Kamis, 16 Juli 2009

[FISIKA] Digest Number 2796

Messages In This Digest (8 Messages)

Messages

1a.

Re: MISI APOLLO 11. Manusia

Posted by: "Ma'rufin Sudibyo" marufins@yahoo.com   marufins

Tue Jul 14, 2009 3:44 pm (PDT)



Ada cukup banyak referensi tentang itu mas, saya hanya mengutip dan meringkas publikasi American Geophysical Union (1974) tentang sejarah geologi Bulan dan Icarus 168 (2004) tentang sejarah pembentukan Bulan. Tentang mengutip, silahkan saja.

Salam,

Ma'rufin

________________________________
From: "indra.sutriadi@gmail.com" <indra.sutriadi@gmail.com>
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, July 14, 2009 11:06:25 AM
Subject: RE: [FISIKA] Re: MISI APOLLO 11. Manusia

Salam untuk pak Ma'rufin. Tertarik sekali saya dengan bantahan ini. Apakah ini tulisan murni Anda atau diambil dari beberapa sumber. Bila dari sumber lain, bisa disebutkan sumbernya? Dan yg terakhir saya minta ijin salin artikelnya.

Salam,
Indra Sutriadi Pipii

* Original msg. *
From:
marufins@yahoo. com
Sent:
08:37:06
14/07/2009
To:
sains@yahoogroups. com
Cc:
[Fisika] fisika_indonesia@ yahoogroups. com
Subject:
[FISIKA] Re: MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Artikel KOMPAS
yang satu ini tergolong basi
----


2a.

Re: MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Posted by: "Zaenal Arief" zaenal@pudak.com

Wed Jul 15, 2009 1:09 am (PDT)



Wah menarik sekali ulasannya .. kebetulan saya bisa nenambahkan bagian
teknis teleskopenya,

agar rekan milis bisa memahami tingkat kesuliatan pembuatan lensa besar..

Saya pernah menyaksikan proses pendinginan yg makan waktu sampai 1 tahun
untuk lensa yg diameternya 12 meter.

Saat itu saya berkunjung ke pabrik SCHOOT di german ikut orang tua negosiasi
untuk alih teknologi ke Indonesia

untuk pembuatan peralatan lab dari kaca, seperti tabung reaksi, gelas kimia,
gelas ukur dll

saat itu pabrik Schoot yg gedenya sekampung itu punya hanggar baru isinya
beberapa bahan lensa yg masih dijaga suhunya,

Lelehan kaca khusus (OPTICAL GLASS) itu dituang ke cetakannya 10 bulan lalu
katanya, cetakannya dari beton khusus

kayak kolam renang bunder yg dalamnya 2 meter itu diisi kaca cair sampai
penuh terus ditutup dan tetap dipanaskan

agar proses pendinginannya bertahap. Katanya kalo nggak dijaga bisa crack
atau ada inner stress yg bisa mengganggu fungsi optisnya ??

saya cuman manggut2 doang.

jadi kalo bikin yg 42 meter itu nggak kebayang deh.. apalagi yg 115 meter
apa itu pake kaca juga bahannya pak Ma'rufin??

Demikan pengalaman saya (saat itu smp kelas 3)

Zaenal

_____

From: fisika_indonesia@yahoogroups.com
[mailto:fisika_indonesia@yahoogroups.com] On Behalf Of Ma'rufin Sudibyo
Sent: Tuesday, July 14, 2009 7:37 AM
To: sains@yahoogroups.com
Cc: Fisika
Subject: [FISIKA] Re: MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Artikel KOMPAS yang satu ini tergolong basi karena tanpa menyertakan data
terbaru, misalnya saja berdasarkan citra-citra misi Bulan terkini seperti
Chandrayaan-1 dari India, LCROSS dari NASA maupun Selene/Kaguya dari Jepang
yang saat ini sedang mengorbit Bulan secara polar. Hanya kamera pencitra
satelit yang bisa diandalkan untuk melihat relik pendaratan manusia di Bulan
4 dekade silam. Hubble Space Telescope, meski kemampuannya mengagumkan,
hanya memiliki resolusi sebesar 60 meter jika digunakan untuk melihat obyek
di permukaan Bulan, padahal ukuran modul-modul Bulan yang sudah menjadi
relik di sana tidak lebih dari 9 m. Kalkulasi sederhana berbasis fisika
optika menyimpulkan agar kita bisa melihat relik-relik ini langsung dari
Bumi, dibutuhkan teleskop raksasa dengan cermin berdiameter minimal 115
meter dan itupun harus dilengkapi sistem Adaptive Optics agar terbebas dari
gangguan turbulensi atmosfer Bumi. Teleskop sebesar ini belum pernah
dibangun, sebagai gambaran, konsorsium sains Eropa "hanya" sanggup membangun
Extremely Large Telescope dengan diameter cermin 42 meter saja dari rencana
awal 100 meter karena biaya pembangunannya yang melangit.

Namun sang penulisnya, Rakaryan Sukarjaputra, hanya mengutip informasi lama
yang sudah banyak beredar dan itupun sudah diragukan validitasnya. Ada 12
orang yang pernah melangkahkan kaki di Bulan dalam kurun waktu Juli 1969
hingga Desember 1972 : Neil Armstrong, Edwin Aldrin (Apollo 11), Pete
Conrad, Alan Bean (Apollo 12), Alan Shepard, Edgar Mitchell (Apollo 14),
David Scott, James Irwin (Apollo 15), John Young, Charles Duke (Apollo 16) ,
Eugene Cernan dan Harrison Schmitt (Apollo 17), sehingga tak wajarlah jika
artikel itu hanya mendasarkan pada Armstrong.

Secara keseluruhan ada 30 orang yang pernah pergi ke Bulan (dalam arti,
pernah mengelilingi Bulan dalam orbit berketinggian tertentu di atas Bulan),
dengan klasifikasi 12 mendarat dan melangkah di Bulan, 6 tinggal di pesawat
pengorbit mengawasi aktivitas pendaratan di Bulan dan 12 lainnya tinggal di
pesawat pengorbit tanpa ada aktivitas pendaratan di Bulan (termasuk 3 kru
Apollo 13). Dalam rencana awal, pasca Desember 1972 seharusnya masih ada 9
orang lagi yang akan pergi ke Bulan dan 6 di antaranya berjalan di Bulan.
Namun pemotongan anggaran membuat misi Apollo 18, 19 dan 20 dibatalkan. Sisa
hardware misi Apollo kemudian dialihkan untuk misi Skylab dan "misi
persahabatan" Apollo-Soyuz Test Programme (ATSP) bersama Uni Soviet.

Langit Bulan nampak hitam, itu memang sudah seharusnya demikian. Semua misi
Apollo yang mendarat di Bulan (dari Apollo 11 sampai 17, terkecuali 13)
mengeksplorasi wajah Bulan yang berhadapan dengan Bumi (alias di area
nearside) dan semuanya berlangsung tidak pada periode konjungsi Bulan -
Matahari (ijtima') sehingga lokasi-lokasi pendaratan mereka sedang dalam
kondisi tersinari cahaya Matahari alias dalam kondisi siang. Dan karena
jarak Bulan ke Matahari tidak berbeda (secara makro) dengan jarak Bumi ke
Matahari, maka kondisi penyinaran Matahari di Bulan sama dengan di Bumi
sehingga kondisi langit yang dilihat di Bulan pun sama dengan di Bumi.
Perkecualian ada pada warna langit, karena Bulan tidak punya atmosfer, maka
langitnya berwarna hitam karena tidak ada molekul udara yang berfungsi
meneruskan cahaya biru dan memblok spektrum warnba lainnya. Namun dalam
kondisi siang, tentu saja pencahayaan bintang-bintang kalah jauh dibanding
penyinaran Matahari sehingga bintang-bintang tetap tidak akan nampak. Ini
sama saja lah dengan di Bumi, dimana pada siang hari dan dalam kondisi
langit yang cerah sekali (tanpa awan sedikitpun) kita pun takkan mungkin
melihat bintang-bintang bukan? Justru jika disebutkan di langit Bulan yang
hitam "harusnya" terlihat bintang-bintang, malah ketahuan kalo itu jelas
bohong.

Okelah, masalah foto bisalah dianggap tipuan. Anggaplah zaman itu sudah ada
mbahnya Photoshop atau pengolah citra sejenisnya. Namun, ada bukti-bukti non
fotografis yang sampai saat ini tidak bisa dibantah oleh para pengusung
teori manusia tidak pernah mendarat di Bulan. Saya ambil 3 saja di
antaranya.

Yang pertama, tentang gempa Bulan alias moonquake. Ada rekaman seismogram
yang runtut selama 1 dekade (1969 - 1977) tentang aktivitas gempa Bulan. Dan
karakter gempa Bulan sangat berbeda dengan Bumi, baik dari pola getaran,
hiposentrum maupun durasinya. Gempa Bulan bisa memiliki durasi hingga 0,5
jam meski magnitudenya hanya 5 skala Richter. Sebaliknya gempa terdahsyat di
Bumi, seperti gempa megathrust Sumatra-Andaman 26 Desember 2004 yang
memiliki magnitude 9,2 skala Richter itu dan meluluhlantakkan sebagian besar
pesisir Samudera Hindia, durasinya "hanya" 15 menit. Dan gempa berskala 5
skala Richter di Bumi hanya berlangsung selama 20 - 60 detik. Tanpa perlu
belajar geofisika lebih lanjut, satu-satunya cara mendapatkan rekaman
seismogram gempa Bulan adalah dengan menempatkan seismograf disana. Dan
satu-satunya cara memasang seismograf adalah harus dengan bantuan manusia,
mulai dari menempatkannya di batuan kompak yang cocok hingga melakukan
penyetelan. Sebagai gambaran, Uni Soviet pernah mencoba mendaratkan
seismograf dalam misi tak berawak Venera ke Venus. Hasilnya? Peralatan ini
gagal bekerja untuk memantau gempa Venus. Demikian juga AS dalam misi Viking
ke Mars. Seismografnya pun gagal bekerja.

Yang kedua, tentang dinamika orbit Bulan. Pasca 1969 barulah diketahui bahwa
orbit Bulan yang ellips itu mengalami perubahan secara gradual dan
konsisten, dimana setengah sumbu utama ellipsnya senantiasa bertambah besar
dengan rate 3,6 cm/tahun, yang berimplikasi pada melambatnya rotasi Bumi
sebesar 0,000017 detik/tahun. Dinamika ini baru diketahui pasca 1969
berdasarkan pengukuran jarak Bumi-Bulan yang teramat presisi dengan
menggunakan sinar laser, dimana seberkas sinar laser yang dipancarkan dari
Bumi dipantulkan oleh cermin LLR (Lunar Laser Retroreflektor). Sama halnya
dengan pemasangan seismograf, pemasangan cermin LLR di Bulan mau-tak-mau
membutuhkan campur tangan manusia.

Dinamika orbit Bulan membuat Bulan pada masa silam (berjuta tahun silam)
berada lebih dekat dengan Bumi dan konsekuensinya rotasi Bumi saat itu lebih
cepat dari sekarang. Ini konsisten dengan data dari fosil moluska purba yang
menunjukkan pada 400-an juta tahun silam Bumi berotasi dengan periode 22 jam
sehingga 1 tahun Matahari saat itu berjumlah 400 hari. Kenapa dinamika orbit
Bulan baru diketahui setelah 1969? Musababnya sederhana saja, penggunaan
cermin LLR membuat jarak Bumi-Bulan bisa diukur dengan sangat teliti
sehingga ketidakpastiannya maksimum hanya beberapa milimeter. Jika
pengukuran dilakukan dengan menggunakan gelombang radar, maka
ketidakpastiannya akan membengkak menjadi beberapa kilometer, sementara jika
dilakukan pengukuran berdasarkan posisi satelit yang mengorbit Bulan, pun
ketidakpastiannya sampai beberapa kilometer mengingat efek relativitas umum
dan ketidakhomogenan distribusi massa di Bulan.

Yang ketiga, tentang batu Bulan. Ada 380 kg batu Bulan yang saat ini ada di
Bumi Dan Batu Bulan punya ciri spesifik yang sangat berbeda dengan batuan
di Bumi. Seluruh sampel batu Bulan memiliki umur sangat tua (milyaran tahun,
berdasarkan radiogenic dating) sementara batuan Bumi mayoritas berumur
ratusan juta tahun. Seluruh sampel batu Bulan tidak mengandung air baik
dalam bentuk mineral terhidrat yang umum dijumpai dalam batuan Bumi. Dan
seluruh sampel batu Bulan memiliki mikrokawah (mikrocekungan) di
permukaannya sebagai akibat hantaman mikrometeorit, yang tak mungkin
ditemukan dalam batuan Bumi. Dan di dalam sampel batu Bulan ditemukan
konsentrasi isotop Helium-3, yang tak pernah ada di batuan Bumi.
Karakteristik tersebut membuat batuan Bulan tak mungkin pernah ada di Bumi,
apalagi sengaja dibuat dalam laboratorium. Dan 380 kg batu Bulan itu tidak
hanya disimpan NASA saja, namun telah didistribusikan ke banyak negara dan
banyak diantaranya yang tidak berpartisipasi langsung terhadap program
pendaratan manusia di Bulan, sehingga lebih independen. Namun hasil
analisisnya untuk keempat ciri spesifik di atas tetap sama.

Nah bagaimana tanggapan para pengusung teori manusia tidak mendarat di Bulan
terhadap data-data non fotografis tersebut? Sampai saat ini tidak ada

Sebagai tambahan, program pendaratan manusia di Bulan melibatkan hampir
setengah juta orang secara intens dalam aktivitasnya selama hampir 1 dekade.
Di inner circle-nya terdapat ratusan insinyur dan PhD yang kritis di
Houston, dan banyak diantaranya yang kini sudah menerbitkan memoarnya
masing-masing pasca pensiun. Dalam perspektif psikologi massa, jauh lebih
sulit dan lebih mahal guna menciptakan hegemoni pemikiran kepada hampir
setengah juta orang dan membungkam mulut-mulut kritis itu dibandingkan
dengan mengirimkan manusia secara langsung ke Bulan. Silahkan berkaca pada
bagaimana terungkapnya skandal Watergate, Whitewater maupun hoax nuklir Irak
ala Bush & neocons-nya, yang hanya melibatkan person jauh lebih kecil namun
tetap bobol keluar lingkungan inner circle mereka.

Berakhirnya program pesawat ulang-alik tak bisa dikaitkan dengan misi
pendaratan manusia di Bulan. Pesawat ulang alik sejak awal memang didesain
memiliki lifetime 30 tahun dan pada 2011 mendatang 2 dari 3 pesawat (yakni
Discovery dan Atlantis) itu telah mencapai umur 30 tahun sehingga harus
pensiun. Program ini juga diputuskan untuk dihentikan karena terlalu boros
dan tidak sesuai dengan desain awalnya yang diharapkan lebih hemat (karena
dari seluruh komponen pesawat dan sistem pendorongnya, hanya tanki bahan
bakar eksternal yang bisa digunakan sekali saja, lainnya bisa dipakai
berulang kali) . Sebagai gambaran, tiap peluncuran pesawat ulang-alik
menghabiskan rata-rata US $ 500 juta atau setara dengan 70 % ongkos
peluncuran roket raksasa Saturnus V dengan kapsul Apollo di pucuknya dalam
misi-misi pendaratan di Bulan. Ongkos peluncuran ulang-alik menjadi
bertambah mahal beberapa juta dollar dari angka di atas karena adanya
keharusan peningkatan keamanan pasca tragedi Challenger dan Columbia.
Pesawat ulang alik dipilih menjadi kuda beban NASA pasca kapsul Apollo
karena pasca pendaratan di Bulan, baik NASA maupun Uni Soviet memfokuskan
diri pada misi-misi stasiun ruang angkasa. Semula pesawat ulang alik
dirancang sebagai laboratorium ruang angkasa mini yang bisa dibawa pulang
kembali ke Bumi. Namun dengan bergulirnya gagasan pembangunan stasiun ruang
angkasa Freedom sejak masa Ronald Reagan, dan kemudian memuncak dengan
pembangunan ISS (sebagai variasi dan penghematan dari konsep Freedom), maka
fungsi ulang alik sebagai laboratorium ruang angkasa berakhir. Dengan bahan
bakar yang dimilikinya, sebenarnya mudah saja melontarkan pesawat ulang alik
langsung ke Bulan, namun sekali lagi ongkos yang mahal menjadi penghalang
utama baginya untuk melaksanakan misi tersebut.

Perancangan Project Constellation sendiri sudah berlangsung lama sebelum
2004, dengan 2 target : pembentukan koloni (pangkalan) manusia di Bulan dan
pendaratan manusia di Mars. Koloni di Bulan dibentuk sebagai tahap lanjut
dari penghunian stasiun ruang angkasa ISS sekaligus sebagai training area
dan batu loncatan sebelum pendaratan manusia di Mars. Project Constellation
sendiri bertumpu pada dua roket : Ares 1 sebagai pengangkut kapsul mirip
Apollo dan Ares V sebagai roket pengangkut berat. Baik desain Ares 1,
kapsulnya maupun Ares 5 didasarkan pada kombinasi desain roket pengangkut
berat Saturnus 5, kapsul Apollo dan roket pendorong (booster) berbahan bakar
padat dalam misi ulang alik, tentunya yang sudah diperbaiki dan dikembangkan
berdasarkan teknologi terkini. NASA memang lebih percaya kepada sistem roket
keluarga Saturnus (terutama Satrunus 5), karena tidak pernah mengalami
kegagalan bila dibandingkan dengan sistem pesawat ulang-alik.

Salam,

Ma'rufin

_____

From: saleh w siregar <salehws@gmail.com>
To: sains@yahoogroups.com
Sent: Monday, July 13, 2009 5:12:18 PM
Subject: [sains] MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

MISI APOLLO 11
Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Senin, 13 Juli 2009 | 03:51 WIB

Oleh *Rakaryan Sukarjaputra*

Empat puluh tahun telah berlalu sejak dunia dikejutkan oleh kabar
keberhasilan pendaratan Apollo 11 di Bulan. Benarkah astronot Neil Armstrong
telah menjejakkan kakinya di satelit Bumi tersebut?

Pertanyaan menggelitik itu memang terus menyertai kisah misi Apollo 11 dan
pendaratannya di permukaan Bulan pada 21 Juli 1969.

Kemudian astronot Neil Armstrong dan Edwin "Buzz" Aldrin berjalan di
permukaan Bulan. Cuplikan video menggambarkan Armstrong mengibarkan bendera
Amerika Serikat dan melompat-lompat. Aksi ini menegaskan keberhasilan
pendaratan manusia di Bulan.

Sejumlah pihak menyangsikan pendaratan itu. Cuplikan video tersebut penuh
dengan keganjilan. Ada yang menganggap video itu tidak dibuat di Bulan,
tetapi di sebuah tempat khusus di sekitar Negara Bagian Arizona, AS.

Astronom Phil Plait termasuk yang sangsi. Dia memberikan penjelasan pada
sebuah program radio "Are We Alone" yang dikelola SETI Institute. Ini adalah
lembaga nirlaba di California, AS, yang fokus pada penjelasan keberadaan
makhluk pintar lain di jagat raya.

Plait mengatakan, ada pihak yang skeptis dengan mempertanyakan foto-foto
Armstrong dan Aldrin yang memperlihatkan langit tanpa bintang. "Tidak ada
atmosfer di Bulan sehingga bintang-bintang seharusnya terlihat lebih
terang."

Pihak yang skeptis juga mempersoalkan bendera AS dalam cuplikan video yang
tampak berkibar, padahal di Bulan tidak ada udara.

Mereka juga mengajukan teori bahwa para astronot mungkin sudah terpanggang
radiasi ketika menembus sabuk Van Allen dalam perjalanan ke Bulan.

*Kepercayaan melemah*

Sebenarnya kepercayaan soal pendaratan di Bulan itu sudah semakin lemah
dalam beberapa tahun terakhir. Isu ini mencuat kembali ketika TV Fox pada
2001 menyiarkan sebuah program yang diberi judul "Conspiracy Theory: Did We
Land on the Moon?"

Acara TV Fox itu, kata Dr Tony Philips pada situs Science@NASA,
menggambarkan betapa Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) tidak lebih
dari sekadar "produser film yang tolol".

Semua kesangsian itu telah sering dijawab langsung Armstrong, komandan misi
Apollo 11. Tokoh kelahiran Wapakoneta, Ohio, 5 Agustus 1930, itu bersama
astronot Buzz Aldrin mengaku telah menikmati permukaan Bulan selama 2,5 jam.

Di Bulan, mereka berdua menancapkan bendera AS dan sebuah spanduk
bertuliskan "Di sini manusia dari planet Bumi menginjakkan kakinya pertama
kali. Kami datang dengan damai untuk seluruh umat manusia".

Mengapa awalnya banyak yang percaya? Bagi AS, pendaratan di Bulan adalah
sebuah pencapaian besar yang membuat AS seolah-olah unggul dari pesaing
utama ketika itu, Uni Soviet, dalam program luar angkasa.

Bagi salah satu pesaing AS saat ini, Rusia, teori konspirasi mengenai
kebohongan pendaratan di Bulan tahun 1969 itu menjadi semakin populer. Rusia
membuat sejumlah situs bahkan film-film dokumenter di televisi untuk
menyampaikan kebohongan besar pendaratan di Bulan itu.

*Konstelasi*

Boleh jadi, hal itu pula yang membuat mantan Presiden AS George W Bush
memutuskan untuk menghapuskan penerbangan pesawat ulang alik pada 2010
setelah musibah pesawat ulang alik Columbia pada 2003.

Sebagai gantinya, Bush pada 2004 meluncurkan program lebih ambisius,
Constellation (Konstelasi), yang bertujuan membawa warga AS kembali ke Bulan
pada 2020, dan menggunakan Bulan sebagai tempat peluncuran pesawat luar
angkasa berawak manusia menuju Mars.

Michael Griffin, mantan pemimpin NASA yang mendorong program Constellation,
menjelaskan, pesawat ulang alik membuat AS bertahan terlalu lama pada
penerbangan luar angkasa di orbit rendah, padahal kini muncul pesaing baru
dalam program luar angkasa, antara lain China. "Kita (AS) harus kembali ke
bulan karena itu adalah langkah berikutnya. Bulan hanya beberapa hari dari
rumah. Mars hanya beberapa bulan dari Bumi," papar Griffin.

Sayangnya, anggaran NASA tidak cukup untuk membiayai pembuatan kapsul Orion
Constellations, kapsul yang lebih maju dan lebih besar ketimbang versi
kapsul Apollo. NASA juga kekurangan biaya untuk menyiapkan roket peluncur
Ares I dan Ares V yang diperlukan untuk mengirim kapsul itu ke orbit.

Biaya keseluruhan Constellation itu diperkirakan 150 miliar dollar AS.
Anggaran eksplorasi luar angkasa AS pada 2009 hanya 6 miliar dollar AS.

Wajar apabila Senator Bill Nelson (Florida) menegaskan, NASA tidak akan bisa
melakukan tugas yang diberikan kepadanya, yaitu berada di Bulan pada 2020.
Senator yang mantan astronot itu bahkan mengkhawatirkan, saat program
pesawat ulang alik berakhir, AS tak akan bisa mengirimkan astronotnya ke
stasiun luar angkasa ISS, kecuali menumpang Soyuz milik Rusia.

Hal itu tentu menjadi kabar buruk bagi NASA dan khususnya Armstrong yang
tentu tidak ingin pendaratannya di Bulan menjadi bahan olok-olokan. Meski
demikian, ada cara pembuktian lebih sederhana, yaitu menemukan kembali
bendera dan spanduk yang ditancapkan Armstrong itu dengan teleskop dari
Bumi. Tentu dengan harapan bendera itu masih tertancap di tempatnya. (AFP)

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

Untuk mengubah status keanggotaan
Akses milis lewat web kirim email kosong: sains-nomail@
<mailto:sains-nomail@yahoogroups.com> yahoogroups.com
kembali menerima email secara rutin: sains-normal@
<mailto:sains-normal@yahoogroups.com> yahoogroups.com
merubah ke digest: sains-digest@ <mailto:sains-digest@yahoogroups.com>
yahoogroups.com
keluar dari keanggotaan milis: sains-unsubscribe@
<mailto:sains-unsubscribe@yahoogroups.com> yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

(Yahoo! ID required)

mailto:sains-fullfeatured@ <mailto:sains-fullfeatured@yahoogroups.com>
yahoogroups.com

2b.

Re: MISI APOLLO 11. Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan

Posted by: "yyoorrggaa" yyoorrggaa@yahoo.com   yyoorrggaa

Wed Jul 15, 2009 1:10 am (PDT)



Beruntung Kompas sudah menurunkan artikel semacam "bantahan" yang ditulis oleh pak Ninok Leksono

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/15/03270387/pendaratan.di.bulan.akal.sehat.vs.teori.konspirasi

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Suharyo Sumowidagdo" <sumowidagdo@...> wrote:
>
>
> Isu moon landing hoax ini sudah muncul berkali-kali, dalam berbagai bentuk mulai dari mailing list, newsgroup, website, dll. Tapi baru kali ini saya lihat di Kompas
>
> Saya pribadi sangat menyayangkan Kompas sebagai salah satu media terkemuka dengan integritas yang dengan sangat mudahnya memuat artikel semacam ini. Padahal salah seorang Pemred Kompas adalah Ninok Leksono, seorang intelektual dengan latar belakang Astronomi harusnya bisa mengetahui hoax di belakang artikel tersebut.
>
> Memang di negara-negara berkembang yang taraf ipteknya masih jauh tertinggal dari negara maju, sangat mudah menjual kisah-kisah konspirasi semacam ini. Artikel-artikel tersebut semuanya berusaha menunjukkan bukti-bukti ilmiah / rasional yang sebenarnya palsu dan dibikin-bikin. Tujuan tidak lain hanya mencari sensasi dan publisitas.
>
> Penulis dan mereka-mereka yang mempromosikan artikel-artikel serupa seakan tidak menyadari bahwa prestasi-prestasi semacam itu dibangun diatas keringat dan kerja keras banyak orang. Banyak diantaranya yang mendedikasikan seumur hidupnya, bekerja keras siang malam, dan kini telah meninggalkan kita semua. Orang-orang profesional, bukan politikus atau pencari kesempatan, namun murni insinyur dan ilmuwan.
> Menyebarkan teori konspirasi semacam ini bagi saya tidak berbeda dengan fitnah atau pembunuhan karakter.
>
>
>
> Haryo
>

3.

How physics can inspire biology

Posted by: "my@teoritik.fisika.net" my@teoritik.fisika.net   myncokimori

Wed Jul 15, 2009 1:10 am (PDT)



How physics can inspire biology
Alexei Kornyshev <http://www.ch.ic.ac.uk/kornyshev/> thinks
that physicists and biologists are now working more closely
together than ever before, but that barriers to closer
collaboration still exist
[The same but different]
<http://physicsworld.com/cws/article/indepth/39659/1/pic1>
The same but different
<http://physicsworld.com/cws/article/indepth/39659/1/pic1>
In July 1997 Adrian Parsegian, a biophysicist at the National
Institutes of Health in the US and a former president of the
Biophysical Society, published an article in Physics Today in
which he outlined his thoughts about the main obstacles to a
happy marriage between physics and biology. Parsegian started
his article with a joke about a physicist talking to his
biology-trained friend.

Physicist: "I want to study the brain. Tell me something
helpful."
Biologist: "Well, first of all, the brain has two
sides."
Physicist: "Stop! You've told me too much!"

Parsegian went on to list a few areas in biology where input from
physicists is particularly welcome. But his main conclusion was
that physicists must really learn biology before trying to
contribute to the field. He also warned that it may not even be
enough for a physicist to have a biologist friend to act as an
"interpreter" to translate a problem into the
language of physics.

Despite being gentle and elegantly written, the article provoked
a stormy reaction from Robert Austin, a physicist at Princeton
University, who accused Parsegian of forbidding physicists from
tackling the big questions in biology. My view lies somewhere
between those of Parsegian and Austin, and, in my opinion, the
relationship between physicists and biologists has improved on
some fronts in the 12 years since Parsegian's article
first appeared. However, I believe that those relationships are
still being poisoned by a number of misguided beliefs that are
preventing physicists and biologists from working closer
together.
More than beliefs?
Back in the early 1970s, when I was a first-year PhD student at
the Frumkin Institute in Moscow, I used to attend theoretical
seminars chaired by Benjamin Levich — a former pupil of
Lev Landau — who was widely regarded as the founding
father of physical-chemical hydrodynamics. Whenever an overly
enthusiastic speaker would tell us with 100% confidence how,
say, electrons and atoms behave in a solvent near an electrode,
Levich would spice up the seminar by joking "How do you
know? Have you been there?"

Almost four decades on, physicists now have plenty of
experimental tools to "go there". For example,
modern X-ray synchrotron sources allow researchers to look at
how crystals form, to discover how biological samples mutate and
even to pinpoint where ions adsorb on DNA; while techniques such
as the fluorescence imaging with nanometre accuracy (FIONA)
allow the motion of proteins such as myosin or kinesin to be
traced in real time. But although these techniques often produce
fascinating results, they may not be enough without a deep
theoretical analysis of what one is actually
"seeing". So, the first of these misconceptions is
that "seeing is believing". A pretty picture may
have a beguiling charm, but on its own it is not enough.

The second belief hampering collaboration is that the formalism
of a biological theory must be simple — it should not
contain more than exponential functions and logarithms (no
Bessel functions, please!). Otherwise, the job should be left
for computers to do. This point of view was advocated by Rob
Philips of the California Institute of Technology, who came to
his new love — biology — from solid-state theory.
I strongly disagree with that view, however, and I used to argue
with him about it when we were both on sabbatical at the Kavli
Institute for Theoretical Physics in Santa Barbara. As I used to
point out, James Watson and Francis Crick could never have
deciphered the structure of DNA from the X-ray scattering
patterns obtained by Rosalind Franklin and Maurice Wilkins had
they not had the mathematical tools developed by Crick, William
Cochran and Vladimir Vand a year earlier (1952 Acta.
Crystollograph. 5 581). Indeed, Bessel functions were at the
heart of that analysis.

The third belief is that biologists will never read scientific
papers containing mathematical formulas. As Don Roy Forsdyke, a
biochemist at Queen's University in Ontario, Canada, once
told to me, "The biological literature is vast.
Biologists have too many papers to read and too many experiments
to make. They will leave aside any reading that looks
difficult." If this is true, and I think it is,
physicists are in big trouble.

This brings us neatly to the next belief, which is that it is
impossible for physicists to publish a serious theoretical paper
in a biological journal. Theorists need mathematical derivations
to validate their findings, but any paper containing derivations
will be rejected. If you then publish the article in a physics
journal, it will not be read by those to whom it is addressed.
Actually, good papers of that kind are still sometimes published
and read, but this remains a difficult issue.
DNA revolution
Physicists want to simplify and unify things, as much as
possible, whereas biologists resist the reductionist approach
and are happy with diversification and complexity. So, the
biologists' fifth belief is that physicists are too
ignorant about diversity to offer them anything useful.
Biologists admit that physicists can provide, say, a new
spectroscopic technique or apparatus for measuring forces, but
that is about it. In their view, biology should be left to the
professionals.

The final belief is that biologists think physicists made one big
breakthrough — elucidating the structure and function of
DNA — but that a similar revolution is unlikely to ever
happen again. However, the key to that discovery was the
"chemistry" between Watson (a biologist) and Crick
(a physicist), which helped them to find a common language and
gave rise to the idea of DNA replication and the subsequent
principles of molecular biology.

I believe that we can expect other breakthroughs of this sort
because physics and mathematics have a long history of
revolutionizing not only science but our lives too.
Meaningful collaborations
In spite of all this, my feeling is that physicists and
biologists are getting on better. For example, last month,
together with Parsegian and Wilma Olson of Rutgers University,
who is another former president of the Biophysical Society, I
organized a conference entitled "From DNA-Inspired
Physics to Physics-Inspired Biology". Attended by some 140
researchers, the meeting was held at the International Centre for
Theoretical Physics (ICTP), in Trieste, Italy, and sponsored by
the ICTP and co-sponsored by the Wellcome Trust. But the
conference was not just for physicists interested in biology. It
was also aimed at biologists who were interested in learning
what new physical methods and existing knowledge could offer
them, as well as pinpointing for physicists the subjects that
biologists think could benefit from input from physics.

The conference included over 60 talks — demonstrating the
interplay between physics and biology — on everything
from DNA mechanics, structure, interactions and aggregation to
DNA compaction in viruses, DNA-protein interaction and
recognition, DNA in confinement (pores and vesicles) and smart
DNA (robotics, nano-architectures, switches, sensors and DNA
electronics). More details are available online.

Taking Rutherford's famous saying that there is physics
and everything else in science is stamp collecting, Paul Selvin,
a physicist at the University of Illinois, recently said that if
Rutherford were alive today, he would have said that "all
science is either biology or tool-making for biology or not
fundable". Today, in general, the arrogance is rarely on
the side of physicists. But to overcome the barrier of
scepticism, physicists need to demonstrate (or, even better,
inspire biologists to show) that insights from physics do not
just apply in model systems in the lab but work equally well
inside the real world of the cell.

Crick not only had a great mind and was very serious about
biology but he was also lucky to meet the right collaborator in
Watson. Many of us seeking to do important work in biology will
not be able to do so alone unless we too find the right match.
The future is far from hopeless — and meetings such as
the one held in Trieste last month may well make the difference.
As the Cambridge physicist Stephen Hawking once said,
"The greatest discoveries of the 21st century will take
place where we do not expect them." Likewise, I am
convinced that great surprises and discoveries in biology will
come from physics.

Alexei Kornyshev <mailto:a.kornyshev@imperial.ac.uk> is a
condensed-matter theorist at Imperial College London, working at
the interface of physics, chemistry and biology




http://physicsworld.com/cws/article/indepth/39659



referensi fisika utama - http://www.fisika.net
4a.

Re: [mohon saran] S-1 Fisika akan lanjut kuliah ke Amerika

Posted by: "akhwat67" akhwat67@yahoo.co.id   akhwat67

Wed Jul 15, 2009 5:58 am (PDT)



--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "frank_the_hero" <frank_nasch@...> wrote:
>
> Halo rekan-rekan MFI,
>
> mohon doa restunya, 23 Agustus ini Franklin akan berangkat kuliah ke Amerika Serikat. Franklin akan mengambil Master in Physics dan PhD in Science Education, dengan kata lain langsung double-degree selama 5 tahun.
>
> Masalah paspor & F-1 Visa sudah beres. Tiket juga sepertinya sudah tidak ada masalah.
>
> Apakah ada saran dari kawan-kawan MFI akan hal-hal yang harus Franklin persiapkan dari sekarang, sebagai seorang sarjana S-1 Fisika dari Indonesia? Franklin akan berkuliah di Michigan, salah satu state di utara yang langsung berbatasan dengan Kanada.
>
>
> Salam,
> Franklin
>
yupz, km beruntung skali.. jgm sia-siain ksmptn ini y!!!
n don`t 4get to share to this group. ok!

5a.

Mohon ebook fisika sma

Posted by: "mie_19desember" mie_19desember@yahoo.com   mie_19desember

Wed Jul 15, 2009 7:21 am (PDT)



Rekan-rekan milis yang budiman saya adalah orang yang baru belajar fisika untuk itu aku mohon pada rekan-rekan semua tuk sudi kiranya memberikan ebook fisika untuk aku pelajari atau link-link yang menyediakan ebook fisika gratis! makasih

5b.

Re: Mohon ebook fisika sma

Posted by: "ana fis" anafis95@yahoo.com   anafis95

Wed Jul 15, 2009 8:51 am (PDT)





Rekan-rekan milis yang budiman saya adalah orang yang baru belajar fisika untuk itu aku mohon pada rekan-rekan semua tuk sudi kiranya memberikan ebook fisika untuk aku pelajari atau link-link yang menyediakan ebook fisika gratis! makasih

._,_.___
Ada sedikit ebook mungkin ada yang menarik http://ictgk.co.nr

5c.

Re: Mohon ebook fisika sma

Posted by: "Irwansyah Irwansyah" irwansyah@gmail.com   irwansyahadins

Wed Jul 15, 2009 8:59 am (PDT)



Untuk ebook, bisa dicari di www.gigapedia.org. Buat 1 akun baru saja,
kemudian login, dan silahkan dicari dengan kata kunci Physics atau
semacamnya.

2009/7/15 ana fis <anafis95@yahoo.com>

>
>
>
> Rekan-rekan milis yang budiman saya adalah orang yang baru belajar fisika
> untuk itu aku mohon pada rekan-rekan semua tuk sudi kiranya memberikan ebook
> fisika untuk aku pelajari atau link-link yang menyediakan ebook fisika
> gratis! makasih
>
> ._,_.___
> <http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/message/14233;_ylc=X3oDMTM2M3RlcXNkBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzEwMTEzMzMEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDgzNDEyBG1zZ0lkAzE0MjMzBHNlYwNmdHIEc2xrA3Z0cGMEc3RpbWUDMTI0NzY2NzY5MgR0cGNJZAMxNDIzMw-->Ada
> sedikit ebook mungkin ada yang menarik http://ictgk.co.nr
>
>
>

--
Always remember to forget the things that made you sad tut never forget to
remember the things that made you glad.

Always remember to forget the troubles that have passed away. But never
forget to remember the blessings that come each day.

It is not the strongest of the species that survives, nor the most
intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to
change. (Charles Darwin)

Even the great Knuth once said: �Beware of bugs in the above code; I have
only proved it correct, not tried it.�
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Yahoo! Groups

Do More For Dogs Group

Connect and share with

dog owners like you

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Find support for

Mental illnesses

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

Tidak ada komentar: