Selasa, 24 November 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2892

Messages In This Digest (9 Messages)

Messages

1.

(cerpen) :  Wanita Kedua

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Mon Nov 23, 2009 4:18 pm (PST)



kangen bikin cerpen, jadilah cerita ini. Dan di share deh.
***

Wanita Kedua

Resah itu melanglang buana di batinnya. Muka bentuk hatinya-khas gadis-gadis Tionghoa serta pipi ranum apelnya tak lagi menunjukkan merah dadu yang selalu menjadi sumber cemburu para gadis tak lagi ia hiraukan.
Rum mengeluarkan desah.

"Gimana Dik, kamu bersedia jadi ibu dari anak-anak Mas Ganang ?"
Hati Rum berbunga, bunganya mekar seperti melati. Rum tak memilih mawar apalagi yang berwarna merah. Meski mawar merah lebih cantik dan menggairahkan warnanya, ia lebih suka melati. Melati lebih wangi dan aromanya lebih semerbak. Lebih putih, suci. kudus dan bening hingga ia tahan berlama-lama di dekat pokok melati samping kontrakannya untuk menghidu aromanya.

Rum ingin teriak mendengar permintaan itu. Diucapkan dengan sorot mata kasih yang dalam, dengan tumpukan danau pengharapan di mata Ganang. Ia ingin teriak senang. Tapi sebagai wanita ia mencoba bersikap tenang. Jaim sedikitlah..begitu kata anak muda masa kini
"Hmmm, saya pikirkan dulu mas", jawabnya sedikit acuh. Ganang gemas melihat sikap Rum, jinak-jinak merpati. Ia sepertinya tak sadar dengan wajahnya yang menjadi incaran para pria, bahkan banyak mematahkan hati lelaki karena sikapnya yang sangat biasa pada setiap lelaki.

Rum layak diperjuangkan, begitu tekad Ganang saat pertama kali bersua dengan perempuan itu. Dan Ganang, lelaki pertama yang berhasil menemukan kunci pembuka hati Rum. Ia menawan Rum dengan sikap dan kesopanannya.
Rum tak begitu peduli dengan tampang Ganang secara fisik, begitu juga dengan kekayaannya. Pikir Rum, buat apa tampang bagus kalau hati tidak. Untuk apa kaya kalau kekayaan tersebut tidak sepadan dengan kualitas perilaku orangnya.

Ganang datang dengan kekompletannya. Ya wajah yang mendukung, mapan secara keuangan, memiliki sikap gallan dengan segudang perhatian penuh pada pasangan. Rum tak bisa menampik. Pesona itu terlalu lekat hadir menarik dirinya. Seperti lem. Bukan...bukan lem kertas. Ganang ibarat lem besi. Lebih kuat, kokoh dan susah untuk melepasnya. Ganang sempurna...terlalu sempurna malah bagi Rum rasanya. Hingga tak ada alasan untuk menampik dan menolaknya. Di belakang Rum, banyak wanita yang dengan sukarela akan menggandengnya jika Rum menolak. Tentu dengan sedikit ejekan dan gelengan kepala "pasti ada yang salah dengan kepala wanita bernama Rum jika sampai menolak Ganang".
Rum bulatkan tekad. Ia minta waktu dua hari untuk berpikir. Bahagia membungkus tubuhnya sepanjang perjalanan pulang. Ada juga rasa sedikit resah dan geletar gelisah. Bingung, yaaa...bingung hendak menjawab apa.

Ia berjalan pulang menyusuri jalan setapak menuju kontrakannya.
"Ada tamu", bisik Niar menghadangnya di depan pintu. Ia gamit lengan Rum ke samping Rumah. "Udah satu jam nungguin kamu", lanjut Niar. Rum merasa jantungnya berdebur aneh. Rasa was-was menyelinap. Tapi tamu tetaplah tamu, yang mesti disambut dengan baik, meski kita tidak mengenalnya, begitu dulu ibu pernah menasehati Rum.

Rum langkahkan kaki ke beranda. Tatapnya jatuh pada sosok wanita di hadapannya. Keduanya bersitatap sejenak
"Ira", tangan itu menjulur ke arahnya.
Ayu, memikat, batin Rum mendesah. Rum terpana dengan keayuan Ira.

"Rum. Ada keperluan apa cari saya Mba ?", Rum bertanya tanpa basa-basi. Ganang, firasat itu berkelebat.
Cantik, tenang, bersahaja, Ira menilai gadis dihadapannya. Tapi belum tentu gadis baik. Wanita baik-baik tak akan menggang..., Ira menyetop pikiran buruk dalam hatinya tentang Rum.

"Saya istrinya Ganang dan ini foto pernikahan kami", tanpa basa-basi, pelan kata itu keluar dari mulut Ira dengan sehelai foto sepasang pengantin berbahagia yang terjulur di hadapan Rum. Ganang tersenyum lebar di foto itu. Efeknya seperti gempa pada Rum. Kakinya gemetar. Geletar bahagia menuju perjalanan pulang yang merenjana hatinya tadi lenyap sudah.

"Saya tahu ia ingin memperistri kamu. Ia sudah menyampaikan maksud tersebut terang-terangan dan ...dan saya pikir saya tidak akan bisa membalik keadaan. "Saya....sayaaa", wanita itu tercekat. Ucapannya terhenti sejenak. Ia mencoba tegar di hadapan Rum. Tak ada air mata yang menitik.
Rum limbung, ia segera menggapai kursi dan memindahkan beratnya tubuhnya pada kursi tersebut.

"Saya perempuan baik-baik", getir Rum pahit. Selama hidupnya, tak ingin ia menjadi mengganggu rumah tangga orang lain.
"Saya tak pernah tahu kalau Mas Ganang sudah berkeluarga. Pulanglah Mbak. Mbak tidak usah menjelaskan apa-apa lagi pada saya. Saya tidak bisa janji akan mengembalikan Mas Ganang pada Mba. Saya hanya bisa berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan dia. Mbak bisa pegang janji saya", ujar Rum pasti. Wanita itu menatap Rum lama, seakan menegaskan ucapan Rum dan setelah itu ia berkata, "Makasih atas pengertiannya". Ira pun berlalu dari Rum.

Rum terhenyak. Ia sudah tahu jawaban pertanyaan Ganang
Aku tak akan menjadi wanita kedua, tak sekarang, ataupun sampai nanti, isaknya lirih. Benaknya membayang hari-hari lalu, sesaat setelah ayahnya menikah untuk kedua dan ketiga kalinya. Dan perih itu masih terasa menusuk hati Rum hingga sekarang.

Lembang, nyubuh eeii.

2a.

Memperingati hari guru

Posted by: "rahma" rachma_dewod1981@yahoo.com   rachma_dewod1981

Mon Nov 23, 2009 8:20 pm (PST)



Guru ku Pelita ku..

Kamu membuat ku..
Dari tak tau menjadi tau
Dari hitam menjadi putih
Dari keruh menjadi jernih
Dari tak bisa menjadi biasa
Dari gelap menjadi terang
Dari kurang menjadi lebih
Dari kosong menjadi isi..
Dari bodoh menjadi pintar..

Guru ku..akan ku balas apa semua jasamu
Sekarung berlian kah?
Segunung emas kah?
Atau dengan semua mutiara di seluruh samudra..
Tidak guru ku..tak kan mampu ku bayar jasa mu..
Hanya doa ku agar tuhan menepatkan mu
Di surga yang tak berbatas waktu..

2b.

Bls: [sekolah-kehidupan] Memperingati hari guru

Posted by: "Sri Asih" asih_cp09@yahoo.co.id   asih_cp09

Mon Nov 23, 2009 9:51 pm (PST)



terimakasih mbak rahma puisinya, bagi kami para guru, asal generasi muda mampu menjadi pembelajar yang baik tidak menuruti emosi berantem dan bertengkar antar siswa bahkan antar mahasiswa dan antar masyarakat sudah sangat bersyukur. Mudah-mudahan Indonesia semakin maju dan masyarakatnya menjadi cerdas dan makmur

--- Pada Sel, 24/11/09, rahma <rachma_dewod1981@yahoo.com> menulis:

Dari: rahma <rachma_dewod1981@yahoo.com>
Judul: [sekolah-kehidupan] Memperingati hari guru
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 24 November, 2009, 2:00 AM

 

Guru ku Pelita ku..

Kamu membuat ku..

Dari tak tau menjadi tau

Dari hitam menjadi putih

Dari keruh menjadi jernih

Dari tak bisa menjadi biasa

Dari gelap menjadi terang

Dari kurang menjadi lebih

Dari kosong menjadi isi..

Dari bodoh menjadi pintar..

Guru ku..akan ku balas apa semua jasamu

Sekarung berlian kah?

Segunung emas kah?

Atau dengan semua mutiara di seluruh samudra..

Tidak guru ku..tak kan mampu ku bayar jasa mu..

Hanya doa ku agar tuhan menepatkan mu

Di surga yang tak berbatas waktu..

__________________________________________________________
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
http://id.yahoo.com/
3a.

Re: (Catatan Kecil) PAPA

Posted by: "indah ip" indahip@gmail.com   iip01

Mon Nov 23, 2009 8:22 pm (PST)



Biar tambah kangen sama Papa.. :-)
------------------------------
www.indahip.blogspot.com

*AYAHANDA
*
*1
*
bahumu karang teramat kuat

tempat ombak pecah
badai patah
burungburung hilang menemu rumah
*-indah ip, 26 feb 08, 7.46 am-*

*2*

**

dadamu padang teramat luas

tempat ribu kupukupu lepas
ilalang tumbuh bebas
langit melengkung tak punya batas

*-indah ip, 26 feb 08, 7.50 am-*

*3 *

**

rupanya hari sudah jingga
ke mana perginya pagi
begitu lekas ia lari

andai bisa kejar kembali
ingin kuulang segala dari mula lagi

*-indah ip, 26 feb 08, 7.52 am-
*

2009/11/23 Elisa Koraag <elisa201165@yahoo.com>

>
>
>
> Note: Dari kiriman seorang teman.
>
>
>
> PAPA
>
>
>
> lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
>
> Papa telah menyelesaikan tugasnya....
>
> .....................................
>
> Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
>
> Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
>
> Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
>
> Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
>
> Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam
> segala hal..
>
>
>
>
>
>
4.

(cerpen) :  Wanita Kedua

Posted by: "rahma dewi" rachma_dewod1981@yahoo.com   rachma_dewod1981

Mon Nov 23, 2009 8:23 pm (PST)



ini sich kasus yang sering ku temukan..
kalau aku yachh buat apa mempertahankan orang yang tidak mencintai kita lagi.. kalau laki-laki itu ingin memperistri perempuan lain buat apa kita marah-marah.. berarti dia sudah tidak mencintai kita.. ya sudah di lepaskan.. buat apa di pertahan kan hanya karena anak-anak.. keluarga atau nama baik.. dan sebenarnya.. perempuan kedua bukan berarti bukan perempuan baik-baik..
tapi perempuan kedua adalah perempuan yang ternyata lebih mampu membuat suami atau laki-laki itu merasa lebih nyaman..
perempuan tidak baik-baik.. bukan perempuan yang menikah jadi istri kedua atau perempuan baik-baik bukan berarti yang menolak untuk menjadi istri kedua..ini cuma sebuah pilihan dan proses kehidupan.. kuncinya terletak pada sang lelaki.. dia yang seharusnya memikirkan tentang sebuah konsekwensi..apa yang akan terjadi kalau saya menikah lagi? bagai mana perasaan istri saya kalau saya mennikah lagi, atau bagai mana kecewanya anak orang kalau saya ternyata sudah berkeluarga, kadang dalam permasalahan seperti ini tokoh yang  menonjol hanya tokoh sang wanita.. baik wanita pertama atau kedua, yang satu di buat posisi tegar.. dan yang satu di buat posisi marah dan kesal.. mereka berdua tidak salah sedikit pun.. yang namanya perasaan ga pernah ada yang tau kapan datang dan muncul tiba-tiba..yang salah adalah lelaki tersebut yang tidak memikirkan dampak negatif dari permasalahan yang di timbulkannya..emang laki-laki cuma bisa bikin masalah..( ups soryy buat
laki-laki).. tapi setelah di cross check denga para lelaki.. akhirnya mereka menceritakan alasan-alasan mereka  tentang permasalahan yang mereka buat tersebut..ada yang jujur bahwa mereka merasakan jatuh cinta lagi.. ada yang bilang mereka ingin bahagia, ( karena mereka ga bahagia) ada yang bilang mereka ingin di perlakuakn lebih baik, ada yang bilang kasian.. biar cewek-cewek ada yang jagain..( belagu baget).. dan ada yang bilang masalah kebutuhan biologis mereka yang tidak di alyani sepenuh hati dengan istri mereka..( wah kalau udah begini .. ga bisa di salahkan kalau prostitusi masih terus berlanjut..) ujung-ujung.. salah siapa ya???? yach.. buat yang udah menikah... perlakukan lah suami-suaminya like a king.. i trust to me.. you will be a queen
tapi kalau masih juga nyebelin.. minta lah sama yang maha membolak-balikkan hati.. membolak-balikkan keadaan .. minta lah sama allah tentang kehidupan yang baik dan cinta  hingga ke surga..( gue ngomong apaan sich..:-D )..
ya udah dulu dech coment nya buat cerpen pagi ini.. buat yang mau ngomenin.. silahkan..
mbk anthy..coment yachh he.he..

5.

[Puisi] Hargai Aku!

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Mon Nov 23, 2009 8:24 pm (PST)



Tunggu!
Aku memang hanya punya gitar.
Gitar butut pemberian kawan.
Kenapa kau memalingkan muka?

Lihat!
Suaraku memang pas-pasan.
Tempaan angin dan makanan murah.
Kenapa kau menutup telinga?

Dengar!
Rupaku memang berantakan.
Modal pakaian rombeng dan sendal butut.
Kenapa kau berpura-pura tidur?

Dengarkan aku!
Lihat aku!

Hargai aku!
Walau dengan sekeping koin.
Atau selukisan senyummu.

03.54 231109
sesudah pertemuan pertama

--
http://sampiran.blogspot.com/
6.

(catcil) Keajaiban Doa

Posted by: "agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Mon Nov 23, 2009 8:26 pm (PST)



Keajaiban Doa

By: agussyafii

Beberapa waktu yang lalu di kantor saya kedatangan seorang bapak, beliau mantan salahsatu wartawan senior. Beliau bercerita tentang sakitnya penyakit radang empedu, penyakitnya sangat parah sehingga harapan hidupnya sangat menipis. Beliau menitipkan shodaqohnya untuk anak-anak Amalia dan memohon doa agar operasi yang dijalaninya berjalan dengan lancar sehingga masih ada harapan untuk berbuat baik untuk sesama. 'Saya yakin Mas Agus, hidup dan mati kita hanya ditangan Alloh SWT, kita hanya memohon dan berdoa semoga Alloh memberkahi hidup dan mati kita sebagai hambaNya yang selalu bersyukur atas karuniaNya,' begitu tuturnya, kacamatanya nampak basah tak mampu untuk ditutupinya. berkali-kali beliau mengeluarkan kain pengelap untuk membersihkan kacamatanya. Usianya yang senja namun badannya masih terlihat tegap dan gagah tak terlihat bahwa didalam dirinya ada sesuatu penyakit yang menggerogoti tubuhnya.

Perjalanan waktu begitu cepat. bersamaan doa anak-anak Amalia yang dipanjatkan, operasi itu berjalan dengan lancar. Beliau kembali pulih dan bugar. Wajahnya berseri sewaktu saya berkunjung ke Rumah Sakit Harapan Kita. Beliau bercerita bahwa proses menuju kematian kita sungguh menakjubkan, dari rasa dingin naik ke kaki, betis sampai di kepala. Rasa dingin itu berjalan perlahan. 'Terbayang oleh sayang malaikat maut segera mencabut nyawa saya, Mas Agus..'tuturnya, wajahnya penuh ekspressi yang jernih. 'Tak lupa saya selalu mengucapkan syahadat, jangan sampai saya mati dalam keadaan sebagai orang yang ingkar,' ucapnya dengan suara pelan.

Dalam keadaan antara sadar dan tidak, beliau mendengar suara anak-anak yang sedang melantunkan ayat suci al-Qur'an dan bayangan dirinya pada masa lalu semua berjalan dengan cepat dan nampak jelas semua yang telah dilakukannya, dosa-dosa yang membuat takut dirinya sendiri . Disaat itu juga beliau memohon ampun kehadirat Alloh SWT agar diberikan kesempatan untuk bertaubat.

Ketika beliau berjanji untuk bertaubat, tiba-tiba sadarkan diri. Semua operasinya dinyatakan berjalan dengan baik dan lancar. Tubuhnya kembali pulih seperti sediakala. Dari pengalaman itu beliau menjadi yakin bahwa doa yang dipanjatkan secara sungguh-sungguh dengan keikhlasan adalah sebuah keajaiban. Alloh SWT senantiasa peduli dengan apa yang kita pikirkan, kita rasakan dan apa yang kita perbuat. Alloh SWT selalu mengabulkan doa-doa kita yang kita panjatkan secara sadar ataupun tidak sadar, yang disengaja ataupun yang tidak disengaja sehingga patutlah kita memohon kepadaNya yang terbaik untuk kebahagiaan diri kita, keluarga kita dan bangsa yang kita cintai. Subhanallah..

--
Obatilah orang-orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).

Wassalam,
agussyafii

----
Yuk,Berbagi Nikmat Qurban bersama anak-anak Amalia. Dalam program kegiatan 'Qurban Untuk Amalia (QUA) pada hari Ahad, 29 November 2009 di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau http://www.facebook.com/agussyafii atau sms di 087 8777 12 431

7a.

Re: [KELANA LEBARAN] Blitar, Setelah Delapan Tahun Kutinggalkan

Posted by: "vytha wahyu" invy13@yahoo.com   invy13

Mon Nov 23, 2009 9:51 pm (PST)



halo pak dhimas, saya juga blitarian, 8 tahun yang lalu juga saya meninggalkan kota tercinta untuk menuntut ilmu di bogor, dan sampai sekarang saya masih mencari nafkah di bogor...

membaca cerita njenengan di bawah ini, saya jadi ingat kembali kenangan lebaran kmrn di blitar juga...

ternyata kita bukan teman satu SMA karena njenengan di SMK, saya di SMA 1, tapi mungkinkah kita teman SMP?
heghegheg.... bukan hal yang mustahil khan, karena seperti kata banyak orang, dunia ini ternyata sempit saat kita tidak sengaja bertemu dgn teman lama...

salam blitarian soekarnoensis [nama keluarga besar blitar di kampus IPB]

-VyTha W. Hanifah-
Indonesian Centre for Agriculture Technology and Assessment Development (ICATAD)
Indonesian Agency for Agriculture Research and Development (IAARD)
Department of Agriculture
INDONESIA
+62 251 350 277 ext. 107
+62 812 8182 931
YM: invy13@yahoo.com

________________________________
From: dhimaskahar <dhimaskahar@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, November 23, 2009 7:29:12
Subject: [sekolah-kehidupan] [KELANA LEBARAN] Blitar, Setelah Delapan Tahun Kutinggalkan

Oleh: Kahar S. Cahyono

Lebaran tahun ini kami memutuskan untuk mudik ke rumah orang tua di Blitar. Memang, ada berjanjian tidak tertulis antara saya dan Maimunah, istri saya, bahwa prosesi mudik dilakukan bergantian setiap tahun. Tahun lalu, dengan alasan anak kedua saya baru lahir, saya menghabiskan waktu lebaran di Serang, Banten. Sementara pada lebaran sebelumnya, kami mudik ke Palembang, kampung halaman istri.

Beginilah serunya bila menikah dengan orang berbeda pulau. Saya berasal dari Blitar, Jawa Timur. Sedangkan istri asli orang Palembang, Sumatera Selatan. Dengan profesi sebagai karyawan swasta yang bergaji pas-pasan, jelas merupakan hal yang sulit jika kami harus mudik di dua Provinsi itu secara bersamaan. Setiap tahun.

TERTINGGAL

Selepas shalat Jum`at, kami meluncur ke agen bus. Saat itu tanggal 18 September 2009. Menurut informasi yang kami dengar di televisi, hari ini adalah puncak arus mudik. Apalagi, lebaran jatuh pada tanggal 20 September, maju satu hari, sebagaimana yang tertulis di dalam kalender. Bayangan peluk hangat emak dan bapak ketika menyambut kedatangan kami terus memanggil-manggil agar cepat sampai.

Senang saja membayangkan suasana pedesaan tempat saya bermain-main diwaktu kecil. Tentang hamparan padi yang menguning, juga sungai yang mengalir dengan jernih hingga terlihat bebatuan aneka warna di dasarnya. Apalagi kali ini ada yang special, dimana untuk yang bertamakalinya kami mudik bersama anak kedua saya. Auriza Haya Satifa, yang masih berumur 16 bulan.

Sedang asyik-asyiknya membaca buku, istri tampak panik ketika menghampiri saya. âEURoePa, ATM-nya ketinggalanâEUR¦,� suaranya tertahan.
Saya berusaha tenang, dan memintanya untuk mengecek kembali. Sia-sia, ATM itu tetap saja tidak ditemukan. Padahal waktu sudah menujukkan pukul 14.35, sedangkan 25 menit lagi mobil dijadwalkan berangkat. Untuk alasan keamanan, kami memang sengaja membawa uang tunai secukupnya selama perjalanan. Sehingga ketinggalan ATM, sama artinya melakukan perjalanan hanya dengan berbekal pakaian.

Tidak ada pilihan lain, saya kembali pulang ke rumah setelah terlebih dahulu bernegosiasi dengan pihak bus agar bersedia menunggu jika saya terlambat datang. Tanpa terduga sebelumnya, di jalan, saya satu angkot dengan Tini, teman satu pabrik. Dari gadis berambut sebahu itu saya mengetahui kalau Ahmad Toing, salah satu Yunior Supervisor di tempat kami bekerja meninggal dunia. Ahmad Toing tertabrak pengendara motor yang hendak mudik ke Lampung.

âEURoeSekarang saya mau melayat kesana,� ujar Tini.

Cerita Tini cukup mengejutkan, karena saya kenal baik dengan Ahmad Toing. Tetapi tetap saja, berita duka itu tidak bisa mengalihkan kegalauan hati saya akibat ketinggalan ATM. Juga kegalauan membayangkan suara protes orang satu bus, karena saya terlambat datang.

Sampai dirumah, saya langsung membuka laci dimana ATM biasa disimpan. Tidak ada. Saya telpon istri, kalau-kalau ATM-nya sudah dipindahkan ke tempat lain. Namun istri menjawab bahwa ATM itu masih di tempat biasanya. Ia tidak merasa memindahkan. Penasaran dengan penglihatan saya, saya keluarkan isi laci itu satu persatu. Beberapa kosmetik yang tersimpan disana saya pindahkan dengan kasar. Sebagaian bahkan saya banting. Kesal.

Masih tidak ada!

Pada titik inilah, kaki saya terasa lemas. Menyadari bahwa saya harus pulang ke Blitar tanpa uang saku, yang berarti harus kembali ke Banten dengan meminta agar tiket dibelikan orang tua. Dalam hati saya berdo`a, agar keajaiban segera tiba.
Dan benar saja. pada saat yang bersamaan, handphone saya berbunyi. Dari istri, âEURoePa, ATM-nya ternyata enggak ketinggalan. Terselip di tas, dibawah tumpukan baju,� ujar Maimunah sambil meminta maaf. Lega rasanya mendengar kabar itu. Kini tinggal satu persoalan, bagaimana caranya agar cepat kembali ke agen bus agar tidak ketinggalan.

17 JAM DI PANTURA

Hari ini puncak arus mudik, ini sudah saya katakan tadi. Kemacetan panjang terjadi di jalur pantura. Untuk menggambarkan bagaimana kondisi malam puncak arus mudik saat itu, cukuplah saya katakan bahwa kami terjebak dalam kemacetan selama 17 jam. Semalaman kami terkurung dalam lautan kendaraan, yang berebut ingin lebih awal sampai ke tempat tujuan. Bahkan ketika adzan subuh terdengar perlahan dari sebuah masjid yang terletak dipinggir jalan, kami masih belum keluar dari jalur yang terkenal rawan macet itu.

Suasana semakin tidak nyaman manakala anak-anak kecil mulai menangis. Meski mobil yang kami tumpangi ber-AC, namun tetap saja kami merasa gerah manakala mengetahui mobil kami tidak bergerak sama sekali.
Tanggal 19 September 2009, pukul 12 siang, kami beristirahat di sebuah rumah makan di Cirebon. Jam segini baru sampai di Cirebon? Gila! Padahal dalam waktu normal, kami sudah sampai di perbatasan Jawa Timur.

Sambil menggendong Fadlan, anak saya yang pertama, saya menatap langit terik siang itu dengan penuh dendam. Berjanji dalam hati, untuk bekerja lebih giat agar lebaran tahun depan bisa mudik dengan mobil pribadi. Tidak perlu lagi berdesakan di dalam bus yang penuh sesak, tidak perlu lagi membeli tiket yang harganya melonjak tiga kali lipat.

âEURoePapa, kapan sampai ke Blitar,� suara anak saya kembali terdengar. Mungkin pertanyaan ini sudah yang ke-30 kali diucapkannya. Mungkin juga lebih.

TAKBIR IDUL FITRI, DI TERMINAL PURBAYA

20 September 2009, Pukul 01.00 dinihari, kami sampai di Terminal Purbaya, Madiun. Dari terminal ini kami harus berganti kendaraan agar bisa sampai ke Blitar. Sambil menunggu kendaraan yang membawa kami ke kota kelahiran, sayup-sayup terdengar suara takbir idul fitri dari sebuah masjid yang terletak tidak jauh dari terminal. Saya melihat wajah istri berkaca-kaca, sambil menggendong Haya, yang tertidur lelap di gendongannya. Sementara di pangkuan saya, Fadlan juga sedang tertidur pulas.

Sebuah perasaan haru tiba-tiba menyeruak kedalam kalbu, âEUR~hari kemenanganâEURTM ini harus kami rayakan di tengah perjalanan. Saat mata kami bertemu, tak kuasa saya menahan air mata. Lebaran telah tiba, sementara bus jurusan Madiun âEUR" Blitar belum tersedia.
Dua jam menunggu, bus yang kami tumpangi mulai bergerak meninggalkan terminal. Kendati jalur Madiun âEUR" Blitar relatif lancar, tetap saja kami sampai ke rumah keesokan harinya, bersamaan dengan orang-orang pulang dari sholat Idul Fitri.

Begitu kami sampai di rumah, yang disambut dengan peluk hangat dan linangan air mata orang tua, keharuan itu pun tumpah. Kerinduan menemukan obatnya. Rasa letih dan lelah selama perjalanan mendadak hilang. Inilah barangkali yang disebut orang sebagai sugesti mudik. Yang membuat mereka rela menghabiskan THR dan uang tabungan agar bisa sampai ke kampung halaman. Yang membuat mereka rela terjebak dalam kemacetan, setiap kali waktu mudik tiba. Bahkan, janji di hati kecil saya untuk tidak lagi mudik jika belum memiliki mobil pribadi, dengan sendirinya hilang dari ingatan. Sekarang yang ada adalah luapan rasa bahagia. Bertemu orang tua, handai taulan, dan mantan pacar.

BLITAR IN MEMORIAN

Liburan kali ini saya mengajak istri dan anak-anak menyempatkan diri untuk menyusuri kembali jalan-jalan yang pernah saya jejakkan saat masih remaja. Tahun-tahun sebelumnya, setiap kali ke Blitar, kami tidak sempat berjalan-berjalan. Dan sekarang, setelah delapan tahun menunggu, akhirnya kesempatan itu datang juga. Tempat yang pertama kami kunjungi adalah SMKN 1 Blitar di Jalan Kenari, tempat dimana saya pernah menuntut ilmu. Senang saja menunjukkan kepada istri dan anak-anak, bahwa delapan tahun yang lalu saya pernah bersekolah disini.

Memandangi tower air yang menjulang tinggi ke angkasa, sebagai ciri khasnya, membuat saya teringat kembali masa-masa berseragam abu-abu putih. Terutama dengan teman-teman yang tergabung dalam Journalistic Technical High School, yang senantiasa dalam kekompakan mencari jati diri. Yang tidak pernah bosan menuangkan gagasan dan pemikiran-pemikiran nya melalui Majalah Arsitek, majalah resmi sekolah kami.

Dari Jalan Kenari, saya melanjutkan perjalanan ke alun-alun Blitar melalui Jalan Veteran. Jalan ini memiliki kenangan tersendiri buat saya, karena saya pernah menabrak mobil di tempat ini. Ceritanya, saat malam minggu, berboncengan dengan sahabat saya, Santon, kami hendak âEUR~wakuncarâEURTM. Saya sebenarnya melihat kalau ada mobil sedang berputar arah, sudah berusaha menginjak rem motor, tetapi motor tetap melaju dan menghantam bagian samping mobil. Orang-orang di pinggir jalan berteriak dan segera menolong kami, dan dalam sekejap, âEUR~wakuncarâEURTM yang kami rencanakan gagal total. Pelajaran berharga yang bisa dipetik, berhati-hatilah selama perjalanan, pikiran jangan melayang kemana-mana!

Dari alun-alun, kami meluncur ke Istana Gebang (Ndalem Gebang), rumah tempat tinggal Orang tua Bung Karno. Rumah ini terletaknya di jalan Sultan Agung No. 69 Kota Blitar. Di rumah inilah Sang Proklamator pernah tinggal ketika remaja. Ketika masih bersekolah di Blitar dan menjadi Pimred Majalah Arsitek, saya sering datang ke tempat ini sepulang sekolah dengan berjalan kaki. Sekedar mencari inspirasi, dan sesekali melengkapinya dengan mengamati dari kejauhan muda-mudi yang asyik berpacaran didalam Kebon Rojo, taman kota. Ach, ini merupkan kenakalan saya saat remaja. Meski, sebagai pembenaran, saya mengatakan ini adalah bagian dari proses kreatif seorang penulisâEUR¦.

Dalam bayangan saya saat itu, saya mengandaikan diri seperti Bung Karno. Kebiasaan beliau pada sore hari adalah ber jalan-jalan di Kebon Rojo dan ke luar masuk kampung di Bendogerit. Sepanjang perjalanan, Bung Karno selalu diikuti anak-anak dan remaja. Acara santai demikian biasanya diakhiri sampai di ndalem Gebang menjelang matahari terbenam.

Ketika memasuki ndalem Gebang, buku autobiografi Bung Karno yang ditulis Cindy Adams benar-benar membakar jiwa muda saya. Dalam buku itu disampaikan, bawah Bung Karno merupakan salah satu tokoh kunci yang sebelumnya mengetahui akan terjadinya sebuah pemberontakan oleh Laskar Pejuang PETA di Blitar pada 14 pebruari 1945. Di ndalem Gebang inilah, sekelompok pemuda yang dipimpin oleh Sudancho Supriyadi berdiskusi dengan Bung Karno perihal rencana Pemberontakan tersebut. Kenyataannya, Bung Karno sendiri memang lebih memilih berjuang melawan penjajahan Jepang lewat jalur kooperatif.

Itulah sebabnya, ketika beberapa waktu lalu kabar bahwa rumah keluarga Bung Karno ini akan dijual, saya ikut gusar. Apalagi alasan dari rencana penjualan rumah bersejarah itu adalah karena ahli waris yang terdiri dari 11 cucu Soekarmini tidak memiliki cukup dana untuk merawat rumah yang menyimpan benda dan barang kenangan terkait Bung Karno itu. Beruntung, Pemerintah Kota Blitar, memastikan akan membeli Istana Gebang, sehingga cagar budaya itu tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Dari sini kami mampir ke pusat oleh-oleh khas Blitar, Wajik Kletik Bu Prayitno. Tadinya ingin membeli beberapa bungkus untuk oleh-oleh saat kembali ke Banten nanti. Namun karena uang yang kami bawa pas-pasan, niat itu kami batalkan.

Setelah makan siang, di sebuah warung yang terletak di pinggir jalan, kami melanjutkan traveling ke Candi Penataran. Lokasi candi ini terletak di lereng barat-daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter dpl (di atas permukaan air laut), di desa yang juga bernama Panataran, Kecamatan Nglegok, Blitar. Hanya membutuhkan waktu setengah jam dari Istana Gebang untuk sampai ke tempat ini.

Memasuki areal Candi, di pintu utama kami disambut dua buah arca penjaga pintu atau disebut dengan Dwaraphala yang dikalangan masyarakat Blitar terkenal dengan sebutan "Mba Bodo". Yang menarik dari arca penjaga ini bukan karena arcanya yang besar, namun karena wajahnya yang menakutkan (Daemonis). Pahatan angka yang tertera pada lapik arca tertulis dalam huruf Jawa Kuno : tahun 1242 Saka atau kalau dijadikan Masehi menjadi tahun 1320 Masehi. Berdasarkan pahatan angka yang terdapat pada kedua lapik arca, bahwa bangunan suci palah (nama lain untuk Candi Panataran) diresmikan menjadi kuil negara (state-temple) baru pada jaman Raja Jayanegara dari Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328 Masehi.

Hari sudah senja ketika kami memutuskan untuk meninggalkan Candi Penataran. Waktu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Padahal kami masih belum puas menjelajahi setiap tempat wisata kota kenangan ini. Mengagumi keindahannya. Belajar dari pesan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Kemacetan selama 17 jam di pantura terbayar tunai disini. Selalu ada yang harus dibayar untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang bijak mengatakan, berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang kemudian. Menyadari akan hal itu, kami memang sengaja tidak menunggu mudik tahun berikutnya untuk melakukan rekreasi.

Saya menyadari kenangan itu tersimpan disini, di dalam hati. Itulah sebabnya, saya berharap, catatan ini bisa dikenang kembali oleh Fadlan dan Haya saat ia sudah bisa âEUR~memahamiâEURTM dunia. (*)

New Email names for you!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
8.

Kursus Teknik Investigative Reporting

Posted by: "siti nurasiah" asia_bidakara@yahoo.co.id   asia_bidakara

Tue Nov 24, 2009 1:09 am (PST)





KURSUS TEKNIK PELIPUTAN INVESTIGASI
26 - 30 Januari 2010

Investigative
reporting adalah salah satu genre dalam jurnalisme dimana si reporter
memakai metode tertentu guna membuktikan kesalahan seseorang atau
sekelompok orang. Karya investigasi awal dipelopori Ida Tarbell
(1857-1944) dari majalah McClure´s Magazine.
Pada 1902, Tarbell menurunkan serial laporan tentang monopoli
perusahaan Standard Oil Company. Laporan tersebut, belakangan dijadikan
buku, mendorong Mahkamah Agung Amerika Serikat memerintahkan perusahaan itu dibagi dua.

Dalam "The Elements of Journalism" (April 2001) karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, investigative reporting merupakan
artikulasi dari elemen kelima jurnalisme yang bertugas "memantau
kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang tertindas." Praktiknya
sinonim dalam kerangka ikut menegakkan demokrasi. Si penulis berhasil
menunjukkan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hukum,
yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu kejahatan publik yang
sebelumnya dirahasiakan.

Pelatihan ini dirancang untuk memahami
sejarah, prosedur dan elemen dari liputan khusus tersebut. Peserta akan
belajar dari studi-studi kasus korupsi yang dibawakan oleh instruktur.
Peserta juga belajar cara pengamatan serta teknik-teknik atau
metodologi reportase investigasi, serta bagaimana menuliskan hasil
liputannya.
Kursus
diadakan 10 sesi dengan frekuensi setiap hari dua sesi (pukul
10.00-12.00 dan 13.00-15.00), termasuk satu sesi dengan pembicara tamu.
Tempat di kantor Yayasan Pantau, Jalan Raya Kebayoran Lama 18 CD, Jakarta Selatan.

INSTRUKTUR

George Junus Aditjondro
- peneliti kawakan, sejak 1980-an terlibat dalam aktivisme lingkungan
dan hak-hak masyarakat terpinggirkan secara politik terutama di Papua
Barat, Timor Leste dan Aceh. Pada 1990-an meneliti harta-harta keluarga
Soeharto. Pada 1996, di Universitas  Newcastle, Australia,
mengembangkan matakuliah sosiologi korupsi dan sosiologi
gerakan-gerakan kemerdekaan pasca kolonial. Pada 2000-an, aktivismenya
disalurkan di Sulawesi. Kini mukim di Yogyakarta dan pengajar tamu di Universitas Sanata Dharma.

Hermien Y Kleden - Wakil redaktur eksekutif Majalah Tempo.
Pada 2009 mendapatkan penghargaan SK Trimurti Award atas
"konsistensinya menyebarkan kebebasan informasi di tempatnya bekerja."

PEMBICARA TAMU

Hendri Saparini - Ekonom Universitas Indonesia, direktur Econit, yang kritis terhadap kebijakan politik ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Otto Syamsuddin Ishak - Sosiolog Universitas Syah Kuala, Banda Aceh
dan ketua harian CORDOVA, lembaga swadaya masyarakat
yang didirikan pada 1990. Ia peneliti hak-hak asasi manusia dari
Imparsial. Buku-bukunya, antara lain, Dari Maaf ke Panik Aceh (tiga
serial), Peristiwa Idi Cut, Aceh: Dari tragedi ke impunitas (2001),
serta kumpulan kolom Bandar: Refleksi tentang Aceh (2005).

SYARAT DAN BIAYA

Peserta
diutamakan wartawan yang sudah bekerja minimal 3 tahun. Bisa juga
penulis yang punya minat khusus terhadap jenis reportase ini. Ia pun
tak terbatas untuk para aktivis yang pekerjaan di lembaganya
sehari-hari berurusan dengan isu-isu korupsi, kejahatan hak asasi manusia,  maupun isu pertambangan atau kerusakan lingkungan. Biaya kursus Rp 2,5  juta.

PESERTA

Peserta
dibatasi 20 orang untuk memudahkan lalu-lintas diskusi dalam kelas.
Peserta diharapkan mengirim biodata agar instruktur bisa mengenal
background masing-masing. Peserta juga diminta mempelajari dan membaca
materi kursus dan mengerjakan tugas berupa latihan pengamatan, riset
internet serta membuat outline.

WAKTU

Dari 26 hingga 30 Januari 2010. Setiap hari berisi dua sesi, 10.00 - 12.00 dan 13.00 - 15.00, dengan jeda makan siang satu jam.

TEMPAT

Yayasan Pantau, Jl. Raya Kebayoran Lama 18 CD, Jakarta Selatan 12220.
Telp: 021 - 722 1031/ Fax: 021 - 722 1055.

Informasi lebih lanjut sila hubungi:

Siti Nurrofiqoh
Program Officer
P a n t a u
Jl. Raya Kebayoran Lama
No 18 CD Jakarta Selatan 12220
Telp/Fax. 021
722-1031/021- 7221055
Website. www.pantau.or. id
Mobile. 0813 82 460 455 - 0817 644 8477

Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com
Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Group Charity

Give a laptop

Get a laptop: One

laptop per child

Celebrity kids

and families

Surviving in

the spotlight

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: