Senin, 22 September 2008

[FISIKA] Digest Number 2535

Messages In This Digest (6 Messages)

1a.
Critique of Pure Physics From: handhika ramadhan
1b.
Re: Critique of Pure Physics From: Suharyo Sumowidagdo
2.
Prof. Tjia May On MALU From: Raja Elang
3a.
Buku Fisika dasar From: shoviana
3b.
Re: Buku Fisika dasar From: Franklin
3c.
Re: Buku Fisika dasar From: Zaenal Arief

Messages

1a.

Critique of Pure Physics

Posted by: "handhika ramadhan" isaacnewtonid@yahoo.com   isaacnewtonid

Sun Sep 21, 2008 8:42 am (PDT)

Temans,

Beberapa hari yang lalu saya menulis note pendek di bawah ini di facebok saya; sekadar mencurahkan kekecewaan yg terpendam dan terakumulasi dalam hati tentang kesenjangan yg luar biasa yg saya temukan antara das solen - das sein dalam fisika dan risetnya.
Beberapa kawan yg juga berkecimpung dalam riset sains merespon secara positif tulisan saya. Mereka semua merasakan kekecewaan yg sama dgn yg saya alami. Sebagian dari mereka bahkan percaya bahwa sistem "kapitalis" riset yg selama ini bekerja dan "membelenggu" para fisikawan/saintis akan collapse someday.
Oleh karena itu saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya sharing artikel pendek saya itu di forum ini. Semoga bisa menjadi bahan diskusi (yang hangat!).

salaam,
HR

CRITIQUE OF PURE PHYSICS

Nowadays, people do physics not in the spirit of "searching for
the truth", as Newton or Galileo did. Instead, they do research for
mere fame, acknowledgment, and prestige (and don't forget grants!).
Peer-reviewed journals and publications now become the fastest highway
to achieve these ambitions. A stock market where you can make a living
from it. They publish papers not for the sake of scientific truth, but
for the sake of their survival in this hall of fame. Publish an exotic
paper, and if you're lucky enough it'll be cited by, let say, 3000
other authors. That'll be your jackpot prize: permanent positions in
prestigious universities plus unlimited grants are waiting for you.
Sell one or two complicated-yet-"beautiful"
equations, and you can make a living from physics. Even worse, they
build a huge gigantic machine which, ironically, wastes millions of
watts of our unrenewable energy we could've saved for our children and
billions of dollars only to satisfy their desire "finding the smallest
building block of the universe".

For what? For their fame, prestige, and their living. While on the
other part of the world millions of people die of hunger everyday.

Physics who once possessed platonic truth and beauty now becomes no
more than a dirty industry. The temple of the truth whose foundation
was laid by Descartes, Galileo (who was willing to sacrifice his life
for, instead of make a living from, it), and Newton now became a house
of idols (like Kaa'ba in the pre-islamic era) or Herod's temple full of
moneychangers. Its servants now are no longer Socrates-like people who
were willing to take poison than selling their belief, but those
sophist-physicists who keep their position in the physics hall of fame
by any necessary means.

Oh, how I miss the beauty and purity of Physics like in the time of Plato......But sadly, I'm part of this filthy industry....

====================================
Where the mind is without fear and the head is held high....
Where the knowledge is free...
Where the world has not been broken up into fragments by narrow domestic walls...
Where words come out from the depth of truth...
Where tireless striving stretches its arms toward perfection....
Where the clear stream of reason has not lost its way into the dreary sand of dead habit....
Where the mind is led forward by Thee into ever-widening thought and action....
Into that Heaven of Freedom, My God, let my country awake.

- Rabindranath Tagore in "Gitanjali" -

1b.

Re: Critique of Pure Physics

Posted by: "Suharyo Sumowidagdo" haryo@fnal.gov   haryo_fnal

Sun Sep 21, 2008 10:59 am (PDT)


Rekan-rekan,

Meskipun saya tidak menyangkal apa yang dikatakan Handhika, namun saya
juga ingin mengingatkan bahwa masih ada orang-orang yang penuh
integritas, pekerja keras, dan juga bisa bertahan dalam situasi
semacam itu. Menurut saya, inilah tantangan terbesar bagi siapa saja
di Indonesia yang ingin menjadi fisikawan sukses: Menyadari bahwa
dunia riset juga merefleksikan para periset yang notabene juga
manusia, dan masalah semacam itu akan tetap ada, selama manusia masih
manusia dan belum menjadi malaikat.

Lulus kuliah sarjana, mendapat beasiswa ke luar negeri, melakukan
penelitian, mempublikasi penelitian di jurnal ternama, lalu mendapat
gelar doktor, itu adalah bagian PALING MUDAH. Tantangan terbesar
adalah bagaimana bisa bisa menembus sistem dan bertahan dalam sistem.

In principle, kita harus bisa memegang dan mempertahankan integritas
sebagai ilmuwan di satu sisi, namun juga bisa bermanuver politik dan
bernegosiasi tanpa menurunkan integritas kita, agar bisa bertahan dan
tetap memberikan kontribusi ke dunia sains. Bukan hal yang mudah
memang, namun itulah tantangan yang sebenarnya.

Riset fisika memang bukan untuk semua orang, bahkan bukan untuk semua
orang yang pintar dan suka fisika. It takes more than smart brain and
hard work to have a successful career in physics.

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, handhika ramadhan
<isaacnewtonid@...> wrote:
>
> Temans,
>
> Beberapa hari yang lalu saya menulis note pendek di bawah ini di
facebok saya; sekadar mencurahkan kekecewaan yg terpendam dan
terakumulasi dalam hati tentang kesenjangan yg luar biasa yg saya
temukan antara das solen - das sein dalam fisika dan risetnya.
> Beberapa kawan yg juga berkecimpung dalam riset sains merespon
secara positif tulisan saya. Mereka semua merasakan kekecewaan yg sama
dgn yg saya alami. Sebagian dari mereka bahkan percaya bahwa sistem
"kapitalis" riset yg selama ini bekerja dan "membelenggu" para
fisikawan/saintis akan collapse someday.
> Oleh karena itu saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya sharing
artikel pendek saya itu di forum ini. Semoga bisa menjadi bahan
diskusi (yang hangat!).
>
> salaam,
> HR
>
>
> CRITIQUE OF PURE PHYSICS
>
> Nowadays, people do physics not in the spirit of "searching for
> the truth", as Newton or Galileo did. Instead, they do research for
> mere fame, acknowledgment, and prestige (and don't forget grants!).
> Peer-reviewed journals and publications now become the fastest highway
> to achieve these ambitions. A stock market where you can make a living
> from it. They publish papers not for the sake of scientific truth, but
> for the sake of their survival in this hall of fame. Publish an exotic
> paper, and if you're lucky enough it'll be cited by, let say, 3000
> other authors. That'll be your jackpot prize: permanent positions in
> prestigious universities plus unlimited grants are waiting for you.
> Sell one or two complicated-yet-"beautiful"
> equations, and you can make a living from physics. Even worse, they
> build a huge gigantic machine which, ironically, wastes millions of
> watts of our unrenewable energy we could've saved for our children and
> billions of dollars only to satisfy their desire "finding the smallest
> building block of the universe".
>
> For what? For their fame, prestige, and their living. While on the
> other part of the world millions of people die of hunger everyday.
>
>
>
> Physics who once possessed platonic truth and beauty now becomes no
> more than a dirty industry. The temple of the truth whose foundation
> was laid by Descartes, Galileo (who was willing to sacrifice his life
> for, instead of make a living from, it), and Newton now became a house
> of idols (like Kaa'ba in the pre-islamic era) or Herod's temple full of
> moneychangers. Its servants now are no longer Socrates-like people who
> were willing to take poison than selling their belief, but those
> sophist-physicists who keep their position in the physics hall of fame
> by any necessary means.
>
>
>
> Oh, how I miss the beauty and purity of Physics like in the time of
Plato......But sadly, I'm part of this filthy industry....
>
> ====================================
> Where the mind is without fear and the head is held high....
> Where the knowledge is free...
> Where the world has not been broken up into fragments by narrow
domestic walls...
> Where words come out from the depth of truth...
> Where tireless striving stretches its arms toward perfection....
> Where the clear stream of reason has not lost its way into the
dreary sand of dead habit....
> Where the mind is led forward by Thee into ever-widening thought and
action....
> Into that Heaven of Freedom, My God, let my country awake.
>
> - Rabindranath Tagore in "Gitanjali" -
>

2.

Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Raja Elang" raja.elang@yahoo.fr   raja.elang

Sun Sep 21, 2008 5:19 pm (PDT)



[ Senin, 22 September 2008 ]
Nama Mendunia, Gaji Rp 2,4 Juta

Ilmuwan-Ilmuwan Indonesia Berprestasi Global

Enam ilmuwan Indonesia masuk daftar Wise Index of Leading Scientists and Engineer. Daftar tersebut dikeluarkan sebuah lembaga internasional berkredibilitas di bidang sains dan teknologi. Siapa saja mereka? Mengapa dalam hal ini kita masih kalah dengan Malaysia?

----------

Malu. Itulah yang dirasakan Tjia May On ketika namanya masuk deretan Wise Index of Leading Scientists and Engineer bersama lima ilmuwan tanah air yang lain. Mengapa malu? Guru besar Fisika dari ITB (Institut Teknologi Bandung ) itu lantas membandingkan dengan negara lain.

''Malaysia saja punya 27 ilmuwan yang diakui dunia. Sampai-sampai dalam daftar itu kita ini masih kalah dengan Maroko, yang secara kultur dan kesejahteraan masyarakat jauh di bawah Indonesia,'' kata profesor berusia 74 tahun yang masih tampak energik ini ketika didatangi Jawa Pos di kantornya, kompleks kampus ITB, Jumat lalu (19/9).

Wise Index of Leading Scientists and Engineer adalah sebuah daftar yang dikeluarkan Comstech (Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation), lembaga yang bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan teknologi di antara negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Nama Tjia masuk deretan daftar tersebut karena konsistensinya dalam menekuni bidang partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dia juga menekuni penelitian polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor.

Selama 33 tahun, Tjia tekun dengan penelitiannya itu, baik dilakukan secara individu maupun tim. Hingga kini, profesor kelahiran Probolinggo 25 Desember 1934 itu telah menerbitkan dua buku teks, 24 penelitian kolaboratif internasional, 86 jurnal ilmiah internasional, 44 presentasi simposium internasional, 44 publikasi jurnal nasional, dan 77 presentasi imiah nasional.

Sebagian karya ilmiahnya dipublikasikan di jurnal internasional Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering, dan Journal of Non-linear Optical Physics.

Tjia menyelesaikan studi sebagai sarjana fisika pada 1962 di ITB. Setahun kemudian dia melanjutkan belajar fisika partikel di Northwestern University, Amerika Serikat, hingga meraih PhD pada 1969 dengan tesis berjudul �Saturation of A Chiral Charge-Current Commutator.

Pada 1966, risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu masuk Physical Review Letters dengan judul Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction.

Pada awal 1960-an, para sarjana fisika di Indonesia baru mempelajari partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dua bidang itu yang mengubah pandangan dunia secara radikal-revolusioner awal abad XX tentang alam semesta dan asal-usulnya. Sepuluh tahun kemudian, di Indonesia hanya ada lima nama yang punya otoritas untuk berbicara tentang kuantum dan relativitas. Salah seorang di antara mereka adalah Tjia. Empat nama lain kala itu adalah Ahmad Baiquni, Muhammad Barmawi, Pantur Silaban, dan Jorga Ibrahim. Mereka adalah angkatan pertama yang jumlah penerusnya relatif sedikit dibandingkan dengan bidang fisika terapan.

Tjia juga sempat ikut riset di International Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan fisikawan peraih hadiah Nobel asal Pakistan, Abdus Salam. Saat itulah, dia meninggalkan fisika partikel dan memasuki riset polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor. Dalam dua bidang terakhir itu, namanya menginternasional.

Penggemar musik klasik karya Bach, Haydn, Mozart, dan Beethoven itu lantas mengkritisi kebijakan pemerintah Indonesia yang kurang berpihak kepada pengembangan ilmu. Salah satu contohnya, tegas dia, adalah rendahnya kesejahteraan secara finansial yang diberikan pemerintah kepada ilmuwan dan peneliti. ''Saya tidak mencontohkan siapa-siapa, Anda lihat saya saja,'' ujar penerima penghargaan Satyalencana Karya Satya itu.

Tjia menceritakan, dia pensiun dari ITB dengan gaji Rp 2,4 juta. Sampai sekarang, dia bahkan tetap tinggal di kompleks perumahan pegawai ITB. Layaknya pegawai negeri sipil (PNS) lain, untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, dia bahkan masih sering ''mengamen'' mengajar di kampus lain. ''Seminggu dua kali saya mengajar di Universitas Indonesia (UI), naik kereta biar bisa baca-baca,'' tuturnya.

Tjia juga menyinggung seputar riset Indonesia yang tertinggal jauh dari negara lain. Semua, lanjut dia, mengarah kepada kesalahan pada sistem riset di Indonesia. Pertama, karena memandang orang secara pragmatis, berdasarkan gelar saja. Kedua, Indonesia belum sadar akan kekuatan riset. Dan, selanjutnya adalah paradigma pemerataan yang menyesatkan.

Soal gelar itu, Tjia konsisten. Ketika dia menjabat sekretaris jurusan (satu-satunya jabatan birokrasi yang pernah dia emban), dia mengusulkan agar setiap papan nama staf pengajar ITB tidak mencantumkan gelar. Dan, itu dia lakukan selama menjabat.

''Zaman sekarang, setelah jadi doktor, orang terus merasa jadi gusti,'' kritiknya. ''Indonesia punya banyak doktor, tapi banyak yang mandul!'' sambungnya.

Di Amerika Serikat (AS), terang Tjia, seorang ilmuwan bisa saja masuk ke dunia birokrat. Menjadi kepala NASA, misalnya. Namun, di AS, track record seorang calon kepala NASA benar-benar dilihat. Jadi, karya-karyanya berupa hasil penelitian atau publikasinya yang menjadi pertimbangan. Di sana, terang dia, orang yang benar-benar teruji dan berpengalaman saja yang bisa duduk di posisi strategis semacam itu. ''Hasilnya jelas memuaskan, kebijakan-kebijakannya benar-benar mengena dan dapat membangun,'' tegasnya.

Menurut Tjia, hal itu menjelaskan mengapa di Indonesia banyak kebijakan, terutama di dalam dunia sains dan teknologi, yang tidak mengena dan terkadang justru melenceng jauh. Selain itu, banyak dana riset hanya terbuang percuma karena tidak efektif dan efisien akibat orang-orang yang berkecimpung di dalamnya hanya bergelar doktor, tanpa karya dan kompetensi nyata.

***

Menurut Tjia, pengajaran fisika di Indonesia justru membunuh kreativitas murid. Baik yang diajarkan di setingkat SMP maupun SMA. Dia mencontohkan, proses mengajar selama ini hanya ditekankan kepada satu proses pemahaman fenomena alam, atau lazim dikenali sebagai proses deduktif. Bila cara itu yang digunakan, proses itu tidak akan berhasil membuat anak menjadi kritis analitis. Justru efek sampingnya membunuh kreativitas anak. Terutama dalam upaya menyisir fakta-fakta dari fenomena rumit untuk menghasilkan konsep hipotesis atau model teori yang sederhana.

''Mengapa negara kita semrawut? Jawabannya karena orang hukum hanya bicara bukti, bukan fakta,'' katanya.

Dalam pengajaran fisika di sekolah-sekolah menengah di Indonesia, menurut Tjia, anak diajarkan terlatih menurunkan rumus. Namun, sebaliknya, anak tidak diberi ruang untuk melatih melakukan generalisasi, abstraksi, atau idealisasi dari fakta atau fenomena alam untuk merumuskan suatu model teori. ''Padahal, dalam melakukan generalisasi inilah, tumbuh kreativitas anak dalam melihat fenomena alam,'' katanya. (zul/kum)
 
Baca juga:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tjia_May_On
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1063086367
 
raja.elang
 

3a.

Buku Fisika dasar

Posted by: "shoviana" shoviana@yahoo.co.id   shoviana

Sun Sep 21, 2008 5:22 pm (PDT)

saya adalah mahasiswi TI semester I, kurang paham dengan mata Kuliah
Fisika dasar
seperti Perkalian Vector : dot Product, cross product, hukum
newton ,Hukum Coulomb, hukum gauss, Arus dan hambatan dll.
karena dosennya kalo menerangkan hanya selintas saja, sehingga sampai
sekarang saya masih Blank dengan mata kuliah tsb,
adakah yang bisa bantu saya, bagaimana caranya supaya saya bisa faham
pelajaran ini atau adakah buku penuntun yang gampang dicerna,
thx atas atensinya.

3b.

Re: Buku Fisika dasar

Posted by: "Franklin" frank_nasch@yahoo.com   frank_thebard

Sun Sep 21, 2008 10:34 pm (PDT)

Halo Shoviana,

untuk materi fisika dasar dari penuntun yang gampang dicerna, Franklin
merekomendasikan buku-buku "The Feynman Lectures on Physics". Boleh
dilihat di wikipedia mengenai buku-buku ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Feynman_Lectures_on_Physics

Materi fisika disitu dijelaskan secara gamblang dan mudah dicerna,
langsung dari salah satu fisikawan besar abad ke-20, Richard Feynman.
Teman-teman Franklin saja yang sekedar orang manajemen dan sastra
Inggris umunya tidak mengalami kesulitan berarti dalam mencerna materi
dari buku-buku ini.

salam,
Franklin

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "shoviana" <shoviana@...> wrote:
>
> saya adalah mahasiswi TI semester I, kurang paham dengan mata Kuliah
> Fisika dasar
> seperti Perkalian Vector : dot Product, cross product, hukum
> newton ,Hukum Coulomb, hukum gauss, Arus dan hambatan dll.
> karena dosennya kalo menerangkan hanya selintas saja, sehingga sampai
> sekarang saya masih Blank dengan mata kuliah tsb,
> adakah yang bisa bantu saya, bagaimana caranya supaya saya bisa faham
> pelajaran ini atau adakah buku penuntun yang gampang dicerna,
> thx atas atensinya.

3c.

Re: Buku Fisika dasar

Posted by: "Zaenal Arief" zaenal@pudak.com

Sun Sep 21, 2008 10:34 pm (PDT)

Mhhh apa waktu SMA nggak dapet?? karena jaman saya di SMa masih dapet begituan

----- Original Message -----
From: shoviana
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Sunday, September 21, 2008 12:31 PM
Subject: [FISIKA] Buku Fisika dasar

saya adalah mahasiswi TI semester I, kurang paham dengan mata Kuliah
Fisika dasar
seperti Perkalian Vector : dot Product, cross product, hukum
newton ,Hukum Coulomb, hukum gauss, Arus dan hambatan dll.
karena dosennya kalo menerangkan hanya selintas saja, sehingga sampai
sekarang saya masih Blank dengan mata kuliah tsb,
adakah yang bisa bantu saya, bagaimana caranya supaya saya bisa faham
pelajaran ini atau adakah buku penuntun yang gampang dicerna,
thx atas atensinya.

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Dog Groups

on Yahoo! Groups

discuss everything

related to dogs.

10 Day Club

on Yahoo! Groups

Share the benefits

of a high fiber diet.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

Tidak ada komentar: