Jumat, 26 September 2008

[FISIKA] Digest Number 2539

Messages In This Digest (6 Messages)

Messages

1a.

IDUL FITRI 1429 H

Posted by: "Muh. Fadly" fadliec@yahoo.com   fadliec

Thu Sep 25, 2008 9:21 am (PDT)

"Walau tangan belum pernah berjabat, mulut belum pernah saling
berucap, hanya seberkas tulisan yang menghiasi lembaran kita di dunia
maya namun kita tak pernah lupa akan kewajiban kita di bulan yang
penuh berkah ini, hingga menuju kembali kefitrah yang utuh dan suci"

"SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1429 HIJRIAH"
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Keluarga Besar SD Negeri Nolobangsan

www.sdnolobangsan.blogspot.com


1b.

Re: IDUL FITRI 1429 H

Posted by: "rudi_gunadi" rudi_gunadi@yahoo.com   rudi_gunadi

Thu Sep 25, 2008 8:08 pm (PDT)

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Muh. Fadly" <fadliec@...>
wrote:
>
> "Walau tangan belum pernah berjabat, mulut belum pernah saling
> berucap, hanya seberkas tulisan yang menghiasi lembaran kita di dunia
> maya namun kita tak pernah lupa akan kewajiban kita di bulan yang
> penuh berkah ini, hingga menuju kembali kefitrah yang utuh dan suci"
>
> "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1429 HIJRIAH"
> MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
Hapunten anu kasuhun
>
> Keluarga Besar SMP PGRI Klari - Karawang
>
> smp_pgri_klari@yahoo.com
>

2.

[artikel chem-is-try.org] Bio-petroleum dari gula

Posted by: "mr.soetrisno" chemcafe@yahoo.com   mr.soetrisno

Thu Sep 25, 2008 9:22 am (PDT)

Kategori Kimia Karbon
Bio-petroleum dari gula
Oleh Soetrisno

Peneliti di Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah metode untuk
merubah gula menjadi bensin. Metode ini, berdasarkan serangkaian
konversi katalitik, bisa menjadi alternatif untuk fermentasi gula dari
tanaman menjadi etanol sebagai sebuah sumber bahan bakar untuk
transportasi.

Tim James Dumesic di Universitas Wisconsin-Madison mulai mengembangkan
upaya untuk mengonversi gula-gula sederhana menjadi hidrokarbon yang
bisa dicampurkan untuk membentuk bahan bakar kendaraan yang identik
dengan bahan bakar yang kita gunakan saat ini. "Petroleum memiliki
kepadatan energi yang tinggi, dan tidak semua mesin yang digunakan
saat ini cocok untuk melakukan konversi pada etanol," kata Dumesic.

selengkapnya : http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=200

Jalinlah kemitraan dengan situs chem-is-try.org dengan menggunakan
banner atau gadget "Peristiwa Kimia" dibawah ini.
[banner] http://www.chem-is-try.org/?sect=mitrakami
[gadget] http://www.gmodules.com/ig/creator?
synd=open&nocache=1&url=http://www.chem-is-
try.org/peristiwa/chem_gadget.xml

3a.

Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "saidphysics" saidphysics@yahoo.com   saidphysics

Thu Sep 25, 2008 6:17 pm (PDT)

Gak bermaksud wrap up diskusi, cuma saya berusaha agak serius sedikit
:-) mengenai Blue Print Fisika Indonesia .. Sebenarnya sudah ada belum
ya?

Mungkin bisa diawali oleh HFI sebagai lembaga payung fisikawan
Indonesia, untuk mendiskusikan salah-satunya mengenai planning atau
mungkin demografi akan kebutuhan fisikawan yang sesuai dengan kondisi
bangsa Indonesia sekarang dan impian jangka pendek atau jangka panjang.

Contoh outputnya agar kita semua tahu berapa sih jumlah fisikawan yang
dibutuhkan per sub-sub bidang fisika, baik di uni atau di industri,
sehingga kita bisa mulai menstandarkan kualitas dan tentunya
remuneration yang layak sehingga gak ada orang menyesal jadi fisikawan
dan iri sama pekerjaan supir bus :-)

Karena fisikawan bukan pekerja sosial, dia adalah profesi.

Mungkin gak akan menyenangkan beberapa pihak karena mungkin
jurusan-jurusan fisika yang justru gak punya kelompok minat fisika
teori/murni lebih baik di 'reformasi' menjadi jurusan fisika terapan
atau teknik fisika di bawah fakultas teknik sehingga lebih efesien
dalam mencetak para fisikawan terapan, yang berkarier secara
profesional sesuai bidang yang dibutuhkan.

Gambaran kasar saya, Indonesia cukup lah punya departemen fisika
murni/teori sebanyak 4 atau 5 buah saja di seluruh Indonesia, satu di
Sumatra, satu di jawa, satu di kalimantan, satu di sulawesi satu di
papu .. selebihnya jadi fisika terapan.

Tapi 4 atau 5 departemen ini memang sangat berkualitas yang nantinya
menghasilkan output riset yang siap di developed oleh para lulusan
fisika teknik yang berasal dari uni-uni lain yang jumlahnya lebih
banyak .. iya donk .. kan yang physical engineer di LHC aja pasti
lebih banyak di banding hard-core particle physicist!

Karena ini investasi jangka panjang, tentunya pemerintah harus
mensubsidi dana pendidikan nya bagi orang-orang yang cocok di
bidangnya karena nanti kalau mereka sudah lulus dan bekerja sesuai
bidang yang dibutuhkan maka tentunya pendapatan negara dari pajak
profesi bisa di dapat.

Ya .. itu kira-kira igauan saya lah, atau lebih tepatnya ekspektasi
saya yang mungkin terlalu muluk-muluk terhadap HFI atau lembaya
komunitas fisika/sains lainnya.

Ada tambahan ide?
Share yours!

Cheers.

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Zaenal Arief" <zaenal@...>
wrote:
>
> nah kalo udah di planing lain lagi ceritanya, itulah bedanya di
ostrali dengan di sini biasanya disini keputusannya grabak-grubuk,
jadi sebentar2 di revisi....Indonesia kan berencana membalik SMA dan
SMK biat SMK nya 70% dan SMA nya 30% supaya menhasilkan tenaga siap
pakai.... tapi problem baru muncul... guru SMK dari mana??
>
>
> ----- Original Message -----
> From: saidphysics
> To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
> Sent: Thursday, September 25, 2008 6:50 AM
> Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
>
>
> Betul sekali Oom!
>
> Itu karena kebutuhan akan lulusan TAFE memang besar sekarang .. nanti
> kalau udah terpenuhi juga bakalan dibatasi. Pembatasannya terlihat
> dari menjadi kecilnya subsidi pemerintah terhadap keuangan TAFE dan
> juga dari point imigrasi yang mengecil bagi orang asing lulusan TAFE
> yang mau melamar jadi permanent resident .. Itu udah dihitung Oom sama
> pembuat kebijakan.
>
> Ini juga bukan masalah budaya masuk uni .. di Indonesia memang banyak
> orang berlomba-lomba masuk uni bahkan s1 aja gak cukup untuk survive
> di kota besar .. tapi mana hasilnya konkretnya? Budaya kayak gitu gak
> sehat karena efesiensinya rendah .. bahkan konyol ..
>
> Masak untuk jadi front-desk di hotel aja harus lulusan D-3? Masak cuma
> jadi tukang ngelas pipa bawah laut di perusahaan minyak harus lulusan
> s1 ITB, apa gak memalukan?
>
> Lalu kemana pelajaran seabrek-abrek yang dipelajari waktu kuliah,
> kalau cuma soft-skill aja yang kepake waktu kerja?
>
> Kalau saya lihat pandangan dibawah ini adalah pandangan yang
> apologetik dan tetap berusaha bilang "bangsa gue is the best, meski
> miskin tapi terpelajar lihat noh tiap tahun nyabet medali emas
> olimpiade fisika .. he.. he.."
>
> Rakyat gak kenyang Oom dikasi medali emas!
>
> No flame intended, Cheers!
>

3b.

Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

Posted by: "Haryo Sumowidagdo" haryo@fnal.gov   haryo_fnal

Thu Sep 25, 2008 7:13 pm (PDT)


Saya sebenarnya sudah punya ide seperti ini: Departemen Fisika bekerja
sama dengan Fakultas Teknik di institusi yang sama, dan menganugrahkan
gelar Sarjana Fisika Teknik (untuk bidang peminatan Instrumentasi,
Material, atau Fisika Medis) atau Sarjana Teknik Geofisika (untuk
peminatan Geofisika Eksplorasi) disamping Sarjana Fisika bagi
mahasiswa-mahasiswa di Departemen Fisika yang mengambil program studi
berorientasi karir. Dengan hal ini kita membuat mereka tampak di mata
masyarakat lebih menarik setelah lulus sarjana. Saya bilang 'tampak'
karena sebenarnya kurikulum dan kuliahnya masih sama, hanya
birokrasinya yang berbeda. Ada overlap yang cukup besar antara
Fisika, Fisika Teknik, dan Geofisika, sehingga ide ini layak dicoba.

Hal ini tentu perlu didiskusikan dengan Fakultas Teknik di institusi
yang sama, apalagi jika di Fakultas Teknik tersebut ada Departemen
Fisika Teknik. Untuk di universitas yang tidak ada Fisika Teknik (UI
misalnya) ide ini layak dicoba. Rektor UI sekarang saya dengar-dengar
orangnya sangat luwes dan maju pandangannya, mungkin momen ini bisa
dimanfaatkan ?

Keuntungan ide ini: Tidak perlu biaya besar, karena yang diperlukan
lebih berupa negosiasi dan diskusi dengan Fakultas Teknik dan
administrasi Universitas.

Kerugian: Negosiasi selalu ada harga yang harus dibayar, ada
kemungkinan mahasiswa yang mengambil jalur ini terbebani sedikit lebih
berat dibandingkan mahasiswa yang mengambil Fisika saja, atau
mahasiswa yang mengambil Fisika Teknik saja. Saya kira itu pantas,
lha mengambil dua gelar yah bebannya pasti bertambah. Kalau tidak mau
mengambil dua gelar yah pilih salah satu.

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "saidphysics"
<saidphysics@...> wrote:
>
> Gak bermaksud wrap up diskusi, cuma saya berusaha agak serius sedikit
> :-) mengenai Blue Print Fisika Indonesia .. Sebenarnya sudah ada belum
> ya?
>
> Mungkin bisa diawali oleh HFI sebagai lembaga payung fisikawan
> Indonesia, untuk mendiskusikan salah-satunya mengenai planning atau
> mungkin demografi akan kebutuhan fisikawan yang sesuai dengan kondisi
> bangsa Indonesia sekarang dan impian jangka pendek atau jangka panjang.
>
> Contoh outputnya agar kita semua tahu berapa sih jumlah fisikawan yang
> dibutuhkan per sub-sub bidang fisika, baik di uni atau di industri,
> sehingga kita bisa mulai menstandarkan kualitas dan tentunya
> remuneration yang layak sehingga gak ada orang menyesal jadi fisikawan
> dan iri sama pekerjaan supir bus :-)
>
> Karena fisikawan bukan pekerja sosial, dia adalah profesi.
>
> Mungkin gak akan menyenangkan beberapa pihak karena mungkin
> jurusan-jurusan fisika yang justru gak punya kelompok minat fisika
> teori/murni lebih baik di 'reformasi' menjadi jurusan fisika terapan
> atau teknik fisika di bawah fakultas teknik sehingga lebih efesien
> dalam mencetak para fisikawan terapan, yang berkarier secara
> profesional sesuai bidang yang dibutuhkan.
>
> Gambaran kasar saya, Indonesia cukup lah punya departemen fisika
> murni/teori sebanyak 4 atau 5 buah saja di seluruh Indonesia, satu di
> Sumatra, satu di jawa, satu di kalimantan, satu di sulawesi satu di
> papu .. selebihnya jadi fisika terapan.
>
> Tapi 4 atau 5 departemen ini memang sangat berkualitas yang nantinya
> menghasilkan output riset yang siap di developed oleh para lulusan
> fisika teknik yang berasal dari uni-uni lain yang jumlahnya lebih
> banyak .. iya donk .. kan yang physical engineer di LHC aja pasti
> lebih banyak di banding hard-core particle physicist!
>
> Karena ini investasi jangka panjang, tentunya pemerintah harus
> mensubsidi dana pendidikan nya bagi orang-orang yang cocok di
> bidangnya karena nanti kalau mereka sudah lulus dan bekerja sesuai
> bidang yang dibutuhkan maka tentunya pendapatan negara dari pajak
> profesi bisa di dapat.
>
> Ya .. itu kira-kira igauan saya lah, atau lebih tepatnya ekspektasi
> saya yang mungkin terlalu muluk-muluk terhadap HFI atau lembaya
> komunitas fisika/sains lainnya.
>
> Ada tambahan ide?
> Share yours!
>
> Cheers.

3c.

Re: Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On M

Posted by: "Bintang Ariesto™" kobebintang@yahoo.com   kobebintang

Thu Sep 25, 2008 8:07 pm (PDT)

Wah seru juga ya baca postingan bapak2 pemerhati fisika di Indonesia.Topik terakhir yg sedang dibicarakan bagus nih, saya sebagai lulusan Jurusan Fisika MIPA setuju dengan ide2 ini. Semoga bisa di realisasikan, soalnya sayang juga ya klo udah kuliah susah2 di Jurusan Fisika eh akhirnya banting setir ke bidang lain..Contohnya ya saya (:D), kebetulan saya malah kerja di bidang networking, di sebuah vendornya Cisco.
Sedih juga sih, tapi apa mau dikata, life must go on, berjuang untuk masa depan.Pingin rasanya kerja sesuai bidang, tapi kenyataannya susah, dan jujur saja, saya juga ga pinter di Fisika, kuliah saja 6,5 tahun :DTapi saya miris klo ngeliat tmn2 yg IPKnya tinggi dan lulus lebih cepat dari jurusan Fisika MIPA Universitas Lampung, kerjanya malah jadi pengajar di lembaga Bimbingan Belajar atau di Bank, belum lagi mahasiswa Geo yg jadi karyawan TV atau entah kerja dimana mereka berada, anak material yg jadi admin di perusahaan es krim :DJadi sedih, tapi nasi sudah menjadi bubur mau diapakan lagi, mungkin sudah dari awalnya salah, ga bisa bersaing untuk masuk Universitas Negeri yg Ikatan Alumninya kuat dan Exist di perusahaan2 besar Indonesia. Kalo boleh jujur sih, agak ngerasa percuma kuliah di Fisika, soalnya ga diperhatiin juga lulusannya mau kemana, kaya kambing dilepas di hutan, masih untung klo hutannya bukan hutan jati, jadinya masih bisa cari makan,
nah klo hutannya jati semua, ya yg bisa hidup cuma manusia penebang hutan.Mungkin kalo ide2 dari Pak Said dan Pak Haryo bisa direalisasikan, rasa2nya ga akan ada sarjana Fisika atau mungkin sarjana2 lain yg Mubazir. Skillnya ada dan lapangan pekerjaannya jelas. Wah sungguh Indah Indonesia kalo pekerjanya ga perlu banting setir hanya untuk mendapatkan segenggam berlian dan sekarung beras (hahahaha,,ngarep)Tapi saya tetap bersyukur, ditengah persaingan yg keras, saya bisa masuk kedalamnya tanpa harus melalui yg namanya Koneksi, Nepotisme dan sogokan :DSalam kenal,,Lulusan Fisika Untung2an....:D
--- On Fri, 9/26/08, Haryo Sumowidagdo <haryo@fnal.gov> wrote:
From: Haryo Sumowidagdo <haryo@fnal.gov>
Subject: Blue print fisika indonesia <-- [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, September 26, 2008, 9:13 AM

Saya sebenarnya sudah punya ide seperti ini: Departemen Fisika bekerja

sama dengan Fakultas Teknik di institusi yang sama, dan menganugrahkan

gelar Sarjana Fisika Teknik (untuk bidang peminatan Instrumentasi,

Material, atau Fisika Medis) atau Sarjana Teknik Geofisika (untuk

peminatan Geofisika Eksplorasi) disamping Sarjana Fisika bagi

mahasiswa-mahasiswa di Departemen Fisika yang mengambil program studi

berorientasi karir. Dengan hal ini kita membuat mereka tampak di mata

masyarakat lebih menarik setelah lulus sarjana. Saya bilang 'tampak'

karena sebenarnya kurikulum dan kuliahnya masih sama, hanya

birokrasinya yang berbeda. Ada overlap yang cukup besar antara

Fisika, Fisika Teknik, dan Geofisika, sehingga ide ini layak dicoba.

Hal ini tentu perlu didiskusikan dengan Fakultas Teknik di institusi

yang sama, apalagi jika di Fakultas Teknik tersebut ada Departemen

Fisika Teknik. Untuk di universitas yang tidak ada Fisika Teknik (UI

misalnya) ide ini layak dicoba. Rektor UI sekarang saya dengar-dengar

orangnya sangat luwes dan maju pandangannya, mungkin momen ini bisa

dimanfaatkan ?

Keuntungan ide ini: Tidak perlu biaya besar, karena yang diperlukan

lebih berupa negosiasi dan diskusi dengan Fakultas Teknik dan

administrasi Universitas.

Kerugian: Negosiasi selalu ada harga yang harus dibayar, ada

kemungkinan mahasiswa yang mengambil jalur ini terbebani sedikit lebih

berat dibandingkan mahasiswa yang mengambil Fisika saja, atau

mahasiswa yang mengambil Fisika Teknik saja. Saya kira itu pantas,

lha mengambil dua gelar yah bebannya pasti bertambah. Kalau tidak mau

mengambil dua gelar yah pilih salah satu.

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "saidphysics"

<saidphysics@ ...> wrote:

>

> Gak bermaksud wrap up diskusi, cuma saya berusaha agak serius sedikit

> :-) mengenai Blue Print Fisika Indonesia .. Sebenarnya sudah ada belum

> ya?

>

> Mungkin bisa diawali oleh HFI sebagai lembaga payung fisikawan

> Indonesia, untuk mendiskusikan salah-satunya mengenai planning atau

> mungkin demografi akan kebutuhan fisikawan yang sesuai dengan kondisi

> bangsa Indonesia sekarang dan impian jangka pendek atau jangka panjang.

>

> Contoh outputnya agar kita semua tahu berapa sih jumlah fisikawan yang

> dibutuhkan per sub-sub bidang fisika, baik di uni atau di industri,

> sehingga kita bisa mulai menstandarkan kualitas dan tentunya

> remuneration yang layak sehingga gak ada orang menyesal jadi fisikawan

> dan iri sama pekerjaan supir bus :-)

>

> Karena fisikawan bukan pekerja sosial, dia adalah profesi.

>

> Mungkin gak akan menyenangkan beberapa pihak karena mungkin

> jurusan-jurusan fisika yang justru gak punya kelompok minat fisika

> teori/murni lebih baik di 'reformasi' menjadi jurusan fisika terapan

> atau teknik fisika di bawah fakultas teknik sehingga lebih efesien

> dalam mencetak para fisikawan terapan, yang berkarier secara

> profesional sesuai bidang yang dibutuhkan.

>

> Gambaran kasar saya, Indonesia cukup lah punya departemen fisika

> murni/teori sebanyak 4 atau 5 buah saja di seluruh Indonesia, satu di

> Sumatra, satu di jawa, satu di kalimantan, satu di sulawesi satu di

> papu .. selebihnya jadi fisika terapan.

>

> Tapi 4 atau 5 departemen ini memang sangat berkualitas yang nantinya

> menghasilkan output riset yang siap di developed oleh para lulusan

> fisika teknik yang berasal dari uni-uni lain yang jumlahnya lebih

> banyak .. iya donk .. kan yang physical engineer di LHC aja pasti

> lebih banyak di banding hard-core particle physicist!

>

> Karena ini investasi jangka panjang, tentunya pemerintah harus

> mensubsidi dana pendidikan nya bagi orang-orang yang cocok di

> bidangnya karena nanti kalau mereka sudah lulus dan bekerja sesuai

> bidang yang dibutuhkan maka tentunya pendapatan negara dari pajak

> profesi bisa di dapat.

>

> Ya .. itu kira-kira igauan saya lah, atau lebih tepatnya ekspektasi

> saya yang mungkin terlalu muluk-muluk terhadap HFI atau lembaya

> komunitas fisika/sains lainnya.

>

> Ada tambahan ide?

> Share yours!

>

> Cheers.















Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Yahoo! Groups

Latest product news

Join Mod. Central

stay connected.

Food Lovers

Real Food Group

on Yahoo! Groups

find out more.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

Tidak ada komentar: