Jumat, 26 September 2008

[daarut-tauhiid] Saat Bicara dan Saat Menahan Diri

Saat Bicara dan Saat Menahan Diri

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar
www.daaruttauhiid.org

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam." (H.R. Bukhari-Muslim)

Apa
yang akan terjadi apabila orang yang sedang dilanda emosi kita debat
atau lebih halus dari itu, kita nasihati? Alih-alih meredakannya, yang
lebih mungkin terjadi adalah ibarat menyiramkan bensin ke api. Bukannya
mereda, amarahnya malah akan semakin membara dan membakar segala-gala.
Mengapa demikian? Orang yang sedang marah jelas cenderung tidak
siap menerima nasihat atau mendengar pendapat yang berseberangan dengan
apa-apa yang menjadi unek-uneknya. Mentalnya saat itu tentu lebih
disiapkan untuk memuaskan segala yang sedang bergolak di dalam dadanya.

Adapun
tindakan yang paling pantas kita lakukan dalam keadaan demikian adalah
berusaha sekuat-kuatnya untuk menahan diri. Ya, kalaupun harus berucap,
maka ucapan seperti, "Ya, saya maklum" atau "Saya dapat memahami
perasaan Anda" akan jauh lebih maslahat dan dapat sangat efektif
meredakan emosinya ketimbang nasihat atau kata-kata kebenaran yang
salah pasang.

Dengan demikian, dalam ikhtiar membermutukan
lisan, setelah faktor keikhlasan sebagai kata kunci utama (baca "Lisan
yang Bermutu"), faktor tujuan dan apa yang dikatakan harus sesuai
kenyataan, sesungguhnya ada satu lagi faktor yang jangan sekali-kali
diabaikan, yakni waktu atau momentum yang tepat. Artinya, kita harus
pandai-pandai memilih dan memilah waktu dan kondisi, sehingga sesuai
dengan keadaan yang membutuhkannya. Pendek kata, pilihlah kata-kata
terbaik, waktu terbaik, dan tempat terbaik agar kata-kata kita membawa
hasil terbaik pula.

Ketahuilah, sebelum berkata-kata,
sesungguhnya kata-kata itu tawanan kita. Akan tetapi, sesudah telontar
dari lisan, justru kitalah yang ditawan oleh kata-kata sendiri.
Buktinya? Betapa banyak orang yang sengsara, menanggung malu, terbebani
batinnya, bahkan membuat nyawanya melayang gara-gara kata-kata yang
salah ucap, yang keluar dari mulutnya sendiri. Begitu banyak contoh
nyata dalam kejadian sehari-hari yang bisa membuktikan semua ini.

Mungkin
suatu ketika kita baca di koran berita tentang beberapa pelajar SMA
yang terlibat pergaulan bebas dengan sesama teman sebayanya. Biasanya
mulut ini begitu gatal untuk segera berkomentar, "Mareka sebenarnya
adalah korban-korban dari ketidakbecusan para orang tuanya dalam
mendidik anak-anaknya sendiri." Atau, kadang-kadang ketika berkumpul
bersama teman-teman, tidak bisa tidak, kita sering dengan sadar dan
bahkan dinikmati, terjebak dalam perbuatan ghibah, mengumbar-umbar aib
dan keburukan orang lain, teman, atau bahkan beberapa sikap dan periaku
orang tua sendiri yang dalam penilaian hawa nafsu kita, tidak kita
sukai.

Nah, bila kita acap atau kerap kali senang
menggelincirkan lisan ini ke dalam perbuatan-perbuatan demikian,
pertanyaan yang harus segera diajukan terhadap diri sendiri adalah,
mestikah saya berbicara? Haruskah saya mengomentari masalah ini?
Mengapa saya harus ikut-ikutan memberikan penilaian, padahal kita
mungkin tidak tahu permasalahan yang sebenarnya?

Subhanallah!
Siapa pun yang ingin memiliki lisan yang bermutu serta kata-kata yang
mengandung kekuatan dahsyat untuk mengubah orang lain menjadi lebih
baik, satu hal yang harus direnungkan, yakni bahwa kekuatan terbesar
dari kata-kata kita adalah harus membuat orang senantiasa mendapatkan
manfaat dari apa pun yang kita ucapkan.

Kalau hanya bicara,
padahal kita sendiri tidak tahu akan membawa manfaat atau tidak,
sebaiknya diam saja. "Falyaqul khairan aw liyaskut!" demikian sabda
Rasulullah saw. Hendaklah berkata yang baik atau diam! Berkata itu
bagus dan boleh boleh saja, namun diam itu jauh lebih bagus kalau toh
kata-kata yang kita ucapkan akan tidak membawa manfaat.

Kalaupun
kita memandang perlu untuk berkata-kata-kata, sebaiknya berikan yang
terbaik kepada orang yang mendengarkannya, kata-kata yang paling indah,
paling tulus, paling bersih dari segala niat, dan motivasi yang tidak
lurus.

Karenanya, usahakanlah kata-kata yang keluar dari lisan
ini kita kemas sedemikian rupa sehingga membawa manfaat dan maslahat
baik bagi diri sendiri maupun bagi jalan hidup serta tumbuhnya
motivasi, kehendak, ataupun tekad seseorang.

Hanya empat hal
dari kata-kata yang paling tinggi nilai dan mutu-nya, yang seyogianya
keluar dari lisan kita. Pertama, ketika mendapat karunia nikmat,
suruhlah lisan ini bersyukur kepada Allah. Kedua, ketika ditimpa
ditimpa musibah, segera suruh mulut ini untuk bersabar, inna lillaahi
wa inna ilayhi raaji`uun. Ketiga, ketika mendapat taufik dari Allah
berupa kemampuan beribadah yang lebih baik daripada yang bisa dilakukan
orang lain, suruh mulut ini berkata bahwa semua kemampuan ibadah kita
adalah semata-mata berkat karunia dari Allah Azza wa Jalla. Keempat,
ketika kita tergelincir berbuat dosa, lekas-lekas suruh lisan ini
ber-istighfar memohon ampunan kepada Allah. Dan selebihnya adalah sikap
hati-hati setiap kali lisan kita hendak berkata-kata.

Hendaknya
kita tidak membiarkan mulut ini sembarang berbunyi. Daripada berakibat
sengsara, lebih baik menahan diri. Sebab, jangankan menyampaikan
nasihat, bukankah untuk bertanya saja dalam ajaran Islam demikian
tinggi adabnya.

Misalnya, terhadap seseorang yang kita tahu suka
melaksanakan saum sunnah, kita bertanya, "Mas, Anda sedang saum?"
Padahal di sekelingnya sedang banyak orang. Ini kan pertanyaan yang
berat. Betapa tidak? Kalau orang tersebut menjawab, "Ya, saya saum",
hatinya mungkin bisa tergores-gores karena kekhawatirannya berbuat
riya. Kalau ia menjawab tidak saum, berarti dusta dan itu dosa
sekaligus bisa menghilangkan pahala saumnya. Kalau memilih diam saja,
bisa-bisa dianggap sombong. Demikian pula kalau hendak berdiplomasi
saja, minimal ia akan kerepotan untuk mencari kata-kata yang tepat. Ini
berarti pertanyaan kita membebani batin orang dan sekaligus mubazir.

Oleh
sebab itu, tidak heran kalau para ulama dan orang-orang yang saleh
serta berkedudukan di sisi Allah sangat hemat dengan kata-kata.
Kendati, mungkin ilmunya sangat luas, pemahamannya begitu dalam dan
jembar, hafal seluruh surat Alquran dan ribuan hadis Nabi, telah
menyusun berpuluh-puluh kitab yang monumental, ibadahnya begitu
dahsyat, sementara akhlaknya pun demikian cemerlang.

Semua itu
karena mereka sangat yakin bahwa kesia-siaan dalam berkata-kata
pastilah akan mengundang setan dan niscaya pula akan menyeretnya ke
dalam jurang neraka Saqar (Q.S. Mudatstsir: 45).

Walhasil,
marilah kita tata lisan yang cuma satu-satunya ini. Percayalah, diam
itu emas. Orang yang sanggup memelihara lisannya akan lebih kuat
wibawanya daripada orang yang gemar menghambur-hamburkan kata-kata,
tetapi kosong makna.

Berusahalah senantiasa agar kata-kata yang
kita ucapkan benar-benar bersih dari penambahan-penambahan dan rekayasa
yang tiada artinya. Ukurlah selalu, di mana, kapan, dan dengan siapa
kita berbicara agar setiap kata yang terucap benar-benar bermutu dan
tinggi maknanya.

Mudah-mudahan Allah Yang Maha Menyaksikan
segala-gala senantiasa menolong kita agar selalu sadar bahwa rahasia
kekuatan lisan yang bisa menggugah dan mengubah orang lain itu, berawal
dari hati yang tulus ikhlas. Tidak rindu apa pun dari yang kita
katakan, kecuali rindu kemuliaan bagi yang mendengarkannya, rindu demi
senantiasa mulia dan tegaknya agama Allah, serta rindu agar segala yang
kita ucapkan menjadi ladang amal saleh untuk bekal kepulangan kita ke
akhirat kelak. Insya Allah!

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Search Ads

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Wellness Spot

on Yahoo! Groups

A resource for living

the Curves lifestyle.

Best of Y! Groups

Check out the best

of what Yahoo!

Groups has to offer.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: