Selasa, 24 November 2009

[daarut-tauhiid] Sedikit Waktu Yang Bikin Bahagia (Seri Kelembutan Hati)

 

SEDIKIT  WAKTU  YANG  BIKIN 
BAHAGIA
 
 
Jakarta, 24 Nopember 2009
 
        Senja itu saya baru saja selesai
menunaikan Magrib di Musholla kantor Istri saya. Langit sudah semakin gelap dan
angin terasa kencang serta dingin mengenai badan sepertinya akan turun hujan.
Saya pun bergegas bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah dan
sambil menunggu Istri turun ke basement parkir dari ruang kerjanya - satu demi
satu perlengkapan berkendara roda dua saya kenakan. Saya mulai memakai sepatu
boot, jaket hingga earphone untuk mendengarkan radio dari ponsel saya - ada
suatu acara bagus dari salah satu stasiun radio Islami yang mereka udarakan
selepas adzan Magrib, sementara helm dan masker saya tinggal di motor. Saya pun
beranjak ke tempat parkir dimana kendaraan roda dua yang saya gunakan diparkir.

 
        Dari kejauhan dapat saya lihat
seseorang sedang duduk diatas sadel/jok kendaraan roda dua yang saya gunakan
itu, semakin dekat semakin jelas buat saya melihat orang tersebut. Lelaki muda
sekitar usia 25 - 27 thn sedang asik duduk sambil tangan kanannya memegang
(sepertinya) handphone yang terhubung sebuah kabel menuju telinganya sementara
tangan kirinya memegang setang motor. Sesekali orang itu bergerak dan
mengangguk-anggukkan kepalanya mungkin sedang mendengarkan musik dari ponselnya
tersebut. Melihat kondisi itu - entah mengapa saya tidak langsung menuju
kendaraan roda dua yang saya gunakan tersebut. Rasanya saya tidak ingin
mengganggu kesenangan lelaki itu yang kadang sesekali merapihkan rambutnya
dengan melihat kaca spion atau sekedar bergaya seakan sedang mengendarainya,
disamping itu saya masih punya waktu cukup sampai Istri saya tiba sehingga saya
putuskan utk tidak langsung menuju motor.
 
        Saya justru membelokkan kaki saya
menjauhi motor yang saya gunakan tersebut, menjauhnya dari tempat parkir dan
berakting seakan saya sedang menunggu seseorang di luar tempat parkir dengan
maksud agar lelaki itu tidak mengira kalau motor yang didudukinya adalah
kendaraan yang saya gunakan. Dari tempat itu saya masih dapat perhatikan orang
yang duduk pada motor tersebut. Terlihat sedang gembira karena sesekali dia
menyanyikan sebuah lirik lagu meski tidak jelas terdengar oleh saya, menggerakan
atau menghentakkan perlahan kakinya pada pijakan kaki (footstep) seperti yang
sedang mengikuti irama suatu lagu. Apalagi saat itu adalah waktunya pulang kerja
setelah seharian berletih-letih ria, jadi mungkin dia sedang menikmati waktu
untuknya sendiri.
 
        Tidak lama berselang seseorang
laki-laki seumuran berjalan mengarah ke lelaki itu dan menghampiri motor yang
tidak jauh diparkir dari motor yang saya gunakan itu dan keduannya pun terjadi
percakapan yang saya tidak jelas mendengarnya - karena memang aga jauh jaraknya.
Setelah itu lelaki yang duduk di atas motor yang saya gunakan tersebut turun dan
berjalan menghampiri lelaki yang satunya lagi setelah kendaraan roda duanya
dihidupkan. . Saya pun berjalan memutar mendekati Musholla lagi dengan maksud
membuat kesan bahwa saya baru datang ke tempat parkir tersebut dan langsung
menghampiri motor yang saya gunakan. Segera saya buka kunci jok untuk mengambil
helm serta mengambil kunci pengaman tambahan pada roda depan motor. Tak lama
kemudian merekapun pergi meninggalkan tempat parkir sambil
berboncengan.
 
        Ada perasaan senang atau
bahagia merasuki hati ini karena apa yang baru saja saya lakukan dengan
membiarkan seseorang ikut beristirahat duduk-duduk di atas kendaraan roda dua
yang saya gunakan - dimana hampir sebagian besar dari kita (bahkan saya juga
pernah seperti itu) akan langsung meminta orang yang sedang duduk diatas motor
kita untuk meninggalkan kendaraan kita dengan cara yang paling sopan atau bahkan
dengan cara yang kasar. Mungkin jika saya melakukannya lagi (meminta lelaki yang
duduk itu untuk pergi - meski dengan cara yang paling sopan sekalipun) saya
pasti akan kehilangan untuk beramal dan mengusik kebahagiannya.
 
        Saya jadi teringat saat
masih dengan teman-teman sewaktu SMA dahulu. Kita sering sekali berkelakar di
tempat parkiran kendaraan berpura-pura seakan kita adalah pemilik kendaraan yang
kita tunjuk atau kita hampiri di tempat parkir tersebut. Pernah suatu ketika ada
peristiwa lucu sekaligus membuat saya dan teman-teman kesal terjadi. Saat itu
kami sedang melihat acara pameran komputer di daerah Senayan. Saat pulang kita
melewati parkiran kendaraan roda empat, tiba-tiba teman saya mengeluarkan kunci
dari sakunya dan langsung hendak (berpura-pura) dimasukan pada salah satu lubang
kunci mobil M**cy merah dua pintu yang sedang diparkir sambil berkata,"yok kita
pulang bokap gue cuma kasih pinjem mobil ini sebentar doang nih...". Dan teman
saya yang lainnya bergegas kesisi sebelahnya lagi (berpura-pura) seperti hendak
memasuki mobil sambil berkata, "lu pada naik umum aja ya soalnya ga muat nih".

 
        Tiba-tiba..."Hei...ngapain
kalian", kata seseorang laki-laki sambil mempercepat langkahnya menuju kami.
Rupanya pemilik kendaraan tersebut datang. "Maaf om...kita cuma becanda," kata
teman saya sambil menjauh dari mobil itu. "Kalian tau ga kalo lecet mobil ini
orang tua kalian juga ga akan bisa ngeganti tau...dah sana pada pergi" (kurang
lebih begitulah kalimatnya), kata lelaki itu sambil membentak kami. Kamipun
pergi sambil kesal sekaligus ketawa geli melihat wajah pucat salah satu teman
saya yang tadi berniat (pura-pura) memasukan kuncinya.
Bukan cuma itu yang saya rasakan saat itu
tapi ada satu perasaan direndahkan saat itu - yang sekarang saya pahami sebagai
rasa kebanggan atas diri sendiri sabagai salah satu perasaan dari manusia yang
siapapun tidak punya hak untuk merendahkannya.
 
        Atas dasar itu (mungkin) saya
tidak mau mengusik lelaki yang sedang duduk-duduk di motor seperti kisah
sebelumnya di atas dan saya malah bersyukur karena dari sekian banyak motor yang
diparkir saat itu, Alloh SWT pilihkan motor saya sebagai ladang amal saya saat
itu. Ada satu hal yang saya dapatkan
dari peristiwa itu bahwa "Salah satu cara mendapatkan kebahagian yaitu
dengan cara membahagiakan orang lain".
 
"sabda Rasululloh SAW, beramallah
kamu sekalian, karena beramal akan merubah sesuatu yang buruk yang telah
ditentukanNYA padamu" ( HR. Bukhori - Muslim)
 
 
 

-----------------------------------
Kampanye mengembalikan Kelembutan Hati atas
sesama kita

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: