Selasa, 21 Juli 2009

[daarut-tauhiid] Petualangan Lima Santri (Bag 3)

 

Lelaki Misterius

Kereta api bisnis jurusan Jakarta melaju kencang memecah partikel-partikel udara didepannya menimbulkan hembusan angin yang semakin melelapkan penumpang didalam. Jaja, Metung dan Sugeng sudah dari tadi terelelap, sementara Hendri masih sibuk membolak balik halaman tabloid yang di beli di stasiun. Di ujung lorong terlihat Salman hilir mudik meregangkan kakinya yang terasa pegal karena duduk dari tadi. Secara tidak terduga ada seoarng pria menyenggolnya dari samping seperti orang sedang mencari sesuatu karena dia tidak fokus pada jalan yang akan dilaluinya dan ini terbukti karena dia tidak melihat badan Salman yang cukup besar untuk seukuran anak kelas dua Tsanawiyah atau sekolah menengah tingkat pertama. Bisa jadi dia terlalu menghayati pepatah kuman diseberang lautan terlihat tapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan.

Lelaki tersebut berhenti sejenak di bangku Sugeng setelah itu hilang di ujung gerbong. Tingkah laku orang itu sedikit mencurigakan Salman tapi dia tidak mau larut dalam prasangka, karena dalam Islam prasangka adalah pembunuhan karakter tingkat pertama, tingkat kedua tentu saja fitnah. Setelah merasa peredaran darahnya sudah normal, Salman duduk kembali kebangkunya. Perjalanan telah memakan waktu satu jam dari enam jam perkiraan sampai di tempat tujuan, Jakarta. Dua jam lagi mereka sampai ke stasiun Cirebon. Suasana kereta terlihat padat, banyak penumpang yang berada didalam berharap kalau pada setiap stasiun jumlah penumpang berkurang, tapi pada kenyataannya musim libur adalah saat panen bagi perusahaan transportasi termasuk perusahaan jawatan kereta api. Jakarta sebagai ibukota negara ini, merupakan salah satu target wisata domestik , terutama bagi masyarakat daerah di pulau jawa. Sebaliknya orang yang berasal dari daerah tetapi mencari nafkah atau menuntut ilmu di Jakarta memanfaatkan masa liburan untuk pulang kekampung halaman.

Baru saja Salman hendak memejamkan mata setelah membuat posisi seperti orang setengah tidur, terdengar suara gaduh dibelakang. Empat orang polisi berseragam dan dua orang petugas kereta memeriksa satu persatu penumpang termasuk barang yang mereka bawa. Jaja, Metung dan Sugeng terbangun dari tidurnya dan Hendri terlihat berbicara seperti orang berbisik dengan salah satu penumpang disampingnya.
" Ada apa man ? kok belakang banyak polisi berkeliaran apa ada pencuri yang nyasar kesini sehingga ada yang kehilangan " tanya Metung kepada Salman, karena dia tahu hanya Salman dan Hendri yang jarang tertidur ketika dalam perjalanan, namun Hendri biasanya selalu disibukan dengan buku atau majalah, sehingga untuk menanyakan keadaan pastilah tertuju kepada Salman.
" Gak tau juga mungkin ada yang kehilangan, coba cek aja tas kalian mungkin jumlahnya bertambah" jawab Salman seenaknya, tentu saja membuat yang lain keki seolah salah satu diantara mereka adalah tersangka. Sugeng meraih tas plastik yang ada dikakinya. Tas plastik itu berisi sepatu dan agak sedikit terbuka. Sugeng berusaha mengikat kembali karena dia yakin tas plastik itu akan menjadi salah satu target pemerikasaan. Ketika hendak mengikat tas plastik itu, bungkusan kecil menyembul dari dalam dan setelah dibuka ternyata terdapat beberapa bungkus serbuk putih seperti tepung terigu.
"Ini apaan yah, kok tiba-tiba bungkusan ini ada di dalam tas plastikku" seru Sugeng, sambil mengangkat tangannya yang berisi beberapa bungkus plastik putih.
" Jangan-jangan ! " teriak Salman yang mengagetkan temannya yang lain.
" Jangan-jangan apa man , kamu tahu siapa yang menarok bungkusan ini di dalam tasku ? terus ini bungkusan apa yah ?" Sugeng mulai cemas, karena merasa ada yang tidak beres. Salman mengambil dan mencium bungkusan tersebut, karena merasa kurang yakin Salman merobek sedikit dan mecoba menjilatnya.
" Nampaknya ini adalah obat terlarang, kita dalam bahaya karena ada orang yang hendak menfitnah kita" Salman mengeluarkan suara lirih sedikit berbisik takut terdengar oleh orang lain. Walaupun tidak pernah terlibat narkoba, tetapi pergaulannya di Jakarta dahulu membuatnya tidak merasa asing dengan barang tersebut. Kakak salah seorang temannya pernah menjadi pecandu barang haram tersebut, bahkan adiknya teman sekolah Salman pernah memamerkan barang tersebut di sekolah mereka. Untung saja para guru tidak ada yang curiga. Tetapi Salman beserta rekannya yang lain berhasil melarang agar temannya tersebut tidak mengikuti jejak kakaknya yang jelas telah salah arah. Terakhirkali dia mendengar bahwa kakak temannya dibawa ke pesantren Suralaya di Tasikmalaya yang terkenal berhasil menyembuhkan anak-anak yang ketergantungan obat dengan cara dzikir dan mandi tobat jam dua dini hari. Terapi ini tidak hanya berhasil menyembuhkan tetapi juga mengajak sang anak agar dekat dengan penciptanya, menyadari potensi yang telah diamanahkan Allah kepada dirinya dan tidak selayaknya untuk disia-siakan karena pastilah semua akan diminta pertanggung jawabannya kelak.

" Terus gimana man, masa kita mesti masuk penjara karena sesuatu yang tidak pernah kita lakukan" rengek Sugeng yang mukanya tampak pucat. Metung dan Jaja mulai gusar
" duh geng...geng ada aja masalah pake bawa-bawa tas plastik sih " keluh Metung mulai mencari kambing hitam seperti kebiasaan kaum aristokrat di negeri ini.
" Sudah-sudah gak usah menyalahkan siapa-siapa sekarang tinggal kita cari jalan keluarnya mumpung para polisi tersebut masih sibuk dipojok belakang , inna ma'al 'usri yusron , sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan" kata Hendri mulai menenangkan teman-temannya. Salman yang dari tadi berfikir keras seperti menemukan titik terang. Diantara mereka berlima memang hanya Salman yang memiliki pengetahuan yang lebih luas dibidang masalah-masalah umum sedangkan Hendri memiliki kedalaman ilmu dibidang tafsir Qur'an dan syarah Hadist walaupun masih dalam tingkat paling pemula.
" Tolong jangan ada yang beranjak dari bangkunya, nanti akan mencurigakan polisi, jika kita mengakui dan memberi tahu polisi mungkin kita bisa terselamatkan karena dalam konteks orang dewasa kita masih termasuk anak-anak atau paling tidak remaja, terus yang kedua kita juga mempunyai kartu tanda pelajar yang menunjukan bahwa kita adalah santri dari salah satu pesantren di jawa tengah artinya alasan kita bahwa seseorang telah menarok bungkusan itu tanpa sengetahuan kita bisa masuk akal bagi para petugas, namun tidak begitu dengan pelaku yang sebenarnya masih berkeliaran diatas kereta ini, ketika kita mengaku maka otomatis perhatian tertuju kepada kita dan pelaku bisa kabur seenaknya. Aku punya rencana menangkap mereka, dan itu artinya kita tidak boleh dibawa oleh para petugas dari kereta ini " terang Salman panjang lebar
" terus caranya gimana man , yang konkrit dong kalo eksplein" seru Jajak sok intelek, tetapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan mukanyanya yang lucu, bisa jadi karena badannya yang tambun mirip almarhum Taufik Savalas.
" hhhmmmm gini saja , tadi sebelum berangkat aku lihat kamu beli susu botol ya Tung, beli berapa botol ?" tanya Salman kepada Metung yang dari tadi hanya bengong melihat cara Salman berbicara yang mirip detektif
" Ada dua botol buat bekal dijalan, belum ada yang diminum tuh ambil aja kalo mau, katanya sih susu kedelai " Metung meraba tasnya dan mengeluarkan dua botol aqua yang berisi susu kedelai tersebut.
"Tunggu dulu Man, tujuan kitakan ke Jakarta buat jalan-jalan kenapa mesti dibuat pusing nangkap pelaku segala nanti malah bikin susah sendiri, sudahlah aku setuju pendapat kamu semula, kita ngaku saja, paling setelah intograsi sebentar kita pasti dibebasin" sela Sugeng yang merasa tidak nyaman dengan barang yang masih ada ditangannya.
" Iya kalo sebentar kalo seharian trus orang tua dan guru dpanggil bagaimana ? soalnyakan sebelum polisi mendapatkan saksi atau tersangka yang lain, maka kitalah yang menjadi salah satu dari posisi yang tidak diinginkan tersebut, jadi saksi atau bahkan jadi tersangka jika tidak ditemukan alibi lain" terang Hendri mulai memberikan pendapat. Nampaknya dia setuju dengan usulan Salman yaitu terlepas dahulu dari pemeriksaan polisi untuk kemudian mengarahkan polisi kepada pelaku yang sebenarnya dengan cara menjebak mereka, karena setelah mereka terlepas dari pemeriksaan polisi tentu sang pelaku akan mengejar mereka untuk mengambil kembali barang tersebut.
" Ya sudah teruskan saja dulu cara kamu itu man " sahut Metung yang masih penasaran dengan ide Salman.
" Baiklah saudara-saudara seperjuangan " Salam mulai bergaya seperti detektif Conan
" Hampir semua diantara kita memegang botol air minum tolong masukan semua tepung tersebut kedalam air minum itu kemudian diaduk, sekilas tidak akan terlihat bedanya, terus kamu Tung dan Kamu Ja yang berada di pinggir pengang susu kedelai yang asli sedangkan yang lain memegang yang telah dicampur dengan bubuk lanknat ini. Sewaktu polisi dan petugas datang kamu Ja , pura-pura minum susu tersebut dan tawarkan kepada mereka, cukup bilang bekal dari pesantren. dan satu lagi harap tenang dan jangan ada yang gugup, anggap saja kita sedang bermain sandiwara , gimana ?" tanya Salman merasa yakin berhasil dengan cara tersebut.
"Trus jangan lupa bungkus bubuk itu di buang lewat jendela setelah diisi dengan pemberat agar jangan sampai bungkus itu malah menempel di gerbong belakang atau malah masuk lewat jendela belakang, bisa berantakan semua kerja kita" tambah Salman memperhitungkan kecepatan kereta, dengan berat jenis plastik tersebut.

Tanpa di perintah kelima anak tersebut bekerja secara perlahan memindahkan isi bubuk kedalam botol minuman. Agar bubuk tersebut tidak berceceran karena hembusan angin dari luar jendela mereka melakukannya secara bergantian di bawah jok bangku dengan memindahkan bubuk tersebut terlebih dahulu kedalam kertas yang telah dibuat dengan posisi mengerucut diujungnya dan sisi yang lain di gunakangn untuk memasukkan bubuk secara perlahan. Sebelumnya lantai dibasahkan sedikit agar bubuk yang tercecer tidak terbang kemana-mana dan bisa langsung di usap dengan tissue pembersih, sangat terlatih. Kebiasaan bekerja di pondok secara mandiri memang telah sedikit banyak membentuk para santri mempunyai jiwa pekerja dan siap berkarya. Para petugas dan polisi hampir mendekat setelah memeriksa setiap bangku dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemilik bangku yang diperiksa. Jika kondisi di tempat terbuka atau paling tidak kendaraan dalam keadaan berhenti, kemungkinan besar para polisi dan petugas menggunakan anjing pelacak dan tentu saja ini akan mempersingkat waktu pemeriksaan akan tetapi kondisi diatas kereta tidak memungkinkan hal itu dilakukan karena tidak setiap penumpang mampu dan mau menerima kehadiran anjing tersebut. Kondisi seperti itu sangat disadari oleh Salman sebab walupun sudah dicampur air tetapi bekas-bekas pemindahan tersebut tidak akan luput dari penciuman anjing yang terkenal sangat tajam dan akurat. Jika saja para petugas menggunakan anjing sebagai pendeteksi barang yang dicari maka tidak ada cara lain selain meyerahkan bungkusan tersebut kepada para petugas seperti skenario pertama.

Tetapi apakah memang para petugas tersebut mencari barang yang sedang di sembunyikan oleh Salman dan kawan-kawan atau ada hal lainnya, semua itu baru prediksi mereka karena menyadari bahwa barang yang disembunyikan di dalam tas plastik Sugeng adalah barang haram. Salman teringat dengan lelaki yang menabraknya tadi, apakah lelaki itu sedang mencari apa yang ada di dalam tas plastik Sugeng karena dia memang sempat berhenti sebentar dan tidak mungkin dia yang meletakan barang tersebut karena posisinya hanya berdiri sedangkan tas plastik sugeng ada dikakinya, yang kedua oarang tersebut juga tidak membawa apa-apa jadi besar kemungkinan dia telah menyembunyikan sebelum Sugeng naik kereta ini dan tadi dia hanya memastikan bahwa barang tersebut masih ada disana. Pertanyaannya adalah dimana orang tersebut memasukan bubuk beracun itu kedalam tas Sugeng.

Polisi dan petugas kereta sudah berada dibelakang mereka, rasa was-was merasuk kedada. Sugeng yang paling penakut, apalagi kasus ini dimulai dari dirinya, berusaha sekuat tenaga menghilangkan kegelisahan hatinya dengan berdoa , doa nabi musa ketika berhadapan dengan Firaun " Rabbisrahlisodri wayassirlii 'amrii wakhlul 'ukdatan minlisaani yafqahuu qaulii" Ya Allah lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untuku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku" (QS ,thaahaa :25-28). Hal yang sama dilakukan oleh yang lain, setelah itu mereka mengatur posisi seperti yang telah direncanakan. Semua botol di keluarkan seolah hendak mengadakan pesta susu dan mengatakan kepada dunia " iniloh anak-anak cerdas yang selalu meminum susu, empat sehat lima sempurna !". Metung dan Jaja yang berada di pinggir melaui membuka botol susu kedelai karena itu susu yang asli sedangkan yang lain sekedar memegang, sedangkan Hendri pura-pura tidur sambil memeluk botol tersebut. Kalian pasti mengerti kawan bahwa persembunyian paling aman adalah di tempat terbuka, karena kecurigaan seseorang dimulai dengan mencium tempat tersembunyi atau yang susah dijangkau oleh orang lain.

Pernah suatu ketika terjadi pencopetan dijalan, setelah dikejar di perempatan jalan tiba-tiba copet itu menghilang. Diperempatan jalan tersebut cuma ada dua tempat umum yaitu sekolah dan yang satu lagi kantor polisi selebihnya rumah penduduk yang terkunci denagn pagar yang tinggi sehingga secepat apapun melompat pagar pasti akan terlihat dari jauh. Kemungkinan tinggal dua yaitu bersembunyi di sekolah atau dikantor polisi. Sepintas orang pasti mengira bahwa pencopet lari kesekolahan karena lari kekantor polisi berarti sama saja menyerahkan diri. Padahal semua tahu bahwa tidak ada maling yang pernah mengaku dirinya maling, dan kalo tidak mengaku terus dari mana polisi tahu kalau yang masuk kenator polisi itu maling atau bukan , karena tidak pernah ada identitas khusus maling. Sehingga dengan alasan menjenguk teman pencopet tadi bisa masuk kedalam kantor polisi dengan aman dan ketika dia tahu kalau para pengejar memasuki sekolah dia kemudian lari ke arah lain.

" Maaf dek tadi ada laporan kalau pengedar obat-obat terlarang memasuki kereta, untuk memastikan dan menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan , kami ingin memeriksa perlengkapan adek semua" kata seorang petugas kereta. Petugas polisi yang lain sudah mulai bersiap-siap hendak memeriksa.
" Ooo silahkan pak, mungkin bapak capek dari tadi memeriksa ini ada susu kedelai dari pesantren " sahut Jaja berusaha mengalihkan perhatian. Sedangkan yang lain langsung berdiri dengan botol ditangan masing-masing.
"Jadi adek-adek ini dari pesantren yah, gak usah terimakasih ...pantas pada sehat semua minumannya susu sih " jawab petugas berusaha seramah mungkin dengan penumpang. Petugas polisi yang lain telah menggeledah tas dan koper, tidak ketinggalan tas plastik Sugeng yang berisi sepatu. Metung mencoba meyakinkan dengan meminum susu yang ada di botol, petugas lain melihat sambil tersenyum. Mungkin lucu juga melihat anak-anak usia tiga belas sampai empat belas tahun bersama-sama menggenggam susu. Setelah merasa tidak menemukan apa-apa para petugas permisi dan mulai beralih ke bangku lain.

Semua anak menarik nafas lega, kecuali Salman yang kepalanya masih berusaha mengingat wajah lelaki misterius yang menabraknya tadi. Ia sadar ini baru permulaan dari sebuah perjalanan yang akan mereka lalui. Perjalanan yang mungkin akan menyita banyak fikiran dan perasaan. Seperti merangkai puzzle yang berserakan dilantai, keutuhan cerita baru bisa di terka setelah kepingan berhasil di rangkai secara benar. Jika saja kita mengingat masa kecil sampai sekarang maka kita akan menyadari bahwa detail cerita setiap orang pasti berbeda. Setiap orang diciptakan unik, bahkan bayi yang terlahir kembarpun akan memiliki cerita yang berbeda dengan kembarannya. Allah maha kuasa atas sesuatu. Dialah yang menentukan takdir setiap hambanya. Tidak ada satupun kejadian dimuka bumi ini tanpa sepengetahuan dan seijinNya. Dialah Allah, tuhan pencipta langit dan bumi.

Bersambung..........

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Search Ads

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Yahoo! Groups

Small Business Group

Ask questions,

share experiences

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: