits ini adalah arahan Rasulullah saw. kepada kita untuk meraih
kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Wasiat ini terkait dengan
larangan-larangan Allah yang merupakan dosa besar. Larangan-larangan
tersebut merupakan dasar yang sangat fundamental dan telah disepakati
oleh seluruh agama samawi. Jika kesemua larangan tersebut dapat kita
jauhi, maka akan tercipta kelangsungan hubungan harmonis kita dengan
Allah swt., keluarga, dan masyarakat. Tercipta ketertiban dan keamanan
lingkungan. Terjaga kesucian jiwa dan hati; baik pribadi, keluarga dan
masyarakat dari segala kotoran batin dan raga, sehingga kebahagiaan di
dunia dan di akhirat pun dapat dicapai.

Para ulama memberikan parameter tentang dosa besar yang harus dijauhi
oleh umat Islam. Mereka menyebutkannya dengan tujuh dosa bersar,
dengan alasan sabda Nabi saw.:

"Jauhilah kalian tujuh dosa besar; syirik kepada Allah, sihir,
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan cara yang benar,
memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang,
menuduh berzina terhadap wanita yang suci." (Muttafaqun alaih)

Disebutkannya hadits ini menunjukkan akan besarnya dosa orang yang
melakukan perbuatan tersebut, sehingga pelakunya mendapat ganjaran di
dunia dengan had seperti membunuh, zina dan mencuri, dan di akhirat
mendapat ancaman azab atau murka, celaan atau laknat dari Allah.
Dengan itu semua, umat manusia khususnya umat Islam harus segera
menjauhi dan meninggalkan perbuatan dosa besar.

Dan pada awal dakwah, Rasulullah saw. sangat menekankan kepada para
sahabatnya untuk segera meninggalkan perbuatan haram dan menjauhi dosa
besar. Bahkan Rasulullah saw. menjadikan hal tersebut sebagai
prasyarat dalam berbaiat untuk taat kepada Allah swt. dan Rasulullah saw.

Dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 Allah berfirman:

"Wahai Nabi, jika datang kepadamu wanita-wanita beriman untuk berbaiat
setia kepadamu agar tidak melakukan syirik kepada Allah dengan
sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak
mereka, dan tidak melakukan kejahatan yang dibuat-buat baik di
hadapannya dan di bawah kakinya serta tidak memungkiri terhadap
kebaikan, maka baiatlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang".
(Al-Mumtahanah: 12)

Makna dan hakikat dosa besar:

Sumber dosa:

Sumber dosa berasal dari dua hal, yaitu:

1. Meninggalkan perintah Allah swt.

2. Melanggar larangan Allah swt.

Manusia seakan bertabiat cenderung untuk berbuat dosa sejak manusia
pertama, Adam a.s., melanggar larangan Allah swt. karena bisikan iblis
–kecuali para Rasul yang maksum (terjaga dari dosa). Meskipun manusia
cenderung berbuat dosa, Islam tidak mengenal dosa turunan. Karena
setiap anak Adam lahir dalam keadaan fitrah dan suci. Dan Islam
mengajarkan agar manusia selalu bertakwa dengan melaksanakan perintah
Allah dan meninggalkan laranganNya. Tetapi kemudian manusia masih juga
berbuat dosa karena kelemahannya, maka Allah swt. memberikan
jalan-jalan penghapus dosa, dari mulai istighfar sampai kepada taubat
nasuha.

Rasulullah saw. Bersabda, "Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan
sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat." (HR.
Tirmidzi,Hasan)

Bedanya Iblis dari Adam adalah Iblis melanggar perintah Allah swt. dan
tidak bertaubat, sedangkan Adam melanggar larangan Allah swt. tapi
menyadari dan bertaubat. Bahkan Rasulullah bersabda, "Kalau kalian
tidak berbuat dosa niscaya Allah swt. akan mengganti kalian dengan
kaum yang lain pembuat dosa, tetapi mereka beristighfar dan Allah
mengampuni mereka." (HR. Muslim)

Demikian nilai dosa itu. Kalau disadari akan menghantarkan manusia
kepada ketaatan. Karena pendosa itu jiwanya selalu gelisah dan
kegelisahan itu yang menghantarkan dia kembali kepada Allah swt.
dengan bertaubat.

Berbeda dengan ahli bid`ah. Karena mereka merasa benar sehingga tidak
terasa kalau dia berbuat dosa. Oleh karena itu Imam Sofyan Atstsani
berkata, "Seorang tukang bid`ah itu lebih disukai oleh setan dari
seribu pendosa."

Suatu bangsa yang berlumuran dosa bisa menjerumuskannya ke jurang
malapetaka sebagaimana terjadi dengan malapetaka yang menimpa
bangsa-bangsa terdahulu. Apabila bangsa kita ingin terhindari dari
malapetaka, maka segala bentuk dosa harus diupayakan untuk dijauhkan
dari kehidupan masyarakat kita.

http://www.dakwatuna.com/2007/menjauhi-dosa-besar/

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Move More

on Yahoo! Groups

This is your life

not a phys-ed class.

Special K Group

on Yahoo! Groups

Learn how others

are losing pounds.

Yahoo! Groups

Discover healthy

living groups and

live a full life.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: