Sabtu, 18 Juli 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2725

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (10 Messages)

Messages

1a.

Re: mohon doanya untuk teh teja, istri kang  hadian

Posted by: "CaturCatriks" akil_catur@yahoo.co.id   akil_catur

Fri Jul 17, 2009 2:03 am (PDT)



sekarang sudah lahiran belum?
smoga dilancarkan ya kang hadian
sehat semua
lucu anaknya kayak babehnya

jadi anak shaleh/hah
barakallohu

 

--- Pada Jum, 17/7/09, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> menulis:

Dari: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] mohon doanya untuk teh teja, istri kang hadian
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Cc: "Hadian Febrianto" <hadianf@gmail.com>
Tanggal: Jumat, 17 Juli, 2009, 10:28 AM

 

Hari ini ya?Pagi ini sudah bukaan berapa?Moga dimudahkan ya.MOga anaknya lahir selamat,sehat, tanpa cacat dan jadi anak sholeh/sholehah. Amin!
 
Tabik,
 
Nursalam AR
- jadi teringat momen menegangkan 18 ovember 2008 -
 
On 7/17/09, ukhtihazimah <ukhtihazimah@ yahoo.com> wrote:

 

salam...
mohon doanya, hari ini teh teja, istri kang hadian, dalam proses melahirkan putri keduanya di RB Al Islam. Semoga diberi kelancaran. AMIN.

--
"Open up your mind and fly!"

Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723

021-92727391
www.nursalam. multiply. com
www.facebook. com/nursalam. ar











Wajib militer di Indonesia? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
1b.

Re: mohon doanya untuk teh teja, istri kang  hadian --- Dah Lahir ^_

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Fri Jul 17, 2009 3:00 am (PDT)



Alhamdulillah Teh Teja sudah melahirkan jam 14.10 Wib
Akhwat ...

^_^
Barokallah buat kang Hadian dan Teh Teja
Smoga putri ke 2 ini juga menjadi anak yang sholehah

Salam
Anty

2a.

[Maklumat} Saat Kami Terlewat Milad

Posted by: "beni jusuf" kangbeni@gmail.com

Fri Jul 17, 2009 2:24 am (PDT)



Saat Sakit Menghampiri

Assalamu'alaikum Wr Wb,
Lega deh rasanya, sudah daftar dan juga bayar milad SK, dan konfirmasi
kehadiran pada Mbak Sinta. Maka jumat pagi itu aku bergegas ke kantor
dengan riang. Membayangkan bakal bersilaturahmi lagi dengan para
sahabat seperti milad sebelumnya. Pertemuan yang membaurkan perasaan
cerita, bertemu kawan baru, dan berbagi pengalaman.

Rasanya waktu di kantor berjalan begitu lambat. Ingin segera
menyongsong esok untuk rame2 ke bandung. Meluncur di pagi yang sepi
agar tak terkendala kemacetan yang akrab setiap akhir pekan

Selepas jam makan siang, kabar yang bikin was was mampir di layar
gelepon genggamku. Ibu anakku mengabarkan kalau mendadak kurang sehat.
Aku menanggapi sembari bercanda, dengan mengatakan mungkin belum
terbiasa dengan AC di kantor baru, maklum wanita yang telah dua tahun
mendampingiku itu baru sepekan lebih mendapatkan peluang baru di
sebuah kantor di bilangan Kemang. Meninggalkan kantor lama di daerah
Cawang yang beberapa tahun mempertemukan kami.

Kesehatan tak ternilai. Kesempatan silaturahmi kadang sulit terulang.
Tentu ini menjadi dilema bagi kami.
Dan dengan berat hati, akhirnya kami memutuskan untuk absen di Milad
SK tahun ini. Secara khusus aku menghubungi Kang Dani untuk mohon ijin
tidak dateng. [Padahal aku juga ada agenda terselubung untuk
berkampanye mencalonkan diri menjadi salah satu kandidat ketua SK di
periode mendatang hihihihiihi becanda ding :D]

Jadi sedih bila ingat kesempatan silaturahmi harus sirna
Jadi tak enak hati melihat hadiah hadiah kecil nan lucu dari
Tokobogor.com yang telah dipersiapkan buat para junior SK

Namun apa daya
Bahwa kesehatan, kesempatan, kegembiraan [juga ketidakceriaan] saling
datang dan pergi menghampiri.
Untuk semua kawan-kawan SK, mohon maaf sebesar-besarnya kami [ Beni
Jusuf, Lia Indriati, si kecil Rama dan Teh Atikah] melewatkan milad
kali ini. Seraya memohon doanya semoga ibunya Rama segera diberi
kesembuhan.

Dari Bogor kami mengirim doa, semoga runutan acara yang telah
dipersiapkan oleh panitia bisa berjalan lancar. Membawa berkah bagi
semuanya.

Salam

Beni Jusuf/Lia Indriati/Rama/Teh Atikah
Ciomas Hills Kav. A 5 No 47 Bogor 16610
www.lorongcahaya.multiply.com / cintasempurna.multiply.com

2b.

Re: [Maklumat} Saat Kami Terlewat Milad

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Fri Jul 17, 2009 8:09 am (PDT)



Hmm...lagi pada musim Bunda sakit nih. Moga Teh Indri lekas sembuh ya,Kang.
Btw, serius nih minat maju jadi ketua SK periode 2010-2012? Sok atuh saya
dukung (asal jangan nambah berat badan lagi)! Ga kuat nanti...;p

Insya Allah niat baik jangan cuma dipendam dalam hati. Wujudkan!!
*provokator mode on*

Tabik,

Nursalam AR
-seorang suami yg istrinya juga kurang sehat hingga (juga) batal ikut milad
-

On 7/17/09, beni jusuf <kangbeni@gmail.com> wrote:
>
>
>
> Saat Sakit Menghampiri
>
> Assalamu'alaikum Wr Wb,
> Lega deh rasanya, sudah daftar dan juga bayar milad SK, dan konfirmasi
> kehadiran pada Mbak Sinta. Maka jumat pagi itu aku bergegas ke kantor
> dengan riang. Membayangkan bakal bersilaturahmi lagi dengan para
> sahabat seperti milad sebelumnya. Pertemuan yang membaurkan perasaan
> cerita, bertemu kawan baru, dan berbagi pengalaman.
>
> Rasanya waktu di kantor berjalan begitu lambat. Ingin segera
> menyongsong esok untuk rame2 ke bandung. Meluncur di pagi yang sepi
> agar tak terkendala kemacetan yang akrab setiap akhir pekan
>
> Selepas jam makan siang, kabar yang bikin was was mampir di layar
> gelepon genggamku. Ibu anakku mengabarkan kalau mendadak kurang sehat.
> Aku menanggapi sembari bercanda, dengan mengatakan mungkin belum
> terbiasa dengan AC di kantor baru, maklum wanita yang telah dua tahun
> mendampingiku itu baru sepekan lebih mendapatkan peluang baru di
> sebuah kantor di bilangan Kemang. Meninggalkan kantor lama di daerah
> Cawang yang beberapa tahun mempertemukan kami.
>
> Kesehatan tak ternilai. Kesempatan silaturahmi kadang sulit terulang.
> Tentu ini menjadi dilema bagi kami.
> Dan dengan berat hati, akhirnya kami memutuskan untuk absen di Milad
> SK tahun ini. Secara khusus aku menghubungi Kang Dani untuk mohon ijin
> tidak dateng. [Padahal aku juga ada agenda terselubung untuk
> berkampanye mencalonkan diri menjadi salah satu kandidat ketua SK di
> periode mendatang hihihihiihi becanda ding :D]
>
> Jadi sedih bila ingat kesempatan silaturahmi harus sirna
> Jadi tak enak hati melihat hadiah hadiah kecil nan lucu dari
> Tokobogor.com yang telah dipersiapkan buat para junior SK
>
> Namun apa daya
> Bahwa kesehatan, kesempatan, kegembiraan [juga ketidakceriaan] saling
> datang dan pergi menghampiri.
> Untuk semua kawan-kawan SK, mohon maaf sebesar-besarnya kami [ Beni
> Jusuf, Lia Indriati, si kecil Rama dan Teh Atikah] melewatkan milad
> kali ini. Seraya memohon doanya semoga ibunya Rama segera diberi
> kesembuhan.
>
> Dari Bogor kami mengirim doa, semoga runutan acara yang telah
> dipersiapkan oleh panitia bisa berjalan lancar. Membawa berkah bagi
> semuanya.
>
> Salam
>
> Beni Jusuf/Lia Indriati/Rama/Teh Atikah
> Ciomas Hills Kav. A 5 No 47 Bogor 16610
> www.lorongcahaya.multiply.com / cintasempurna.multiply.com
>
>

--
"Open up your mind and fly!"

Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
www.facebook.com/nursalam.ar
2c.

Re: [Maklumat} Saat Kami Terlewat Milad

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Fri Jul 17, 2009 9:23 am (PDT)



Semoga cepat sembuh Teh. Saya tunggu2 sms ato telponnya tadi. Ternyata nggak jadi ikut. yas sudahlah. Padahal penasaran pengin ketemu Rama n ngobrol sama Teh Indri.
InsyaAllah kapan2 kita ketemu ya.

salam,
Indar

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, beni jusuf <kangbeni@...> wrote:
>
> Saat Sakit Menghampiri
>
> Assalamu'alaikum Wr Wb,
> Lega deh rasanya, sudah daftar dan juga bayar milad SK, dan konfirmasi
> kehadiran pada Mbak Sinta. Maka jumat pagi itu aku bergegas ke kantor
> dengan riang. Membayangkan bakal bersilaturahmi lagi dengan para
> sahabat seperti milad sebelumnya. Pertemuan yang membaurkan perasaan
> cerita, bertemu kawan baru, dan berbagi pengalaman.
>

3a.

[Maklumat] keberangkatan ke Bandung (Milad SK ke 3)

Posted by: "Diaz Rossano" dizzman@yahoo.com   Dizzman

Fri Jul 17, 2009 5:26 am (PDT)




> Assalamu 'alaikum wr wb
> dengan isi saya umumkan bahwa yang ikut dgn saya
> adalah: Bang Fiyan, mbak Mimin, dan mbak Lia. Demikian
> sekilas info. Bisa satu lagi, tapi kalo bisa wanita, dan
> agak kecil, takut gak muat.
>  
> wassalam,
>  
> Diaz


3b.

Re: [Maklumat] keberangkatan ke Bandung (Milad SK ke 3)

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Fri Jul 17, 2009 7:57 am (PDT)



Hayo, siapa tuh yg memenuhi kriteria tsb: *wanita* dan *kecil *(mungil,
mungkin maksudnya)?;p

Semoga selamat dan sukses di perjalanan pergi-pulang ya!

Tabik,

Nursalam AR
- yang sehari ini terkaget-kaget dengan 2 berita duka: di Jakarta dan Mesir
-

On 7/17/09, Diaz Rossano <dizzman@yahoo.com> wrote:
>
>
>
>
> > Assalamu 'alaikum wr wb
> > dengan isi saya umumkan bahwa yang ikut dgn saya
> > adalah: Bang Fiyan, mbak Mimin, dan mbak Lia. Demikian
> > sekilas info. Bisa satu lagi, tapi kalo bisa wanita, dan
> > agak kecil, takut gak muat.
> >
> > wassalam,
> >
> > Diaz
>
>
>
>

--
"Open up your mind and fly!"

Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
www.facebook.com/nursalam.ar
4a.

[MAKLUMAT] YANG KEMUNGKINAN BESAR DATENG DI MILAD SK III

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Fri Jul 17, 2009 7:06 am (PDT)



1. Pak Sinang

2. Nia Robie'

3. Haryanty Thahir

4. Sinta N

5. Sisca Lahur

6. Noviyanti Utamaningsih (haha lengkaps)

7. Rahmah

8. Marisna Yulianti

9. bunda icha

10. April

11. Jun

12. babeh Hadian (mungkin, jika kondisi umi ok)

13. Lily Ceria

14. Indarwati

15. P.Slamet

16. Ais n Yasmin

17. Dyah Zakiati

18. Budi Magni

19. Pak Teha

20. Wiwiek sulistyowati (DKI)

21. Kang Dani

22. Divin

23. Diah Utami

24. Fiyan Arjun

25. Mimin
26. Diaz Rosanno
27. Istri Siaz Rosanno
28. Temen April (dari jakarta)
29. Zaenal
30. Bunda Ammy (Bunda sendirian aja ini?)
31. Andri P
32. Karman
33. Uni Asma (hari minggunyah)
34. Mba Endah (bunbun sama Nibras)
35. Mba Lygia (dari bandung)
36. Tedi Rahman (Temennya babeh Hadian Calon SK Bandung)
37. Mba Loi
38. Suami Mba Loi
39. Listya A.
40. Arief Akhir Wijaya (langsung dari bandung)
41. kang arief (langsung ke tempat acara)
42. R. Widiatma (kalo kondisi ok)
4b.

Re: [MAKLUMAT] YANG KEMUNGKINAN BESAR DATENG DI MILAD SK III

Posted by: "Arief Gustaman" kangarief@yahoo.com   kangarief

Fri Jul 17, 2009 7:49 am (PDT)



assalamualaiakum
mbak nia, boleh tau jadwal acara nanti?

arief gustaman

--- On Fri, 7/17/09, Nia Robie' <musimbunga@gmail.com> wrote:

From: Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] [MAKLUMAT] YANG KEMUNGKINAN BESAR DATENG DI MILAD SK III
To: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>, kabinet-eska@yahoogroups.com, eSKa-Bandung@yahoogroups.com
Date: Friday, July 17, 2009, 9:06 PM

 

1. Pak Sinang

2. Nia Robie'

3. Haryanty Thahir4. Sinta N

5. Sisca Lahur
6. Noviyanti Utamaningsih (haha lengkaps)

7. Rahmah8. Marisna Yulianti

9. bunda icha

10. April11. Jun
12. babeh Hadian (mungkin, jika kondisi umi ok)

13. Lily Ceria
14. Indarwati

15. P.Slamet

16. Ais n Yasmin17. Dyah Zakiati

18. Budi Magni
19. Pak Teha
20. Wiwiek sulistyowati (DKI)

21. Kang Dani
22. Divin

23. Diah Utami

24. Fiyan Arjun

25.  Mimin
26. Diaz Rosanno

27. Istri Siaz Rosanno
28. Temen April (dari jakarta)

29. Zaenal
30. Bunda Ammy (Bunda sendirian aja ini?)

31. Andri P
32. Karman

33. Uni Asma (hari minggunyah)
34. Mba Endah (bunbun sama Nibras)

35. Mba Lygia (dari bandung)
36. Tedi Rahman (Temennya babeh Hadian Calon SK Bandung)

37. Mba Loi
38. Suami Mba Loi

39. Listya A.
40. Arief Akhir Wijaya (langsung dari bandung)

41. kang arief (langsung ke tempat acara)
42. R. Widiatma (kalo kondisi ok)











5a.

Re: Siti Nurbaya...., masih adakah...? ( Tolong dibedah ya teman-tem

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Fri Jul 17, 2009 11:10 am (PDT)



Mbak (atau Uni?) April, fyi, di tiap postingan di milis SK sudah ditetapkan
label-label tertentu sebagai bahan mata pelajaran. Contoh, untuk cerpen atau
cuplikan novel seperti karya Mbak April ini biasanya pada subject email
diberi label sebagai berikut : [Bahasa] Siti Nurbaya. Ini untuk memudahkan
Sahabat SK yang lain mengklasifikasikan dan memilih tulisan yang ingin
dibaca.

Untuk bagian awal, sinopsis, saya kok tidak melihatnya seperti bentuk
sinopsis yang lazim ya? Karena sinopsis yang biasanya berisi ringkasan isi
tulisan dengan narasi (tanpa dialog!) dituliskan dengan gaya yang sama
seperti pada bagian novel yang lain. Untuk panduan membuat sinopsis novel,
silakan kunjungi situs www.rayakultura.net (asuhan Dr. Naning Pranoto,
salah satu penulis senior).

Lanjut ke judul (mestinya ini dulu ya yang dibahas:), kenapa harus pakai
judul yang klasik dan sudah jadi patennya (alm) Marah Rusli? Ini membuat
pembaca, terutama saya, kehilangan mood. Karena "Siti Nurbaya" lekat dengan
asosiasi yang sudah ada di banyak mindset orang, yakni pernikahan paksa
karena tekanan ekonomi. Mengapa tidak memilih judul yang lebih kreatif dan
eye-catching lain? Yang setidaknya lebih menggambarkan isi novel ini
sendiri, dengan tidak meminjam ketenaran Siti Nurbaya yang sudah zamannya
berlalu.

Menanjak sedikit ke setting atau pelataran, tadinya saya berharap dengan
informasi awal bahwa tulisan ini ber-setting di Padang Panjang maka kental
dengan dialog dan suasana Minang. Tapi kenyataannya? Rasanya, meski ini
memang baru bab 1, harapan saya itu tak terpenuhi. Dari dialog dan narasinya
tak ada bedanya apakah semua itu berlangsung di Padang Panjang, Rawa Belong
atau Timika di Papua sana. Tak ada local colour (warna lokal) yang
dimasukkan dalam karya ini. Singkatnya, ia bagai pohon tak berakar.
Ngambang.

Terkait dengan setting yang 'antah berantah' tersebut, imbasnya adalah pada
bangunan cerita yang a la sinetron. Jujur, saya lelah membaca bab ini yang
banyak memuat suasana pertengkaran yang sarat kata-kata "keras". Sejenak
saya berpikir,"Apakah sebegitunya pertengkaran di keluarga Indonesia?"
Rasanya jika Mbak April memahami bahwa tak hanya "dialog" yang dapat
difungsikan untuk menyampaikan pesan maka kesan "lelah" tsb bisa dikurangi.
Toh, dengan narasi atau penggambaran bahasa tubuh para pelaku, pesan seperti
yang diinginkan juga bisa sampai. Tentunya ini butuh observasi yang lebih
realistis akan alam kehidupan keluarga Indonesia.Tidak semata-mata
mengadopsi apa yang dicontohkan di sinetron-sinetron yang,maaf, kadang bagai
menara gading di tengah masyarakat penontonnya sendiri. Silakan main-main ke
situs www.rumahdunia.net untuk belajar hal lebih tentang setting dari Gola
Gong atau Fachri Asiza. Untuk novel, salah satu karya Mbak Indarpati yakni
Lintang Gumebyar (Masmedia Buana, 2009) yang kuat setting Jawa-nya dapat
jadi referensi. Datangi saja blognya di www.lembarkertas.multiply.com.

Hal lain, amat banyak typo (salah ketik) atau keteledoran penyuntingan. Dan
ungkapan yang "tidak logis", seperti "jantung yang kecut". Setahu saya yang
kecut itu biasanya air muka atau wajah seseorang. Juga penggunaan kata yang
tidak fmailiar, semisal "mencolos". Ini bahasa Minang atau Jawa? Jika tidak
ingin dibuatkan catatan kaki atau glossary,tentu penulis bisa menambahkan
penjelas dalam kalimat selanjutnya.Contoh: Hatiku mencolos, berdebar-debar
tak karuan. Ini sekadar contoh. Untuk penyuntingan, lagi-lagi di SK ada
pakarnya yakni Mbak Rinurbadi di www.rinurbad.multiply.com.

Yang terakhir, untuk lebih mematangkan muatan cerita hingga bernas dan punya
pesan, ada baiknya Mbak April banyak mengambil inspirasi dari kejadian atau
pengalaman hidup yang dekat dengan keseharian. Nah, di sinilah bedanya milis
SK dengan milis lain. MIlis SK adalah milis pembelajar, di mana kita saling
berbagi kisah-kisah pengalaman keseharian (kisah nyata).Memang disediakan
juga ruang untuk fiksi,semisal puisi dan cerpen atau novel. Tapi fokus
utamanya adalah kisah nyata, keseharian. Toh, kisah nyata adalah mata air
untuk kisah fiksi. Banyak Sahabat SK yang kuat tulisan fiksinya karena
mereka terlatih mendeskripsikan pengalaman hidup mereka sehari-hari,meski
sekadar bertemu teman lama,misalnya.

Saran saya, untuk yang masih pemula seperti Mbak April, cobalah dengan
menuliskan kisah-kisah pengalaman sehari-hari. Itu akan lebih memperkuat
daya observasi Anda dan tentu akan lebih bermanfaat untuk yang lain. Dan,
yang terpenting, di sini kita saling berbagi. Jika ingin tulisan
dikomentari,mulailah dengan rajin mengomentari tulisan orang lain. Prinsip
di milis ini adalah keluarga besar, di mana silaturahmi adalah hal penting
dan tidak sekadar asyik posting tulisan tanpa peduli dengan karya orang
lain.

Oh ya, untuk situs kepenulisan lain, www.penulislepas.com asuhan Jonru bisa
jadi acuan dan cobalah baca buku "Teori Pengkajian Fiksi"-nya Burhan
Nurgiyantoro (UGM Press, 2002) yang rasanya mudah ditemui di perpustakaan.
Atau buku-buku Gorrys Keraf dengan seri Komposisi-nya.

OK, selamat berlatih! Tetap semangat!

Tabik,

Nursalam AR

On 7/16/09, Aprillia Saba <aprillia.saba@gmail.com> wrote:
>
>
>
> *SINOPSIS*
>
>
>
> *Gadis tua! Perawan tua! Raisha seperti berada di negeri antah barantah
> mendengarnya. Apapunlah sebutannya, tapi yang jelas, kata-kata gadis tua
> atau perawan tua yang dilontarkan papa Raisha membuat hati dan jantungnya
> semakin berdarah. Tak masalah baginya jika semua orang di muka bumi ini akan
> menganggapnya perawan tua hanya karena belum menikah di usianya sekarang.
> Takkan pernah ia pedulikan omongan seperti itu dari siapapun juga. Itu
> hanyalah angin lalu saja baginya.*
>
> * *
>
> *"Lihat dirimu! Kamu kira kamu cantik, ha? Tidak! Kamu tidak cantik tapi
> bisa-bisanya kamu menolak laki-laki dengan wajah yang seperti. Kalau kamu
> cantik seperti temanmu,Cindy tidak apa-apa! Siapapun akan mau sama mereka
> karena mereka cantik! Tapi kamu?" sambung papanya semakin menyayat-nyayat
> hati hati Raisha.*
>
> * *
>
> Teman-teman, saya lagi belajar menulis nih. Jadi saya minta minta tolong
> tolong teman-teman membedah naskah Bab 1 yang sudah saya buat. Tak apa-apa
> disayat-sayat, diiris-iris, ditusuk-tusuk juga boleh, yang penting tolong
> beri catatan dan komentar yang membangun. Boleh disela dan diberi warna lain
> lain.
>
>
>
> Terima Kasih
>
>
>
> Aprillia
>
> * *
>
> * *
>
> *Selasa Kelabu*
>
>
>
> Jam di kamar Raisha baru menunjukan pukul dua lewat sepuluh menit. Sudah
> dua jam hujan deras mengguyur kota Padang Panjang. Disini, musim hujan atau
> tidak, kalau hujan sudah turun, air dari langit seakan-akan tidak
> habis-habisnya menyiram bumi. Matahari tidak berani menampakkan dirinya
> untuk menerangi bumi. Langit yang tertutup awan menjadikan hari seakan-akan
> sudah sore menjelang malam. Dari jendela kamarnya, Raisha memandang hujan
> yang mengguyur deras.
>
>
> Tak cuma hujan yang deras. Kilat dan halilintarpun tak mau kalah menghiasi
> angkasa raya.
>
> Raisha menoleh ke arah pintu kamar yang terdengar terbuka, dan melihat
> Fitri adiknya, masuk ke kamar. Tatapan adiknya sinis.
>
> *
> *
>
> *Ada apa dengan Fitri*? pikir Raisha.
>
> "Kak, dipanggil mama!" kata adiknya dengan wajah yang tegang.
>
> "Ada apa, Fit?" tanya Raisha yang heran dengan cara tatapan Fitri yang
> mendelik marah padanya. Adiknya hanya mengangkat bahu dan kemudian berlalu.
>
>
> Mau tidak mau Raisha bergerak ke arah pintu. Melihat raut muka adiknya yang
> sudah menghilang dari pandangannya, ia merasa sesuatu yang serius telah
> terjadi. Ia segera melangkah keluar.
>
>
> Entah kenapa, jantungnya tiba-tiba saja berdegub kencang memukul-mukul
> dinding dadanya tanpa sebab. Melihat raut muka orangtuanya, jantung Raisa
> menjadi kecut. Pasti ada sesuatu yang tidak beres yang membuat wajah kedua
> orang tuanya tampak sangat pias. Gemuruh hatinya mengalahkan gemuruh
> helilitar yang menyambar angkasa, yang mengiringi derasnya hujan siang ini.
> Jantung Raisha berdebar Raisa ketika melangkah ke sofa tempat duduk
> orangtuanya.
>
>
> Raut muka mamanya benar-benar keruh, menyiratkan usaha sang Ibu menahan
> tangis yang hampir pecah. Tubuh mamanya bersandar tak berdaya pada punggung
> kursi seakan-akan tidak ada tulang yang menopang tubuh. Di sebelah mamanya,
> papanya menatap kosong ke arahnya, seperti orang yang sedang kebingungan.
> Hampa, seakan raganya saja yang berada di ruangan ini, tapi pikirannya
> mengembara entah kemana.
>
>
> "Sa…!" ucap mamanya lemah. Raisa tidak menjawab.
>
>
> Entahlah, tiba-tiba saja ia merasa ia tahu arti raut muka orang tuanya.
> Tiba-tiba ia paham apa sesunguhnya yang telah terjadi. Dan ia juga
> mengerti apa yang hendak dibicarakan orangtuanya, walaupun mereka belum
> mengutarakannnya apa pun juga.
>
> "Tadi…mama bertemu Tante Herti…!" kata mamanya menggantung.
>
>
> Deg, jantung Raisa mencolos! Badannya tiba-tiba lemas, tak berdaya.
> Benar-benar tak berdaya. Tiba-tiba tenaganya langsung terkuras habis. Tak
> pernah ia mengira tenaganya akan langsung tersedot seperti ini, seakan
> oksigen di ruang keluarga ini menghilang entah kemana begitu mengetahui
> bahwa orangtuanya sudah mengetahui semuanya, meski ia sudah memperkirakan
> konsekwensi yang akan ia hadapi.
>
>
> Keyakinannya benar. Itu sudah pasti, tidak perlu dijelaskan lagi. Orang
> tuanya sudah mengetahui semuanya. Semua sudah terbongkar! Dan lagipula,
> takkan mungkin selamanya dia bisa menutupi apa yang telah ia perbuat . Cepat
> atau lambat orangtuanya pasti akan mengetahui juga.
>
>
> "Apa benar, kamu sudah berbuat seperti yang diceritakan tante Herti?" tanya
> mamanya.
>
>
> "Cerita…, cerita apa, Ma?" tanya Raisha hati-hati. Lebih tepatnya, gugup.
>
>
> Pikirannya berkecamuk mencari kata-kata yang tepat untuk memberikan
> penjelasan kepada orangtuanya.
>
>
> "Katanya…, katanya kamu…!" tangis yang tadi ditahan mamanya pecah. Dadanya
> berguncang menahan beban hati yang berat atas apa yang dilakukan anak
> perempuannya.
>
>
> "Dasar anak durhaka! Dasar anak tak tau diuntung!" papanya yang tadi
> seperti orang linglung tiba-tiba meledak.
>
>
> Raisha kaget. Ayahnya melempar Raisha dengan bantal dengan penuh amarah.
> Raisha tertunduk dengan refleks.Tak ada gunanya ia mengelak, ataupun membela
> diri sekarang. Tak yang pasti ia seakan melihat pribadi yang berbeda ketika
> melihat ayahnya.
>
>
> "Jawab! Apa benar kamu sudah menelepon Rudy, ha…? Jawab!" bentak papanya.
>
>
> Suara Raisha tercekat di tenggorokanya. Ia tidak tahu harus menjawab apa
> meskipun sebenarnya ia mau menjawab untuk memberikan penjelasan. Tapi
> melihat reaksi papanya, jantungnya menjadi menciut tak berdaya.
>
>
> "Jawab…, setan….!!!" Papanya makin keras membentak.
>
>
> Jantung Raisha yang sudah menciut menjadi semakin menciut.
>
>
> "I..iya!" jawab Raisha terbata-bata.
>
>
> "Astaga…! Berani kamu…!" ucap papanya tak berlanjut. Ayahnya sama sekali
> tak pernah mengira dengan keberanian yang dimiliki anak gadisnya.
>
>
> "Beraninya kau ini, ya…? Dasar anjing…!" rutuk papanya emosi.
>
>
> Jantung Raisha seperti disiram air es kutub. Darahnya serasa membeku
> sekan-akan ia berada di ruang yang diselimuti es. Ia mengalami *de javu*hebat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar yang keluar dari
> mulut papanya. Apakah ia tidak salah dengar? Benarkah yang baru saja saja
> berbicara adalah papanya? Ia bertanya pada dirinya sendiri. Badannya
> menggigil. Kata-kata papanya begitu tajam. Tajam dan menghujam tepat ke
> jantungnya seakan-akan ditusuk oleh ribuan jarum tajam yang tak kasat mata.
>
>
> "Ini balasan yang kau berikan pada kami, ha? Ini yang kami dapatkan dari
> anak seperti kamu, setan…? Dasar durhaka! Kau coreng muka kami dengan arang!
> Kau lemparkan tahi ke kening kami! Kau buat kami malu dengan kelakuanmu!
> Dasar kamu anjing! Babi, monyet…!"
>
>
> Dadanya tiba-tiba jadi sangat sesak. Seluruh oksigen di dalam ruangan ini
> seakan-akan habis ditelan oleh makian papanya. Tak pernah sekalipun ia
> bermimpi mendengar makian yang begitu kasarnya dari siapapun selama ini.
> Tidak pernah. Tapi sekarang ia mendengar langsung dari bibir orang yang
> selama ini dikaguminya, dikagumi adik-adiknya sebagai seorang ayah yang
> baik, bahkan sangat baik, meski juga kadang-kadang sebagai seorang ayah yang
> kurang bijaksana.
>
>
> Papanya tiba-tiba menjadi orang yang asing, orang yang sangat menakutkan.
> Dan orang yang sama sekali tidak dikenalnya sama sekali. Papanya menjadi
> orang yang datang entah dari mana yang menebarkan ketakutan pada dirinya.
> Ketakutan yang yang ia rasakan melebihi ketakutannya terhadap gemuruh dan
> helilintar yang menggelegar di angkasa.
>
>
> Lidahnya kelu, tidak bisa berucap membantah papanya walau satu katapun. Ia
> terpaksa hanya bisa diam saja. Ia tidak bisa menjawab apapun juga karena apa
> yang ia lakukan memang pasti sangat salah di mata orang tuanya. Mungkin juga
> bagi orangtua lainnya.
>
>
> Mama menangis tergolek di sandaran kursi. Lemas. Airmata mamanya mengalir
> deras seperti hujan deras yang berasal dari kumpulan awan hitam yang
> menutupi angkasa.
>
>
> "Teganya kau, Nak…! Tega kau lakukan ini pada kami!" ratap mamanya.
>
>
> "Ya Allah….! Berikan kekuatan padaku…! Teganya…anakku berbuat ini pada
> kami…, kami orang tuanya yang sudah membesarnya…, menyekolahkannya…Tapi ia
> mempermalukan kami…menyakiti kami dengan cara seperti ini!" mamanya
> meraung-raung seakan bicara pada dirinya sendiri.
>
>
> "Kau permalukan kami di depan tante Herti. Kenapa…kenapa kau melakukan
> itu…? Apa salah kami nak,…apa dosa kami…?" ratap mamanya yang membuat
> jantung Raisha sangat miris mendengarnya.
>
> *
> *
>
> *Ya tuhan, apakah aku telah berdosa pada orang tuaku karena menolak
> perjodohan ini? Apakah hamba jadi anak durhaka? Hamba mohon ampuni hamba Ya
> tuhan…*
>
>
> "Katakan, kenapa kau melakukannya, setan…???!" tanya papanya dengan memberi
> penekanan pada kata yang terakhir. Jantung Raisha makin menciut
> mendengarnya.
>
>
> "Pa, Ma, maafkan Raisha…!" katanya terbata.
>
>
> "Jawab!Jawab, setan… Tak perlu minta-minta maaf!" potong papanya marah.
>
>
> "Pa, Ma, Aisha sudah bilang, Raisha…belum mau menikah…!" jawabnya
> hati-hati.
>
>
> "Apa?" serobot papanya.
>
>
> "Belum mau menikah…?" tanya papanya dengan nada menghina.
>
>
> "Hei…hei…! Lihatlah dirimu di cermin, anak durhaka! Sudah berapa umurmu
> ha…?" jari telunjuk papanya sambil mengangkat dagunya dengan kasar.
>
>
> "Dia sudah membuat runtuh harga diri anak orang, Pa…! Dia berani bertanya
> pada Rudy apakah dia sudah pacar…!" cerita mamanya dengan sesak, terisak.
>
>
> "Tentu saja dijawab punya, Pa! *Anak kita anak hebat* Pa, dia malah
> menasehati Rudy untuk mempertahankan pacarnya. Apa *ndak* dipikirkannya
> perasaan anak orang, Pa? Perasaan kita juga, apa tidak dipikirkannya?"
> sambung mamanya sambil mengusap air mata yang meleleh di pipinya.
>
>
> Amarah papanya makin menggelegak. Dengan kasar, jari telunjuk papanya
> mendorong kepalanya ke belakang. Lagi-lagi Raisha hanya diam saja. Tapi
> badannya terasa makin menggigil. Bibirnya bergetar hebat yang gigi atas dan
> gigi bawahnya bergemeratuk keras. Seluruh persendiannya terasa ngilu. Dan
> gemuruh semakin bersahut-sahutan di luar sana yang berpacu dengan gemuruh
> yang dahsyat di dadanya.
>
>
> "Lihat! Kamu kira kamu masih gadis remaja ha…! Kamu kira kamu masih berumur
> dua puluh satu…? Atau dua puluh dua….?"
>
>
> "Apa kamu tidak sadar kamu sudah gadis tua, ha? Umur kamu sudah dua puluh
> enam tahun! Kamu sudah perawan tua…! Teman-teman kamu sudah banyak yang
> menikah! Dan kamu bilang masih belum mau menikah…? Apa otakmu nggak ada, ha?
> Dasar anak tak berguna! Anak durhaka, terkutuk!" emosi papanya benar-benar
> meluap tak terkendali lagi.
>
>
> Gadis tua! Perawan tua! Raisha seperti berada di negeri antah barantah
> mendengarnya. Apapunlah sebutannya, tapi yang jelas, kata-kata gadis tua
> atau perawan tua yang dilontarkan papa Raisha membuat hati dan jantungnya
> semakin berdarah. Tak masalah baginya jika semua orang di muka bumi ini akan
> menganggapnya perawan tua hanya karena belum menikah di usianya sekarang.
> Takkan pernah ia pedulikan omongan seperti itu dari siapapun juga. Itu
> hanyalah angin lalu saja baginya.
>
>
> Tapi kalau kata-kata itu keluar dari mulut orangtuanya? Tak ada kepedihan
> yang lebih menyakitkan daripada apa yang diukir papanya. Tidak ada luka yang
> lebih menyayat hatinya melebihi luka yang disebabkan ucapan papanya. Dan tak
> ada kesedihan yang lebih dalam yang mampu ia lukiskan akibat kata-kata
> yang dilontarkan papanya.
>
>
> Kepalanya sangat pusing. Ia harap ia bisa menangis saat ini, tapi tidak
> bisa. Selalu begitu! Kalau orang lain akan menangis setiap kali mengalami
> hal yang menyakitkan atau menyedihkan, maka hal itu tidak berlaku bagi
> Raisha. Ia 'hanya' akan diserang oleh rasa pusing yang sangat hebat. Pusing
> yang sangat luar biasa. Apa yang ada di sekitarnya terasa bergoyang seperti
> sisa goyangan setelah terjadi gempa bumi. Hanya itu dan selalu saja begitu.
>
>
> Ia hampir tidak pernah menangis setiap kali mengalami hal yang sesungguhnya
> sangat menyedihkan dan menyakitkan. Ingin pula ia merasakan bagaimana
> rasanya menangis disaat seperti ini. Ia pun bertanya-tanya pada dirinya,
> kemanakah airmatanya? Ia tidak pernah tahu jawabannya. Dan ia juga tidak
> pernah mengerti mengapa air matanya selalu mengendap di dasar pelupuk
> matanya tanpa mau mengalir keluar. Apakah hatinya sudah mati, sehingga ia
> tidak bisa mengalirkan air matanya walaupun darah di dadanya sudah mengalir
> dengan derasnya? Ia tidak mengerti.
>
>
> "Lihat dirimu! Kamu kira kamu cantik, ha? Tidak! Kamu tidak cantik tapi
> bisa-bisanya kamu menolak laki-laki dengan wajah yang seperti. Kalau kamu
> cantik seperti teman-temanmu si Cindy tidak apa-apa! Siapapun akan mau sama
> mereka karena mereka cantik! Tapi kamu?" sambung papanya semakin
> menyayat-nyayat hati hati Raisha.
>
>
> "Tapi kamu…sudahlah tampang kamu begini, berani pula menolak laki-laki!
> Seharusnya kamu bersyukur sudah ada yang mau sama kamu, bukan malah
> menolaknya! Benar-benar tidak tau diuntung…!"
>
>
> Tak terkira rasanya perihnya hati Raisha. Sungguh, perih yang tak terkira.
> Bertubi-tubi kata-kata dan makian pahit yang dilontarkan papanya. Semuanya
> itu terpaksa ia telan saja bulat-bulat memenuhi otak dan seluruh rongga
> darahnya tanpa sedikitpun ia bisa membantahnya sama sekali. Dan rasa pusing
> yang menyerangnya semakin menjadi-jadi sekarang.
>
>
> Raisha tahu dan sangat menyadari siapa dan bagaimana dirinya. Dia tahu
> bahwa ia tidak cantik, kulitnya hitam, raut mukanya yang persegi membuat
> wajahnya tampak kasar. Selain itu ia tidak pula bisa bergaya! Pakaiannya pun
> tidaklah seperti teman-temannya yang selalu fashionable. Ia lebih senang
> dengan pakaian casual yang baginya itu mencerminkan apa adanya dirinya.
> Belum lagi bentuk deretan giginya yang agak 'mancung' yang menambah nilai
> minus dirinya. Tidak satupun dari dirinya yang akan membuat laki-laki
> tertarik, yang kemudian menyatakan suka padanya dan akhirinya bilang cinta.
> Tidak, tidak ada alasan bagi laki-laki manapun yang membuat mereka jatuh
> cinta padanya. Dan pula tidak ada seorang pun pria yang pernah menjadi
> kekasihnya.
>
>
> Dia sangat menyadari kekurangan dirinya secara fisik! Tidak perlu
> diingatkan, apalagi dengan ucapan yang sangat gamblang seperti itu. Ia
> mengerti siapa dan bagaimana dirinya. Dan ia~sekali lagi~takkan pernah
> peduli dengan apa pendapat orang lain. Tapi kalau orantuanya sendiri yang
> menghina dirinya sedekemikian rupa seperti saat ini? Dia tidak bisa lagi
> menjabarkan bagaimana sakitnya perasaannya. Pun tidak bisa menggambarkan
> luka yang terpahat di dadanya, akibat kata-kata orangtuanya sendiri.
>
>
> "Kami bukan asal menerima saja laki-laki yang akan mau jadi suami kamu!
> Kami lihat keluarganya, keluarga mereka adalah keluarga yang shaleh! Kami
> lihat juga pendidikannya, dia juga sarjana, sama seperti kamu! Apalagi
> ha? Apalagi, setan?!"
>
>
> Mulut Raisha benar-benar terkunci, tidak bisa menjawab apapun juga.
> Kepalanya pusing luar biasa. Ia berharap, tiba-tiba saja ia pingsan seketika
> di hadapan orangtuanya, supaya ia tidak lagi mendengarkan makian-makian
> papanya yang semakin tidak terkonrol. Tapi sepertinya harapannya tidak akan
> terkabul, semuanya belum akan berakhir seperti hujan yang akan masih
> tercurah deras dari langit.
>
>
> Papanya masih memuntahkan murkanya.
>
>
> "Walaupun dia sekarang belum bekerja, toh saat ini dia sedang mencari
> pekerjaan!" sambung papanya.
>
>
> "Tidak sadarkah dia, Pa, kalau adik-adiknya sudah dewasa pula. Apa dia mau
> adik-adiknya tidak bisa menikah juga gara-gara dirinya yang belum mau
> menikah…?" sambung mamanya dengan suara tertahan karena menangis.
>
>
> "Pa, Ma…, kalau Afin memang sudah ingin menikah, nggak apa-apa kalau dia
> menikah duluan!" kata Raisha berusaha menjelasan dengan tenang.
>
>
> "Apa?" tanya papanya sinis.
>
>
> "Dan kami membiarkan kau dilangkahi adikmu…? Adik laki-lakimu lagi! Kalau
> bicara jangan asal bicara saja, dasar setan!"
>
>
> " Pintarnya dia menjawab…!" sahut mamanya lemah dalam isak tangisnya.
>
>
> "Mau diletakkan dimana muka kami ha? Apa kamu tidak memikirkan malu yang
> kami tanggung karena membiarkan kamu dilangkahi adik laki-lakimu, ha?! Apa
> kata orang nantinya, setan!"
>
>
> Amarah papanya yang membara berlomba-lomba dengan petir dan kilat di luar
> sana. Hujan yang belum reda, dan bunga-bunga listrik yang masih menari-nari
> dengan indahnya membuat jantung Raisha makin kecut mendengarnya. Dirinya
> semakin terbenam dalam lumpur yang pekat.
>
>
> Apakah hujan dan petir yang menggila itu pertanda alam berduka untuk
> orangtua yang sudah disakiti anaknya? Raisha bertanya. Tidak! Batinnya
> langsung membantah. Hujan dan petir sudah menyiram bumi sejak dua jam yang
> lalu. Jadi tidak ada hubungannya. Apa aku anak yang luar biasa durhaka dan
> berdosa karena telah menolak pernikahan yang disodorkan orangtuanya tanpa
> persetujuan darinya? Entahlah, Raisha tidak tahu jawabannya. Ia juga tidak
> bisa menjawabnya
>
>
> "Ya Allah…! Astaghfirullahal azhim…Asataghfirullahal azhim…!" papa Raisha
> tiba-tiba saja beristighfar sambil mengurut dadanya.
>
>
> Lelaki setengah baya itu menyandar lemas di sandaran sofa. Dadanya
> turun-naik mengikuti napasnya yang tersengal-sengal.
>
>
> "Anakku…anakku…! Rupanya ini gunanya ia kusekolahkan tinggi-tinggi!"
> sindirnya seakan pada dirinya sendiri.
>
>
> "Dia tanya apakah si Rudy punya pacar, Pa. Tentunya dijawab bahwa ia punya
> pacar, tapi itu hanya karena harga dirinya sudah diinjak-injak oleh *anak
> tersayang kita*!" kata mamanya mengulang lagi apa yang sudah
> disampaikannya tadi dengan suara tercekat. Kering dan serak.
>
>
> "Bisa-bisaya dia menasehati anak orang! Hebatnya dia, Pa memikirkan nasib
> orang lain, tapi melukai hati orangtuanya sendiri!"
>
>
> "Apa kata orang nantinya kalau orang tahu kamu menolak anak laki-laki
> orang? Apa kamu tidak pikirkan itu,? *Dasar setan*, hanya memikirkan diri
> sendiri saja! Tidak memikirkan orangtua dan keluargamu!" rutuk papanya tak
> henti-hentinya.
>
>
> Mereka sama-sama meratapi diri mereka yang *malang* mempunyai anak seperti
> Raisha. Mereka meluapkan kekesalannya dengan cara yang sama. Sama-sama
> berbicara pada diri mereka sendiri. Sama-sama tidak menjawab satu sama lain.
> Tidak ada yang satu menjawab yang lainnya. Keduanya sama-sama meratap
> sendiri. Berkeluh-kesah sendiri. Suara mereka tumpang tindih dan ucapan
> mereka kadang-kadang berulang-ulang. Padangan papanya nanar menatap
> langit-langit rumah.
>
>
> "Kusekolahkan dia supaya pintar, tapi malah pintar melawanku, menusuk dan
> menikamku dari belakang!"
>
> "Ya Allah, ya tuhan…, malangnya diriku punya anak!" kata Papanya.
>
> "Sudahlah Pa, mau diapain lagi…! Malang betul kita punya anak... "
>
> "…apa kamu kira kamu cantik cantik, ha…?"
>
> "…racun yang diberikannya pada kita, Pa…!"
>
>
> "…orang yang cantik saja tidak berani berbuat begitu. Tapi dia, sudah
> jelek, berani menolak laki-laki! Harusnya dia bersyukur sudah ada yang mau
> menikahinya…!"
>
>
> "Aku membesarkan anak harimau…!"
>
> "…berani-beraniya menelepon anak anak bujang orang di Jakarta. Entah
> bagaimana dia bisa mendapatkan nomor anak itu…! Pintarnya dia…!"
>
>
> "Dasar anak setan…!"
>
> "…di sekolahkan dia tinggi biar pintar seperti anak orang lain, tapi
> malah pintar melawan orang tuanya…!"
>
> "...anak orang lain tidak ada yang melawan orang tuanya seperti ini, Pa.
> tapi anak kita, luar biasa…, Pa…luar biasa…!"
>
> "Dasar *anak harimau*…! Air susu dibalas air tuba…!"
>
>
> Suara air hujan yang menyiram bumi meningkahi ratapan-ratapan orang tua
> Raisha, menambah pilu hati gadis yang sudah berdarah tersebut.
>
>
> Hati Raisha pedih melihat luka yang dirasakan orangtuanya. Luka akibat
> perbuatan dirinya sendiri. Dan kepedihan itu makin menjadi-jadi mendengar
> kata-kata orangtuanya. Ia berharap semuanya ini hanyalah mimpi belaka. Ingin
> rasanya ia menangis melihat luka yang ia torehkan pada orangtuanya. Tapi
> kemana airmatanya? Kenapa airmata selalu mengering yang membuat dia selalu
> sulit menangis. Kenapa ia tidak bisa seperti orang lain yang bisa menangis
> di saat-saat sulitnya? Raisha kembali mempertanyakan ketidakmampuannya
> mengalirkan air mataya. Bibirnya terkunci rapat dan sedikitpun tak mampu ia
> membukanya. Pandangannya nanar ke karpet merah yang terbentang di bawah sofa
> ruang keluarganya.
>
>
> Hatinya pedih melihat luka orangtuanya. Dan kepedihan itu makin
> menjadi-jadi mendengar ucapan-ucapan rintihan orangtuanya. Ia berharap ini
> hanyalah mimpi.
>
>
> "Setan…! Mati sajalah kau…! Lebih baik kau mati dari pada mempermalukan
> kami seperti ini, anjing…!" tiba-tiba papa Raisha mendadak emosi lagi.
>
>
> Satu bantal yang tersisa yang berada di dekatnya melayang ke kepala Raisha.
>
>
> "Mati sajalah kau…! Mati disambar petir sajalah…!" papa Raisha mengutuk dan
> menyumpahi dirinya.
>
>
> Tubuh Raisha serasa melayang mendengar kutukan-kutukan papanya.
>
>
> "Ya tuhan…biarlah ia mati disambar petir daripada ia mempermalukan aku
> seperti ini…! Terkutuklah ia jadi buaya buaya ataupun jadi ular ia di
> kuburannya! Malah senang hatiku…, anak durhaka…!"
>
>
> Entah setan apa yang merasuk ke dalam hati papanya sampai ia bersumpah
> seperti itu. Apakah ada orangtua yang menyumpahi anaknya supaya mati
> disambar petir dan kemudian berubah wujud jadi ular atau buaya di
> kuburannya?
>
>
> Raisha hanya mampu beristighfar di dalam hatinya, mendengar semua kutukan
> dan caci maki orantuanya. Ia lagi-lagi berharap ini hanya mimpi buruk dalam
> tidurnya yang tidak lelapnya. Berharap ada seseorang yang akan
> membangunkannya saat ini, dan mimpi buruk itu akan berakhir dengan
> sendirinya. Refleks ia mencubit keras punggung telapak tanganya. Mencubitnya
> berkali-kali untuk menyakinkan dirinya bahwa semua itu hanyalah mimpi belaka
> saja.
>
>
> Sakit! Ia tidak bermimpi. Ini nyata. Semuanya nyata. Kepalanya makin
> bertambah pusing, apalagi sumpah serapah papanya tidak berhenti sampai di
> situ saja. Papanya seperti orang yang sudah kehilanga akal sehatnya.
>
>
> Dongeng-dongeng atau juga legenda yang ia dengar selama ini benar adanya.
> Rupanya memang ada orangtua yang tega mengutuk dan menyumpah anaknya
> sendiri. Dan ia pula yang mengalaminya.
>
>
> "Dasar Malin Kundang! Jadi binatang sajalah kau! Jadi kera atau buaya tak
> apa, aku antarkan kau dengan senang hati ke kebun binatang Bukittinggi! Biar
> semua orang tahu kau itu anak durhaka, dan akan menjadi pelajaran buat oran
> lainnya supaya tidak berani lagi menyakiti orang tuanya!"
>
>
> Sebuah petir besar menggelegar membelah angkasa membuat jantung Raisha
> seakan berhenti berdetak. Tak ayal lagi, badannya menggigil.
>
>
> Kilat yang menyambar-nyambar, gumuruh yang menggelegar berlomba-lomba
> dengan hinaan, cacian, kutukan dan sumpah serapah papaya. Tak ketinggalan
> ratapan dan isak tangis mamanya. Semuanya berhamburan kehadapannya.
>
>
> Dunia Raisha oleng. Dunia Raisha terasa runtuh. Tak ada tempat berpijak.
> Tak ada tempat untuk berpegang. *Dejavu* hebat kembali melanda dirinya.
> Kepalanya pening luar biasa.
>
>
> Mungkin, kalau ia bisa menangis beban yang berat di hatinya akan terasa
> berkurang. Tapi tak setetes pun air matanya keluar dari pelupuk matanya.
>
>
>
> Merapi View, Mei 2009
>
>
>
>

--
"Open up your mind and fly!"

Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
www.facebook.com/nursalam.ar
Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Auto Enthusiast Zone

Discover auto groups

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

1 komentar:

Unknown mengatakan...

q5l07z3j77 g4l30s8l94 z3h63a6z04 w6g23z4y99 q6c21a4y05 b1g81z7b57