Jumat, 17 Juli 2009

[daarut-tauhiid] Petualangan Lima Santri (Bag 2)

 

Petualangan Lima Santri

2. Kebiasaan Yang Dilestarikan

Apalah arti sebuah nama kata pepatah, tetapi tanpa nama sulit memberikan arti pada sesuatu maksudnya kalau mau membuat sesuatu itu berarti maka berilah nama, lalu apa artinya pepatah tadi, entahlah tapi yang jelas walaupun sudah tidak ada hubungannya, tetapi kata kereta dan api seperti saudara kandung yang dilestarikan dalam kamus bahasa Indonesia. Mungkin dalam beberapa hal cerita hubungan nasab atau keturunan ada kaitannya dengan hubungan sebab akibat. Tidak ada yang pernah melarang transformasi atar suku dan ras, tetapi jika kemudian transformasi tersebut melahirkan sebuah kombinasi baru apalagi berkaitan dengan nama bisa sedikit mengganggu telinga kita. Panggil saja dia dengan sebutan Metung , tetapi tung nya agak sedikit di medokkan biar keliatan jawanya kependekan dari Slamet Marpaung, ibu dari Tegal bapak dari Siantar dan dia lahir di Banyumas dimana lokasi gunung Slamet yang merupakan gunung kedua tertinggi di jawa dengan ketinggian tiga ribu empat ratus tiga puluh dua meter di bawah permukaan laut dan berdiri diatara kabupaten banyumas dan kabupaten Pemalang. Mungkin nama gunung itu bisa untuk mendampingi ketinggian marga ayahnya yang akan di embannya kelak.

Dengan tas ransel ditangan Metung masih clengak-clinguk mencari temannya yang hilang. Hampir setengah jam Metung menunggu Jaja ke toilet tapi anak garut itu belum juga menampakan batang hidungnya apalagi batang lehernya yang agak memanjang ketika mencium tiga jenis bau yang berbeda, yaitu bau makanan, bau uang dan bau kesempatan. Bau yang terakhir itu juga dalam rangka mencium bau yang pertama dan kedua yaitu kesempatan mencium bau makanan dan uang. Jaja yang berbadan tambun memang senang memanjakan perutnya. Dia hampir tidak punya alasan menolak ajakan perutnya yang bersiul jika waktu untuk mengkonsumsi sesuatu telah melewati angka setengah jam. Benar-benar perut yang tidak punya toleransi. "Kemana sitambun itu "keluh Metung " jangan-jangan sehabis membuang hajat di mengisi kembali tangkinya itu lalu dibuang lagi , mungkin dia mau meringkas proses memamak biak dalam satu waktu sehingga di perjalan dia bisa lenggang tanpa di ganggu oleh keluhan perutnya " maki Metung dalam hati.

"Mukamu nampaknya kusut sekali Tung" ,
" Eh kamu Dri, si Salman mana biasanya dia paling duluan kalo urusan jalan-jalan" tanya Metung kepada Hendri yang baru tiba di staisun kereta.
"Gak tau juga mungkin sudah pulas tidur diatas kereta, nanti kita cari saja soalnya nggak susah nyarinya tinggal lihat nomor bangku, masalahnya tinggal si tambun sama si begeng nih, sudah keliatan belum tadi ?" ,
" Si Jaja sih sudah datang terus dia ke toilet, tapi sampai sekarang masih belum keliatan juga padahal sudah hampir setengah jam aku nunggu disini" keluh Metung.

Jaja memang berbadan tambun, itu menunjukkan kalau keluarganya menjunjung tinggi istilah empat sehat lima sempurna. Walaupun berbadan gempal tapi jauh dari obesitas karena kesempatan untuk memakmurkan perut sangat terlarang di pesantren yang memiliki motto ' Berhentilah makan sebelum kenyang' seperti nasehat Rasulullah SAW kepada ummatnya. Tetap saja porsi makan Jaja dua kali lipat anak seusianya dan dia masih beranggapan porsi seperti itu belum mengenyangkan sehingga hadist Rasulullah SAW masih dirasa melekat pada dirinya, entah malaikat percaya atau tidak karena malaikatpun tidak bisa membaca isi hati manusia.

Masa liburan memang selalu sama, apalagi bagi anak menjelang remaja, indah, mungkin itulah kata yang tepat menggambarkannya, kepenatan berhimpit kerinduan membuat para santri berhamburan meninggalkan pondok. Ada yang balik ke kota tempat tinggalnya ada juga yang berlibur ketempat tinggal temannya. Salman, Hendri, Slamet Marpaung, Jaja dan Sugeng berniat main ke Jakarta. Kebetulan Salman dan Hendri tinggal disana sehingga jatah ketempatan di bagi dua. Jauh hari mereka telah memesan tiket kereta api, transportasi favorit kelas menengah kebawah. Diantara kelima orang tersebut hanya Sugeng yang sering terlambat jika diadakan suatu acara, sehingga untuk berjanji dengan Sugeng mesti di majukan dua jam , misal kita akan berkumpul jam sepuluh maka informasi yang harus diberikan kepada Sugeng adalah kumpul jam delapan maka ada kemungkinan kumpul bersama bahkan terkadang dia datang duluan sambil membanggakan ketepat waktuannya. Hanya saja dalam hal ini anak-anak lain tidak bisa memanipulasi jadwal kereta karena jelas tertulis disana jam keberangkatan, walau keberangkatannyapun terkadang sering molor tapi itu urusan lain karena urusannya tinggal masalah kebiasaan.

Sekitar dua ratus meter dari stasiun kereta , Sugeng berjalan dengan santai sambil menjinjing tas plastik berisi sepatu karena didalam kereta memang lebih nyaman menggunakan sandal, sedangkan tas sandangnya telah dipenuhi oleh pakaian dan buku. Tidak beberapa lama Sugeng berjalan dia berpapasan dengan Jaja
" loh kok keluar Ja, tas kamu mana, terus yang lain sudah datang belum ?" ,
" ada sama Metung, yang aku tahu sih baru Metung sama Salman itu juga gak sengaja aku lihat dia sudah terbang bersama lamunannya di jendela kereta sewaktu aku mau ke toilet " jawab Jaja
" katanya mau ke toilet tapi kok diluar stasiun memang toilet distasiun rusak ?" ,
" bukan masalah rusak atau tidak tapi penuh geng ,belum lagi yang antri, jadi aku cari diluar saja, eh geng tungguin sebentar yah sepertinya proses sirkulasi tidak bisa ditahan nih ?" pinta Jaja setengah memelas
" oooh biasa ya jeritan perut ......dasar tambun " sahut Sugeng memaklumi kebiasaan terkenal si Jaja. Waktu keberangkatan masih menyisakan dua puluh menit lagi, masih bisa gabung sama si Jaja nih pikir Sugeng. Tanpa pikir panjang dia duduk memesan nasi uduk disamping Jaja yang sudah melahap makanannya terlebih dahulu.

Suasana stasiun memang sangat ramai tidak terkecuali warung-warung makanan disekitarnya, makan sambil berdesak-desakan bisa jadi sesuatu yang dilumrahkan diarea tersebut. Jaja dan Sugeng begitu menikmati makanannya sampai tidak menghiraukan beberapa orang pria dari tadi telah menempel di belakang mereka lalu kemudian hilang di antara kerumunan massa. setelah menyelesaikan transaksi perut, Jaja dan Sugeng bergegas menuju stasiun. Dari kejauhan tampak wajau Metung merah padam menahan emosi dan disampingnya Hendri kelihatan sibuk membaca tabloid ibokota menghilangkan kejenuhan pada sesuatu yang secara umum di benci umat manusia yaitu menunggu.
" Eh tung nih ada gorengan sama teh manis hangat yah luamyan buat ganjal perut" sapa Jaja berusaha mnegalihkan rasa kesal Metung dengan barang sogokannya. Tidak ada jawaban dari mulut Metung selain mengambil pemberian Jaja sambil memelototkan matanya sewaktu menggigit gorengan tersebut seolah sedang menggigit kuping si Jaja sampai putus.
" Halo Bos, apa khabar belum terlambatkan ?" tanya Sugeng kepada Hendri yang sedang acuh tak acuh dengan rekannya yang lain, sambil membolak-balik tabloid dia berkata " Kau tuh Geng sebelum di kentutin asap kereta yang lagi jalan belum ada kata terlambat bagi kau, sudahlah pusing aku lihat kalian, jangan sering-seringlah mempertotonkan ciri khas anak bangsa ini yakni jam yang selalu molor percuma tiap hari kalian baca surat Al Ashr"

Hendri memang lebih senior, dalam beberapa mata pelajaran rekannya sering bertanya kepadanya kecuali Salman yang justru sering mendebatnya, maklum kedua anak itu mempunyai tabiat yang keras dan tidak pernah mau kalah dalam hal apapun tetapi selalu kompak dalam urusan jalan-jalan, yah hobilah yang mempersatukan mereka. Setelah membereskan perlengkapan, mereka memasuki kereta mencari nomor yang tertera pada tiket. Tidak beberapa lama terlihat seorang anak melamun memandang kearah jendela, anak itu menempati salah satu bangku yang telah mereka pesan
" Dooor!!! ngelamun aja, ntar juga sampe tenang aja man " teriak Jaja sambil menghenpaskan badan gendutnya disamping Salman yang dari tadi menunggu diatas kereta.
" wah ternyata yang duduk disampingku si tambun , awas yah kalo kebiasaan kentutmu di terapkan disini akan ku remas perutmu biar sekalian keluar isinya" tegur Salman sambil terkekeh di iringi oleh tawa rekannya yang lain.

Liburan telah tiba kawan, sesuatu yang di rindukan anak-anak berseragam di negeri ini dari dahulu sampai pada masa yang akan datang. Cerita pada masa itu selalu memiliki warna tersendiri di hati semua orang yang pernah sekolah, cerita yang mungkin suatu ketika akan di dongengkan pada anak cucu atau tersimpan rapi pada sebuah diary

Bersambung...................

David. S

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
New web site?

Drive traffic now.

Get your business

on Yahoo! search.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: