Sabtu, 27 September 2008

[FISIKA] Digest Number 2540

Messages In This Digest (8 Messages)

Messages

1.

Have a nice Ied Fitr 1 Syawal 1429 H: Taqabbalallaahu minnaa wa mink

Posted by: "Taufik Manan" Taufik_Manan@yahoo.com

Fri Sep 26, 2008 12:07 am (PDT)

Bismillaahir
Rahmaanir Rahiim
Assalaamu'alaikum warohmatullohi wa
barokaa-tuh.

Buat seluruh sahabat
baikku,
yang insya Allah dirahmati Allah SWT.

Pada bulan suci yang
diberkahi Allah SWT.
Saya dan keluarga mengucapkan;

SELAMAT  IDUL  FITRI
1
SYAWAL 1429 H

"Taqabbalallaahu
minnaa wa minkum"
[Mudah-mudahan Allah menerima amalan (puasa) kami dan
kalian]

Shiyaamanaa wa shiyaamakum
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon
Maaf Lahir dan Bathin

Menjelang hari
kemenangan kita, Hari Raya Iedul Fitri akan tiba, saya dan keluarga menghaturkan
permohonaan maaf yang sebesar-besarnya bila selama berinteraksi baik secara
langsung maupun tidak langsung ada hal-hal yang tidak berkenan.

Semoga semua ibadah kita di bulan yang penuh
berkah ini diterima dan diridhoi Allah SWT. Insya Allah kita semua menjadi
mahluk yang bertaqwa sesuai janji Allah SWT. Serta kita semua kembali dalam
keadaan "hati yang fitrah". Besar harapan kita, agar Allah SWT berkenan
mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan. Amien ya rabbal 'alamien.

Wabilahittaufiq
wal hidayah
Wassalaamu'alaikum warohmatullohi wa
barokaa-tuh.

Taufik A. Manan dan
keluarga

2a.

Re: Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On M

Posted by: "Iwan Sugihartono" ione06@yahoo.com   ione06

Fri Sep 26, 2008 12:34 am (PDT)

Menurut saya, jika cuma lulusan sarjana itu masih belum spesifik. Jadi baik dari bidang apapun yang masih ada cross sectionnya atau tidak bisa kerja dimanapun. Karena memang sarjana itu secara akademis belum mampu mandiri melakukan riset atau kerja berdasarkan bidangnya. Jadi jangan heran jika perusahaan manapun (dari bank, sampe perusahaan agroindustri) menerima semua lulusan dari bidang sosial, mipa dan teknik. Teman saya dari Fisika UI terbukti sudah ada jajaran tim manager HRD di perusahaan milik Thailand. JAdi, untuk bicara ideal mendaptkan kerja yang pas sesuai bidang peminatan buat seorang sarjana ya tidak bisa dijadikan sebuah idealisme. Yang ideal itu, jika kita yang berada di bidang (katakanlah, sarjana Fisika material) melanjutkan studi master hingga doktor di bidang material (bisa bidang material apapun lebih spesifik). Nah ketika lulus nantinya bisa kerja di institusi riset atau persuahaan yang memiliki riset center. Itu baru ideal.
Jadi buat para sarjana FIsika, menurut saya yang penting adalah kejar dulu IP yang baik dan bahasa inggris atau skill lainnya, itu jadi syarat mutlak dalam seleksi administrasi di perusahaan atau institusi manapun bahkan untuk tetap idealis meneruskan studi. Ini maksudnya supaya sarjana Fisika ga kalah ama lulusan teknik. Baru jika sudah memenuhi syarat mereka akan diadu secara akadmis dan sikotes. Buat yang kerja di bank, bimbel atau tempat lainnya itu adalah pilihan mereka. Jadi itu semua akhirnya relatif tergantung pilihan hidupnya.
 
halo Haryo, kalo menurut saya sih sebelum ide itu terlaksana. Lebih baik kita nge"push" para pimpinan di UI (rektoratnya) untuk bener2 mewujudkan riset univeristy dengan memperbaiki infra strukutr riset (laboratorium yang berstandar riset) dan manajemen riset. Nah pertanyaan saya nih, gimana mengubah budaya : pimpinan baru kebijakan baru? menurut saya ini adalah faktor yang menghambat kemajuan UI dan Indonesia pada umumnya. Menurut saya yang lebih baik itu kan membuat sebuah tongkat estafet dengan mengedapankan penyempurnaan sistem.
 
Wasalam
 
Iwan Sugihartono
 

--- On Fri, 9/26/08, Bintang Ariesto™ <kobebintang@yahoo.com> wrote:

From: Bintang Ariesto™ <kobebintang@yahoo.com>
Subject: Re: Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, September 26, 2008, 10:03 AM

Wah seru juga ya baca postingan bapak2 pemerhati fisika di Indonesia.

Topik terakhir yg sedang dibicarakan bagus nih, saya sebagai lulusan Jurusan Fisika MIPA setuju dengan ide2 ini. Semoga bisa di realisasikan, soalnya sayang juga ya klo udah kuliah susah2 di Jurusan Fisika eh akhirnya banting setir ke bidang lain..Contohnya ya saya (:D), kebetulan saya malah kerja di bidang networking, di sebuah vendornya Cisco.

Sedih juga sih, tapi apa mau dikata, life must go on, berjuang untuk masa depan.
Pingin rasanya kerja sesuai bidang, tapi kenyataannya susah, dan jujur saja, saya juga ga pinter di Fisika, kuliah saja 6,5 tahun :D

Tapi saya miris klo ngeliat tmn2 yg IPKnya tinggi dan lulus lebih cepat dari jurusan Fisika MIPA Universitas Lampung, kerjanya malah jadi pengajar di lembaga Bimbingan Belajar atau di Bank, belum lagi mahasiswa Geo yg jadi karyawan TV atau entah kerja dimana mereka berada, anak material yg jadi admin di perusahaan es krim :D

Jadi sedih, tapi nasi sudah menjadi bubur mau diapakan lagi, mungkin sudah dari awalnya salah, ga bisa bersaing untuk masuk Universitas Negeri yg Ikatan Alumninya kuat dan Exist di perusahaan2 besar Indonesia. Kalo boleh jujur sih, agak ngerasa percuma kuliah di Fisika, soalnya ga diperhatiin juga lulusannya mau kemana, kaya kambing dilepas di hutan, masih untung klo hutannya bukan hutan jati, jadinya masih bisa cari makan, nah klo hutannya jati semua, ya yg bisa hidup cuma manusia penebang hutan.

Mungkin kalo ide2 dari Pak Said dan Pak Haryo bisa direalisasikan, rasa2nya ga akan ada sarjana Fisika atau mungkin sarjana2 lain yg Mubazir. Skillnya ada dan lapangan pekerjaannya jelas. Wah sungguh Indah Indonesia kalo pekerjanya ga perlu banting setir hanya untuk mendapatkan segenggam berlian dan sekarung beras (hahahaha,,ngarep)

Tapi saya tetap bersyukur, ditengah persaingan yg keras, saya bisa masuk kedalamnya tanpa harus melalui yg namanya Koneksi, Nepotisme dan sogokan :D

Salam kenal,,
Lulusan Fisika Untung2an....:D

--- On Fri, 9/26/08, Haryo Sumowidagdo <haryo@fnal.gov> wrote:

From: Haryo Sumowidagdo <haryo@fnal.gov>
Subject: Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, September 26, 2008, 9:13 AM

Saya sebenarnya sudah punya ide seperti ini: Departemen Fisika bekerja
sama dengan Fakultas Teknik di institusi yang sama, dan menganugrahkan
gelar Sarjana Fisika Teknik (untuk bidang peminatan Instrumentasi,
Material, atau Fisika Medis) atau Sarjana Teknik Geofisika (untuk
peminatan Geofisika Eksplorasi) disamping Sarjana Fisika bagi
mahasiswa-mahasiswa di Departemen Fisika yang mengambil program studi
berorientasi karir. Dengan hal ini kita membuat mereka tampak di mata
masyarakat lebih menarik setelah lulus sarjana. Saya bilang 'tampak'
karena sebenarnya kurikulum dan kuliahnya masih sama, hanya
birokrasinya yang berbeda. Ada overlap yang cukup besar antara
Fisika, Fisika Teknik, dan Geofisika, sehingga ide ini layak dicoba.

Hal ini tentu perlu didiskusikan dengan Fakultas Teknik di institusi
yang sama, apalagi jika di Fakultas Teknik tersebut ada Departemen
Fisika Teknik. Untuk di universitas yang tidak ada Fisika Teknik (UI
misalnya) ide ini layak dicoba. Rektor UI sekarang saya dengar-dengar
orangnya sangat luwes dan maju pandangannya, mungkin momen ini bisa
dimanfaatkan ?

Keuntungan ide ini: Tidak perlu biaya besar, karena yang diperlukan
lebih berupa negosiasi dan diskusi dengan Fakultas Teknik dan
administrasi Universitas.

Kerugian: Negosiasi selalu ada harga yang harus dibayar, ada
kemungkinan mahasiswa yang mengambil jalur ini terbebani sedikit lebih
berat dibandingkan mahasiswa yang mengambil Fisika saja, atau
mahasiswa yang mengambil Fisika Teknik saja. Saya kira itu pantas,
lha mengambil dua gelar yah bebannya pasti bertambah. Kalau tidak mau
mengambil dua gelar yah pilih salah satu.

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "saidphysics"
<saidphysics@ ...> wrote:
>
> Gak bermaksud wrap up diskusi, cuma saya berusaha agak serius sedikit
> :-) mengenai Blue Print Fisika Indonesia .. Sebenarnya sudah ada belum
> ya?
>
> Mungkin bisa diawali oleh HFI sebagai lembaga payung fisikawan
> Indonesia, untuk mendiskusikan salah-satunya mengenai planning atau
> mungkin demografi akan kebutuhan fisikawan yang sesuai dengan kondisi
> bangsa Indonesia sekarang dan impian jangka pendek atau jangka panjang.
>
> Contoh outputnya agar kita semua tahu berapa sih jumlah fisikawan yang
> dibutuhkan per sub-sub bidang fisika, baik di uni atau di industri,
> sehingga kita bisa mulai menstandarkan kualitas dan tentunya
> remuneration yang layak sehingga gak ada orang menyesal jadi fisikawan
> dan iri sama pekerjaan supir bus :-)
>
> Karena fisikawan bukan pekerja sosial, dia adalah profesi.
>
> Mungkin gak akan menyenangkan beberapa pihak karena mungkin
> jurusan-jurusan fisika yang justru gak punya kelompok minat fisika
> teori/murni lebih baik di 'reformasi' menjadi jurusan fisika terapan
> atau teknik fisika di bawah fakultas teknik sehingga lebih efesien
> dalam mencetak para fisikawan terapan, yang berkarier secara
> profesional sesuai bidang yang dibutuhkan.
>
> Gambaran kasar saya, Indonesia cukup lah punya departemen fisika
> murni/teori sebanyak 4 atau 5 buah saja di seluruh Indonesia, satu di
> Sumatra, satu di jawa, satu di kalimantan, satu di sulawesi satu di
> papu .. selebihnya jadi fisika terapan.
>
> Tapi 4 atau 5 departemen ini memang sangat berkualitas yang nantinya
> menghasilkan output riset yang siap di developed oleh para lulusan
> fisika teknik yang berasal dari uni-uni lain yang jumlahnya lebih
> banyak .. iya donk .. kan yang physical engineer di LHC aja pasti
> lebih banyak di banding hard-core particle physicist!
>
> Karena ini investasi jangka panjang, tentunya pemerintah harus
> mensubsidi dana pendidikan nya bagi orang-orang yang cocok di
> bidangnya karena nanti kalau mereka sudah lulus dan bekerja sesuai
> bidang yang dibutuhkan maka tentunya pendapatan negara dari pajak
> profesi bisa di dapat.
>
> Ya .. itu kira-kira igauan saya lah, atau lebih tepatnya ekspektasi
> saya yang mungkin terlalu muluk-muluk terhadap HFI atau lembaya
> komunitas fisika/sains lainnya.
>
> Ada tambahan ide?
> Share yours!
>
> Cheers.

2b.

Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Rasahgelo" rasahgelo@yahoo.com   rasahgelo

Fri Sep 26, 2008 2:44 am (PDT)

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Iwan Sugihartono <ione06@...>
wrote:
>
> halo Haryo, kalo menurut saya sih sebelum ide itu terlaksana. Lebih
baik kita nge"push" para pimpinan di UI (rektoratnya) untuk bener2
mewujudkan riset univeristy dengan memperbaiki infra strukutr riset
(laboratorium yang berstandar riset) dan manajemen riset. Nah
pertanyaan saya nih, gimana mengubah budaya : pimpinan baru kebijakan
baru? menurut saya ini adalah faktor yang menghambat kemajuan UI dan
Indonesia pada umumnya. Menurut saya yang lebih baik itu kan membuat
sebuah tongkat estafet dengan mengedapankan penyempurnaan sistem.
>  

mungkinkah budaya pimpinan baru kebijakan baru ini yang berusaha
dihindari pak harto sehingga dia akhirnya memutuskan tidak mau turun
jabatan supaya kebijakannya yang belum selesai tidak diganti oleh
kebijakan baru? :)

h.

2c.

Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "mwahyu_pratama" mwahyu_pratama@yahoo.com.sg   mwahyu_pratama

Fri Sep 26, 2008 6:43 am (PDT)

Hehehe Koq sama pak banting setir seperti saya.

Pak haryo, saya pikir memang ada keragu-raguan di masyarakat kalau
lulusan S.Si itu tidak bisa "berhitung". Karena dahulu sebelum S.Si
sarjana Mipa bergelar Drs, yang notabene nya di kenal di masyarakat
adalah gelar untuk yang non eksak.
Tapi harus di sadari kalau di Mipa memang berbeda dengan Tehnik.
Walaupun mirip-mirip seperti fisika instrumentasi dan teknik fisika
instrumentasi. Saya melihat ini pembelaan diri dari mahasiswa/alumni
fisika bahwa bidang ini "sama" kenapa di bedakan dari gelarnya?
Kalau Bapak berfikir, sarjana S.Si bisa mendapatkan ST, hmm ST nya mgn
yang akan marah-2, dan saya yakin pasti S.Si fisika banyak juga yang
akan mengambil gelar ST, walaupun dengan mengambil SKS tertentu. Apa
yang terjadi di masyarakat indonesia menganggap S.Si adalah lulusan
maaf kelas 2.
Kebanyakan teman2 saya "double degree" nya ambil di swasta untuk ST
nya. Ya swasta yang tidak terlalu bagus, sekedar ada ST nya.

Ada pemikiran juga di mahasiswa Fisika, kenapa ya fisika sulit cari
kerja, sudah sulit kuliahnya sehingga lulusnya lama dll.
Saya kira tidak, karena dari jurusan Eletro, Informatika kalau
benar-benar di lakukan penelitian juga mengalami kesulitan mencari
lapangan pekerjaan, mahasiswa tersebut juga mengalami kesulitan di
saat mengambil matakuliah-matakuliah. Sebagai contoh, saya pernah
melihat mata kuliah mekanika fluida dari teknik mesin, sekilas ohh
rumis juga ternyata, bahkan menurut saya lebih rumit dari mekanika
fluidanya jurusan fisika.

Jujur saja saya khawatir sekarang dengan masalah kompetensi, kalau ini
bener-bener di terapkan(walaupun sedikit2 sudah).. seperti saya dan
rekan2 lainnya yang "lintas jalur" bisa berabe... Karena jarang sekali
perusahaan swasta yang mensyaratkan lulusan fisika.

banyak rekan saya yang jadi programer, bahkan sudah supervisor di
salah satu software house di bali. Superintendent juga di pegang dari
mahasiswa fisika instrumetnasi di perusahaan minyak luar negeri. Yang
terakhir teman saya yang kerja di Total, gara2nya simple dia bisa
menyelesaikan rangkaian listrik yang sederhanya dan mengalahkan
jurusan elektro.

Terkait blue print fisika di Indonesia, saya pikir masih jauh ya bisa
di terapkan, dengan konteks lulusan fisika sekian dengan komposisi
teori, instrumentasi, material dll sekian. Sekarang yang ada adalah
lulusan fisika bisa di serap di lapangan pekerjaan. Minat bidang di
perkulihaan berbeda dengan minat bidang di Militer, karena di karir
militer ada perkulihaan/akademi yang nanti di juruskan lagi apakah dia
korps nya di artileri, elektro , atau yang lainnya di ambil
berdasarkan kebutuhan dan hasil psikotes.
Jadi implementasi fisika teori sekian, fisika terapan sekian agak
sulit. Yang ada adalah meningkatan mutu lulusan fisika. Baik dari sisi
jiwa researchnya di tingkatkan, mutu pendidikan terutama fasilitas
penunjang seperti laboratorium2 ... yang bisa buka 24 jam dll.
Ini yang utama menurut saya. Blue Print iya tapi lebih bersifat
standart-standart mutu pendididikan, berapa penelitian pertahun harus
di hasilkan.
Lalu untuk jurusan lain seperti elektro, informatika, dan lain2, ada
juga yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, ada yang bekerja jadi
teknisi komputer, sales obat, dll. Sama saja saya pikir. Yang perlu
ada lah cari nilai tambah yang lebih, misal menguasai networking,
unix, database, pemprograman C dll. Pasti anda bisa bersaing dengan
rekan-rekan dari jurusan lain.

Kalau di batasi 5 jurusan di Indonesia saya pikir kurang tepat. Yang
perlu adalah standart minimal mendirikan jurusan fisika, baik dari
sisi profesor, doctor, laboratorium dll. Klo yang belum memenuhi
sampai batas waktu tertentu, ya bisa di merger.

Lalu mekanisme penerimaan mahasiswa yang perlu di rombak? dengan yang
ada sekarang. Seperti kita tahu Jurusan fisika bukan jurusan favorit
dari rata2 pak. Lalu bagaimana kita bisa menjaring calon mahasiswa
yang memiliki kwalitas yang bagus untuk di arahkan untuk masuk ke
jurusan fisika. dan ada saya pikir sedikit promosi "garansi" bahwa
lulusan fisika bisa lebih mudah di serap pasar, karena bisa lintas sektor.

Idealisme-idealisme ini bisa terwujud kalau semua kalangan bangsa
mendukung.
Ada yang membuat saya sedih, beberapa fenomena sekarang adalah dosen
PNS ber"migrasi" keluar negeri ... tentu ini juga perlu menjadikan
perhatian dari pemerintah.

Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. dan mohon koreksinya
apabila ada yang salah.

Hormat saya,
Wahyu Pratama


--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Bintang AriestoĆ¢„¢
<kobebintang@...> wrote:
>
> Wah seru juga ya baca postingan bapak2 pemerhati fisika di
Indonesia.Topik terakhir yg sedang dibicarakan bagus nih, saya sebagai
lulusan Jurusan Fisika MIPA setuju dengan ide2 ini. Semoga bisa di
realisasikan, soalnya sayang juga ya klo udah kuliah susah2 di Jurusan
Fisika eh akhirnya banting setir ke bidang lain..Contohnya ya saya
(:D), kebetulan saya malah kerja di bidang networking, di sebuah
vendornya Cisco.
> Sedih juga sih, tapi apa mau dikata, life must go on, berjuang untuk
masa depan.Pingin rasanya kerja sesuai bidang, tapi kenyataannya
susah, dan jujur saja, saya juga ga pinter di Fisika, kuliah saja 6,5
tahun :DTapi saya miris klo ngeliat tmn2 yg IPKnya tinggi dan lulus
lebih cepat dari jurusan Fisika MIPA Universitas Lampung, kerjanya
malah jadi pengajar di lembaga Bimbingan Belajar atau di Bank, belum
lagi mahasiswa Geo yg jadi karyawan TV atau entah kerja dimana mereka
berada, anak material yg jadi admin di perusahaan es krim :DJadi
sedih, tapi nasi sudah menjadi bubur mau diapakan lagi, mungkin sudah
dari awalnya salah, ga bisa bersaing untuk masuk Universitas Negeri yg
Ikatan Alumninya kuat dan Exist di perusahaan2 besar Indonesia. Kalo
boleh jujur sih, agak ngerasa percuma kuliah di Fisika, soalnya ga
diperhatiin juga lulusannya mau kemana, kaya kambing dilepas di hutan,
masih untung klo hutannya bukan hutan jati, jadinya masih bisa cari makan,
> nah klo hutannya jati semua, ya yg bisa hidup cuma manusia penebang
hutan.Mungkin kalo ide2 dari Pak Said dan Pak Haryo bisa
direalisasikan, rasa2nya ga akan ada sarjana Fisika atau mungkin
sarjana2 lain yg Mubazir. Skillnya ada dan lapangan pekerjaannya
jelas. Wah sungguh Indah Indonesia kalo pekerjanya ga perlu banting
setir hanya untuk mendapatkan segenggam berlian dan sekarung beras
(hahahaha,,ngarep)Tapi saya tetap bersyukur, ditengah persaingan yg
keras, saya bisa masuk kedalamnya tanpa harus melalui yg namanya
Koneksi, Nepotisme dan sogokan :DSalam kenal,,Lulusan Fisika
Untung2an....:D

2d.

Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Suharyo Sumowidagdo" sss5946@garnet.acns.fsu.edu   haryo_hep

Fri Sep 26, 2008 10:53 am (PDT)

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Iwan Sugihartono <ione06@...>
wrote:
>
> Menurut saya, jika cuma lulusan sarjana itu masih belum spesifik.
Jadi baik dari bidang apapun yang masih ada cross sectionnya atau
tidak bisa kerja dimanapun. Karena memang sarjana itu secara akademis
belum mampu mandiri melakukan riset atau kerja berdasarkan
bidangnya. Jadi jangan heran jika perusahaan manapun (dari bank, sampe
perusahaan agroindustri) menerima semua lulusan dari bidang sosial,
mipa dan teknik. Teman saya dari Fisika UI terbukti sudah ada jajaran
tim manager HRD di perusahaan milik Thailand. JAdi, untuk bicara ideal
mendaptkan kerja yang pas sesuai bidang peminatan buat seorang sarjana
ya tidak bisa dijadikan sebuah idealisme. Yang ideal itu, jika kita
yang berada di bidang (katakanlah, sarjana Fisika material)
melanjutkan studi master hingga doktor di bidang material (bisa bidang
material apapun lebih spesifik). Nah ketika lulus nantinya bisa kerja
di institusi riset atau persuahaan yang memiliki riset center. Itu
baru ideal.

I disagree with this statement. Very physics-centric of view.

Ada program sarjana yang memang jalur karirnya sudah jelas.
Profesi-profesi semacam akuntan, pengacara, notaris, dokter, itu jelas
hanya bisa diisi oleh orang dari program sarjana yang sejalur.

Tidak ada lulusan Fisika yang jadi dokter, akuntan, atau pengacara kan
? tanpa sebelumnya menambah pendidikannya dengan pendidikan yang
sesuai ?

Kalau setelah 4 tahun kuliah di program sarjana (bidang apapun, bukan
hanya Fisika) kemudian kita mengatakan bahwa lulusan sarjana tidak
diharapkan bisa bekerja, maka ada _big_problem_ di sistem pendidikan
kita.

Tolong perhatikan tiga point ini:

- Sarjana Fisika, sekali lagi, _TIDAK_ diharapkan untuk mampu
melakukan penelitian/riset pada tingkat profesional. Penelitian/riset
pada tingkat profesional itu memerlukan PhD.

- Jalur karir sarjana Fisika _TIDAK_ terbatas pada riset.

- Namun sarjana Fisika _HARUS_ memiliki kompetensi, baik untuk bekerja
di industri _MAUPUN_ melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

> Jadi buat para sarjana FIsika, menurut saya yang penting adalah
kejar dulu IP yang baik dan bahasa inggris atau skill lainnya, itu
jadi syarat mutlak dalam seleksi administrasi di perusahaan atau
institusi manapun bahkan untuk tetap idealis meneruskan studi. Ini
maksudnya supaya sarjana Fisika ga kalah ama lulusan teknik. Baru jika
sudah memenuhi syarat mereka akan diadu secara akadmis dan sikotes.
Buat yang kerja di bank, bimbel atau tempat lainnya itu adalah pilihan
mereka. Jadi itu semua akhirnya relatif tergantung pilihan hidupnya.

Skill presentasi, bahasa Inggris, sikap profesionalisme memang penting
dalam karir dimanapun. Namun ekonomi tidak bisa dibangun hanya dari
skill semacam itu. Kemajuan ekonomi yang konkret perlu industri,
produksi barang, dan komoditi baru. Orang tidak bisa selalu jual jasa
dan omongan.

Namun kurikulum pendidikan Fisika sebenarnya kaya akan skill-skill
yang bisa diterapkan di dunia industri. Skill tersebut didapat baik
dari perkuliahan, maupun praktek langsung dalam konteks
_menyelesaikan_problem_di_fisika_

- Desain eksperimen, alat, dan instrumen
- Pemrograman komputer
- Elektronika
- Analisis dan uji sifat-sifat bahan
- Permodelan matematika
- Pengolahan sinyal

Skill-skill di atas tergolong generik dan terpakai di industri. Jika
saja lebih banyak mahasiswa dan dosen fisika yang bisa _melihat_
korelasi/koneksi ini _dan_ menerapkannya dalam perkuliahan, maka
sarjana Fisika bisa lebih percaya diri akan kemampuannya.

Yang terjadi sekarang adalah mahasiswa sendiri tidak menyadari
pentingnya menguasai subset (satu atau dua saja, tidak perlu semua)
dari skill-skill di atas secara mantap. Yang paling baik memang kalau
skill-skill di atas dikuasai secara rata dan bagus semuanya.

saya rasa, diskusi ini bisa dirangkum seperti ini:

Selama empat tahun pendidikan sarjana fisika, mahasiswa harus
memperoleh skill-skill dasar seperti di atas pada level yang
memungkinkan sang mahasiswa untuk menyelesaikan problem fisika
dan/atau menyelesaikan problem serupa di industri yang memerlukan
skill yang sama.

Sekarang, sudahkah kita mencapai tahapan itu ? Kalau seorang
mahasiswa fisika gagal menguasai _satu_saja dari skill-skill dasar di
atas, maka mahasiswa tsb jangan menyalahkan departemen fisika karena
sulit mencari pekerjaan. Dia _tidak_ punya skill/keterampilan !

Demikian pula kalau sebuah departemen fisika gagal memberikan
pengajaran yang memadai untuk skill-skill dasar di atas, ada baiknya
melihat dan memperbaiki diri.

3a.

Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Timmy Siahaan" timmy_fisika_ugm@yahoo.com   timmy_fisika_ugm

Fri Sep 26, 2008 2:30 am (PDT)

Sedikit comment:bukan Pekik Nuswant.. tapi Pekik Nurwantoro,beliau guru saya jg lho.. Tentang teori kurang lengkap: ya iya lah..makany dikaji terus.Namany jg fisika,ngejar teori yg menjelaskan dan meramalkan fenomena alam kan udah bagiannya..

Ali Yunus Rohedi wrote:
> Kelak Indonesia Menjadi Negara Basic Science Yang Digdaya
> Saya angkat topi terhadap kepiawaan sdr.Wahyu Pratama menghangatkan
> diskusi di Forum Fisika Indonesia ini, yang mengingatkan kita bahwa
> ilmuan besar Hawking pun dapat ragu terhadap penemuan higgs
> sebagaimana tercetus melalui kalimat pernyataannya:
> "I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
> That will show something is wrong, and we need to think again".
> Terlebih lagi kalau dikaitkan dengan pengistirahatan LHC sebagaimana
> kutipan paparan Bapak Haryo pada komentar beliau sebelumnya:
> "LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk
> 'menyetir'/' mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya dengan
> menggunakan lebih kurang 1200 magnet dipole yang masing-masing
> memberikan medan magnet sebesar 8 Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa
> dihasilkan dengan arus yang sangat besar. Untuk itu, LHC menggunakan
> magnet superkonduktor, yang beroperasi pada temperatur sekitar 2K
> (-271 derajat Celsius) dan didinginkan dengan helium cair".
> Terus terang saya bukan Ahli Fisika Partikel eksperimen, sehingga
> tidak memiliki cukup kapabilitas untuk menjelaskan apa itu Higgs
> phenomenon. Jangankan saya yang awam, Empat Ahli Fisika Teori
> Indonesia papan ataspun (saya sitir pada komentar sebelumnya) tidak
> dapat diharapkan untuk mencerahkan kita tentang persoalan ini. Padahal
> kapabilitas mereka tentu jauh lebih dekat dibandingkan dengan saya
> yang berlatar belakang riset photonics. Saya jadi teringat "joke"
> kalau dokter mata tidak dapat menyembuhkan sakit gigi, padahal gigi
> dan mata bertetangga dekat posisinya.
> Tetapi Pak Haryo..., saya sekarang lebih tertarik pada kutipan bapak
> tentang kebutuhan magnet superkonduktor untuk operasioal LHC tersebut
> yang suhu kritisnya 2K sehingga tentu dibutuhkan proses pendinginan.
> Mengingat LHC tidak bakal mungkin dikembangkan di Indonesia, maka saya
> alihkan diskusi pemanfaatan superkonduktor tersebut untuk memasok
> berbagai keperluan komponen elektronika sehari-hari.
> Nah yang memungkinkan Fisikawan Indonesia bisa duduk berdiskusi
> bersama adalah bagaimana mendapatkan material pembentuk superkonduktor
> tersebut sedemikian temperatur kritisnya di sekitar temperatur kamar
> yakni sekitar 300K.
> Maaf saya sebut nama. Saya dua kali menjadi peserta pendengar pada
> Symposium Internasional (keduanya di tahun 2007) yang pembicaranya
> adalah Doktor-Doktor Fisika Indonesia. Pertama di Forum Kentingan Solo
> dengan pembicara DR. Pekik Nuswantara dari UGM, dan yang terakhir yang
> diselenggarakan Jurusan Fisika ITB dengan pembicara DR.Darminto dari
> ITS. Sebagai anak bangsa, saya merasa bangga terhadap kedua
> bapak-bapak Doktor tersebut yang dengan gamblang menjelaskan gejala
> superkondutvitas tersebut. Yang membuat saya terperanjat adalah bahwa
> ternyata sejak 1911 dimana bahan superkonduktivitas itu untuk pertama
> kalinya ditemukan oleh Bapak Ownes, hingga sekarang belum juga
> ditemukan yang bertemperatur kritis pada temperatur kamar. Bahkan
> menurut beliau-beliau, hingga saat ini temperatur kritis tertinggi
> yang dapat dicapai baru sekitar 100K. Padahal para periset kelas dunia
> di bidang ini sudah serta merta menggunakan software aplikasi canggih
> sebagai alat pensimulasinya. Lantas apa titik temu keraguan saya
> terhadap perburuan bahan superkonduktor bertemperatur kritis kamar
> tersebut dengan keraguan Pak Hawking terhadap pengungkapan gejala
> Higgs. Akhirnya saya mencoba meyakini jangan jangan ada yang "kurang
> sempurna" dengan teori superkonduktor itu. Ini berarti diperlukan
> perombakan terhadap model matematis yang diadopsi selama ini. Kalaupun
> model tersebut sudah diyakini benar, barangkali kita harus berani
> melakukan kaji ulang terhadap prosedur pemecahannya. Karena kita sadar
> bahwa selama ini model-model keramat tersebut selalu dipecahkan dengan
> metode numerik mengingat solusi eksak analitiknya belum ditemukan.
> Kita harus tetap waspada bahwa dengan tanpa penanganan yang tepat
> solusi numerik bisa salah, walaupun taburan angka dan tampilan grafik
> selalu dikeluarkan dari setiap persoalan yang kita selesaikan.
> Melihat fakta bahwa pelajar pelajar SMA kita selalu jawara dalam
> setiap event Olimpiade Internasional Fisika dan Matematika yang
> diikutinya, Prof Yohanes Surya seyogyanya mengerahkan potensi
> mereka-mereka yang idialis ini untuk memburu solusi-solusi eksak model
> berbagai permasalahan fisika yang hingga kini masih "tersembunyi" .
> Atau yang lebih ekstrim lagi materi perkuliahan Fisika Matematika di
> S1 lebih difokuskan pada persoalan yang menantang, dan bukan hanya
> pada sekedar pembuktian rumus. Kalau seruan ini dapat
> diimplimentasikan dalam kurikulum, maka tidak saja keprihatinan Prof
> Tjia May On terhadap anak-anak didik di SMA yang selama ini dilatih
> hanya untuk pintar menjabarkan rumus tanpa memberikan ruang nalar
> untuk mengungkap aspek teori dari gejala yang diamatinya "bisa
> terhindarkan" , JUGA kita dapat beroptimis bahwa KELAK Indonesia
> menjadi Negara yang Digdaya di bidang Basic Science. Kalau impian ini
> tergapai, tidak saja problem pemenuhan bahan superkonduktor dapat
> teratasi, masalah peringatan dini gempa pun dapat dilakukan secara
> cermat, bahkan Kasus Lumpur Lapindo benar-benar dapat tertanggulangi
> secara ilmiah.
> Berbekal kecintaan saya pada Indonesia, saya rela tidak melanjutkan
> Studi S3, tetapi memilih melakukan riset pribadi untuk mengungkap
> mengapa banyak persoalan model matematis yang belum terselesaikan
> secara eksak. Alhamdulillah, saya bukan bermaksud promosi, tetapi via
> komentar ini saya mengundang visitor forum ini untuk berkunjung ke web
> rohedi.com, rohedi.blogspot. com, dan rohedi.wordpress. com. Disana
> tersaji banyak formula sakti yang komputer simbolikpun tidak mampu
> mengeluarkannya.
> Tentu, teknik yang saya kembangkan belum dapat menangani semua
> persoalan fisika, tetapi kalau formula-formula itu dapat diberdayakan
> oleh bapak-bapak Doktor Indonesia, saya percaya dan haqqul yakin
> tengara Prof Tjia May On bahwa banyak "Doktor-Doktor Indonesia yang
> Mandul Publikasi" dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama akan
> teralat. Dan tidak itu saja, barangkali formula formula smart
> rohedi.com tersebut dapat digunakan untuk memberdayakan Professor
> Professor Indonesia yang notabene rekan sepaguyupan Prof. Tjia May On.
> Demikian sumbangan pemikiran saya.
> Salam Hangat
> Rohedi.com
>

4a.

Re: Blue print fisika indonesia &lt;-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May O

Posted by: "Timmy Siahaan" timmy_fisika_ugm@yahoo.com   timmy_fisika_ugm

Fri Sep 26, 2008 2:37 am (PDT)

Wah,ideny kok g dr dulu?Sbnrny sudah disusun roadmap fisika indonesia,tp blm tau kapan beredarnya.Kami memang menyarankan kebijakan2 ttg penelitian fisika yg mendukung fokus riset nasional.Hanya ide merger tdk trsampaikan,hanya riset yg berkesinambungan.

Haryo Sumowidagdo wrote:
> Saya sebenarnya sudah punya ide seperti ini: Departemen Fisika bekerja
> sama dengan Fakultas Teknik di institusi yang sama, dan menganugrahkan
> gelar Sarjana Fisika Teknik (untuk bidang peminatan Instrumentasi,
> Material, atau Fisika Medis) atau Sarjana Teknik Geofisika (untuk
> peminatan Geofisika Eksplorasi) disamping Sarjana Fisika bagi
> mahasiswa-mahasiswa di Departemen Fisika yang mengambil program studi
> berorientasi karir. Dengan hal ini kita membuat mereka tampak di mata
> masyarakat lebih menarik setelah lulus sarjana. Saya bilang 'tampak'
> karena sebenarnya kurikulum dan kuliahnya masih sama, hanya
> birokrasinya yang berbeda. Ada overlap yang cukup besar antara
> Fisika, Fisika Teknik, dan Geofisika, sehingga ide ini layak dicoba.
> Hal ini tentu perlu didiskusikan dengan Fakultas Teknik di institusi
> yang sama, apalagi jika di Fakultas Teknik tersebut ada Departemen
> Fisika Teknik. Untuk di universitas yang tidak ada Fisika Teknik (UI
> misalnya) ide ini layak dicoba. Rektor UI sekarang saya dengar-dengar
> orangnya sangat luwes dan maju pandangannya, mungkin momen ini bisa
> dimanfaatkan ?
> Keuntungan ide ini: Tidak perlu biaya besar, karena yang diperlukan
> lebih berupa negosiasi dan diskusi dengan Fakultas Teknik dan
> administrasi Universitas.
> Kerugian: Negosiasi selalu ada harga yang harus dibayar, ada
> kemungkinan mahasiswa yang mengambil jalur ini terbebani sedikit lebih
> berat dibandingkan mahasiswa yang mengambil Fisika saja, atau
> mahasiswa yang mengambil Fisika Teknik saja. Saya kira itu pantas,
> lha mengambil dua gelar yah bebannya pasti bertambah. Kalau tidak mau
> mengambil dua gelar yah pilih salah satu.
> --- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com , "saidphysics"
> <saidphysics@ ...> wrote:
>>
>> Gak bermaksud wrap up diskusi, cuma saya berusaha agak serius sedikit
>> :-) mengenai Blue Print Fisika Indonesia .. Sebenarnya sudah ada belum
>> ya?
>>
>> Mungkin bisa diawali oleh HFI sebagai lembaga payung fisikawan
>> Indonesia, untuk mendiskusikan salah-satunya mengenai planning atau
>> mungkin demografi akan kebutuhan fisikawan yang sesuai dengan kondisi
>> bangsa Indonesia sekarang dan impian jangka pendek atau jangka panjang.
>>
>> Contoh outputnya agar kita semua tahu berapa sih jumlah fisikawan yang
>> dibutuhkan per sub-sub bidang fisika, baik di uni atau di industri,
>> sehingga kita bisa mulai menstandarkan kualitas dan tentunya
>> remuneration yang layak sehingga gak ada orang menyesal jadi fisikawan
>> dan iri sama pekerjaan supir bus :-)
>>
>> Karena fisikawan bukan pekerja sosial, dia adalah profesi.
>>
>> Mungkin gak akan menyenangkan beberapa pihak karena mungkin
>> jurusan-jurusan fisika yang justru gak punya kelompok minat fisika
>> teori/murni lebih baik di 'reformasi' menjadi jurusan fisika terapan
>> atau teknik fisika di bawah fakultas teknik sehingga lebih efesien
>> dalam mencetak para fisikawan terapan, yang berkarier secara
>> profesional sesuai bidang yang dibutuhkan.
>>
>> Gambaran kasar saya, Indonesia cukup lah punya departemen fisika
>> murni/teori sebanyak 4 atau 5 buah saja di seluruh Indonesia, satu di
>> Sumatra, satu di jawa, satu di kalimantan, satu di sulawesi satu di
>> papu .. selebihnya jadi fisika terapan.
>>
>> Tapi 4 atau 5 departemen ini memang sangat berkualitas yang nantinya
>> menghasilkan output riset yang siap di developed oleh para lulusan
>> fisika teknik yang berasal dari uni-uni lain yang jumlahnya lebih
>> banyak .. iya donk .. kan yang physical engineer di LHC aja pasti
>> lebih banyak di banding hard-core particle physicist!
>>
>> Karena ini investasi jangka panjang, tentunya pemerintah harus
>> mensubsidi dana pendidikan nya bagi orang-orang yang cocok di
>> bidangnya karena nanti kalau mereka sudah lulus dan bekerja sesuai
>> bidang yang dibutuhkan maka tentunya pendapatan negara dari pajak
>> profesi bisa di dapat.
>>
>> Ya .. itu kira-kira igauan saya lah, atau lebih tepatnya ekspektasi
>> saya yang mungkin terlalu muluk-muluk terhadap HFI atau lembaya
>> komunitas fisika/sains lainnya.
>>
>> Ada tambahan ide?
>> Share yours!
>>
>> Cheers.
>

5.

Tanya data

Posted by: "Timmy Siahaan" timmy_fisika_ugm@yahoo.com   timmy_fisika_ugm

Fri Sep 26, 2008 2:47 am (PDT)

Friends,mau tanya nih,apakah ada yg punya data indeks bias kompleks bahan2 yg dipakai pd single heterojunction organic solar cell?Kalau bisa yg strukturny glass/ITO/PEDOT:PSS/CuPc/PTCBI/Ag.Kami dah ada metodenya,tp blm ada data utk pembnding dngn ekspermn

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Dog Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about dogs.

Moderator Central

Yahoo! Groups

Get the latest news

from the team.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

Tidak ada komentar: